Anda di halaman 1dari 24

PENGARUH PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN USAHA ANGGOTA

TERHADAP KINERJA KOPERASI KREDIT

CU MENTARI KASIH LABASA

Oleh:

Yohanes Erick Eglasias Pedor

1811037

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ATMA JAYA MAKASSAR

2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dengan meredanya pandemi Covid-19 ini sekaligus menjadi momentum bersama
untuk meningkatkan kerja koperasi agar lebih efisien. Karenanya, pemberdayaan koperasi
merupakan langkah strategis menumbuhkan pembangunan nasional. Keberhasilan
pemberdayaan koperasi tentunya diukur dari besarnya nilai kesejahteraan yang dirasakan
anggotanya. Kehadiran koperasi jangan semata dilihat sebagai perwujudan konstitusi,
namun lebih dari itu eksistensi koperasi harus dipandang sebagai suatu kebutuhan.
Langkah ini dirasakan dapat menjadi solusi konkrit untuk meningkatkan
kesejahteraan rakyat di masa pandemi. Guna mencapai titik tersebut tentunya harus
dilakukan berbagai upaya secara menyeluruh, terintegrasi, serta bersinergi. Hal ini dapat
dicapai dengan mendorong koperasi untuk meningkatkan kapasitas dan perannya.
Peningkatan kemampuan sumber daya manusia.
Ke depan juga diharapkan pengurus dan pengawas koperasi menjadi lebih
kompeten dalam menyusun berbagai strategi pemulihan ekonomi yang terjadi. Tangkas
dalam merancang kiat preventif guna meminimalisir timbulnya embrio permasalahan yang
dapat menyebabkan pertentangan, serta cakap dalam memberikan pelayanan terbaik juga
menggencarkan promosi usaha koperasi. sumber daya manusia koperasi juga diharapkan
mampu membawa koperasi beradaptasi dengan perkembangan teknologi. Kemudian
memanfaatkan market place berbasis online, maupun penggunaan sosial media untuk
memanfaatkan peluang serta kesejahteraan anggota koperasi itu sendiri. Sehingga dengan
berbagai upaya tersebut, koperasi mampu eksis merealisasikan pemulihan ekonomi baik
secara regional ,maupun nasional.
Indonesia sebagai negara berkembang dimana sebagian besar penduduk hidup di
daerah pedesaan sehingga apabila pembangunan nasional bertujuan meningkatkan
kesejahteraan rakyat, maka kawasan pedesaan mendapat prioritas sebagai bidang garapan
pembangunan. Kawasan pedesaan pada saat ini dapat diidentikkan dengan kata
“kemiskinan”. Pada kenyataannya, banyak masyarakat yang tinggal di pedesaan sangat
akrab dengan kemiskinan. Pada umumnya mereka hidup dalam keterbatasan, kemiskinan
serta ketidakberdayaan dalam menghadapi berbagai perkembangan dan perubahan yang
terjadi. Ketidakberdayaan masyarakat pedesaan termasuk masyarakat miskin, di samping
disebabkan oleh masalah ekonomi, juga kurangnya akses masyarakat untuk memperoleh
peningkatan kemampuan dan keterampilan masyarakat terutama dalam mengelola
keuangan. Oleh karena itu perlu adanya pemberdayaan dan pelatihan masyarakat dalam
menggunakan mengelola keuangan.
Koperasi sebagai badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum
koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan maka koperasi memiliki
peran untuk membina dan mengembangkan anggota agar mampu meningkatkan ekonomi
anggotanya.
Koperasi simpan pinjam merupakan salah satu jenis koperasi yang kegiatannya
menghimpun dana dari para anggotanya yang kemudian menyalurkan kembali dana
tersebut kepada anggotanya atau masyarakat umum. Dalam menjalankan kegiatannya
koperasi simpan pinjam memungut sejumlah uang dari setiap anggota koperasi. Uang
yang dikumpulkan para anggota tersebut, kemudian dijadikan modal untuk dikelola oleh
pengurus koperasi untuk dipinjamkan kembali kepada anggota yang membutuhkan.
Koperasi simpan pinjam perlu mendampingi dan melatih anggotanya, selain karena tugas
koperasi memang harus memberdayakan anggota, tetapi juga untuk mengurangi kredit
macet yang diberikan kepada anggota.

Koperasi simpan pinjam (KSP) atau Credit Union Mentari Kasih Labasa
(selanjutnya CU Mentari Kasih Labasa) adalah koperasi kredit yang berada di Desa
Labasa, Kecamatan Tongkuno Selatan, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara yang
bergerak dalam kegiatan simpan pinjam kepada masyarakat. Sebagian besar mata
pencaharian masyarakat di Labasa dan sekitarnya tempat CU adalah sebagai petani.
Dari hasil wawancara dengan pimpinan CU Mentari Kasih Labasa, diperoleh
informasi awal bahwa anggota koperasi cukup aktif berkoperasi namun kinerja koperasi
belum sesuai harapan karena banyaknya kredit bermasalah. Ada sejumlah anggota yang
kurang paham esensi koperasi kredit sehingga memanfaatkan dana untuk keperluan yang
tidak sesuai dan bermuara pada kredit yang bermasalah. Jadi diperlukan pelatihan
penggunaan kredit dan berusaha.
Dalam hal ini, peneliti tertarik untuk mengetahui secara mendalam tentang
pengaruh pelatihan terhadap pengembangan ekonomi anggota dan mengambil judul
“Pengaruh Pelatihan dan Pendampingan Usaha Anggota Terhadap Kinerja CU Mentari
Kasih Labasa.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian yang sudah dikemukakan dalam latar belakang di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah Pelatihan dan Pendampingan
Usaha Anggota Pengaruh Terhadap Kinerja CU Mentari Kasih Labasa?”
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang perumusan masalah di atas, maka dari itu
penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Pengaruh Pelatihan dan Pendampingan
Usaha Anggota Terhadap Kinerja CU Mentari Kasih Labasa.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis

a. Untuk Penulis

Manfaat yang diharapkan oleh peneliti adalah dapat menambah wawasan


dan menjadi motivasi untuk meningkatkan kemampuan peneliti.

b. Untuk Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi acuan untuk peneliti yang akan
datang dan dapat memberikan referensi pengetahuan dalam bidang
sumber daya manusia.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini sebagai masukan bagi pimpinan perusahaan PT.


Karunia Indah Abadi guna meningkatkan kegiatan pelatihan yang dapat
mempengaruhi produktivitas karyawan di bagian produksi yang pada
akhirnya dapat meningkatkan keuntungan perusahaan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pelatihan
2.1.1 Pengertian Pelatihan
Menurut Widodo (2015:82), pelatihan merupakan serangkaian aktivitas individu
dalam meningkatkan keahlian dan pengetahuan secara sistematis sehingga mampu
memiliki kinerja yang profesional di bidangnya. Pelatihan bertujuan untuk
mengembangkan karyawan agar terampil, terdidik, dan terlatih secara profesional dalam
bidangnya masing-masing. Dapat dikatakan bahwa ada tiga syarat yang harus dipenuhi
agar suatu kegiatan dapat disebut sebagai suatu pelatihan, menurut Moekijat (1985) ketiga
syarat tersebut adalah:
1. Pelatihan harus membantu pegawai menambah kemampuannya.
2. Pelatihan harus menghasilkan perubahan dalam kebiasaaan bekerja dari pegawai
dalam sikapnya terhadap pekerjaan, dalam informasi, dan pengetahuan yang
diterapkan dalam pekerjaan sehari-harinya.
3. Pelatihan harus berhubungan dengan pekerjaan tertentu.

Menurut Frank, P. Sherwood & Wallace, H. Best, dalam Nunu Jumena (2000),
latihan adalah proses membantu para pegawai untuk memperoleh efektivitas dalam
pekerjaan mereka baik yang sekarang ataupun yang akan datang, melalui pengembangan
kebiasaan-kebiasaan pikiran dan tindakan, pengetahuan, keterampilan, dan sikapnya.
Berdasarkan beberapa uraian mengenai pelatihan di atas, dapat disimpulkan bahwa
pelatihan merupakan upaya pengembangan kemampuan dan kualitas kerja karyawan
sehingga dapat bekerja secara efektif, efisien, dan memenuhi tanggungjawabnya. Menurut
Hasibuan (2007), karyawan adalah setiap orang yang bekerja dengan menjual tenaganya
(fisik dan pikiran) kepada suatu perusahaan dan memperoleh balas jasa yang sesuai
dengan perjanjian. Sumber daya manusia adalah aset penting atau paling kompetitif dari
setiap organisasi (Batarliene, Čižiuniene, et al, 2017). Oleh karena itu, karyawan sebagai
aset berharga bagi perusahaan yang harus mendapatkan pelatihan, sehingga setiap
karyawan dalam sebuah perusahaan dapat menemukan dan mengeluarkan potensi yang
ada pada diri dirinya yang mungkin masih terpendam.
2.1.2 Indikator Pelatihan
Indikator-indikator pelatihan karyawan menurut Anwar Prabu Mangkunegara
(2012, p. 116), yaitu:
1. Jenis Pelatihan, berdasarkan analisis kebutuhan program pelatihan yang telah
dilakukan maka perlu dilakukan pelatihan peningkatkan kinerja karyawan dan
etika kerja bagitingkat bawah dan menengah.
2. Tujuan Pelatihan, tujuan pelatihan harus konkrit dan dapat diukur, oleh karena itu
pelatihan yang akan diselenggarakan bertujuan untuk meningkatkan keterampilan
kerja agar peserta mampu mencapai kinerja secara maksimal dan meningkatkan
pemahaman peserta terhadap etika kerja yang harus diterapkan.
3. Materi, materi pelatihan dapat berupa: pengelolaan (manajemen), tata naskah,
psikologis kerja, komunikasi kerja, disiplin dan etika kerja, kepemimpinan kerja
dan pelaporan kerja.
4. Metode Yang Digunakan, metode pelatihan yang digunakan adalah metode
pelatihan dengan teknik partisipatif yaitu diskusi kelompok, konfrensi, simulasi,
bermain peran (demonstrasi) dan games, latihan dalam kelas, test, kerja tim dan
study visit (studi banding).
5. Kualifikasi Peserta, eserta pelatihan adalah karyawan perusahaan yang memenuhi
persyaratan seperti karyawan tetap dan staf yang mendapat rekomendasi pimpinan.
6. Kualifikasi Pelatih, instruktur yang akan digunakan dalam memberikan materi
pelatihan harus memenuhi kualifikasi persyaratan antara lain: mampu
membangkitkan motivasi dan mampu menggunakan metode partisipatif.
7. Waktu (Banyaknya Sesi), banyaknya sesi materi pelatihan terdiri dari 67 sesi
materi dan 3 sesi pembukaan dan penutupan pelatihan kerja. Dengan demikian
jumlah sesipelatihan ada 70 sesi atau setara dengan 52,2 jam. Makin sering petugas
mendapat pelatihan, maka cenderung kemampuan dan keterampilan karyawan
semakin meningkat.

2.1.3 Karakteristik Pelatihan

Karakteristik pelatihan menurut Ataunur dan Arianto (2015) adalah sebagai


berikut:
1. Penilaian Kebutuhan. Penilaian kebutuhan yang mengacu pada proses yang
digunakan untuk menentukan apakah pelatihan diperlukan.
2. Kesiapan Terhadap Latihan. Mengevaluasi apakah para karyawan sudah siap untuk
belajar.
3. Menciptakan Lingkungan Pembelajaran. Memastikan peserta pelatihan dapat
memperoleh pengetahuan dan berbagai keterampilan pada program pelatihan serta
menerapkan informasi tersebut pada pekerjaannya.
4. Memastikan Peralihan Pelatihan. Mengacu pada penggunaan pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku yang dipelajari pada pelatihan di tempat kerja.
5. Memilih Metode Pelatihan. Terkait dengan pemilihan metode pelatihan untuk
mencapai pelatihan yang efektif.
6. Mengevaluasi Program Pelatihan. Memeriksa hasil suatu program pelatihan dalam
evaluasi keefektifannya.

Menurut M. Ronald Buckley, Anthony R. Wheeler (2017), terdapat karakteristik


dalam kegiatan pelatihan yaitu seperti pelatihan keterampilan interpersonal dan pelatihan
keterampilan komunikasi secara langsung yang di dalamnya membahas terkait aspek
emosional kerja, khususnya terhadap peserta pelatihan dan pelatih pelatihan yang sering
ditantang untuk dapat menilai kembali keterampilan dan kemampuan bawahannya.
Pelatihan juga dirancang untuk dapat memberikan individu di dalam perusahaan
pengalaman yang luas melalui pengetahuan, keterampilan dan juga sikap dalam
melakukan pekerjaan (Lesley Walls & Matthew Revie, 2017).
2.2. Pengembangan Ekonomi

2.3. Koperasi Kredit

2.3.1. Definisi Koperasi Kredit

Koperasi kredit ialah koperasi yang bergerak dalam lapangan usaha


pembentukan modal melalui tabungan-tabungan para anggota secara teratur dan terus
menerus untuk kemudian dipinjamkan kepada para anggota dengan cara mudah,
murah, cepat dan tepat untuk tujuan produktif dan kesejahteraan. Contohnya adalah
unit-unit simpan pinjam dalam KUD, KSU, Credit Union, Bukopin, Bank Koperasi
Pasar dan lain-lain.

Koperasi ini bekerja hanya pada satu lapangan usaha saja. Koperasi ini hanya
menyimpan uang, menyediakan dan mengusahakan pinjaman atau kredit bagi
anggota-anggotanya saja. Jadi koperasi ini hanya bergerak dilapangan kredit dan
simpan pinjam. Koperasi ini bekerja atas dasar spesialisasi, yakni di bidang
perkreditan dan simpan pinjam. Koperasi ini memakai sistem single purpose.
2.3.2. Definisi dan Tujuan Credit Union

Credit Union, lazim disebut CU, merupakan salah satu tiang perekonomian
dalam rangka pengentasan kemiskinan, sebab kegiatan yang terdapat dalam CU
tersebut adalah bagaimana meningkatkan kesejahteraan anggota sehingga model CU
sangat cocok dikembangkan. Untuk itum potensi keberadaan CU saat ini harus
dikembangkan dan pemerintah harus melihat keberadaan CU menjadi suatu model
dalam pengentasan kemiskinan.

Credit Union (CU), diambil dari bahasa Latin “credere” yang artinya percaya
dan “union” atau “unus”berarti kumpulan. Credit Union memiliki makna kumpulan
orang yang saling percaya dalam suatu ikatan pemersatu dan sepakat untuk
menabungkan uang mereka sehingga menciptakan modal bersama untuk dipinjamkan
kepada anggota dengan tujuan produktif dan kesejahteraan.

Credit Union atau dikenal sebagai koperasi kredit ada di Indonesia sejak
tahun 1970an dan mempunyai peranan penting dalam hal keuangan, kelembagaan
dan sosial. Sebagai lembaga keuangan berbentuk koperasi, Credit Union dimiliki dan
diawasi oleh anggota yang memanfaatkan pelayanannya. Credit Union tidak
dimaksudkan untuk memupuk keuntungan (profit oriented) dan dirancang sebagai
wadah yang aman dan nyaman bagi anggotanya untuk menabung dan mendapatkan.
Sesuai dengan kebutuhan anggota dan perkembangannya, Credit Union menyediakan
jasa-jasa keuangan seperti halnya lembaga keuangan perbankan seperti rekening giro,
tabungan, pinjaman berbagai tujuan, asuransi dan jasa pengiriman.

Tujuan utama Credit Union adalah bagaimana mengelola penggunaan uang


secara bijaksana, meningkatkan nilai-nilai moral dan fisik manusia, dan mendorong
mereka agar mau bertindak menolong dirinya sendiri. Faktor manusia adalah yang
utama dalam mengembangkan CU. Itu sebabnya yang dikerjakan oleh CU adalah
pembangunan manusia. Manusia yang sudah terbangun adalah manusia yang
berkualitas. Manusia yang sudah dibangun oleh CU harus terus belajar meningkatkan
kompetensi dirinya dan bukan perubahan sesaat lalu berhenti. Orang-orang CU harus
mampu mencapai kualitas manusia yang utuh dan bermartabat.

2.3.3. Prinsip Koperasi Kredit (Credit Union)

Koperasi kredit (Credit Union) memiliki tiga prinsip utama yaitu:

1. asas swadaya (tabungan hanya diperoleh dari anggotanya),


2. asas setia kawan (pinjaman hanya diberikan kepada anggota),

3. asas pendidikan dan penyadaran (membangun watak adalah yang utama;


hanya yang berwatak baik yang dapat diberi pinjaman).

2.3.4. Perbedaan Credit Union dengan Lembaga Keuangan Lainnya

Credit Union berbeda dengan koperasi atau lembaga perbankan umumnya.


Manfaat CU bagi anggota adalah mengubah pola pikir. Maksudnya, dari yang
terbiasa instan/ langsung memanfaatkan uang saat mendapat pinjaman menjadi
menciptakan modal dahulu dengan menabung secara rutin. Menabung sistem CU
berbeda dengan menabung secara ‘tradisional’ di lembaga lain, misalnya bank,
setelah menabung, uang itu ditarik untuk dipergunakan. Tetapi di CU lebih modern
karena ada dana yang tersimpan.

2.2.5. Pelayanan Di Credit Union

Sebagai masyarakat koperasi, CU diorganiser oleh sekelompok orangyang


melayani anggotanya dengan pelayanan utama :

1. Akumulasi modal dari akumulasi simpanan yang mudah dan


menyenangkan,

2. Sumber pinjaman dengan bunga normal

3. Kegiatan pendidikan dimana anggota dididik mengatur dan mengontrol


uangnya.

CU sebagai masyarakat koperasi yang terorganisir di antara sekelompok orang


dengan satu ikatan pemersatu (common bond of interest) dan beroperasi berdasarkan
peraturan tertentu, meningkatkan sikap hemat dari anggotanya menciptakan sumber
kredit untuk kegunaan usaha yang produktif dan cermat, mendidik anggotanya
menggunakan uang secara bijaksana dan melaksanakan training teknik operasi.

Pelayanan di Credit Union memiliki tiga tingkatan, yaitu:

1. Tingkatan pertama pelayanan dasar atau pelayanan di bawah harapan


anggota.

2. Tingkatan kedua pelayanan sesuai harapan anggota.

3. Tingkatan ketiga pelayanan yang melebihi harapan anggota (pelayanan


prima).
2.4. Kinerja Koperasi Kredit
Kinerja koperasi kredit adalah ukuran keberhasilan suatu kegiatan atau program
yang dikaitkan dengan tujuan yang ditetapkan, yaitu sistem pemberian kredit yang
menciptakan suatu sistempemberian kredit yang sehat dan teratur sehingga benar-benar
digunakan untuk kegiatan usaha.
Salah satu ukuran dari keberhasilan dari suatu organisasi adalah efektivitas dari
organisasi tersebut yaitu sampai di mana tercapainya tujuan organisasi dan besarnya
kepuasan para anggota dalam mencapai tujuan. Semakin sempurna tujuan organisasi atau
semakin puas para anggota dalam mencapai tujuan maka dapat dikatakan organisasi itu
semakin efektif. Hal yang penting adalah keberhasilan organisasi dari tinjauan efektivitas
organisasi harus dilihat dari segi produktivitas, moral dan kepuasan anggota

2.4. Penelitian Terdahulu


Penelitian yang dilakukan oleh Aritonang (2009) adalah analisis keberadaan Credit
Union (CU) sebagai lembaga pembiayaan di Kelurahan Saribudolok Kecamatan
Silimakuta, Kab. Simalungun. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan analisis
deskriptif dan metode penarikan sampel dilakukan dengan metode Simple Random
Sampling. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu data primer dan data
sekunder. Penelitian ini menunjukkan CU berperan sebagai lembaga penyimpanan uang,
lembaga peminjaman modal bagi anggota, sebagai penyelenggara pendidikan dan
pelatihan bagi anggota dan penggerak perekonomian anggota. Petani merasakan peranan
CU benar-benar sangat bermanfaat adalah setelah mengikuti pendidikan dan konsultasi
yang diadakan oleh Credit Union yaitu pendidikan dasar dan lanjutan. Faktor yang paling
banyak mempengaruhi petani dalam memilih Credit Union adalah saran teman/keluarga.
Penggunaan pinjaman dari CU Cinta Mulia sudah efektif digunakan untuk kebutuhan
usaha tani.
Selanjutnya Susi Fitria Sari (2011) melakukan penelitian mengenai Peran Koperasi
Simpan Pinjam Dalam Perkembangan UMKM Agribisnis di Bogor (studi kasus: Kospin
Jasa Bogor). Metode dalam penelitian ini menggunakan analisis data yang dilakukan
dengan
dua cara, yaitu analisis kualitatif dan kuantitatif. Jenis data yang digunakan dalam
penelitian
ini adalah data primer dan data sekunder. Penentuan responden analisis peranan Kospin
Jasadilakukan dengan purposive sampling (penentuan secara sengaja). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa berdasarkan analisis deskriptif, sistem penyaluran kredit yang
diterapkan oleh pihak Kospin Jasa tidak terlalu sulit. Manfaat dari pemberian kredit yang
dilakukan Kospin Jasa terlihat pada peningkatan pendapatan yang diterima UMKM
sebelum dan sesudah menerima kredit. Selain itu, peningkatan pendapatan juga
berpengaruh pada nilai R/C ratio, akan tetapi Kospin Jasa akan lebih efektif dan efisien
jika memberikan kredit pada UMKM dengan jenis usaha pengolahan, karena nilai R/C
rationya meningkat setelah menerima kredit.
Selanjutnya Barombo, Asrori, dan Donatianus (2012) melakukan penelitian mengenai
Pemberdayaan Masyarakat Melalui KoperasiCredit Union (CU) (studi kasus: CU
Khatulistiwa Bakti Pontianak). Metode dalam penelitian ini menggunakan analisis
deskriptif dengan metode penarikan data secara purposive sampling. Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data primer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Credit
Union (CU) sebagai suatu lembaga masyarakat, dalam kegiatannya secara tidak langsung
menerapkan proses pemberdayaan masyarakat karena koperasi CU mewadahi masyarakat
dalam hal pengembangan ekonomi dan sosial. Pengurus CU. Khatulistiwa Bakti memiliki
komitmen untuk menyejahterakan anggotanya dengan mengedepankan anggotanya selaku
pelaku ekonominya. Selain itu pula dengan peningkatan kesejahteraan/pendapatan maka
terjadi pula perubahan nilai kehidupan sosial ditengah masyarakat. Hal ini sebagai hasil
kerja keras yang dilakukan oleh seseorang yang akan membuahkan keberhasilan.
Keberhasilan ini berdampak pada perubahanperubahan-perubahan baik dalam diri
pribadinya maupun terhadap lingkungan masyarakat.

2.5. Kerangka Pikir Penelitian

2.6. Hipotesis Penelitian

2.1.1 Kerangka Teoritis

Kualitas pelatihan mempunyai tujuh indikator yaitu : Jenis Pelatihan,


Tujuan Pelatihan, Materi, Metode Yang Digunakan, Kualifikasi Peserta,
Kualifikasi Pelatih, Waktu (Banyaknya Sesi). yang berpengaruh terhadap
produktivitas kerja karyawan bagian produksi PT. Karunia Indah Abadi (Wings
Group) Gowa

Ketika pelatihan efektif maka produktivitas akan meningkat, tetapi


sebaliknya jika pelatihan tidak efektif maka produktivitas tidak akan
meningkat. Dari penjelasan diatas maka dapat dibuat kerangka berpikir sebagai
berikut:

Pelatihan (X) Produktivitas Karyawan

Gambar 2.1 Kerangka Penelitian

2.1.2 Pengembangan Hipotesis

Menurut Sugiyono (2017) mengatakan bahwa hipotesis adalah jawaban


sementara dari rumusan masalah penelitian, di mana rumusan masalah
penelitian dibentuk dalam kalimat pertanyaan, dikatakan sementara karena
jawaban yang diberikan didasarkan pada teori-teori yang relevan, yang tidak
didasarkan pada fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.
Hipotesis adalah perumusan jawaban sementara terhadap suatu persoalan yang
dimaksud sebagai tuntutan sementara dalam penelitian untuk mencari jawaban
yang sebenarnya (Winarno Surakhmad, 1985:39), maka hipotesis dapat
diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul,
mengacu pada landasan teori yang ada.
Pelatihan yang efektif dapat mempengaruhi karyawan dalam
meningkatkan produktivitas kinerjanya. Hal ini didukung oleh penelitian
sebelumnya yang dikemukakan oleh Ichwan Azis Sambodo (2016) dengan
judul “Pengaruh Pelatihan Terhadap produktivitas Kerja Karyawan Pada Pt.
Waskita Karya (Persero) Tbk Cabang Sulawesi” dan Endang Haryati & Jessica
Debora Sibarani (2015) dengan judul “Pengaruh Pelatihan Terhadap
Produktivitas Kerja Karyawan Pada Pt Pp. London Sumatera Indonesia, Tbk
Medan”. Maka hipotesis dalam penelitian ini: Pelatihan berpengaruh signifikan
dan positif terhadap produktivitas karyawan bagian produksi PT. Karunia Indah
Abadi (Wings Food) Gowa.
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah


penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian asosiatif. Metode penelitian
kuantitatif adalah jenis penelitian dari awal hingga pengembangan desain
penelitian, dan spesifikasinya sistematis, terencana, dan terstruktur dengan
jelas. Menurut Sugiyono (2018), metode penelitian kuantitatif adalah metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk
meneliti pada populasi ataupun sampel tertentu, umumnya teknik pengambilan
sampel dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen
penelitian, analisis data yang bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk
menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Sementara itu, penelitian asosiatif
adalah: “Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel
atau lebih dengan penelitian ini maka dapat dibangun suatu teori yang dapat
berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala
(Sujarweni 2015, 16)”.

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat di mana peneliti akan melakukan


penelitiannya. Lokasi penelitian dalam penelitian ini berada di PT Karunia
Indah Abadi di Jl malino, Bilibili, Sulawesi Selatan, Indonesia 92171

3.3 Populasi dan sampel

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), populasi memiliki arti seluruh


jumlah orang atau penduduk di suatu daerah. Melalui penjelasan tersebut dapat
diartikan populasi adalah sebutan untuk orang-orang atau penduduk yang
berada dalam suatu wilayah tertentu. Populasi adalah objek penelitian yang
terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan, benda, nilai tes sebagai sumber data
yang memiliki ciri dan kualitas dalam suatu penelitian untuk dipelajari dan
kemudian ditarik
kesimpulannya (Silaen, 2018). Adapun populasi yang direncanakan dalam
penelitian ini adalah seluruh karyawan di PT Karunia Indah Abadi (Wings
Group) Gowa yang berjumlah 50 karyawan, berjenis kelamin laki-laki atau
perempuan yang berstatus karyawan di PT Karunia Indah Abadi (Wings
Group) Gowa.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Arikunto mengatakan jika ukuran populasi kurang dari 100,
lebih baik seluruh subjek diambil semua untuk diteliti sehingga penelitiannya
merupakan penelitian populasi atau total sampling. Karena jumlah populasinya
yang kecil sebagai responden, maka seluruh populasi yang ada di perusahaan
PT. Karunia Indah Abadi (Wings Group) Gowa tersebut diambil secara
keseluruhan. Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 50
karyawan.

3.4 Sumber Data

Pengertian sumber data adalah sumber data yang dimaksud dalam


penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Penentuan metode
pengumpulan data disamping jenis data yang telah dibuat di muka (Suharsimi
Arikunto 2013:172).

Menurut Sugiyono (2017:193) yang dimaksud data primer adalah


sumber data yang menyediakan data langsung ke pengumpul data. Data utama
penelitian ini adalah anotasi hasil kuesioner results.

Data yang diperoleh dari penelitian ini adalah data primer yang
diperoleh secara langsung dengan wawancara dan pengisian kuesioner sebagai
data baru atau data asli.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah


wawancara secara langsung dan membagikan kuesioner secara online kepada
pihak yang terkait mengenai pengaruh pelatihan terhadap produktivitas
karyawan bagian produksi PT. Karunia Indah Abadi (Wings Food) Gowa.

3.6 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional variabel penelitian menurut Sugiyono (2015, h.38)


adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari obyek atau kegiatan yang memiliki
variasi tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan
kemudian ditarik kesimpulannya. Sebagai atribut-atribut dalam variabel dan
menjadi titik acuan dalam penelitian, maka penelitian ini akan dibagi menurut
konstuknya sebagai berikut:
Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Operasional Indikator


Pelatihan (X) proses pendidikan jangka 1. Jenis Pelatihan
pendek kepada karyawan 2. Tujuan Pelatihan
PT Karunia Indah Abadi 3. Materi
dengan menggunakan 4. Metode Yang Digunakan
prosedur yang sistematis 5. Kualifikasi Peserta
dan terorganisir untuk 6. Kualifikasi Pelatih
meningkatkan kinerja 7. Waktu (Banyaknya Sesi)
karyawan.

Produktivitas Tingkat kemampuan 1. Pengetahuan


Karyawan
tenaga kerja dalam 2. Keterampilan
(X)
menghasilkan produk . 3. Kemampuan
Produktivitas tenaga 4. Sikap
kerja menunjukkan
adanya kaitan antara
output (hasil kerja)
dengan waktu yang
dibutuhkan untuk
menghasilkan produk
dari seorang tenaga kerja.

3.7 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kuesioner (angket) sebagai


instrument penelitian. Kuesioner merupakan salah satu instrumen krusial dalam
pengumpulan data penelitian, terutama pengumpulan data primer.

Instrumen penelitian terdiri dari berbagai item pernyataan atau


pertanyaan yang diperoleh dari indikator setiap variabel.

a. Pelatihan diukur oleh 7 pernyataan atau pertanyaan menurut


Anwar Prabu Mangkunegara (2012)

b. Produktivitas Karyawan diukur oleh 4 pernyataan atau


pertanyaan menurut Buhanuddin Yusuf (2015)

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert (Sugiyono
2018) skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (p. 152). Variabel
yang akan diukur menggunakan skala likert adalah optimisme dan kemampuan
identifikasi peluang. Dalam penelitian ini, dari setiap jawaban responden
terhadap pertanyaan yang diajukan, kemudian akan diberikan skor tertentu.
Skor tersebut antara 1-5, dengan ketentuan sebagai berikut:

Sangat Setuju (SS) =

5 Setuju (ST) = 4

Netral (N) = 3

Tidak Setuju (TS) = 2

Sangat Tidak Setuju (STS) = 1


3.8 Uji Instrumen Penelitian

3.8.1 Uji Validitas

Menurut Sugiyono (2011:122) Uji validitas adalah untuk mengetahui


tingkat kevalidan dari instrumen kuesioner yang digunakan dalam
pengumpulan data. Uji validitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah item-
item yang tersaji dalam kuesioner benar-benar mampu mengungkapkan dengan
pasti apa yang akan diteliti. Dalam penelitian ini digunakan SPSS untuk
menguji validitas data.

Validitas menurut Sugiyono (2016:177) menunjukan derajat ketepatan


antara data yang sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang
dikumpulkan oleh peneliti untuk mencari validitas sebuah item, kita
mengkorelasikan skor item dengan total item-item tersebut. Jika koefisien
antara item dengan total item sama atau diatas 0,3 maka item tersebut
dinyatakan valid, tetapi jika nilai korelasinya dibawah 0,3 maka item terebut
dinyatakan tidak valid.

Menurut Sugiyono (2017: 125) menunjukkan derajat ketepatan antara


data yang sesungguhnya terjadi pada objek dengan data yang dikumpulkan oleh
peneliti. Uji validitas ini dilakukan untuk mengukur apakah data yang telah
didapat setelah penelitian merupakan data yang valid atau tidak, dengan
menggunakan alat ukur yang digunakan (kuesioner). Uji validitas dilakukan
pada responden sebanyak 130 karyawan PT. Kurnia Indah Abadi.

3.8.2 Uji Reliabel

Menurut Sugiyono (2017: 130) menyatakan bahwa uji reliabilitas


adalah sejauh mana hasil pengukuran dengan menggunakan objek yang sama,
akan menghasilkan data yang sama. Uji reliabilitas ini dilakukan pada
responden sebanyak 130 karyawan PT. Karunia Indah Abadi, dengan
menggunakan pertanyaan yang telah dinyatakan valid dalam uji validitas dan
akan ditentukan reliabilitasnya. Menggunakan program SPSS versi 26, variable
dinyatakan reliabel dengan kriteria berikut :
1. Jika r-alpha positif dan lebih besar dari r-tabel maka pernyataan
tersebut reliabel.

2. Jika r-alpha negatif dan lebih kecil dari r-tabel maka pernyataan
tersebut tidak reliabel.

a) Jika nilai Cronbach’s Alpha > 0,6 maka reliable

b) Jika nilai Cronbach’s Alpha < 0,6 maka tidak reliable

Variabel dikatakan baik apabila memiliki nilai Cronbach’s Alpha > dari 0,6
(Priyatno, 2013: 30)

3.9 Teknik Analisis Data

Jawaban yang telah terkumpul dari responden atas pertanyaan-pertanyaan


pada kuisioner akan dilakukan pengolahan data. Seluruh data yang terkumpul
dikelompokkan berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data
dari setiap variabel yang diteliti dan melakukan perhitungan untuk menjawab
rumusan masalah. Data yang sudah dikumpulkan bagi penelitian ini kemudian
dianalisis dengan menggunakan beberapa metode yaitu:

3.9.1 Analisis Deskriptif

Sugiyono (2017:35) mendefinisikan analisis statistik deskriptif adalah


analisis yang dilakukan untuk mengetahui keberadaan variabel mandiri, baik
hanya pada satu variabel atau lebih (variabel yang berdiri sendiri atau variable
bebas) tanpa membuat perbandingan variabel itu sendiri dan mencari hubungan
dengan variabel lain.

3.9.2 Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini,


yakni :
1. Uji Normalitas

Menurut Ghozali (2018:161) menyatakan bahwa Uji normalitas


bertujuan untuk menguji apakah di dalam model regresi, variabel pengganggu
atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan uji F
mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal atau tidak
dengan analisis grafik dan uji statistik. Menurut Ghozali (2018), Alpha (α)
merupakan suatu batas kesalahan yang maksimal yang dijadikan sebuah
patokan oleh peneliti. Semisal melakukan suatu penelitian, peneliti menetapkan
alpha sebesar 5% atau 0,05 dengan kaidah keputusan jika signifikan lebih dari
α=0,05 maka dapat dikatakan data tersebut berdistribusi normal.

2. Uji Linearitas

Suatu uji atau analisis yang dilakukan dalam penelitian harus berpedoman pada
dasar pengambilan keputusan yang jelas. Dasar pengambilan keputusan dalam
uji linearitas dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:

a) Membandingkan Nilai Signifikansi (Sig.) dengan 0,05

 Jika nilai Deviation from Linearity Sig. > 0,05, maka ada
hubungan yang linear secara signifikan antara variabel
independent dengan variabel dependent.

 Jika nilai Deviation from Linearity Sig. < 0,05, maka tidak ada
hubungan yang linear secara signifikan antara variabel
independent dengan variabel dependent.

b) Membandingkan Nilai F hitung dengan F tabel

 Jika nilai F hitung < F tabel, maka ada hubungan yang linear
secara signifikan antara variabel independent dengan variabel
dependent.

 Jika nilai F hitung > F tabel, maka tidak ada hubungan yang
linear secara signifikan antara variabel independent dengan
variabel dependent.
3.9.3 Analisis Regresi Linear Sederhana

Analisis regresi sederhana menurut Ghozali (2011) di dasarkan pada


hubungan kausal atau fungsional satu variabel independen dengan variable
dependen Koefisien regresi bertujuan untuk memastikan apakah variable
independen yang terdapat dalam persamaan regresi tersebut secara individu
berpengaruh terhadap nilai variabel dependen. Analisis regresi linear sederhana
berfungsi untuk menguji hubungan sebab akibat antara variabel faktor
penyebab terhadap variabel akibatnya. Dalam penelitian regresi linear
sederhana digunakan untuk menguji hubungan variable kualitas layanan
terhadap kepuasan nasabah. Berikut ini merupakan persamaan regresi
sederhananya :

Y = a + bX +

Keterangan :

Y = Variabel produktivitas

karyawan X = Variabel pelatihan

a = Konstanta

b = Koefisien regresi variable pelatihan

3.9.4 Analisis Koefisien Determinasi (R2)

Analisis koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa


besar variabel independen berhubungan dengan variabel dependen secara
bersamaan. Jika nilai R2 lebih besar (>) dari 0,5 maka nilainya dianggap baik,
karena nilai R2 bervariasi dari 0 sampai 1. Menurut Ghozali (2016: 95),
koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur sejauh mana model
tersebut mampu menjelaskan perubahan variabel terikat.

3.9.5 Uji Hipotesis


Widarjono (2015) mengatakan bahwa uji T digunakan untuk
membuktikan apakah variabel independen (Pelatihan) secara individu
memengaruhi variabel dependen (Produktivitas Karyawan) dengan kriteria
sebagai berikut:

1. Jika t hitung > t tabel maka hipotesis diterima (adanya pengaruh


variabel independen terhadap variabel dependen).

2. Jika t hitung < t tabel maka hipotesis ditolak (tidak ada pengaruh
antara variabel independen terhadap variabel dependen).
DAFTAR PUSTAKA

Azis, Akmal, Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Produk terhadap Kepuasan


Pelanggan pada Bengkel PT Hadji Kalla Cabang Urip Sumoharjo
Makassar. Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Alauddin,
Makassar, 2013.

Sambodo, Ichwan Azis. 2016. Pengaruh Pelatihan Terhadap Produktivitas


Kerja Karyawan Pada Pt. Waskita Karya (Persero) Tbk Cabang
Sulawesi. Skripsi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar.

Anda mungkin juga menyukai