Anda di halaman 1dari 8

PENGARUH WORK-LIFE BALANCE DAN BURNOUT TERHADAP

KEPUASAN KERJA

Friane Livi Pangemanan


Riane Johnly Pio
Tinneke M. Tumbel

Absract. The purpose of this study is to examine the influence of work-life balance and
burnout on job satisfaction of the employees in PT. Jasa Raharja (Persero) Branch of
Sulawesi Utara. Data were collected from questionnaires completed by 32 participants
and analysed using multiple regression analysis. The findings reveal that work-life
balance had a positive and significant impact to job satisfaction. Further, burnout had a
negative impact to job satisfaction but the result was insignificant. This study
recommends the company to keep facilitate the employee in enhancing work-life
balance and reducing burnout.

Keywords: Work-life Balance, Burnout, Job Satisfaction

PENDAHULUAN
Di tengah era globalisasi yang yang positif bagi perusahaan, seperti
bergulir saat ini, persaingan antar pelaku meningkatnya efisiensi dan produktivitas
bisnis semakin meningkat seiring dengan (Kanwar et al., 2009). Kepercayaan
laju pertumbuhan ekonomi global. Setiap bahwa karyawan yang puas lebih
perusahaan berpacu mendapatkan profit produktif dibandingkan karyawan yang
yang maksimal dengan penggunaan tidak puas bahkan telah menjadi sebuah
sumber daya seminimal mungkin, kepercayaan dasar bagi para manajer
sekalipun tekanan kompetitif semakin selama bertahun-tahun, dimana berbagai
kuat dari sebelumnya. Di antara semua riset mulai membuktikannya (Robbins
sumber daya yang terlibat menopang dan Judge, 2015).
perusahaan, sumber daya manusia Dalam upaya meningkatkan
memiliki kontribusi yang paling kepuasan kerja, saat ini banyak
dominan. Hal ini didukung pernyataan perusahaan yang mulai menerapkan
Hasibuan (2015), yakni manusia selalu program work-life balance. Program ini
berperan aktif dan dominan dalam setiap dianggap penting karena perusahaan
kegiatan organisasi karena manusia menyadari bahwa karyawan tidak hanya
menjadi perencana, pelaku dan penentu menghadapi peran serta masalah dalam
terwujudnya tujuan organisasi. Oleh pekerjaan, namun juga di luar
karena itu, tampak bahwa sulit bagi pekerjaannya. Singh dan Khanna (2011)
sebuah perusahaan untuk beroperasi menyatakan work-life balance sebagai
dengan lancar dan memperoleh sasaran, konsep luas yang melibatkan penetapan
jika karyawannya tidak mampu prioritas yang tepat antara “pekerjaan”
mengeksekusi tugas dan fungsinya (karir dan ambisi) pada satu sisi dan
dengan baik. “kehidupan” (kebahagiaan, waktu luang,
Menciptakan dan memelihara keluarga, dan pengembangan spiritual) di
kepuasan kerja karyawan merupakan sisi lain. Adapun salah satu tantangan
upaya yang penting bagi kelangsungan lainnya dalam mencapai kepuasan kerja
perusahaan. Hal ini dikarenakan, adalah burnout. Burnout adalah bentuk
karyawan yang puas membawa pengaruh kelelahan secara fisik, emosional, dan

1
mental yang disebabkan oleh keterlibatan merujuk pada jumlah atau tingkat
jangka panjang dalam situasi yang penuh keterlibatan secara psikologis dan
dengan tuntutan emosional dalam komitmen suatu individu dalam
pekerjaan (Pines et al., 1989). pekerjaannya maupun hal-hal diluar
PT. Jasa Raharja (Persero) pekerjaannya. Adapun satisfaction
Cabang Sulawesi Utara merupakan salah balance merujuk pada jumlah tingkat
satu cabang PT. Jasa Raharja (Persero), kepuasan suatu individu terhadap
yaitu perusahaan asuransi milik kegiatan pekerjaannya maupun hal-hal di
pemerintah yang bergerak khusus untuk luar pekerjaannya.
memberikan perlindungan kepada Manfaat diadakannya program
seluruh masyarakat terhadap risiko work-life balance bagi perusahaan
keuangan akibat kecelakaan lalu lintas. menurut Lazar et al. (2010), antara lain:
Sebagai ujung tombak perusahaan, (1) mengurangi tingkat ketidakhadiran
karyawan dituntut untuk bekerja dengan dan keterlambatan; (2) meningkatkan
maksimal agar pelayanan prima dapat produktivitas; (3) adanya komitmen dan
tercapai bagi masyarakat. Menyadari hal loyalitas karyawan; (4) meningkatnya
tersebut, maka PT. Jasa Raharja (Persero) retensi pelanggan; dan (5) berkurangnya
Cabang Sulawesi Utara dirasa perlu turn-over karyawan. Sedangkan bagi
untuk memperhatikan kepuasan kerja karyawan, manfaat program work-life
karyawan, dan berupaya meningkatkan balance antara lain: (1) meningkatnya
work-life balance serta menghindari kepuasan kerja; (2) semakin tingginya
burnout. keamanan kerja (job security); (3)
meningkatkan kontrol terhadap work-life
LANDASAN TEORI environment; (4) berkurangnya tingkat
Work-life Balance stres kerja; dan (5) semakin
Istilah work-life balance pertama meningkatnya kesehatan fisik dan
kali dikenal di Inggris pada akhir tahun mental.
1970-an untuk menggambarkan
keseimbangan antara pekerjaan individu Burnout
dengan kehidupan pribadi individu itu Konsep mengenai burnout
sendiri (Ramya, 2014). Dundas dalam pertama kali diperkenalkan pada tahun
(Noor, 2011) mendefinisikan work-life 1974 oleh seorang psikolog klinis
balance sebagai pengelolaan yang efektif bernama Herbert Freudenberger, dimana
atas pekerjaan dan aktivitas lainnya yang ia menggunakan istilah burnout pada
merupakan hal penting seperti keluarga, kondisi stres dan kelelahan luar biasa
kegiatan komunitas, pekerjaan sukarela, yang dialami oleh sukarelawan yang ia
pengembangan diri, wisata, dan rekreasi. tangani pada klinik gratis di New York
Indikator-indikator untuk (Lailani et al., 2005). Pada tahun 1981,
mengukur work-life balance menurut Maslach dan Jackson dalam (Kanwar et
McDonald et al. (2005) terdiri dari time al., 2009) juga mempelajari konsep
balance (keseimbangan waktu), burnout, dimana menurut mereka
involvement balance (keseimbangan burnout merupakan pengalaman
keterlibatan), dan satisfaction balance psikologis yang negatif sebagai reaksi
(keseimbangan kepuasan). Time balance terhadap stres kerja berkepanjangan.
merujuk pada jumlah waktu yang dapat Leats dan Stolar dalam (Lailani et al.,
diberikan oleh individu, baik bagi 2005) mengartikan burnout sebagai
pekerjaannya maupun hal-hal diluar kelelahan emosional dan mental yang
pekerjaannya. Involvement balance disebabkan oleh situasi yang sangat

2
menuntut keterlibatan dan menegangkan, yang dihasilkan dari suatu evaluasi pada
dikombinasikan dengan harapan personal karakteristik - karakteristiknya.
yang tinggi untuk mencapai kinerja yang Seseorang dengan dengan tingkat
tinggi. kepuasan kerja yang tinggi memiliki
Maslach dan Leiter (1997) perasaan yang positif mengenai
membagi tiga dimensi yang dapat pekerjaannya, sedangkan seseorang
dijadikan tolak ukur burnout, yaitu: (1) dengan level yang rendah memiliki
Exhaustion (Kelelahan), ditandai dengan perasaan negatif. Hasibuan (2015)
kelelahan yang berkepanjangan baik mendefinisikan kepuasan kerja sebagai
secara fisik, mental, maupun emosional; sikap emosional yang menyenangkan dan
(2) Cynicism (Sinisme), ditandai dengan mencintai pekerjaannya. Sikap ini
sikap sinis dan cenderung menarik diri dicerminkan oleh moral kerja,
dari dalam lingkungan kerja; (3) kedisiplinan, dan prestasi kerja.
Ineffectiveness (Ketidakefektifan), Luthans (2006) mengemukakan
ditandai dengan perasaan tidak berdaya, lima dimensi kepuasan kerja, yaitu: (1)
merasa semua tugas yang diberikan berat. Pekerjaan itu sendiri, dimana pekerjaan
Adapun dampak yang dapat harus memberikan tugas yang menarik,
ditimbulkan burnout menurut Schaufeli kesempatan untuk belajar, dan
dan Bunk (2003), yaitu dampak mental, kesempatan untuk menerima tanggung
dampak fisik, dampak perubahan jawab: (2) Gaji, dimana upah yang
perilaku, dampak sosial, dampak diterima dipandang pantas dalam
perubahan sikap, dan dampak organisasi. organisasi; (3) Kesempatan promosi,
dimana terdapat kesempatan untuk maju
Kepuasan Kerja dalam organisasi; (4) Pengawasan,
Istilah kepuasan kerja (job dimana terdapat penyelia yang memiliki
satisfaction) berkaitan dengan sikap kemampuan untuk memberikan bantuan
umum seorang individu terhadap teknis dan dukungan perilaku; (5) Rekan
pekerjaannya. Kepuasan kerja menurut kerja, dimana terdapat rekan kerja yang
Robbins dan Judge (2015), merupakan memiliki kepandaian secara teknis dan
suatu perasaan positif tentang pekerjaan, memberi dukungan secara sosial.

Kerangka Pemikiran

Work-life Balance
H1
(X1)
Kepuasan Kerja
H3 (Y)
Burnout
(X2) H2

Gambar 1
Kerangka Pemikiran

3
Hipotesis 18,75% adalah lulusan SMA, 3,12%
Hipotesis yang diajukan dalam lulusan D3, 68,75% lulusan S1, dan
penelitian ini: (1) Work-life balance 9,37% lulusan S2. Berdasarkan masa
berpengaruh positif signifikan terhadap kerja, terdapat 37,5% responden memiliki
kepuasan kerja karyawan; (2) Burnout masa kerja di bawah 5 tahun, 21,87%
berpengaruh negatif signifikan terhadap responden telah bekerja selama 6 sampai
kepuasan kerja karyawan; (3) Work-life 10 tahun, 15,62% respoden telah bekerja
balance dan burnout berpengaruh selama 11 sampai 15 tahun, dan sebanyak
signifikan terhadap kepuasan kerja 25% memiliki masa kerja di atas 16
karyawan. tahun.
Teknik pengumpulan data yang
METODE PENELITIAN digunakan adalah Kuesioner (Angket)
Penelititan ini adalah penelitian dan skala pengukuran variabel
kuantitatif dengan menggunakan metode menggunakan skala Likert. Adapun
survey. Variabel bebas dalam penelitian dalam analisis data digunakan statistik
ini adalah Work-life Balance (X1) dan deskriptif, uji validitas dan reliabilitas
Burnout (X2), sedangkan yang menjadi instrumen, uji asumsi klasik, analisis
variabel terikat adalah Kepuasan Kerja regresi berganda dan uji hipotesis.
(Y).
Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh karyawan PT. Jasa HASIL DAN PEMBAHASAN
Raharja (Persero) Cabang Sulawesi Dalam uji validitas, nilai
Utara. Sampel diambil menggunakan probability (Sig) semua pernyataan lebih
teknik sampling jenuh dimana sampel kecil dari 0,05 (Alpha). Dan berdasarkan
yang diteliti juga merupakan seluruh hasil uji reliabilitas, dihasilkan bahwa
anggota populasi, yaitu seluruh karyawan Cronbach’s Alpha dari masing – masing
PT. Jasa Raharja (Persero) Cabang variabel memiliki nilai diatas 0,60. Maka
Sulawesi Utara berjumlah 32 orang, yang dapat dikatakan bahwa data yang
terdiri dari 87,5% pria dan 12,5% wanita. digunakan dalam penelitian ini valid dan
Karakteristik responden berdasarkan usia reliable. Adapun dalam uji asumsi klasik
terdapat 87,75% responden berusia di didapati kondisi data dapat dipakai dalam
bawah 25 tahun, 43,75% berusia 26 penelitian.
sampai 35 tahun, 15,62% pada usia 36 Sebelum dilakukan analisis
sampai 45 tahun, dan sisanya sebanyak regresi berganda, terlebih dulu dihitung
21,87% berusia di atas 46 tahun. Adapun berapa besar koefisien korelasi dan
responden yang sudah menikah sebesar determinasi antara variabel bebas (X1,
65%, dan sebanyak 34% responden X2) terhadap variabel terikat (Y), dimana
berstatus belum menikah. Berdasarkan hasilnya dapat dilihat pada tabel 1.
pendidikan terakhir, terdapat sebanyak

Tabel 1. Hasil Koefisien Korelasi dan Determinasi


Std. Error of the
Model R R Square Adjusted R Square Estimate
a
1 .616 .379 .337 .430
a. Predictors: (Constant), Burnout, Work-Life Balance
b. Dependent Variable: Kepuasan Kerja
Sumber: Olahan Data, 2017

4
Berdasarkan hasil tabel dengan Determinasi atau R Square adalah 0,379
bantuan program SPSS version 22, dapat yang menunjukkan bahwa 37,9%
diketahui hasil koefisien korelasi atau R Kepuasan Kerja dipengaruhi oleh Work –
adalah sebesar 0,616. Angka tersebut life Balance dan Burnout sementara
berarti bahwa hubungan antara X1 (Work sisanya sebesar 62,1% dipengaruhi oleh
– life Balance) dan X2 (Burnout) terhadap variabel lain yang tidak diteliti dalam
Y (Kepuasan Kerja) adalah kuat yaitu penelitian ini.
sebesar 61,6%. Berdasarkan analisis regresi data,
Melalui tabel di atas, dapat diperoleh hasil yang tertuang pada tabel
dikatahui juga hasil Koefisien 2.

Tabel 2. Hasil Analisis Regresi Berganda


Unstandardized Coefficients
Model B Std. Error
1 (Constant) 1.884 1.344
Work-life Balance .636 .221
Burnout -.272 .241
Sumber: Olahan Data, 2017

Berdasarkan hasil dari tabel di balance (X1) akan mempengaruhi upaya


atas dapat diketahui persamaan regresi peningkatan Kepuasan Kerja (Y) sebesar
yang terbentuk yaitu: 63,6% dengan asumsi variabel lain tetap,
maka pengaruh terhadap Kepuasan Kerja
𝑌 = 1,884 + 0,636𝑋1 − 0,272𝑋2 (Y) akan meningkat. Burnout (X2)
memberikan nilai negatif sebesar 0,272.
Nilai constant sebesar 1,884 Artinya setiap 1% perubahan Burnout
memberikan pengertian bahwa jika faktor (X2) akan mempengaruhi berkurangnya
Work-life balance, dan Burnout tidak Kepuasan Kerja (Y) sebesar 27,2%
dilakukan atau sama dengan nol (0) maka dengan asumsi variabel lain tetap, maka
besarnya Kepuasan Kerja sebesar pengaruh terhadap Kepuasan Kerja akan
188,4%. Work-life balance (X1) mengalami penurunan.
memberikan nilai positif sebesar 0,636. Hasil uji t (uji parsial) dapat
Artinya setiap 1% perubahan Work-life dilihat pada tabel 3 berikut.

Tabel 3. Hasil Uji t


Unstandardized Standardized Collinearity
Coefficients Coefficients Statistics
Model
Std.
B Error Beta t Sig. Tolerance VIF
1 (Constant) 1.884 1.344 1.402 .172
Work-life Balance .636 .221 .493 2.878 .007 .729 1.371
Burnout -.272 .241 -.193 -1.130 .268 .729 1.371
Ttabel = 1,659
Sumber: Olahan Data, 2017

5
Work-life balance diperoleh nilai hasil ini, maka dapat disimpulkan bahwa
thitung (2,878) > ttabel (1,659) dan nilai Ha ditolak dan Ho diterima yang artinya
signifikansi 0,007 < 0,05. Dengan hasil burnout tidak berpengaruh signifikan
ini, maka dapat disimpulkan bahwa Ha terhadap kepuasan kerja. Adapun nilai
diterima dan Ho ditolak, yang artinya thitung negatif menunjukkan bahwa
work-life balance berpengaruh signifikan burnout mempunyai pengaruh yang
terhadap kepuasan kerja. Adapun nilai negatif atau tidak searah dengan
thitung positif mengindikasikan work-life kepuasan kerja, yakni semakin rendah
balance mempunyai pengaruh yang burnout, maka semakin tinggi kepuasan
positif atau searah dengan kepuasan kerja.
kerja, yakni semakin tinggi work-life Pengujian pengaruh variabel
balance, semakin tinggi pula kepuasan bebas secara simultan atau bersama–sama
kerja. terhadap variabel terikat dilakukuan
Burnout diperoleh nilai thitung (- dengan menggunakan uji F, dimana
1,130) < ttabel (1,659) dan nilai hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.
signifikansi sebesar 0,268 > 0,05. Dengan

Tabel 4. Hasil Uji F


Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 3.279 2 1.640 8.868 .001b
Residual 5.362 29 .185
Total 8.641 31
Ftable = 3,30
Sumber: Data Olahan, 2017

Hasil perhitungan statistik peningkatan pada work-life balance,


memperlihatkan Fhitung sebesar 8,868 maka kepuasan kerja juga akan
sedangkan Ftabel sebesar 3,30. Hasil meningkat. Hasil ini konsisten dengan
tersebut berarti bahwa Fhitung > Ftabel teori Scholarios & Marks dalam (Malik et
(8,868 > 3,30). Dengan nilai signifikansi al., 2010) yang mengatakan bahwa ketika
0,001 < 0,05, maka hasil tersebut karyawan diberikan kontrol untuk
menunjukkan Ha diterima dan Ho mengelola konflik potensial yang muncul
ditolak, dimana terdapat pengaruh yang antara tuntutan pekerjaan dan tuntutan di
signifikan antara work-life balance dan luar pekerjaan, hal ini dapat
burnout secara bersama–sama terhadap meningkatkan kepuasan kerja. Hasil
kepuasan kerja. penelitian ini searah dengan penelitian
Ganaphati (2016) berjudul “Pengaruh
Pembahasan Work-life balance terhadap Kepuasan
Berdasarkan hasil pengujian Kerja Karyawan” dimana work-life
hipotesis secara parsial untuk work-life balance berpengaruh signifikan terhadap
balance, telah dibuktikan bahwa kepuasan kerja.
hipotesis alternatif diterima, yaitu work- Berdasarkan hasil pengujian
life balance berpengaruh positif dan hipotesis secara parsial untuk burnout,
signifikan terhadap kepuasan kerja didapati bahwa hipotesis alternatif
karyawan PT. Jasa Raharja (Persero) ditolak, dimana burnout berpengaruh
Cabang Sulawesi Utara. Hasil penelitian negatif namun tidak signifikan terhadap
ini menunjukkan bahwa jika terjadi kepuasan kerja karyawan PT. Jasa

6
Raharja (Persero) Cabang Sulawesi penelitian ini mendukung penelitian
Utara. Hasil penelitian ini tidak sesuai Mariati (2013), bahwa work-life balance
dengan penelitian Mariati (2013) yang dan burnout berpengaruh terhadap
menemukan bahwa burnout berpengaruh kepuasan kerja.
signifikan terhadap kepuasan kerja.
Namun pengaruh negatif yang dihasilkan PENUTUP
burnout terhadap kepuasan kerja pada Berdasarkan hasil pembahasan,
hasil penelitian ini sesuai dengan teori diperoleh kesimpulan, antara lain: (1)
Tsigilis dan Koustelios dalam (Kanwar et Work-life balance berpengaruh positif
al., 2009) yang menyatakan burnout dan dan signifikan terhadap kepuasan kerja
kepuasan kerja merupakan respon kerja karyawan PT. Jasa Raharja (Persero)
afektif dan memiliki hubungan hubungan Cabang Sulawesi Utara; (2) Burnout
negatif, yang artinya jika semakin rendah berpengaruh negatif namun tidak
burnout, maka kepuasan kerja semakin signifikan terhadap kepuasan kerja
meningkat. Adapun burnout tidak karyawan PT. Jasa Raharja (Persero)
berpengaruh signifikan terhadap Cabang Sulawesi Utara; (3) Work-life
kepuasan kerja bisa disebabkan karena balance dan burnout secara simultan
terdapat faktor-faktor lain yang lebih berpengaruh signifikan terhadap
mempengaruhi kepuasan kerja karyawan kepuasan kerja.
PT. Jasa Raharja (Persero) Cabang Saran yang dapat diajukan
Sulawesi Utara. melalui penelitian ini, yaitu PT. Jasa
Berdasarkan hasil pengujian Raharja (Persero) Cabang Sulawesi Utara
hipotesis secara simultan untuk work-life dapat mempertahankan kebijakan-
balance dan burnout terhadap kepuasan kebijakan yang dapat memfasilitasi
kerja, didapati bahwa work-life balance karyawan dalam meningkatkan work-life
dan burnout berpengaruh secara balance dan berupaya untuk tidak
signifikan terhadap kepuasan kerja membuat karyawan mengalami burnout
karyawan PT. Jasa Raharja (Persero) yang semakin tinggi. Kemudian
Cabang Sulawesi Utara. Dari hasil penelitian selanjutnya dapat mengukur
pengujian regresi dapat dilihat bahwa variabel-variabel dalam penelitian ini
work-life balance lebih dominan melalui perspektif karyawan pada bidang
mempengaruhi kepuasan kerja. Hasil pekerjaan yang lain atau bahkan dapat
tersebut dapat diindikasikan karena ditambah variabel-variabel lain agar
meningkatnya work-life balance juga dapat diperoleh hasil penelitian yang
dapat mengurangi potensi terjadinya lebih luas cakupannya.
burnout, begitupun sebaliknya. Hal ini
didukung pernyataan Kanwar et al.
(2009) bahwa burnout tidak hanya terjadi DAFTAR PUSTAKA
ketika individu tidak dapat mengelola Ganaphati, I. M. D. 2016. Pengaruh
stres, namun juga karena terdapat konflik Work-life Balance Terhadap
antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Kepuasan Kerja Karyawan.
Oleh karena itu, penting bagi karyawan Ecodemica, Vol. 4, No. 1, pp.
untuk dapat meningkatkan work-life 125-135.
balance dan mengurangi burnout, agar Hasibuan, M. S. P. 2015. Manajemen
kepuasan kerja dapat dicapai dimana Sumber Daya Manusia. Edisi
perusahaan juga harus turut andil Revisi, Penerbit: PT. Bumi
memfasilitasi tercapainya itu. Hasil dari Aksara, Jakarta.

7
Kanwar, Y. P. S. Singh, A. K. dan Work-Family Policy. Women in
Kodwani, A. D. 2009. Work-Life Management Review (in press).
Balance and Burnout as Noor, K. M. 2011. Work-Life Balance
Predictors of Job Satisfaction in and Intention to Leave among
The It-Ites Industry. The Journal Academics in Malaysian Public
of Business Perspective. Vol. 13, Higher Education Institutions.
No. 2, pp. 1-12 International Journal of Business
Lailani, F. Saputro, Edy P. dan Nurdiana, and Social Science. Vol. 2, No.
F. 2005. Burnout dan Pentingnya 11, pp. 240-248.
Manajemen Beban Kerja. Benefit. Pines, A. Aronson, E. and Elliot. 1989.
Vol. 9, No. 1, pp. 86-96. Career Burnout: Causes and
Lazar, I. Osoian, C. dan Ratiu, P. 2010. Cures. Free Press, New York.
The Role of Work-life Balance Ramya, R. 2014. Work Life Balance
Practices in Order to Improve Strategies of Woman.
Organizational. European International Journal of Research
Research Studies. Vol. 13, pp. and Development, A Management
201-214. Review. ISSN. 2319-5479, pp. 21-
Luthans, F. 2006. Organizational 26.
Behaviour. Tenth Edition, Robbins, S. P. dan Judge, T. A. 2015.
McGraw-Hill Companies, Inc. Perilaku Organisasi. Edisi 16,
Mariati. 2013. Pengaruh Work-life Salemba Empat, Jakarta.
Balance dan Burnout Terhadap Schaufeli, W. B. Buunk, B.P. 2003.
Kepuasan Kerja. Thesis. Burnout: An Overview of 25
Universitas Atma Jaya, Years of Research and
Yogyakarta. Theorizing. The Handbook of
Maslach, C. and Leiter, M.P. 1997. The Work and Health Psychology,
Truth about Burnout: How John Wiley and Sons Ltd.
Organizations Cause Personal Singh, P. and Khanna, P. 2011. Work-
Stress and What to Do About It. Life Balance: A Tool for
Jossey-Bass, San Francisco, CA. Increased Employee Productivity
McDonald, P. Bradley, L. and Brown, K. and Retention. Lachoo
2005. Explanations for The Management Journal.Vol. 2, No.
Provision Utilization Gap in 2, pp. 188-206.

Anda mungkin juga menyukai