0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
49 tayangan11 halaman
Rumah Sakit H. L. Manambai Abdulkadir membahas budaya kerja yang diharapkan di rumah sakit tersebut, yang terdiri dari disiplin, keterbukaan, saling menghargai, dan kerjasama. Dokumen ini juga menjelaskan unsur-unsur pembentuk budaya kerja seperti sikap terhadap pekerjaan dan perilaku saat bekerja, serta indikator untuk mengukur budaya kerja seperti kebiasaan, norma, dan nilai-nilai.
Rumah Sakit H. L. Manambai Abdulkadir membahas budaya kerja yang diharapkan di rumah sakit tersebut, yang terdiri dari disiplin, keterbukaan, saling menghargai, dan kerjasama. Dokumen ini juga menjelaskan unsur-unsur pembentuk budaya kerja seperti sikap terhadap pekerjaan dan perilaku saat bekerja, serta indikator untuk mengukur budaya kerja seperti kebiasaan, norma, dan nilai-nilai.
Rumah Sakit H. L. Manambai Abdulkadir membahas budaya kerja yang diharapkan di rumah sakit tersebut, yang terdiri dari disiplin, keterbukaan, saling menghargai, dan kerjasama. Dokumen ini juga menjelaskan unsur-unsur pembentuk budaya kerja seperti sikap terhadap pekerjaan dan perilaku saat bekerja, serta indikator untuk mengukur budaya kerja seperti kebiasaan, norma, dan nilai-nilai.
Jl. Lintas Sumbawa – Bima Km 05 Telp.(0371) 2628078 Fax. (0371) 2628099 Sumbawa Besar email : rsudp_disumbawa@yahoo.com Kode Pos: 84381
Budaya Kerja Rumah Sakit H.L. Manambai Abdulkadir
A. Pengertian Budaya Kerja
Budaya kerja adalah sebuah konsep yang mengatur kepercayaan, proses berpikir, serta perilaku karyawan yang didasarkan pada ideologi dan prinsip suatu organisasi. Konsep inilah yang mengatur bagaimana setiap karyawan berinteraksi satu sama lain serta bagaimana suatu organisasi atau perusahaan berfungsi. Budaya kerja timbul akibat hasil belajar bersama antar anggota yang dianggap merupakan jalan yang benar untuk memahami, berpikir, dan merasakan satu sama lain agar bisa memecahkan masalah yang ada. Maka dari itu, bisa dikatakan bahwa budaya kerja juga merupakan kumpulan dari asumsi-asumsi dasar yang dipelajari sebagai hasil dari memecahkan masalah yang ada di perusahaan dalam proses penyesuaian. Itulah mengapa ia berhubungan dengan mentalitas setiap karyawan yang nantinya akan memengaruhi suasana kerja. Pengertian budaya kerja menurut Hadari Nawawi dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia, “Budaya Kerja adalah kebiasaan yang dilakukan berulang-ulang oleh pegawai dalam suatu organisasi, pelanggaraan terhadap kebiasaan ini memang tidak ada sangsi tegas, namun dari pelaku organisasi secara moral telah menyepakati bahwa kebiasaan tersebut merupakan kebiasaan yang harus ditaati dalam rangka pelaksanaan pekerjaan untuk mencapai tujuan.” Dari uraian di atas bahwa, budaya kerja merupakan perilaku yang dilakukan berulang-ulang oleh setiap individu dalam suatu organisasi dan telah menjadi kebiasaan dalam pelaksanaan pekerjaan. Budaya Kerja Menurut Triguno dalam bukunya Manajemen Sumber Daya Manusia, “Budaya Kerja adalah suatu falsafah yang didasari oleh pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan, dan kekuatan pendorong, membudaya dalam kehidupan suatu kelompok masyarakat atau organisasi yang tercermin dari sikap menjadi perilaku, kepercayaan, cita-cita, pendapat dan tindakan yang terwujud sebagai kerja atau bekerja.”
B. Elemen Pembentuk Budaya Kerja
Budaya kerja sendiri tersusun dari beberapa elemen. Adapun Cakupan elemen setiap nilai budaya kerja tersebut, antara lain: 1. Disiplin; Perilaku yang senantiasa berpijak pada peraturan dan norma yang berlaku di dalam maupun di luar Rumah Sakit. Disiplin meliputi ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan, prosedur, berlalu lintas, waktu kerja, berinteraksi dengan mitra, dan sebagainya. 2. Keterbukaan; Kesiapan untuk memberi dan menerima informasi yang benar dari dan kepada sesama mitra kerja untuk kepentingan Rumah Sakit. 3. Saling menghargai; Perilaku yang menunjukkan penghargaan terhadap individu, tugas dan tanggung jawab orang lain sesama mitra kerja. 4. Kerjasama; Kesediaan untuk memberi dan menerima kontribusi dari dan atau kepada mitra kerja dalam mencapai sasaran dan target Rumah Sakit. Kesuksesan organisasi bermula dari adanya disiplin menerapkan nilai-nilai inti perusahaan. Konsistensi dalam menerapkan kedisiplinan dalam setiap tindakan, penegakan aturan dan kebijakan akan mendorong munculnya kondisi keterbukaan, yaitu keadaan yang selalu jauh dari prasangka negatif karena segala sesuatu disampaikan melalui fakta dan data yang akurat (informasi yang benar). Selanjutnya, situasi yang penuh dengan keterbukaan akan meningkatkan komunikasi horizontal dan vertikal, membina hubungan personal baik formal maupun informal diantara jajaran manajemen, sehingga tumbuh sikap saling menghargai. Pada gilirannya setelah interaksi lintas sektoral dan antar karyawan semakin baik akan menyuburkan semangat kerjasama dalam wujud saling koordinasi manajemen atau karyawan lintas sektoral, menjaga kekompakkan manajemen, mendukung dan mengamankan setiap keputusan manajemen, serta saling mengisi dan melengkapi. Hal inilah yang menjadi tujuan bersama dalam rangka membentuk budaya kerja. C. Prinsip Terbentuknya Budaya Kerja Pada prinsipnya fungsi budaya kerja bertujuan untuk membangun keyakinan sumber daya manusia atau menanamkan nilai-nilai tertentu yang melandasi atau mempengaruhi sikap dan perilaku yang konsisten serta komitmen membiasakan suatu cara kerja di lingkungan masing-masing. Dengan adanya suatu keyakinan dan komitmen kuat merefleksikan nilai-nilai tertentu, misalnya membiasakan kerja berkualitas, sesuai standar, atau sesuai ekpektasi pelanggan (organisasi), efektif atau produktif dan efisien. Tujuan fundamental budaya kerja adalah untuk membangun sumber daya manusia seutuhnya agar setiap orang sadar bahwa mereka berada dalam suatu hubungan sifat peran pelanggan, pemasok dalam komunikasi dengan orang lain secara efektif dan efisien serta menggembirakan. Budaya kerja berupaya mengubah komunikasi tradisional menjadi perilaku manajemen modern, sehingga tertanam kepercayaan dan semangat kerjasama yang tinggi serta disiplin. Dengan membiasakan kerja berkualitas, seperti berupaya melakukan cara kerja tertentu, sehingga hasilnya sesuai dengan standar atau kualifikasi yang ditentukan organiasi. Jika hal ini dapat terlaksana dengan baik atau membudaya dalam diri pegawai, sehingga pegawai tersebut menjadi tenaga yang bernilai ekonomis, atau memberikan nilai tambah bagi orang lain dan organisasi. Selain itu, jika pekerjaan yang dilakukan pegawai dapat dilakukan dengan benar sesuai prosedur atau ketentuan yang berlaku, berarti pegawai dapat bekerja efektif dan efisien. Melaksanakan budaya kerja mempunyai arti yang sangat mendalam, karena akan merubah sikap dan perilaku sumber daya manusia untuk mencapai produktivitas kerja yang lebih tinggi dalam menghadapi tantangan masa depan. Disamping itu masih banyak lagi manfaat yang muncul seperti kepuasan kerja meningkat, pergaulan yang lebih akrab, disiplin meningkat, pengawasan fungsional berkurang, pemborosan berkurang, tingkat absensi menurun, terus ingin belajar, ingin memberikan terbaik bagi organisasi, dan lain-lain. Berdasarkan pandangan mengenai manfaat budaya kerja, dapat ditarik suatu deskripsi sebenarnya bahwa manfaat budaya kerja adalah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, kualitas hasil kerja, kuantitas hasil kerja sehingga sesuai yang diharapkan. D. Unsur Budaya Kerja Budaya kerja berpijak dari nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa atau masyarakat Indonesia yang diolah sedemikian rupa menjadi nilai-nilai baru yang akan menjadi sikap dan perilaku manajemen yang diharapkan dalam upaya menghadapi tantangan baru. Budaya kerja tidak akan muncul begitu saja, akan tetapi harus diupayakan dengan sungguh-sungguh melalui proses yang terkendali dengan melibatkan semua sumber daya manusia dalam seperangkat sistem, alat- alat dan teknik-teknik pendukung. Budaya kerja akan menjadi kenyataan melalui proses panjang, karena perubahan nilai-nilai lama menjadi nilai-nilai baru akan memakan waktu untuk menjadi kebiasaan dan tak henti-hentinya terus melakukan penyempurnaan dan perbaikan. Menurut Taliziduhu Ndraha, budaya kerja dapat dibagi menjadi dua unsur, yaitu: 1. Sikap terhadap pekerjaan, yakni kesukaan akan kerja dibandingkan dengan kegiatan lain, seperti bersantai, atau semata-mata memperoleh kepuasan dari kesibukan pekerjaannya sendiri, atau merasa terpaksa melakukan sesuatu hanya untuk kelangsungan hidupnya. 2. Perilaku pada waktu bekerja, seperti rajin, berdedikasi, bertanggung jawab, berhati-hati, teliti, cermat, kemauan yang kuat untuk mempelajari tugas dan kewajibannya, suka membantu sesma pegawai, atau sebaliknya. Budaya kerja merupakan suatu organisasi komitmen yang luas dalam upaya untuk membangun sumber daya manusia, proses kerja dan hasil kerja yang lebih baik. Untuk mencapai tingkat kualitas yang makin baik tersebut diharapkan bersumber dari perilaku setiap individu yang terkait dalam organisasi kerja itu sendiri. Setiap fungsi atau proses kerja mempunyayi perbedaan cara kerja, yang mengakibatkan berbeda nilai-nilai yang cocok untuk diambil dalam kerangka kerja organisasi. Setiap nilai-nilai apa yang sepatutnya dimiliki oleh pemimpin puncak dan pemimpin lainnya, bagaimana perilaku setiap orang akan mempengaruhi kerja mereka. Menurut Triguno unsur-unsur dalam budaya organisasi, antara lain: 1. Falsafah, berupa nilai-nilai luhur Pancasila, UUD 1945, agama, tradisi, dan teknologi. 2. Kualitas, yakni dimensi yang meliputi performance, features, conformance, durability, serviceability, aesthetics, perseived quality, value, responveness, humanity, security, dan competency. 3. Nilai-nilai instrumen, yakni standar mutu, hubungan pemasok-pelanggan, orientasi pencegahan, mutu dan setiap sumber, dan penyempurnaan terus- menerus. E. Indikator Budaya Kerja Terdapat beberapa indikator untuk mengukur dan mengetahui budaya kerja. Adapun indikator-indikator budaya kerja menurut Taliziduhu Ndraha dapat dikategorikan tiga Yaitu : 1. Kebiasaan Kebiasaan-kebiasaan biasanya dapat dilihat dari cara pembentukan perilaku berorganisasi pegawai, yaitu perilaku berdasarkan kesadaran akan hak dan kewajiban, kebebasan atau kewenangan dan tanggungjawab baik pribadi maupun kelompok di dalam ruang lingkup lingkungan pekerjaan. Adapun istilah lain yang dapat dianggap lebih kuat ketimbang sikap, yaitu pendirian (position), jika sikap bisa berubah pendiriannya diharapkan tidak berdasarkan keteguhan atau kekuatannya. Maka dapat diartikan bahwa sikap merupakan cermin pola tingkah laku atau sikap yang sering dilakukan baik dalam keadaan sadar ataupun dalam keadaan tidak disadar, kebiasaan biasanya sulit diperbaiki secara cepat dikarenakan sifat yang dibawa dari lahiriyah, namun dapat diatasi dengan adanya aturan-aturan yang tegas baik dari organisasi ataupun perusahaan. 2. Peraturan Untuk memberikan ketertiban dan kenyamanan dalam melaksanakan tugas pekerjaan pegawai, maka dibutuhkan adanya peraturan karena peraturan merupakan bentuk ketegasan dan bagian terpenting untuk mewujudkan pegawai disiplin dalam mematuhi segala bentuk peraturan-peraturan yang berlaku di lembaga pendidikan. Sehingga diharapkan pegawai memiliki tingkat kesadaran yang tinggi sesuai dengan konsekwensi terhadap peraturan yang berlaku baik dalam organisasi perusahaan maupun di lembaga pendidikan. 3. Nilai-nilai Nilai merupakan penghayatan seseorang mengenai apa yang lebih penting atau kurang penting, apa yang lebih baik atau kurang baik, dan apa yang lebih benar atau kurang benar. Untuk dapat berperan nilai harus menampakkan diri melalui media atau encoder tertentu. Nilai bersifat abstrak, hanya dapat diamati atau dirasakan jika terekam atau termuat pada suatu wahana atau budaya kerja. Jadi nilai dan budaya kerja tidak dapat dipisahkan dan keduanya harus ada keselarasan dengan budaya kerja searah, keserasian dan keseimbangan. Maka penilaian dirasakan sangat penting untuk memberikan evaluasi terhadap kinerja pegawai agar dapat memberikan nilai baik secara kualitas maupun kuantitas. F. Ciri Organisasi yang Mempunyai Budaya Kerja Sehat Setiap Rumah Sakit memiliki indikator budaya kerja baik yang berbeda. Namun, mayoritas Rumah Sakit pasti sepakat bahwa contoh budaya kerja yang baik adalah ketika setiap karyawan mematuhi peraturan serta regulasi yang berlaku di Rumah Sakit serta tetap mengacu pada SOP yang sudah disediakan. Ada pun ciri-ciri organisasi yang memiliki budaya kerja sehat, di mana yang paling terlihat adalah ketika karyawan merasa senang bekerja di perusahaan tersebut serta meningkatnya produktifitas setiap karyawan. Ciri-ciri lain yang bisa dilihat antara lain: 1. Karyawan yang saling menghormati satu sama lain. Setiap karyawan harus respek terhadap karyawan lain, tidak memandang siapa atasan dan siapa bawahan. Saling jegal adalah sifat tak profesional yang harus dihilangkan dari perusahaan. Hindarkan setiap karyawan dari persaingan tidak sehat yang sifatnya merugikan satu sama lain. 2. Semua karyawan diperlakukan sama. Hindari membuat peraturan yang membeda-bedakan setiap karyawan. Hal ini hanya membuat karyawan merasa tidak termotivasi. Karyawan harus dinilai dari bagaimana dia bekerja. Tidak boleh ada hubungan personal satu sama lain yang membuat perusahaan memperlakukan karyawan secara berbeda. Jangan pernah cenderung ke satu orang hanya karena dia memiliki hubungan khusus dengan Anda. 3. Ada penghargaan untuk top performer. Selalu hargai setiap pekerjaan karyawan. Bila ada karyawan yang bekerja dengan baik, maka berikanlah penghargaan untuknya. Buat dia merasa bahwa dirinya sangat berharga bagi perusahaan. Sebaliknya, jangan mengkritik karyawan yang bekerja kurang bagus. Lebih baik lagi bila Anda bisa mengajaknya untuk lebih bersemangat. Berikan dia satu kali kesempatan untuk berubah daripada langsung memecatnya. 4. Ada diskusi di lingkungan kerja. Harus ada forum diskusi yang membangun di antara setiap karyawan. Di antara karyawan yang satu dengan yang lain harus memiliki kebebasan untuk berpendapat sehingga dapat membangun sistem yang lebih efektif dan efisien. Tingkatkan transparansi antar karyawan sehingga tidak muncul persaingan kurang sehat antar rekan kerja. G. 7 Budaya Kerja yang harus dimiliki oleh Rumah Sakit H.L. Manambai Abdulkadir 1. Budaya kerja timbal balik (Feedback membangun) Budaya kerja ini mendukung adanya umpan balik yang jujur di atas semua bentuk komunikasi lainnya. Saat seorang pekerja perlu meningkatkan performa, maka atasan akan langsung mengingatkannya tentang hal tersebut. Sebaliknya, jika manajer tidak produktif atau kurang bertanggung jawab, maka manajemen akan memfasilitasi bentuk komunikasi untuk menemukan solusi terebut. Budaya kerja timbal balik seperti ini akan membuat karyawan saling percaya satu sama lain. Mereka akan merasa bebas untuk memberikan ide, mendengarkan masukan atau melakukan inisiatif. 2. Budaya kerja yang transparan (Balancing-Board-Transparency-With- Privacy/Transparency at work) Hampir sama seperti poin sebelumnya, komunikasi merupakan kunci dari suatu hubungan yang baik dalam perusahaan. Nah, sebuah komunikasi yang baik tentu membutuhkan transparansi. Hal ini bukan berarti setiap orang di perusahaan tahu berapa banyak uang yang dihasilkan orang lain, tetapi transparansi di sini lebih kepada keyakinan bahwa apapun yang dikerjakan tiap orang dalam organisasi sejalan dengan tujuan yang lebih luas. Sebagai contoh misalnya Rumah Sakit memfasilitasi karyawan untuk membuat pertanyaan terkait segala hal di dalam Rumah Sakit secara tertulis. Kemudian Direksi menjawab setiap pertanyaan tersebut. 3. Budaya kerja yang berfokus pada individu (work-flexibility/Fleksibilitas dalam pekerjaan. Budaya kerja seperti ini menawarkan fleksibilitas kepada setiap orang untuk menyesuaikan gaya kerjanya masing-masing. Salah satu caranya mungkin dengan mengizinkan beberapa karyawan bekerja dari rumah (remote work) jika itu tidak mengganggu produktivitas. Pegawai lainnya mungkin diizinkan untuk memiliki jam kerja yang lebih fleksibel atau bahkan memilih meja kerja mereka sendiri. Setiap orang tentu memiliki tipe atau cara bekerja yang berbeda dan budaya kerja semacam ini akan membuat karyawan merasa lebih bebas dan produktif. 4. Budaya kerja tanpa dinding pembatas Lingkungan kerja tanpa adanya dinding pembatas akan menciptakan budaya kerja tim yang lebih baik. Kantor yang membiarkan ruangannya terbuka tanpa bilik akan membuat karyawannya dapat berbicara antara satu sama lain dengan bebas. Lingkungan kerja semacam ini juga biasanya memiliki ruang istirahat bersama yang membuat karyawan semakin membaur dan menghilangkan jarak antar divisi. Selain ruang kerja tanpa pembatas, Anda juga dapat mengadakan acara team building di kantor untuk meningkatkan semangat bekerjasama dan saling menghargai. 5. Budaya kerja tim Budaya kerja tim akan memungkinkan setiap orang untuk bekerja secara individu dengan tetap fokus pada keberhasilan sebagai sebuah tim. Lingkungan semacam ini biasanya akan menentukan tujuan tim dan memungkinkan setiap orang bekerja sama dalam kelompok yang lebih kecil untuk menyelesaikan tugas kelompok. Karyawan akan lebih fokus untuk meningkatkan kualitas kerja individu demi keberhasilan bersama. 6. Budaya kerja skeptis terbuka Dalam budaya kerja ini, semua hal dapat dipertanyakan. Semua karyawan didorong untuk selalu skeptis dan mempertanyakan banyak hal. Tidak ada orang yang akan merasa takut untuk ditegur karena bertanya atau mengungkapkan idenya. Karyawan akan merasa bebas untuk mengungkapkan kejanggalan yang ia rasakan saat bekerja. Oleh karena setiap orang bebas dan berhak mengajukan pertanyaan, maka semua orang juga akan lebih semangat untuk bekerja bersama-sama menggerakkan perusahaan agar semakin maju. 7. Budaya kerja menyenangkan dengan unsur lelucon (Situasi kerja menyenangkan) Tidak melulu harus serius dalam merencanakan suatu hal atau mengembangkan ide, unsur lelucon ternyata dapat membangkitkan kreatifitas dan semangat seseorang dalam bekerja. Unsur ini juga akan menegaskan kepada tiap karyawan bahwa perusahaan merangkul setiap kreatifitas. Perusahaan-perusahaan di Silicon Valley terkenal dengan memasukkan unsur ini dalam budaya mereka. Sebuah startup di sana pernah meminta karyawannya untuk melakukan parade di pusat kota dan memberikan tos pada sepuluh orang asing. Bukan sia-sia, kegiatan ini membuat karyawan tahu bahwa di saat mereka sedang rentan, ada tim di belakang mereka yang akan mendukung mereka dan tertawa bersama. H. Contoh Budaya Kerja yang Baik Bekerja merupakan suatu kegiatan untuk menghasilkan suatu manfaat bagi orang lain dan mendatangkan keuntungan secara materi bagi diri sendiri. Profesi atau jenis pekerjaan di dunia ini sangat banyak, seperti menjadi PNS, pilot, dosen, pelatih olah raga, pembisnis, pengusaha, dan masih banyak lainnya. Seseorang yang bekerja baik dalam mengurus usahanya sendiri ataupun menjadi karyawan di perusahaan orang lain pastinya harus memiliki budaya kerja yang baik. Budaya kerja yang baik sudah seharusnya diterapkan oleh setiap perusahaan kepada karyawan, maupun karyawan terhadap perusahaan. Keduanya memiliki kewajiban dan hak masing-masing demi tercapainya tujuan bersama. Contoh Budaya Kerja Selain itu sistem budaya kerja yang diterapkan suatu Rumah Sakit juga akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja karyawan. Maka dari itu budaya kerja yang baik haruslah diterapkan. Bagaimana budaya kerja yang baik ? Setiap orang atau Rumah Sakit tentunya memiliki pandangan tersendiri mengenai bagaimana budaya kerja yang baik. Berikut ini ada beberapa contoh budaya kerja yang baik : 1. Produktif Produktif menjadi salah satu budaya kerja yang paling utama harus diterapkan dan dimiliki oleh setiap karyawan. Produktif disini mengandung beberapa komponen, seperti misalnya memahami substansi dasar mengenai makna bekerja, sikap terhadap pekerjaan dan lingkungan pekerjaan, perilaku ketika bekerja, etos kerja, sikap terhadap waktu , serta berbagai peralatan penunjang pekerjaan. Berbegai komponen tersebut sangat perlu diperhatikan supaya dalam menyelesaikan suatu pekerjaan tidak sesuatu yang menghambat. 2. Membebaskan Karyawan Berekspresi Ketika karyawan telah terbukti memiliki beberapa komponen sebelumnya atau bekerja sangat produktif, maka sangat penting memberikan kebebasan kepada karyawan. Hal ini dilakukan semata untuk meningkatkan kepercayaan diri karyawan dan tanggung jawab yang lebih tinggi. jika karyawan dibebaskan untuk berekspresi dan berimajinasi secara luas, bukan tidak mungkin ada hasil lebih yang bisa ia berikan. Meskipun begitu, sebagai pemilik perusahaan anda tetap memiliki hak untuk mengontrol atau mengawasi setiap hasil kerja yang dilakukan karyawan. Bukan hanya soal pembebasan dalam berfikir saja, namun perusahaan sebesar Google ternyata juga membesaskan para karyawannya dalam berpenampilan. Perusahaan ini sangat identik dengan budaya kerja yang mengedepankan lingkungan kerja yang lebih casual dan terkesan santai dari pada harus serius setiap hari.
3. Memberikan Fasilitas Penunjang Untuk Karyawan
Fasilitas sangat penting demi menunjang kerja seorang karyawan. Perusahaan yang baik tidak hanya akan menuntuk hasil, namun juga memeprhatika proses dan menyediakan berbagai fasilitas yang dibutuhkan oleh karyawan. Misalnya saja seperti menyediakan makan di kantor, kendaraan selama dikantor, alat cepat atau printer, dan masih banyak lainnya 4. Memberikan Hiburan Menghadapi berbagai pekerjaan setiap hari memang membuat seorang pekerja akan merasa jenuh pada waktu-waktu tertentu. Hal inilah yang juga menjadi perhatian para pemilik perusahaan. Tidak hanya menuntut hasil dari pekerjaan karyawannya, namun perusahaan juga harus memperhatikan kebutuhan psikis para karyawannya. Memberikan suatu kegiatan untuk merefresh otak juga sangat perlu dilakukan. Misalnya saja, sebulan sekali melakukan kegiatan outbond atau pergi rekreasi bersama-sama.
Manajemen waktu dalam 4 langkah: Metode, strategi, dan teknik operasional untuk mengatur waktu sesuai keinginan Anda, menyeimbangkan tujuan pribadi dan profesional