Disusun oleh :
PGRI DEWANTARA
JOMBANG
2021
Pembahasan
A. Komponen Utama Sikap
Struktur Sikap
Dilihat dari struicturnya, sikap terdiri atas tiga komponen yaitu komponen
kecenderungan bertindak sesuai dengan sikap- nya. Komponen afektif atau aspek
emosional biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap, yang paling
(Azwar, 1988:17-18).
Komponen Kognitif
sikap berwujud pandangan (opini) dan sering kali merupakan stereotipe atau
sesuatu yang telah terpolakan dalam pikirannya. Komponen kognitif dari sikap
ini tidak selalu akurat. Kadang-kadang kepercayaan justru timbul tanpa adanya
informasi yang tepat mengenai suatu objek. Kebutuhan emosional bahkan sering
Komponen Afektif
terhadap suatu objek akan membentuk sikap positif atau negatif terhadap objek
suatu objek, yakni kepercayaan suatu objek baik atau tidak baik, bermanfaat atau
tidak bermanfaat.
Komponen Konatif
Komponen konatif atau kecenderungan bertindak (berperilaku) dalam diri
seseorang berkaitan dengan objek sikap. Perilaku seseorang dalam situasi tertentu
Dalam konteks situasi kerja, terdapat beberapa sikap yang merupakan bentuk
kebijakan promosi yang adil dan sesuai dengan pengharapan mereka. Bila upah
Karyawan peduli akan lingkungan yang baik untuk kenyamanan pribadi maupun
karyawan lebih menyukai keadaan sekitar yang aman, tidak berbahaya, dan tidak
merepotkan.
sosial. Oleh karena itu, tidaklah mengejutkan apabila mempunyai rekan kerja
yang ramah dan mendukung akan mengarah ke kepuasan kerja yang meningkat.
kecocokan yang tinggi antara kepribadian seorang karyawan dan okupasi akan
Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dapat dicapai oleh
1. Atribut Individu
Dengan adanya berbagai atribut yang melekat pada individu, tentu dapat
dan perilaku.
Berbagai atribut yang melekat pada individu dapat pula menunjukan adanya
kesempatan yang sama dalam mencapai suatu prestasi. Untuk mencapai kinerja
yang baik diperlukan usaha dan kemauan untuk bekerja keras, karena kemauan
merupakan suatu kekuatan pada individu yang dapat memicu usaha kerja yang
3. Dukungan Organisasi
Dalam mencapai tujuan karyawan yang tinggi diperlukan adanya dukungan atas
informasi.
Telah banyak studi yang mengkaji dampak dari ketidakpuasan kerja. Hal yang
akan digaris bawahi di sini adalah dampak ketidakpuasan kerja terhadap kinerja
di mana para ahli berpendapat bahwa kinerja setara dengan kepuasan kerja.
Bisa dibilang kepuasan kerja mungkin merupakan akibat dari kinerja atau
sebaliknya.
Misalnya jika besaran gaji pokok yang akan diterima karyawan itu berdasarkan
hitungan jumlah target kerja yang dapat diselesaikan oleh karyawan, maka
mereka akan berusaha lebih keras untuk menunjukkan kinerja yang prima demi
Selain itu, faktor lainnya yang juga sering muncul dalam penelitian adalah beban
kerja, di mana pekerjaan yang terlalu santai dan tidak menantang akan membuat
Menurut Greenberg dan Baron (2003) yang dikutip dalam dalam Sugandi,
(2013), OCB adalah tindakan yang dilakukan anggota organisasi yang melebihi
merupakan suatu perilaku extra-role (tidak tercantum dalam job description serta
tidak berkaitan dengan system reward) yang dilakukan oleh karyawan untuk
tergantung pada perilaku OCB dari karyawan untuk mau membantu koleganya
yang sedang mempunyai masalah, menciptakan suatu iklim kerja yang positif,
dengan sabar menghadapi gangguan tanpa mengeluh dan menjaga asset yang
dimiliki organisasi (Lovell, 1999 dalam Darmawati, 2012). Perilaku ini muncul
karena adanya rasa ikut menjadi bagian atau anggota dari organisasi serta
perasaan puas apabila dapat memberikan sesuatu yang lebih pada organisasi.
Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Organizational Citizenship Behaviour
untuk melakukan hal yang lebih diluar tanggung jawab formalnya. Kesediaan
kelompoknya (Borman & Motowidlo 1993; Organi 1998). Karyawan yang puas
kepuasan kerja merupakan prediktor yang potensial terhadap OCB (Dala 2005;
LePine dkk 2002; Organan & Ryan 1995). Secara sederhana dapat dipahami
bahwa ketika individu merasa puas terhadap pekerjaannya maka perilaku OCB
tempat individu tersebut bekerja dan telah memberikan rasa puas terhadap
yang dirasakan oleh seorang konsumen, dimana hasilnya sesuai dengan harapan
konsumen tersebut (Kotler, 2000). Seorang pelanggan akan terpuaskan jika
Peltier and Dahl (2009) menyatakan bahwa karyawan di dalam industri jasa
mempengaruhi kepuasan konsumen. Salah satu cara penting untuk melihat bahwa
pelanggan, tentu pelanggan akan merasa terpuaskan sehingga nantinya akan loyal
baik, maka pelanggan tidak merasa puas dan cenderung meninggalkan organisasi
pelayanan terbaik. Para pelanggan akan mencari produk berupa barang atau jasa
karena itu, sebuah perusahaan tidak cukup hanya mengejar kepuasan pelanggan.
dari persaingan harga dan lebih sedikit kesalahan yang membutuhkan kinerja
kinerja karyawan agar tetap baik merupakan pekerjaan yang sulit dilakukan oleh
perusahaan jasa. Hal ini terjadi karena yang mereka jual adalah jasa/pelayanan
memberikan kinerja layanan sesuai dengan harapan konsumen. Hal ini akan
dinyatakan dengan respon secara pasif dengan membiarkan kondisi yang ada
factor penting dari pelaksanaan disiplin kerja. Padahal disiplin kerja memegang
berdampak positif terhadap tercapai efektivitas dan efisien kerja yang berarti
produktivitas kerja akan tercapai, Ini berarti tingkat kehadiran karyawan juga
karyawan maka akan semakin tinggi pula tingkat keberhasilan sebuah organisasi.
Kepuasan dengan apa yang diperoleh dari organisasi rumah sakit akan
memberikan lebih dari yang diharapkan perawat sehingga ia akan terus berusaha
kerjanya rendah, cenderung melihat pekerjaan sebagai hal yang menjemukan dan
salah satu faktor yang penting bagi karyawan dalam pelaksanaan tugasnya.
Adanya semangat kerja, menjadikan karyawan akan lebih giat dalam bekerja
dilaksanakan lebih baik dan hasilnyapun dapat memperoleh hasil yang maksimal
(Swansburg, 1999).
yang tinggi, selain itu juga berhubungan dengan penurunan prestasi kerja dan
berhenti / pergantian (turnover) dari karyawan yang tinggi, merupakan salah satu
sebaliknya, jika perputaran kerja meningkat maka kepuasan kerja menurun, hal
ini dapat kita lihat dari seberapa lama seorang karyawan mampu untuk bertahan
disebuah perusahaan, semakin dia merasa puas maka semakin lama dia akan
bertahan diperusahaan tersebut, dan jika karyawan tidak merasa puas, banyak
sistem rekrutmen dengan kualifikasi yang tepat untuk menduduki suatu jabatan.
Dengan kualifikasi dan keahlian yang tepat, maka sumber daya manusia itu
perusahaan.
sebagai suatu perilaku yang sengaja dilakukan dan bertentangan dengan norma-
Robinson, 2000). Basis filosofi yang dapat digunakan untuk menjelaskan adanya
Teori kontrak psikologis dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana ada
kesepahaman timbalbalik antara seseorang dengan organisasi, Vantilborgh et al.
(2012).
muncul sebagai akibat dari faktorfaktor organisasi atau konteks, Berry et al.
(2007); Hershcovis et al.(2007); Lee dan Allen, 2002; Chen et al.(2015) Perilaku
tenaga kerja. Robinson dan Bennet (1997) menjelaskan bahwa deviant behavior
atau tekanan lainnya untuk menyebabkan seorang anggota merasa berbeda dari
merangkum hasil-hasil riset dan menyebutkan bahwa perilaku negatif yang sering
antisosial.
Daftar Pustaka
https://journal.uny.ac.id/index.php/cp/article/download/9191/pdf
https://econsydia.wordpress.com/perilaku-organisasi/sikap-kepuasan-kerja/
https://www.finansialku.com/kepuasan-kerja-berpengaruh-terhadap-kinerja/
https://media.neliti.com/media/publications/174167-ID-pengaruh-kepuasan-
kerja-terhadap-organiz.pdf
https://ojs.unud.ac.id/index.php/jmbk/article/download/6997/5246
https://media.neliti.com/media/publications/105844-ID-hubungan-antara-
ketidakhadiran-dan-kepua.pdf