Anda di halaman 1dari 4

Budaya Kerja Organisasi

Latar Belakang
Budaya organisasi umumnya membentuk perilaku karyawan dalam suatu organisasi.
Sehingga saat seseorang masuk ke suatu organisasi atau perusahaan, ia kemudian akan
mengikuti adat istiadat, kebiasaan dan budaya yang mendominasi pada organisasi tersebut.
Budaya kerja adalah faktor penting, karena mampu merubah sikap dan perilaku individu-
individu yang menjadi sumber daya manusia untuk mencapai produktivitas kerja. Budaya
kerja memiliki pandangan hidup sebagai nilai, kebiasaan lanjutkan menjadi sikap dan
perilaku untuk mencapai suatu kerja individu yang baik. Anthropological Theory
menjelaskan memandang bahwa perilaku seseorang dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya.
Pada konteks yang lebih luas lingkungan sosial yang mempengaruhi perilaku seseorang di-
dalamnya termasuk kebudayaan, subkultur, dan kelas sosial.

Nawawi (2005) budaya kerja adalah kebiasaan yang dilakukan berulang-ulang oleh pegawai
dalam suatu organisasi. Budaya kerja mempunyai arti yang sangat dalam, karena akan
merubah sikap dan prilaku sumber daya manusia untuk mencapai produktivitas kerja yang
lebih tinggi dalam menghadapi tantangan masa depan. Budaya merupakan suatu keseluruhan
dari pola prilaku yang terlihat dalam kehidupan sosial, seni, agama, kelembagaan, dan semua
hasil kerja dan pemikiran dari suatu kelompok manusia. Lima faktor yang mempengaruhi
budaya kerja yaitu tanggung jawab karyawan, inovasi, orientasi pada hasil, pengetahuan dan
sistem kerja. Faktor-faktor tersebut secara langsung akan mempengaruhi budaya kerja
karyawan dalam suatu perusahaan atau organisasi. Hal ini sudah sesuai dengan penelitian
yang dilakukan Shodiyah (2017) menyatakan budaya kerja berpengaruh signifikan terhadap
kinerja karyawan.

Sofyandi (2009) menyatakan bahwa manajemen sumber daya manusia adalah suatu strategi
dalam menerapkan fungsi-fungsi manajemen yaitu planning, organizing, leading and
controlling, dalam setiap aktifitas atau fungsi operasional sumber daya manusia mulai dari
proses penarikan, seleksi, pelatihan dan pengembangan, penempatan yang meliputi promosi,
demosi dan transfer, penilaian kinerja, pemberian kompensasi, hubungan industrial, hingga
pemutusan hubungan kerja, yang ditujukan bagi peningkatan kontribusi produktif dari
sumberdaya manusia organisasi terhadap pencapaian tujuan organisasi secara lebih efektif
dan efisien.

Suatu keberhasilan kerja, berakar pada nilai-nilai yang dimiliki dan perilaku yang menjadi
kebiasaannya. Nilai-nilai tersebut bermula dari adat kebiasaan, agama, norma dan kaidah
yang menjadi keyakinannya menjadi kebiasaan dalam perilaku kerja atau organisasi. Nilai-
nilai yang telah menjadi kebiasaan tersebut dinamakan budaya. Oleh karena budaya dikaitkan
dengan mutu atau kualitas kerja, maka dinamakan budaya kerja.

Kekuatan yang paling kuat mempengaruhi budaya kerja adalah kepercayaan dan juga sikap
para pegawai. Budaya kerja dapat positif, namun dapat juga negatif. Budaya kerja yang
bersifat positif dapat meningkatkan produktifitas kerja, sebaliknya yang bersifat negatif akan
merintangi perilaku, menghambat efektivitas perorangan maupun kelompok dalam
organisasi.

Unsur– Unsur Budaya Kerja Budaya kerja adalah berpijak dari nilai-nilai yang dimiliki oleh
bangsa atau masyarakat Indonesia yang diolah sedemikian rupa menjadi nilai-nilai baru yang
akan menjadi sikap dan perilaku manajemen yang diharapkan dalam upaya menghadapi
tantangan baru. Budaya kerja tidak akan muncul begitu saja, akan tetapi harus diupayakan
dengan sungguh-sungguh melalui proses yang terkendali dengan melibatkan semua sumber
daya manusia dalam seperangkat sistem, alatalat dan teknik-teknik pendukung. Budaya kerja
akan menjadi kenyataan melalui proses panjang, karena perubahan nilai-nilai lama menjadi
nilai-nilai baru akan memakan waktu untuk menjadi kebiasaan dan tak henti-hentinya terus
melakukan penyempurnaan dan perbaikan.

Menurut Taliziduhu Ndraha, budaya kerja dapat dibagi menjadi dua unsur, yaitu:

a. Sikap terhadap pekerjaan, yakni kesukaan akan kerja dibandingkan dengan kegiatan lain,
seperti bersantai, atau semata-mata memperoleh kepuasan dari kesibukan pekerjaannya
sendiri, atau merasa terpaksa melakukan sesuatu hanya untuk kelangsungan hidupnya.

b. Perilaku pada waktu bekerja, seperti rajin, berdedikasi, bertanggung jawab, berhati-hati,
teliti, cermat, kemauan yang kuat untuk mempelajari tugas dan kewajibannya, suka
membantu sesma pegawai, atau sebaliknya.

peraturan merupakan bentuk ketegasan dan bagian terpenting untuk mewujudkan pegawai
disiplin dalam mematuhi segala bentuk peraturan-peraturan yang berlaku di lembaga
pendidikan. Sehingga diharapkan pegawai memiliki tingkat kesadaran yang tinggi sesuai
dengan konsekwensi terhadap peraturan yang berlaku baik dalam organisasi perusahaan
maupun di lembaga pendidikan.

Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun 2023 tentang haria kerja dan jam kerja instansi
pemerintah dan pegawai aparatur sipil negara bahwa untuk meningkatkan produktivitas kerja
pegawai aparatur sipil negara dan untuk memberikan kepastian hukum terhadap fleksibilitas
kerja pegawai aparatur sipil negara serta dalam rangka peningkatan kualitas pelayan publik
perlu dilakukan penyesuaian hari kerja dan jam kerja instansi pemerintah dan pegawai
aparatur sipil negara.

Pasal 3 ayat (1), Hari Kerja Instansi Pemerintah sebanyak 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu)
minggu. Ayat (2), Hari Kerja Instansi Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yaitu
hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, dan Jumat. Pasal 4 ayat (1), Jam Kerja lnstansi Pemerintah
dan Jam Kerja Pegawai ASN sebanyak 37 (tiga puluh tujuh)jam 30 (tiga puluh) menit dalam
1 (satu) minggu tidak termasuk jam istirahat.

Nilai-nilai merupakan penghayatan seseorang mengenai apa yang lebih penting atau kurang
penting, apa yang lebih baik atau kurang baik, dan apa yang lebih benar atau kurang benar.
Jadi nilai dan budaya kerja tidak dapat dipisahkan dan keduanya harus ada keselarasan
dengan budaya kerja searah, keserasian dan keseimbangan. Maka penilaian dirasakan sangat
penting untuk memberikan evaluasi terhadap kinerja pegawai agar dapat memberikan nilai
baik secara kualitas maupun kuantitas. Jadi indikator budaya kerja yang baik adalah adanya
kedisiplinan dari pelaku organisasi baik atasan maupun bawahan, adanya ketaatan dalam
menjalankan peraturan yang berlaku dan memiliki nilai-nilai yang baik dalam melaksanakan
budaya kerja tersebut.

Manfaat Budaya Kerja Budaya kerja memiliki tujuan untuk mengubah sikap dan juga
perilaku SDM yang ada agar dapat meningkatkan produktivitas kerja untuk menghadapi
berbagai tantangan di masa yang akan datang. Manfaat dari penerapan Budaya Kerja yang
baik :
1. Meningkatkan jiwa gotong royong

2. Meningkatkan kebersamaan

3. Saling terbuka satu sama lain

4. Meningkatkan jiwa kekeluargaan

5. Meningkatkan rasa kekeluargaan

6. Membangun komunikasi yang lebih baik

7. Meningkatkan produktivitas kerja

8. Tanggap dengan perkembangan dunia luar.

Jadi manfaat dari budaya kerja yang baik akan membawa perubahan yang baik dalam
mencapai hasil yang diinginkan oleh pimpinan, seperti kegotong royongan, kebersamaan,
keterbukaan, kekeluargaan dan juga produktivitas kerja.

Untuk menghasilkan budaya kerja yang sesuai, para pegawai membutuhkan pengembangan
keahlian dan pengetahuan. Motivasi Pekerja membutuhkan dorongan untuk turut
memecahkan masalah organisasi lebih inovatif. Dengan demikian pemimpin dapat
mengembangkan budaya kerja yang adil melalui peningkatan daya pikir pegawai dalam
memecahkan masalah yang ada secara efektif dan efisien.

Pembahasan Masalah
apel masuk jam 07.30 pagi setelah itu memulai dengan aktivitas sesuai dengan tugas pokok
masing-masing yakni urusan pemerintahan setelah itu apel pulang jam 5 sore. Dengan
diterapkannya peraturan tersebut dapat merubah perilaku setiap pegawai, baik itu kebiasaan
lahir maupun faktor lingkungan. Dalam hal ini juga tidak terlepas dari peran Kepala Kantor
karena berangkat dari latar belakang perilaku yang berbeda sebagai seorang pimpinan Harus
berusaha untuk menyatukan perbedaan tersebut dengan membimbing, mengarahkan para
pegawai sesuai dengan peraturan yang ada, dan sebagai contoh yang patut diteladani oleh
para pegawai. Karena hal tersebut merupakan kewajiban Pegawai Negeri Sipil sehingga
selalu membiasakan diri datang tepat waktu, membiasakan diri untuk mematuhi tata tertib
yang ditetapkan, dan dengan senang hati semangat untuk bekerja.

Komunikasi Hubungan dengan rekan kerja, Jenis masalah yang paling sering ditemukan di
tempat kerja adalah soal komunikasi dan menjalin hubungan dengan teman kantor.Saat
seseorang kesulitan menjaga komunikasi dan hubungan dengan rekan kantor, hal tersebut
bisa menyebabkan kurangnya motivasi dalam bekerja.Komunikasi dan hubungan kerja
berkaitan erat. Pasalnya, dengan komunikasi yang baik kamu juga akan lebih mudah dalam
menjaga hubungan dengan orang lain.

Untuk membangun budaya kerja yang baik membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk
merubahnya, maka itu perlu adanya pembenahan- pembenahan yang dimulai dari sikap dan
tingkah laku pemimpinnya kemudian diikuti para bawahannya. Terbentuknya budaya kerja
diawali tingkat kesadaran pemimpin atau pejabat yang ditunjuk, dimana besarnya hubungan
antara pemimpin dengan bawahannya akan membentuk suatu cara tersendiri yang akan
dijalankan dalam perangkat satuan kerja atau organisasinya.
Untuk menghasilkan budaya kerja yang sesuai, para pegawai membutuhkan pengembangan
keahlian dan pengetahuan. Motivasi Pekerja membutuhkan dorongan untuk turut
memecahkan masalah organisasi lebih inovatif. Dengan demikian pemimpin dapat
mengembangkan budaya kerja yang adil melalui peningkatan daya pikir pegawai dalam
memecahkan masalah yang ada secara efektif dan efisien.

Solusi
1. Menerapkan Sistem organisasi modern, ramping, efektif dan efisien yang mampu
membedakan antara tugas-tugas yang perlu ditangani dan yang tidak perlu ditangani.

2. Sistem dan prosedur kerja lebih berorientasi pada ciri-ciri organisasi modern yakni :
pelayanan cepat, tepat, akurat, terbuka dengan tetap mempertahankan kualitas, efesiensi
biaya, dan ketepatan waktu

3. Sebagai fasilitator pelayan publik

4. Strukturnya lebih desentralistis, inovatif, fleksibel, dan responsif.

5. Melakukan reformasi internal dari aparat/birokrasi sesuai tugas pokok dan fungsi masing-
masing pegawai.

6. Mendeskripsikan dan mempublikasikan secara jelas-tegas, kriteria efisien dan efektif suatu
kegiatan layanan publik. Efisien atau efektif tidaknya aktivitas layanan publik menjadi
indikasi kinerja dan jenjang karir aparat yang bersangkutan

7. Adanya otonomi, demokratisasi serta keterlibatan aparat dalam merumuskan suatu


kebijakan dan

8. Peningkatan moralitas aparat, ini bersangkutan dengan kesadaran masing-masing


aparat/birokrasi sebagai aktor pelayanan publik.

9. supaya bisa terhindar dari masalah ini sebaiknya kamu terus mengembangkan kemampuan
komunikasi seperti mulai menerapkan active listening hingga belajar berempati.

Anda mungkin juga menyukai