Anda di halaman 1dari 11

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

RUMAH SAKIT H. L. MANAMBAI ABDULKADIR


Jl. Lintas Sumbawa – Bima Km 05 Telp.(0371) 2628078 Fax. (0371) 2628099
Sumbawa Besar email : rsudp_disumbawa@yahoo.com Kode Pos: 84381

Budaya Kerja
Rumah Sakit H.L. Manambai Abdulkadir

A. Pengertian Budaya Kerja


Budaya kerja adalah sebuah konsep yang mengatur kepercayaan, proses
berpikir, serta perilaku karyawan yang didasarkan pada ideologi dan prinsip suatu
organisasi. Konsep inilah yang mengatur bagaimana setiap karyawan berinteraksi
satu sama lain serta bagaimana suatu organisasi atau perusahaan berfungsi.
Budaya kerja timbul akibat hasil belajar bersama antar anggota yang dianggap
merupakan jalan yang benar untuk memahami, berpikir, dan merasakan satu sama
lain agar bisa memecahkan masalah yang ada. Maka dari itu, bisa dikatakan bahwa
budaya kerja juga merupakan kumpulan dari asumsi-asumsi dasar yang dipelajari
sebagai hasil dari memecahkan masalah yang ada di perusahaan dalam proses
penyesuaian. Itulah mengapa ia berhubungan dengan mentalitas setiap karyawan
yang nantinya akan memengaruhi suasana kerja.
Pengertian budaya kerja menurut Hadari Nawawi dalam bukunya
Manajemen Sumber Daya Manusia, “Budaya Kerja adalah kebiasaan yang
dilakukan berulang-ulang oleh pegawai dalam suatu organisasi, pelanggaraan
terhadap kebiasaan ini memang tidak ada sangsi tegas, namun dari pelaku
organisasi secara moral telah menyepakati bahwa kebiasaan tersebut merupakan
kebiasaan yang harus ditaati dalam rangka pelaksanaan pekerjaan untuk mencapai
tujuan.” Dari uraian di atas bahwa, budaya kerja merupakan perilaku yang dilakukan
berulang-ulang oleh setiap individu dalam suatu organisasi dan telah menjadi
kebiasaan dalam pelaksanaan pekerjaan.
Budaya Kerja Menurut Triguno dalam bukunya Manajemen Sumber Daya
Manusia, “Budaya Kerja adalah suatu falsafah yang didasari oleh pandangan hidup
sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan, dan kekuatan pendorong,
membudaya dalam kehidupan suatu kelompok masyarakat atau organisasi yang
tercermin dari sikap menjadi perilaku, kepercayaan, cita-cita, pendapat dan
tindakan yang terwujud sebagai kerja atau bekerja.”

B. Elemen Pembentuk Budaya Kerja


Budaya kerja sendiri tersusun dari beberapa elemen. Adapun Cakupan
elemen setiap nilai budaya kerja tersebut, antara lain:
1. Disiplin; Perilaku yang senantiasa berpijak pada peraturan dan norma yang
berlaku di dalam maupun di luar Rumah Sakit. Disiplin meliputi ketaatan
terhadap peraturan perundang-undangan, prosedur, berlalu lintas, waktu kerja,
berinteraksi dengan mitra, dan sebagainya.
2. Keterbukaan; Kesiapan untuk memberi dan menerima informasi yang benar
dari dan kepada sesama mitra kerja untuk kepentingan Rumah Sakit.
3. Saling menghargai; Perilaku yang menunjukkan penghargaan terhadap
individu, tugas dan tanggung jawab orang lain sesama mitra kerja.
4. Kerjasama; Kesediaan untuk memberi dan menerima kontribusi dari dan atau
kepada mitra kerja dalam mencapai sasaran dan target Rumah Sakit.
Kesuksesan organisasi bermula dari adanya disiplin menerapkan nilai-nilai
inti perusahaan. Konsistensi dalam menerapkan kedisiplinan dalam setiap tindakan,
penegakan aturan dan kebijakan akan mendorong munculnya kondisi keterbukaan,
yaitu keadaan yang selalu jauh dari prasangka negatif karena segala sesuatu
disampaikan melalui fakta dan data yang akurat (informasi yang benar).
Selanjutnya, situasi yang penuh dengan keterbukaan akan meningkatkan
komunikasi horizontal dan vertikal, membina hubungan personal baik formal
maupun informal diantara jajaran manajemen, sehingga tumbuh sikap saling
menghargai.
Pada gilirannya setelah interaksi lintas sektoral dan antar karyawan
semakin baik akan menyuburkan semangat kerjasama dalam wujud saling
koordinasi manajemen atau karyawan lintas sektoral, menjaga kekompakkan
manajemen, mendukung dan mengamankan setiap keputusan manajemen, serta
saling mengisi dan melengkapi. Hal inilah yang menjadi tujuan bersama dalam
rangka membentuk budaya kerja.
C. Prinsip Terbentuknya Budaya Kerja
Pada prinsipnya fungsi budaya kerja bertujuan untuk membangun keyakinan
sumber daya manusia atau menanamkan nilai-nilai tertentu yang melandasi atau
mempengaruhi sikap dan perilaku yang konsisten serta komitmen membiasakan
suatu cara kerja di lingkungan masing-masing. Dengan adanya suatu keyakinan
dan komitmen kuat merefleksikan nilai-nilai tertentu, misalnya membiasakan kerja
berkualitas, sesuai standar, atau sesuai ekpektasi pelanggan (organisasi), efektif
atau produktif dan efisien.
Tujuan fundamental budaya kerja adalah untuk membangun sumber daya
manusia seutuhnya agar setiap orang sadar bahwa mereka berada dalam suatu
hubungan sifat peran pelanggan, pemasok dalam komunikasi dengan orang lain
secara efektif dan efisien serta menggembirakan. Budaya kerja berupaya
mengubah komunikasi tradisional menjadi perilaku manajemen modern, sehingga
tertanam kepercayaan dan semangat kerjasama yang tinggi serta disiplin.
Dengan membiasakan kerja berkualitas, seperti berupaya melakukan cara
kerja tertentu, sehingga hasilnya sesuai dengan standar atau kualifikasi yang
ditentukan organiasi. Jika hal ini dapat terlaksana dengan baik atau membudaya
dalam diri pegawai, sehingga pegawai tersebut menjadi tenaga yang bernilai
ekonomis, atau memberikan nilai tambah bagi orang lain dan organisasi. Selain itu,
jika pekerjaan yang dilakukan pegawai dapat dilakukan dengan benar sesuai
prosedur atau ketentuan yang berlaku, berarti pegawai dapat bekerja efektif dan
efisien.
Melaksanakan budaya kerja mempunyai arti yang sangat mendalam, karena
akan merubah sikap dan perilaku sumber daya manusia untuk mencapai
produktivitas kerja yang lebih tinggi dalam menghadapi tantangan masa depan.
Disamping itu masih banyak lagi manfaat yang muncul seperti kepuasan kerja
meningkat, pergaulan yang lebih akrab, disiplin meningkat, pengawasan fungsional
berkurang, pemborosan berkurang, tingkat absensi menurun, terus ingin belajar,
ingin memberikan terbaik bagi organisasi, dan lain-lain.
Berdasarkan pandangan mengenai manfaat budaya kerja, dapat ditarik suatu
deskripsi sebenarnya bahwa manfaat budaya kerja adalah untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia, kualitas hasil kerja, kuantitas hasil kerja sehingga
sesuai yang diharapkan.
D. Unsur Budaya Kerja
Budaya kerja berpijak dari nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa atau
masyarakat Indonesia yang diolah sedemikian rupa menjadi nilai-nilai baru yang
akan menjadi sikap dan perilaku manajemen yang diharapkan dalam upaya
menghadapi tantangan baru. Budaya kerja tidak akan muncul begitu saja, akan
tetapi harus diupayakan dengan sungguh-sungguh melalui proses yang terkendali
dengan melibatkan semua sumber daya manusia dalam seperangkat sistem, alat-
alat dan teknik-teknik pendukung.
Budaya kerja akan menjadi kenyataan melalui proses panjang, karena
perubahan nilai-nilai lama menjadi nilai-nilai baru akan memakan waktu untuk
menjadi kebiasaan dan tak henti-hentinya terus melakukan penyempurnaan dan
perbaikan. Menurut Taliziduhu Ndraha, budaya kerja dapat dibagi menjadi dua
unsur, yaitu:
1. Sikap terhadap pekerjaan, yakni kesukaan akan kerja dibandingkan dengan
kegiatan lain, seperti bersantai, atau semata-mata memperoleh kepuasan dari
kesibukan pekerjaannya sendiri, atau merasa terpaksa melakukan sesuatu
hanya untuk kelangsungan hidupnya.
2. Perilaku pada waktu bekerja, seperti rajin, berdedikasi, bertanggung jawab,
berhati-hati, teliti, cermat, kemauan yang kuat untuk mempelajari tugas dan
kewajibannya, suka membantu sesma pegawai, atau sebaliknya.
Budaya kerja merupakan suatu organisasi komitmen yang luas dalam upaya
untuk membangun sumber daya manusia, proses kerja dan hasil kerja yang lebih
baik. Untuk mencapai tingkat kualitas yang makin baik tersebut diharapkan
bersumber dari perilaku setiap individu yang terkait dalam organisasi kerja itu
sendiri. Setiap fungsi atau proses kerja mempunyayi perbedaan cara kerja, yang
mengakibatkan berbeda nilai-nilai yang cocok untuk diambil dalam kerangka kerja
organisasi. Setiap nilai-nilai apa yang sepatutnya dimiliki oleh pemimpin puncak dan
pemimpin lainnya, bagaimana perilaku setiap orang akan mempengaruhi kerja
mereka.
Menurut Triguno unsur-unsur dalam budaya organisasi, antara lain:
1. Falsafah, berupa nilai-nilai luhur Pancasila, UUD 1945, agama, tradisi, dan
teknologi.
2. Kualitas, yakni dimensi yang meliputi performance, features, conformance,
durability, serviceability, aesthetics, perseived quality, value, responveness,
humanity, security, dan competency.
3. Nilai-nilai instrumen, yakni standar mutu, hubungan pemasok-pelanggan,
orientasi pencegahan, mutu dan setiap sumber, dan penyempurnaan terus-
menerus.
E. Indikator Budaya Kerja
Terdapat beberapa indikator untuk mengukur dan mengetahui budaya kerja.
Adapun indikator-indikator budaya kerja menurut Taliziduhu Ndraha dapat
dikategorikan tiga Yaitu :
1. Kebiasaan
Kebiasaan-kebiasaan biasanya dapat dilihat dari cara pembentukan perilaku
berorganisasi pegawai, yaitu perilaku berdasarkan kesadaran akan hak dan
kewajiban, kebebasan atau kewenangan dan tanggungjawab baik pribadi
maupun kelompok di dalam ruang lingkup lingkungan pekerjaan. Adapun istilah
lain yang dapat dianggap lebih kuat ketimbang sikap, yaitu pendirian (position),
jika sikap bisa berubah pendiriannya diharapkan tidak berdasarkan keteguhan
atau kekuatannya. Maka dapat diartikan bahwa sikap merupakan cermin pola
tingkah laku atau sikap yang sering dilakukan baik dalam keadaan sadar
ataupun dalam keadaan tidak disadar, kebiasaan biasanya sulit diperbaiki
secara cepat dikarenakan sifat yang dibawa dari lahiriyah, namun dapat diatasi
dengan adanya aturan-aturan yang tegas baik dari organisasi ataupun
perusahaan.
2. Peraturan
Untuk memberikan ketertiban dan kenyamanan dalam melaksanakan tugas
pekerjaan pegawai, maka dibutuhkan adanya peraturan karena peraturan
merupakan bentuk ketegasan dan bagian terpenting untuk mewujudkan
pegawai disiplin dalam mematuhi segala bentuk peraturan-peraturan yang
berlaku di lembaga pendidikan. Sehingga diharapkan pegawai memiliki tingkat
kesadaran yang tinggi sesuai dengan konsekwensi terhadap peraturan yang
berlaku baik dalam organisasi perusahaan maupun di lembaga pendidikan.
3. Nilai-nilai
Nilai merupakan penghayatan seseorang mengenai apa yang lebih penting
atau kurang penting, apa yang lebih baik atau kurang baik, dan apa yang lebih
benar atau kurang benar. Untuk dapat berperan nilai harus menampakkan diri
melalui media atau encoder tertentu. Nilai bersifat abstrak, hanya dapat diamati
atau dirasakan jika terekam atau termuat pada suatu wahana atau budaya
kerja. Jadi nilai dan budaya kerja tidak dapat dipisahkan dan keduanya harus
ada keselarasan dengan budaya kerja searah, keserasian dan keseimbangan.
Maka penilaian dirasakan sangat penting untuk memberikan evaluasi terhadap
kinerja pegawai agar dapat memberikan nilai baik secara kualitas maupun
kuantitas.
F. Ciri Organisasi yang Mempunyai Budaya Kerja Sehat
Setiap Rumah Sakit memiliki indikator budaya kerja baik yang berbeda. Namun,
mayoritas Rumah Sakit pasti sepakat bahwa contoh budaya kerja yang baik adalah
ketika setiap karyawan mematuhi peraturan serta regulasi yang berlaku di Rumah
Sakit serta tetap mengacu pada SOP yang sudah disediakan. Ada pun ciri-ciri
organisasi yang memiliki budaya kerja sehat, di mana yang paling terlihat adalah
ketika karyawan merasa senang bekerja di perusahaan tersebut serta
meningkatnya produktifitas setiap karyawan.
Ciri-ciri lain yang bisa dilihat antara lain:
1. Karyawan yang saling menghormati satu sama lain.
Setiap karyawan harus respek terhadap karyawan lain, tidak memandang siapa
atasan dan siapa bawahan. Saling jegal adalah sifat tak profesional yang harus
dihilangkan dari perusahaan. Hindarkan setiap karyawan dari persaingan tidak
sehat yang sifatnya merugikan satu sama lain.
2. Semua karyawan diperlakukan sama.
Hindari membuat peraturan yang membeda-bedakan setiap karyawan. Hal ini
hanya membuat karyawan merasa tidak termotivasi. Karyawan harus dinilai dari
bagaimana dia bekerja. Tidak boleh ada hubungan personal satu sama lain
yang membuat perusahaan memperlakukan karyawan secara berbeda. Jangan
pernah cenderung ke satu orang hanya karena dia memiliki hubungan khusus
dengan Anda.
3. Ada penghargaan untuk top performer.
Selalu hargai setiap pekerjaan karyawan. Bila ada karyawan yang bekerja
dengan baik, maka berikanlah penghargaan untuknya. Buat dia merasa bahwa
dirinya sangat berharga bagi perusahaan. Sebaliknya, jangan mengkritik
karyawan yang bekerja kurang bagus. Lebih baik lagi bila Anda bisa
mengajaknya untuk lebih bersemangat. Berikan dia satu kali kesempatan untuk
berubah daripada langsung memecatnya.
4. Ada diskusi di lingkungan kerja.
Harus ada forum diskusi yang membangun di antara setiap karyawan. Di antara
karyawan yang satu dengan yang lain harus memiliki kebebasan untuk
berpendapat sehingga dapat membangun sistem yang lebih efektif dan efisien.
Tingkatkan transparansi antar karyawan sehingga tidak muncul persaingan
kurang sehat antar rekan kerja.
G. 7 Budaya Kerja yang harus dimiliki oleh Rumah Sakit H.L. Manambai Abdulkadir
1. Budaya kerja timbal balik (Feedback membangun)
Budaya kerja ini mendukung adanya umpan balik yang jujur di atas semua
bentuk komunikasi lainnya. Saat seorang pekerja perlu meningkatkan performa,
maka atasan akan langsung mengingatkannya tentang hal tersebut.
Sebaliknya, jika manajer tidak produktif atau kurang bertanggung jawab, maka
manajemen akan memfasilitasi bentuk komunikasi untuk menemukan solusi
terebut. Budaya kerja timbal balik seperti ini akan membuat karyawan saling
percaya satu sama lain. Mereka akan merasa bebas untuk memberikan ide,
mendengarkan masukan atau melakukan inisiatif.
2. Budaya kerja yang transparan (Balancing-Board-Transparency-With-
Privacy/Transparency at work)
Hampir sama seperti poin sebelumnya, komunikasi merupakan kunci dari suatu
hubungan yang baik dalam perusahaan. Nah, sebuah komunikasi yang baik
tentu membutuhkan transparansi. Hal ini bukan berarti setiap orang di
perusahaan tahu berapa banyak uang yang dihasilkan orang lain, tetapi
transparansi di sini lebih kepada keyakinan bahwa apapun yang dikerjakan tiap
orang dalam organisasi sejalan dengan tujuan yang lebih luas. Sebagai contoh
misalnya Rumah Sakit memfasilitasi karyawan untuk membuat pertanyaan
terkait segala hal di dalam Rumah Sakit secara tertulis. Kemudian Direksi
menjawab setiap pertanyaan tersebut.
3. Budaya kerja yang berfokus pada individu (work-flexibility/Fleksibilitas dalam
pekerjaan.
Budaya kerja seperti ini menawarkan fleksibilitas kepada setiap orang untuk
menyesuaikan gaya kerjanya masing-masing. Salah satu caranya mungkin
dengan mengizinkan beberapa karyawan bekerja dari rumah (remote work) jika
itu tidak mengganggu produktivitas. Pegawai lainnya mungkin diizinkan untuk
memiliki jam kerja yang lebih fleksibel atau bahkan memilih meja kerja mereka
sendiri. Setiap orang tentu memiliki tipe atau cara bekerja yang berbeda dan
budaya kerja semacam ini akan membuat karyawan merasa lebih bebas dan
produktif.
4. Budaya kerja tanpa dinding pembatas
Lingkungan kerja tanpa adanya dinding pembatas akan menciptakan budaya
kerja tim yang lebih baik. Kantor yang membiarkan ruangannya terbuka tanpa
bilik akan membuat karyawannya dapat berbicara antara satu sama lain
dengan bebas. Lingkungan kerja semacam ini juga biasanya memiliki ruang
istirahat bersama yang membuat karyawan semakin membaur dan
menghilangkan jarak antar divisi. Selain ruang kerja tanpa pembatas, Anda juga
dapat mengadakan acara team building di kantor untuk meningkatkan
semangat bekerjasama dan saling menghargai.
5. Budaya kerja tim
Budaya kerja tim akan memungkinkan setiap orang untuk bekerja secara
individu dengan tetap fokus pada keberhasilan sebagai sebuah tim. Lingkungan
semacam ini biasanya akan menentukan tujuan tim dan memungkinkan setiap
orang bekerja sama dalam kelompok yang lebih kecil untuk menyelesaikan
tugas kelompok. Karyawan akan lebih fokus untuk meningkatkan kualitas kerja
individu demi keberhasilan bersama.
6. Budaya kerja skeptis terbuka
Dalam budaya kerja ini, semua hal dapat dipertanyakan. Semua karyawan
didorong untuk selalu skeptis dan mempertanyakan banyak hal. Tidak ada
orang yang akan merasa takut untuk ditegur karena bertanya atau
mengungkapkan idenya. Karyawan akan merasa bebas untuk mengungkapkan
kejanggalan yang ia rasakan saat bekerja. Oleh karena setiap orang bebas dan
berhak mengajukan pertanyaan, maka semua orang juga akan lebih semangat
untuk bekerja bersama-sama menggerakkan perusahaan agar semakin maju.
7. Budaya kerja menyenangkan dengan unsur lelucon (Situasi kerja
menyenangkan)
Tidak melulu harus serius dalam merencanakan suatu hal atau
mengembangkan ide, unsur lelucon ternyata dapat membangkitkan kreatifitas
dan semangat seseorang dalam bekerja. Unsur ini juga akan menegaskan
kepada tiap karyawan bahwa perusahaan merangkul setiap kreatifitas.
Perusahaan-perusahaan di Silicon Valley terkenal dengan memasukkan unsur
ini dalam budaya mereka. Sebuah startup di sana pernah meminta
karyawannya untuk melakukan parade di pusat kota dan memberikan tos pada
sepuluh orang asing. Bukan sia-sia, kegiatan ini membuat karyawan tahu
bahwa di saat mereka sedang rentan, ada tim di belakang mereka yang akan
mendukung mereka dan tertawa bersama.
H. Contoh Budaya Kerja yang Baik
Bekerja merupakan suatu kegiatan untuk menghasilkan suatu manfaat bagi
orang lain dan mendatangkan keuntungan secara materi bagi diri sendiri. Profesi
atau jenis pekerjaan di dunia ini sangat banyak, seperti menjadi PNS, pilot, dosen,
pelatih olah raga, pembisnis, pengusaha, dan masih banyak lainnya. Seseorang
yang bekerja baik dalam mengurus usahanya sendiri ataupun menjadi karyawan di
perusahaan orang lain pastinya harus memiliki budaya kerja yang baik. Budaya
kerja yang baik sudah seharusnya diterapkan oleh setiap perusahaan kepada
karyawan, maupun karyawan terhadap perusahaan. Keduanya memiliki kewajiban
dan hak masing-masing demi tercapainya tujuan bersama.
Contoh Budaya Kerja
Selain itu sistem budaya kerja yang diterapkan suatu Rumah Sakit juga akan
berpengaruh terhadap produktivitas kerja karyawan. Maka dari itu budaya kerja
yang baik haruslah diterapkan. Bagaimana budaya kerja yang baik ? Setiap orang
atau Rumah Sakit tentunya memiliki pandangan tersendiri mengenai bagaimana
budaya kerja yang baik. Berikut ini ada beberapa contoh budaya kerja yang baik :
1. Produktif
Produktif menjadi salah satu budaya kerja yang paling utama harus diterapkan
dan dimiliki oleh setiap karyawan. Produktif disini mengandung beberapa
komponen, seperti misalnya memahami substansi dasar mengenai makna
bekerja, sikap terhadap pekerjaan dan lingkungan pekerjaan, perilaku ketika
bekerja, etos kerja, sikap terhadap waktu , serta berbagai peralatan penunjang
pekerjaan. Berbegai komponen tersebut sangat perlu diperhatikan supaya
dalam menyelesaikan suatu pekerjaan tidak sesuatu yang menghambat.
2. Membebaskan Karyawan Berekspresi
Ketika karyawan telah terbukti memiliki beberapa komponen sebelumnya atau
bekerja sangat produktif, maka sangat penting memberikan kebebasan kepada
karyawan. Hal ini dilakukan semata untuk meningkatkan kepercayaan diri
karyawan dan tanggung jawab yang lebih tinggi. jika karyawan dibebaskan
untuk berekspresi dan berimajinasi secara luas, bukan tidak mungkin ada hasil
lebih yang bisa ia berikan. Meskipun begitu, sebagai pemilik perusahaan anda
tetap memiliki hak untuk mengontrol atau mengawasi setiap hasil kerja yang
dilakukan karyawan. Bukan hanya soal pembebasan dalam berfikir saja, namun
perusahaan sebesar Google ternyata juga membesaskan para karyawannya
dalam berpenampilan. Perusahaan ini sangat identik dengan budaya kerja yang
mengedepankan lingkungan kerja yang lebih casual dan terkesan santai dari
pada harus serius setiap hari.

3. Memberikan Fasilitas Penunjang Untuk Karyawan


Fasilitas sangat penting demi menunjang kerja seorang karyawan. Perusahaan
yang baik tidak hanya akan menuntuk hasil, namun juga memeprhatika proses
dan menyediakan berbagai fasilitas yang dibutuhkan oleh karyawan. Misalnya
saja seperti menyediakan makan di kantor, kendaraan selama dikantor, alat
cepat atau printer, dan masih banyak lainnya
4. Memberikan Hiburan
Menghadapi berbagai pekerjaan setiap hari memang membuat seorang pekerja
akan merasa jenuh pada waktu-waktu tertentu. Hal inilah yang juga menjadi
perhatian para pemilik perusahaan. Tidak hanya menuntut hasil dari pekerjaan
karyawannya, namun perusahaan juga harus memperhatikan kebutuhan psikis
para karyawannya. Memberikan suatu kegiatan untuk merefresh otak juga
sangat perlu dilakukan. Misalnya saja, sebulan sekali melakukan kegiatan
outbond atau pergi rekreasi bersama-sama.

Anda mungkin juga menyukai