Anda di halaman 1dari 10

Pengaruh Budaya Organisasi dan Pengembangan Karir Terhadap Kepuasan

Kerja Karyawan Koperasi

Nama penulis

Pendahuluan
Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan suatu hal yang sangat penting
dan bermakna nilainya yang harus dimilki pada suatu organisasi. Hal ini
dikarenakan keberhasilan perusahaan atau organisasi sangat dipengaruhi oleh
manusia. Para karyawan merupakan hal yang paling utama tentang alur
suatu kegiatan perusahaan atau organisasi. Para karyawan tersebut bekerja guna
memenuhi kebutuhan organisasi dan pribadi.
Guna meningkatkan kinerja para karyawan suatu organisasi maupun
perusahaan harus mengetahui apa yang menjadi penyebab kepuasan kerja dan
ketidakpuasan kerja karyawannya, karena karyawan yang merasa puas dengan
pekerjaannya akan bekerja dengan lebih produktif dan tidak akan berpindah
tempat dari pekerjaannya, sedangkan karyawan yang merasa tidak puas terhadap
pekerjaanya akan bekerja dengan kurang produktif dan akan lebih mempunyai
keinginan untuk mengundurkan diri dari pekerjaanya.
Dalam suatu keadaan suatu organisasi atau perusahaan yang bersaing,
preferensi serta loyalitas pelanggan merupakan kunci utama untuk meraih
kesuksesan. Guna menggapai keadaan tersebut hal yang sangat perlu
diperhatikan adalah sumber daya manusia. Karena bagaimanapun juga tinggi
rendahnya kinerja sumber daya manusia akan berdampak pada kinerja organisasi
yang mencakup segala aspek. Terdapat banyak faktor yang sangat berpengaruh
pada kepuasan kinerja karyawan diantaranya yaitu budaya organisasi dan
pengembangan karir.
Budaya organisasi adalah norma, nilai-nilai, asumsi, kepercayaan,
filsafat, kebiasaan organisasi, dan sebagainya (isi budaya organisasi) yang
dikembangkan dalam waktu yang tidak sebentar oleh pendiri, pemimpin, dan
anggota organisasi yang disosialisasikan dan diajarkan kepada anggota baru serta
diterapkan dalam aktivitas organisasi sehingga mempengaruhi pola pikir, sikap,
dan perilaku anggota organisasi dalam memproduksi produk, melayani para ko
nsumen, dan mencapai tujuan organisasi (Indriyani, 2012). Pada dasarnya budaya
organisasi memiliki beberapa fungsi diantaranya yaitu, sebagai penentu peran
untuk pembeda d diantara suatu organiasi atau perusahaan yang satu dengan yang
lainnya, sebagai penentu suatu goals bersama yang melebihi dari hanya
kesenangan pribadi, menjaga stabilitas suatu organisasi ataupun perusahaan serta
membuat identitas bagi anggota organisasi atau perusahaan (Robbins, 2012).
Sedangkan pengembangan karier merupakan peningkatan pribadi yang
dilakukan seseorang guna menggapai suatu perencanaan karier dan peningkatan
oleh departemen personalia guna menggapai suatu rencana kerja sesuai dengan
alur atau jenjang organisasi (Ardana dkk, 2012). Pengembangan karier bagi
karyawan sangat diperlukan dilakukan. Hal ini dikarenakan seorang karyawan
bekerja dalam suatu organisasi bukan hanya ingin mendapatkan posisi yang sudah
digapainya pada saat ini, tetapi juga menginginkan adanya perubahan,
perkembangan, ada kesempatan yang diberikan kepadanya untuk berkembang
pada taraf yang lebih tinggi dan lebih baik. Pengembangan karier juga bertujuan
untuk memperbaiki dan meningkatkan efektifitas pelaksanaan pekerjaan oleh para
karyawan supaya semakin mampu memberikan kontribusi terbaik dalam
mewujudkan tujuan organisasi, pelaksanaan pekerjaan yang semakin baik dan
meningkat berpengaruh langsung pada peluang seseorang karyawan untuk
mendapatkan posisi ataupun jabatan yang diinginkan. Pengembangan karier
memiliki mempunyai arah atau jalur-jalur serta pilihan yang dapat memberikan
kepada para karyawan guna mengembangkan kariernya sepanjang arah itu
mencerminkan tujuan dan kemampuannya. Pilihan arah yang ingin dikembangkan
merupakan kesempatan yang baik bagi karyawan itu sendiri dimanapun dan
kapanpun.
Dari dua faktor yakni budaya kerja yang dimiliki oleh suatu organisasi
serta melalui program pengembangan karier, maka karyawan merasa lebih puas
atas kemampuan yang dimiliki. Kepuasan kerja pada umumnya menyangkut sikap
seseorang mengenai pekerjaannya. Kepuasan kerja merupakan sikap yang miliki
oleh seorang karyawan mengenai suatu pekerjaan dan organisasi di mana mereka
melakukan pekerjaan tersebut. Seorang karyawan yang memiliki kepuasan kerja
yang rendah akan menyebabkan terganggunya kegiatan untuk mencapai tujuannya
dalam bekerja. Peningkatan kinerja para karyawan dapat dilakukan dengan
membangun budaya organisasi yang sehat melalui peningkatan kepuasan kerja.
Sebagai contohnya apabila seorang karyawan tidak merasa puas dalam
pekerjaannya misalnya dari hal gaji atau upah, maka akan berakibat pada hasil
dari pekerjaan tidak maksimal, tidak menguntungkan organisasi atau yang paling
fatal karyawan tersebut dapat mengundurkan diri dari suatu organisasi tersebut.
Maka sebaliknya apabila karyawan mendapat kepuasan dari pekerjaannya, maka
otomatis karyawan tersebut akan terus meningkatkan kinerjanya dalam organisasi
yang bersangkutan. Karena pada saat ini sebagian besar orang mengemukanan
bahwa gaji atau upah adalah suatu hal yang utama guna dapat menimbulkan
kepuasan kerja. Pada level tertentu, hal ini memang bisa diterima, terutama dalam
negara yang sedang berkembang, dimana uang merupakan kebutuhan yang
penting untuk dapat memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. Akan tetapi, jika
suatu individu telah dapat memenuhi kebutuhan keluarganya secara wajar, maka
gaji atau upah ini tidak menjadi permasalahan yang utama. Hal ini dikarenakan
kepuasan kerja adalah salah satu faktor yang keefektifan kinerja seseorang.
Kepuasan kerja karyawan bagi organisasi sangat bermanfaat guna meningkatkan
kinerja, meningkatkan output dan efisiensi dalam menangani masalah karyawan,
sedangkan bagi individu kepuasan kerja menjadi salah satu faktor dalam
kesejahteraan hidup (Indrawati, 2012).
Koperasi merupakan salah satu organisasi bisnis yang dimiliki dan
dijalnkan oleh seseorang untuk mencapai kepentingan bersama dan dapat
memberikan bantuan kepada anggota dalam menata pemenuhan kebutuhan
keuangannya secara mandiri dan terencana, mendorong para anggota untuk
berpola hidup hemat dan memperkecil ketergantungan terhadap hutang untuk
meningkatkan kesejahteraan. Koperasi berlandaskan pada suatu kegiatan yang
berdasarkan prinsip gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan.
Terdapat beberapa jenis koperasi diantaranya, koperasi konsumen, koperasi
produsen, koperasi jasa, koperasi serba usaha dan koperasi simpan pinjam (UU,
No. 25 Tahun 1992).
Setiap suatu organisasi maupun perusahaan harus mengerti apa yang
menjadi penyebab kepuasan kerja dan ketidakpuasan kerja bagi para
karyawannya. Dikarenakan karyawan yang merasa puas dengan pekerjaannya
akan bekerja lebih produktif dan setia dengan organisasinya. Akan tetapi
karyawan yang tidak puas dengan pekerjaanya cenderung kurang produktif serta
mempunyai keinginan untuk tidak melanjutkan pekerjaan dari organisasinya.
Maka dari itu suatu organisasi ataupun perusahaan perlu memperhatikan faktor-
faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja bagi para karyawannya.

Pembahasan
Kepuasan kerja secara sederhana dapat dipahami sebagai segala sesuatu
yang diinginkan atau dihargai dari suatu pekerjaan. Kepuasan kerja adalah sikap
emosional pada diri seseorang yang merupakan aspek yang terpenting dalam
setiap pekerjaan. Maka dari itu, ketidakpuasan karyawan terhadap organisasi atau
perusahaan secara keseluruhan akan berdampak pada ketidakpuasannya dalam
menghadapi pekerjaannya dan akan mempengaruhi kinerjanya. Hal ini karena
karyawan yang puas lebih mungkin untuk berkomitmen pada organisasi.
Karyawan yang sangat puas dengan pekerjaannya cenderung berkomitmen tidak
hanya pada organisasinya tetapi juga pada rekan kerjanya (Velnampy, 2017).
Maka dari itu, kepuasan kerja memiliki pengaruh positif terhadap kinerja
karyawan karena meningkatkan keterlibatan kerja dan kinerja yang lebih tinggi
juga membuat karyawan merasa lebih puas dan berkomitmen pada organisasi.
Pada dasarnya komitmen karyawan dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor, salah satu faktor penting untuk membangun komitmen karyawan adalah
budaya organisasi. Budaya organisasi mampu membantu membangun harapan
antara karyawan dan organisasi tempat karyawan bekerja, menumbuhkan
kepercayaan, memfasilitasi komunikasi, dan membangun komitmen pada
organisasi. Organisasi meyakini bahwa karyawan dan kohesivitas budaya yang
terbangun di dalam organisasi menjadi kapabilitas dan keunggulan yang melekat
pada organisasi tersebut (Tjahjono et al., 2015). Apabila kualitas budaya
organisasi tinggi, maka akan tercermin pada tingkat komitmen afektif
karyawannya. Demikian juga sebaliknya apabila tingkat budaya organisasi itu
rendah dan manajerial tidak mampu memperbaikinya maka tingkat komitmen
afektif karyawan pada organisasi juga rendah. Budaya organisasi dalam suatu
organisasi dapat mempengaruhi sikap dan perilaku karyawan. Menurut pendapat
(Susmiati & Sudarma, 2015) budaya yang baik akan mempengaruhi sikap
karyawan untuk berkomitmen serta meningkatkan kinerjanya. Dengan demikian,
menumbuhkan dan meningkatkan sikap individu yang positif di tempat kerja akan
meningkatkan komitmen dan mendorong individu untuk memberi kinerja terbaik
mereka.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sapada (2018).
Mengatakan bahwa dalam penerapan budaya organisasi sangat penting dalam
mendukung kepuasan kerja karyawan Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten
Sleman. Budaya organisasi yang sehat membuat karyawan merasa puas dan akan
bekerja untuk kemajuan organisasi. Kemudian peneliti yang lainnya (Samuel et
al., 2020) dan (Handayani et al., 2020) mengungkapkan bahwa adanya pengaruh
dari budaya organisasi terhadap komitmen afektif. Komitmen afektif terjadi
apabila karyawan merasa menjadi bagian dari organisasi, memiliki ikatan
emosional, memiliki perasaan bahagia dalam organisasi, dan memiliki arti penting
dalam organisasi. Budaya yang baik akan mempengaruhi sikap karyawan untuk
berkomitmen serta meningkatkan kinerjanya. Budaya organisasi memiliki
pengaruh yang luar biasa dalam menghasilkan komitmen dan meningkatkan
kinerja karyawan. Hal ini berarti apabila kualitas budaya sebuah organisasi
tersebut baik akan menunjukan bahwa karyawan memiliki komitmen yang kuat
terhadap organisasi.
Didalam pekerjaan ada semangat yang tinggi memberikan sikap yang
positif bagi pegawai untuk meraih jenjang yang lebih tinggi yaitu pengembangan
karir untuk meningkatkan rasa kepercayaan diri. Tidak hanya pengembangan karir
yang menjadi acuan didalam kinerja ada faktor budaya organisasi yang sangat
memberikan efek yang besar terhadap kinerja, salah satunya faktor penggerak
untuk meningkatkan mutu seoarang pegawai dalam meningkatkan komitmen
mereka dan kekompakan mereka dalam pencapaian tujuan serta menuju kea rah
yang lebih postif dan lebih baik.
Budaya organisasi berperan mengatur cara pegawai suatu organisasi
memecahkan masalah peluang dengan dasar nilai dan asumsi bersama Jika budaya
organisasinya baik, maka berpengaruh terhadap kinerja yang baik juga, begitupun
sebaliknaya. Sebab fungsi penting budaya organisasi ialah saling mengerti, saling
mengawasi dan mensejahterakan hubungan social. Semakin banyak aspek yang
ada pada diri individu yang sesuai dengan budaya organisasi tempat karyawan
bekerja maka akan semakin tinggi kepuasan kerjanya. Karyawan yang
mendapatkan kepuasan kerja cenderung memiliki semangat untuk bekerja lebih
baik, dan bekerja dengan penuh tanggung jawab yang dapat memicu timbulnya
komitmen afektif terhadap organisasi.
Pengembangan karir (career development) merupakan suatu keadaan
dimana yang menunjukkan adanya peningkatan status seseorang dalam suatu
organisasi pada jalur karir yang telah ditetapkan dalam organisasi yang
bersangkutan. Pengembangan karir organisasional, meliputi indikator informasi
karir dan program karir, peluang pelatihan dan pengembangan, keaneka ragaman
karir, tanggung jawab karir sendiri, pengembangan karir yang realistis dan
manfaat peluang pengembangan, serta pengembangan karir individual meliputi
indikator mencari informasi karir dan rencana karir, membangun tujuan dan
pengembangan karir, minat keterampilan dan kemampuan yang dimiliki, serta di
dukung oleh
Keputusan MENPAN Nomor 25 Tahun 2002 yang menyatakan bahwa
pengembangan karir juga diukur oleh integritas dan profesionalisme dalam
bekerja.
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh Puah dan Ananthram
(2016) memiliki relevansi terhadap penelitian ini berfokus pada pengaruh
pengembangan karier terhadap kepuasan kerja, penelitian ini dilakukan pada 505
karyawan hotel internasional di Singapura, dan menyimpulkan bahwa adanya
pengembangan karier memiliki pengaruh positif terhadap kepuasan kerja.
Penelitian yang dilakukan oleh (Razak Munir, Gunawan, 2016) juga
mengungkapkan bahwa pengembangan karir berpengaruh postif terhadap kinerja
karyawan.

Namun dalam meningkatkan kinerja karyawan dibutuhkan juga


pengembangan karir yang baik yang harus didapatkan oleh setiap karyawan. Jika
karyawan tidak mendapatkan pengembangan karir yang layak, maka kinerja
karyawan akan menurun. Pengembangan karir karyawan tentunya ditentukan oleh
faktor budaya organiasasi. Jika sebaliknya variabel-variabel tersebut tidak
berjalan sesuai dengan tujuan organiasasi, maka kinerja karyawan tidak akan
terpenuhi dengan baik. apabila pengembangan kair yang diterapkan dengan benar
dan konsisten dapat mempengaruhi karyawan dalam hal motivasi kerja, kepuasan
kerja, sehingga karyawan lebih bersemangat untuk mencapai tujuan organisasi,
maka akan berpengaruh kepada meningkatnya kinerja karyawan.
Semakin baik program pengembangan karier yang diterima karyawan
maka kepuasan kerjanya akan semakin bertambah, begitu juga sebal knya jika
karyawan tidak diberikan program pengembangan karier yang jelas maka tingkat
kepuasan kerjanya akakan menurun. Pengembangan karier bagi karyawan perlu
dilakukan karena seorang karyawan bekerja dalam suatu organisasi tidak hanya
ingin memperoleh posisi yang telah dicapainya sekarang, tetapi juga
mengharapkan adanya perubahan, adanya kemajuan, ada kesempatan yang
diberikan kepadanya untuk maju ke tingkat yang lebih tinggi dan lebih baik
Kepuasan kerja dalam hal apapun sangat penting karena kecenderungan
untuk meningkatkan kinerja pegawai dalam organisasi tidak akan dapat tercapai
tanpa adanya kepuasan kerja pegawai. Di mana pihak organisasi memang harus
selalu memperhatikan kepuasan kerja pegawainya karena kalau pegawainya
merasa puas maka yang akan merasa untung adalah organisasinya itu sendiri.
Selain itu pegawai yang merasa puas dalam bekerja senantiasa akan selalu
bersikap positif dan selalu mempunyai kreativitas yang tinggi. Kepuasan kerja
yang diterima dan dirasakan oleh seseorang pegawai akan berpengaruh terhadap
hasil yang diperoleh dari pekerjaannya. Dengan diperolehnya kepuasan kerja oleh
pegawai baik itu dengan pemberian gaji yang sesuai, pekerjaan yang diberikan
sesuai dengan keahliannya, dan hubungan dengan atasan terjalin dengan baik, hal
ini akan meningkatkan kinerja para pegawainya (Febri, 2015).

Daftar Pustaka
Ardana I Komang, Ni Wayan Mujiati dan I wayan Mudiartha Utama. (2012).
Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha
Ilmu.

Febri Furqon. (2015). “Pengaruh Kepuasan Kerja dan Beban Kerja


Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Merapi Agung Lestari”.
Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta

Handayani, A. N., Riadi, S. S., & AS, D. L. (2020). Pengaruh Servant Leadership
Dan Budaya Organisasi Terhadap Komitmen Afektif Serta Organization
Citizenship Behavior Pegawai. 1(8), 1061–1073

Indriayani, Etty, (2012). Pengaruh Budaya Organisasi dan Kepuasan Kerja


Terhadap Kinerja Karyawan dengan Komitmen Organisasi sebagai
Variabel Intervening pada Workshop SMK Katolik Santi Mikael
Surakarta. STIE AUB Surakarta, Surakarta. e-journal.stie-aub.ac.id

Puah, Priscilla & Subramaniam Ananthram. (2016). Exploring the Antecedents


and Outcomes of Career Development Initiatives: Empirical Evidence
from Singaporean Employees. Research and Practice in Human Resource
Management, 14(1), pp: 112-142.

Razak Munir, Gunawan, I. (2016). Pengaruh Disiplin Kerja, Pengembangan Karir


Dan Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan Permata Bank Makassar.
Journal.Stieamkop.Ac.Id

Robbins Rthepen P. (2012). Perilaku Organisasi. Jakarta: Selemba Empat


Samuel, Setyadi, D., & Tricahyadinata, I. (2020). Pengaruh Budaya Organisasi
Terhadap Komitmen Organisasional Afektif Yang Dimediasi Oleh
Kepercayaan. Jurnal Bisnis Dan Manajemen, 16(2), 94–144

Sapada, A. F. A., Modding, H. B., Gani, A., & Nujum, S. (2018). The effect of
organizational culture and work ethics on job satisfaction and employees
performance. 28–36.

Susmiati, & Sudarma, K. (2015). Pengaruh Budaya Organisasi Dan Dukungan


Organisasi Persepsian Terhadap Kinerja Karyawan Dengan Komitmen
Organisasi Sebagai Variabel Intervening. Management Analysis Journal,
4(1), 79–87.

Tjahjono, H., Palupi, M., & Yuasmara, P. (2015). Peran Pemediasian Kepuasan
Karir Pada Pengaruh Keadilan Distributif Dan Keadilan Prosedural Karir
Pada Komitmen Afektif Karyawan Swasta Di Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta. Akmenika: Jurnal Akuntansi Dan Manajemen, 12(1).
Biodata Penulis
Nama Penulis :
Kelas :
Asal Institusi :
Tempat, Tanggal Lahir :
Alamat Tempat Tinggal :
Email :
No. HP :

Anda mungkin juga menyukai