Anda di halaman 1dari 38

ANALISIS PENILAIAN KINERJA PADA PT BPRS

ARTHA MAS ABADI PATI DENGAN MENGGUNAKAN


METODE BALANCED SCORECARD

SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana (S1)
dalam Bidang Perbankan Syariah (PS)

Oleh :
Aishanda
NIM 1720510050

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan era di dunia yang sangat pesat mau tidak mau menjadi
ajang bersaing antar perusahan untuk mengembangkan kemampuan yang
mereka punya. Perkembangan dari dunia bisnis yang semakin kompetitif bisa
berdampak pada perubahan yang besar dalam hal persaingan, manufraktur,
pemasaran, manajemen sumber daya manusia, dan penanganan transaksi
antara perusahaan dengan konsumen dan juga perusahaan dengan perusahaan
lain. Begitu pula dengan perusahaan jasa yang bergerak pada bidang
perbankan, hanya perusahaan yang mampu berkembang mengikuti era dan
juga yang mampu memberikan apa yang konsumen butuhkan yang akan
bertahan. Sehingga perusahaan diharuskan untuk mererapkan sistem
manajemen yang modern untuk bersaing.
Pada level persaingan ini, perusahaan yang mepunyai suatu kemapuan
kompetitif dapat diuntungkan untuk bisa bertahan dan bersaing, kemampuan
yang dimilik perusahaan tersebut dapat memperkuat posisi keuangan
perusahaan dalam persaingan bisnis jangka panjang. Berbagai cara dapat
dilakukan agar perusahaan mampu bertahan pada dunia usaha yang
kompetitif, diantaranya perusahaan dituntut agar mampu mewujudkan
strategi-strategi jangka panjang. Dari hal tersebut dapat di simpulkan bahwa,
pengukuran kinerja yang hanya diukur melalui persepektif keuangan tidak
dapat mencukupi faktor penilaian kinerja keseluruhan sehingga diperlukan
suatu alat yang dapat mengukur kinerja dari berbagai perspektif secara
komprehensif.
Menurut Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
792 Tahun 1990 tentang Lembaga Keuangan adalah semua badan yang
kegiatan di bidang keuangan melakukan penghimpunan dan penyaluran dana
kepada masyarakat terutama guna membiayai investasi perusahaan. Dalam
kegiatannya lembaga keuangan selalu diawasi oleh pemerintah, karena dalam
operasional kegiatannya merupakan bagian penting dari perekonomian
negara. Sehingga pemerintah sangat perlu untuk mengawasi serta mengatur
bank dan juga lembaga keuangan.
Industri Perbankan adalah sektor yang paling banyak diatur dan
diawasi (highly regulated and surpivised industry). Dikarenakan dalam sektor
perbankan dana yang dihimpun dari masyarakat dan dikembangkan menjadi
berbagai bentuk pembiayaan serta investasi harus dapat
dipertanggungjawabkan. Hal tersebut menyadarkan kita bahwa dengan
pentingnya pengawasan dan juga pengaturan bagi lembaga keuangan. Selain
hal tersebut, kinerja serta eksistensi sangat perlu untuk di tinjau baik dari segi
keuangan, kegiatan perbankan, dan juga pembelajaran dan pertumbuhan.
Sebagaimana arti dari Bank adalah salah satu lembaga yang memiliki
peranan dalam sistem keuangan di Indonesia. Menurut UU No. 10 Tahun
1998 tentang perubahan atas UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan, bank
adalah usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan
dan menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Mayoritas penduduk di Indonesia yang beragama muslim menjadi
suatu peluang yang menjadi alasan perbankan syariah di Indonesia dapat
berkembang pesat. Bank syariah menggunakan sistem operasional syariah
yang sesuai dengan syariat islam. Namun hal tersebut tidak menjamin dengan
perkembang dunia perkembangan syariah di Indonesia, karena faktor
pengembangan produk syariah berjalan sangat lambat dan juga belum
berkembang sebagaimana halnya dengan bank konvensional.
Dalam sektor perbankan di Indonesia kini, perbankan syariah bukan
lagi hal yang asing dikarenakan kontribusi dan kinerja perbankan syariah
terhadap perkembangan ekonomi dan juga perkembangan industri yang
berjalan selama kurang lebih 10 tahun terakhir. Sejarah berkembangnya
hukum syariah di Indonesia secara resmi dimulai dengan lokakarya MUI yang
membahas mengenai perbankan pada tahun 1990 tentang perbankan yang
mengakomodasi kegiatan bank dengan prinsip bagi hasil. Selama periode
1991 – 1998 hanya ada satu bank umum syariah dan beberapa bank
perkreditan rakyat (BPRS) sebai pelaku pada sektor perbankan syariah.1
Sama halnya dengan perkembangan bisnis dunia jasa keuangan tidak
kalah berkembang pesat dalam persaingan. Sengitnya persaingan dalam
perbankan membuat banyak pihak mau tidak mau untuk terus berinovasi
dalam menjalankan perusahaannya. Banyak hal negatif yang dapat
mempengaruhi dalam proses perkembangan seperti, keterbatasan modal,
kurang mmempuninya SDM, sumber dana, dan TI yang belum mempuni.
Namun hal tersebut tidak menghalangi para pelaku di dunia jasa keuangan
untuk tidak berinovasi dalam bidang lain, seperti peningkatan pelayanan dan
peningkatan kualitas produk. Oleh karena itu, sektor perbankan di Indonesia
harus menerapkan strategi yang dapat meningkatkan kinerja saat bersaing
dengan perusahaan lainnya.
Penilain kinerja merupakan salah satu faktor yang penting bagi
perusahaan. Dalam upaya peningkatan kualitas untuk pengambilan keputusan,
akuntabilitas, serta untuk menilai pencapaian tujuan dan sasaran (goals and
objectives) dapat menggunakan penilaian kinerja. Pengukuran kinerja tidak
dimaksudkan untuk memberikan penghargaan atau hukum, tetapi pengukuran
kinerja dimaksudkan sebagai alat komunikasi dan serta alat manajemen untuk
meningkatkan kinerja dari organisasi.

1
Warkum Sumitro, Asas-Asas Perbankan Islam Dan Lembaga-Lembaga Terkait, 1st ed. (Jakarta:
RajaGrafindo, 2005).
Selain dapat menilai untuk goals dari perusahaan, pengukuran kinerja
juga dapat digunakan untuk dasar dalam menentukan sistem pemberian gaji
karyawan dan juga insentif atau bonus yang dapat diberikan kepada karyawan.
Penilaian kinerja juga dapat dijadikan alat untuk mengevaluasi hasil pekerjaan
karyawan pada tahun yang lalu. Untuk mengukur baik atau tidaknya kinerja
perusahaan dapat dilakukan dengan menilai kineja keuangan atau laporan
keuangan dari hasil perusahaan tersebut. laporan keuangan yang sudah
diterbitkan oleh perusahaan dapat dianalisis agar dapat dilakukan penilaian
kinerja perusahaan dari persepektif keuangan. Karena analisis laporan
keuangan merupakan salah satu dari beberapa yang dapat dipergunakan untuk
tolak ukur penilaian kinerja perusahaan.
Disebutkan pada tahun 1990-1992, Kaplan dan Northon dalam buku
Mulyadi memperkenalkan konsep balanced scorecard untuk memperbaiki
sistem pengukuran kinerja tradisional. Aspek keuangan dalam kinerja
tradisional hanya berdasar pada informasi dari sistem informasi akuntansi.
Yang mana secara umum sistem akuntansi hanya bersifat jangka pendek.
Maka dari itu hal tersebut hanya dapt menciptakan kinerja bisnis untuk jangka
pendek.2
Balanced scorecard dapat digunakan pada semua macam jenis badan
bisnis dikarenakan semua badan bisnis memerlukan pengukuran kinerja dari
aspek keuangan maupun non keuangan. Pada aspek non keuangan balanced
scorecard mampu untuk memperluas kinerja aspek. Apabila balanced
scorecard diterapkan pada suatu perusahaan, maka perusahaan tersebut dapat
mengawasi dan memantau hasil dari kinerja perusahaan jangka pendek
maupun jangka panjang.3

2
Mulyadi, Balanced Scorecard: Alat Manajemen Kontemporer Untuk Pelipat Ganda Kinerja Keuangan
Perusahaan, 2nd ed. (Jakarta: PT. Salemba Emban Patria, 2001).
3
Ni Putu Yessy Christina and I Putu Sudana, “Penilaian Kinerja Pada PT. Adhi Karya Dengan
Pendekatan Balanced Scorecard,” E-Jurnal Akutansi Universitas Udayana 3, no. 5 (2013): 516–29.
Bank pembiayaan rakyat syariah (BPRS) Artha Mas Abadi merupakan
salah satu lembaga perbankan di Jawa Tengah, khususnya kabupaten Pati.
BPRS Artha Mas Abadi merupakan lembaga keuangan yang menjalankan
prisnsip syariah dalam pengoprasional kegiatannya. BPRS Artha Mas Abadi
adalah satu-satunya BPRS di kabupaten Pati yang terdaftar pada OJK. Berikut
adalah tabel total aset BPRS Artha Mas Abadi dari tahun 2017 hingga 2019.

Tabel 1.1
Perkembangan Total Asset PT BPRS Artha Mas Abadi
Tahun 2017-2019

Tahun Jumlah Asset PT BPRS Artha Mas


Abadi

2016 21.703.619

2017 26.612.998

2018 27.924.350

2019 30.706.831

2020 35.311.023

Data asset dalam ribuan


Sumber: Laporan Keuangan yang di Publish pada OJK

Dari data di atas, dapat diketahui bahwa asset dari BPRS Artha Mas
Abadi meningkat setiap tahunnya. Untuk menjaga jumlah aset, BPRS harus
menggunakan strategi yang tepat. Dalam melakukan kegiatan operasionalnya,
terdapat banyak peluang bagi bank untuk mengalami peningkatan dan
penurunan kinerja baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Mengingat persaingan dari bisnis semakin ketat maka masalah internal dan
eksternal haruslah menjadi perhatian yang seirus bagi pihak BPRS. Maka dari
itu, penilaian kinerja menggunakan balanced scorecard dapat digunakan
untuk mengetahui kinerja dari PT BPRS Artha Mas Abadi Pati.

Dari penjabaran di atas, menunjukan bahwa konsep balanced


scorecard belum diterapkan pada penilaian kinerja pada PT BPRS Artha Mas
Abadi Pati sehingga peneliti memilih untuk melakukan penelitian terhadap PT
BPRS Artha Mas Abadi Pati dengan menggunakan metode balanced
scorecard. berdasarkan alasan tersebut peneliti mengambil judul “ANALISIS
PENILAIAN KINERJA PADA BANK PEMBIAYAAN RAKYAT
SYARIAH ARTHA MAS ABADI PATI DENGAN MENGGUNAKAN
METODE BALANCED SCORECARD”

B. Fokus Penelitian
Berdasarkan pada latar belakang dan juga pemilihan judul penelitian di
atas, maka peneliti memfokuskan penelitian pada:
1. Penilaian kinerja pada BPRS Artha Mas Abadi dengan
menggunakan 4 persepektif dari balanced scorecard
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan, maka rumusan
masalah yang diajukan adalah Bagaimana kinerja Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS) Artha Mas Abadi Pati apabila diukur dengan menggunakan
empat persepektif balanced scorecard yaitu persepektif keuangan, persepektif
nasabah, persepektif bisnis internal, dan persepektif pertumbuhan dan
pembelajaran?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini memiliki


tujuan sebagai berikut:
1. Menganalisis kinerja BPRS Artha Mas Abadi Pati dari persepektif
keuangan.
2. Mengetahui kinerja BPRS Artha Mas Abadi Pati dari persepektif
nasabah.
3. Mengetahui kinerja BPRS Artha Mas Abadi Pati dari persepetif bisnis
internal.
4. Mengetahui kinerja BPRS Artha Mas Pati dari persepektif
pertumbuhan dan pembelajaran.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam
bidang akutansi dan juga manajemen yang berkaitan dengan penilaian
kinerja perusahaan dan pengembangan teori yang sudah ada. Peneliti juga
berharap penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pihak-
pihak yang akan melaksanakan penelitian mengenai kinerja lembaga
keuangan lainnya.
2. Manfaat Praktisi
a. Bagi Lembaga
Penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi PT
BPRS Artha Mas Abadi Pati dalam menjalankan operasional kegiatan
dan dapat menjadi acuan dalam pengembangan bisnis sehingga dapat
bersaing dengan lembaga keuangan lainnya pada masa mendatang,
atau dapat sebagai koreksi untuk mempertahankan atau meningkatkan
kinerja apabila terdapat kelemahan dan kekurangan pada BPRS.
b. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menambah dan pengembangan dalam ilmu
mengenai pengukuran kinerja dengan menggunakan metode balanced
scorecard yang sudah didapatkan dari kegiatan perkuliahan serta
sebagai sarana pembelajaran dan penulisan karya ilmiah.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan ini dapat digunakan untuk mempermudah
pembahasan dalam penelitian dan juga untuk mempermudah dalam penulisan.
Adapun sistematikan pada penulisan penelitian ini yaitu sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan, dalam bab ini erdiri dari ppenjelasan mengani
latar belakang penelitian, pengantar masalah yang akan dibahas mengenai
kinerja BPRS Artha Mas Abadi dengan menggunakan metode balanced
scorecard.
BAB II Landasan Teori, dalam bab ini berisi mengani landasan teori
yang diawali dengan pustaka berisi beberapa penelitian sebelumnya yang
dijadikan sebagai dugaan sementara atas rumusan masalah yang sudah
disusun. Dilanjutkan dengan penjelasan teori yang digunakan dalam penelitian
ini dan juga faktor yang mempengaruhi.
BAB III Metodelogi Penelitian, menjelaskan mengenai metodelogi
penelitian yang digunakan meliputi jenis dan sifat penelitian, populasi dan
sampel, dan definis operasional variabel. Serta membahas mengenai teknik
analisis data yang digunakan untuk melakukan penelitian.
BAB IV Analisis Data dan Pembahasan, Pada bab ini memaparkan
hasil penelitian, pengolahan data penelitian sekaligus pembahasannya,
meliputi gambaran singkat BPRS Artha Mas Abadi, serta analisis kinerjanya.
BAB V Penutup, pada bab ini menguraikan kesimpulan yang ditarik
berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data, serta saran-saran yang
diberikan berkaitan dengan penelitian sejenis di waktu yang akan datang.
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kajian Teori
1. Pengertian Kinerja
Kata kinerja (perform) berasal dari kata “per” yang mempunyai arti
dari atau menurut, dan “form” yang mempunyai arti cara atau metode
melakukan sesuatu yang memerlukan kecakapan.4 Sedangkan kinerja
adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian dalam pelaksanaan dari
suatu kegiatan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi dari
organisasi, sebagaimana sudah diuraikan dalam rancangan strategis dari
organisasi tersebut.5
Menurut penelitian Wendi Areza Dwi Retnawan dkk, pengertian
kinerja adalah hasil dari kualitas dan kuantitas pegawai yang
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab kinerja dari
perusahaan. Dengan hasil seperangkat acuan standar tentang hal-hal yang
diproduksi oleh perusahaan dalam jangka waktu tertentu.6
“Kinerja adalah keberhasilan perorangan, tim, atau unit organisasi
untuk mencapai tujuan strategi yang telah ditentukan sebelumnya dengan
perilaku yang diharapkan”. Menurut Yanne Christiani Tahaka dalam
penelitiannya, kinerja adalah level pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan
atau strategi atau kebijaksanaan dalam mencapai sasaran, tujuan, misi dan

4
Taha Jabir Al Alawi, Bisnis Islami, Al Group, Yogyakarta, 2005. H 170
5
Moeheriono, Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi Edisi Revisi, Rajawali Pers, Jakarta, 2012, H 95
6
Jurusan Manajemen and Fakultas Ekonomi, ‘Analisa Kinerja Perusahaan Dengan Menggunakan
Pendekatan Balance Scorecard (Studi Kasus Pada Pt United Tracktor, Tbk)’, Jurnal Berkala Ilmiah
Efisiensi, 16.3 (2016), 219–29.
visi dari organisasi yang tertetera pada rumusan skema strategis sebuah
organisasi.7
Sementara itu, menurut Maryana Kuswadi dkk dalam penelitiannya,
kinerja adalah keberhasilan perorangan, tim, atau unit organisasi untuk
mencapai tujuan strategis dan tujuan tersebut perilaku yang diharapkan.
Kinerja perusahaan mengacu pada hal-hal yang dihasilkan oleh
perusahaan dalam kurun waktu tertentu dengan mengcu pada standart
kinerja dari masing-masing dari perusahaan itu sendiri.8
Dari pengertian di atas, terlihat bahwa pengukuran yang digunakan
pada penilaian kinerja bergantung pada unit organisasi menerapkan
kriteria yang di nilai dan bagaimana tujuannya akan dicapai. Dalam proses
manajemen strategis, tujuan yang ditetapkan dalam perumusan strategi
dengan mempertimbakan profitabilitas, pangsa pasar, dan pengurangan
biaya, serta beberapa pengukuran lainnya harus tepat digunakan untuk
mengukur kinerja perusahaan selama masa implementasi strategi.
a. Penilaian Kinerja
Andreson dan Clancy (1991) dalam (Yuwono, Sukarno, & Ichsan,
2003) pernah mendefinisikan bahwa pengukuran kinerja sebgai
“feedback from the accountant to management that provides information
about how well actions represent the plans; it also identifies where
managers may need to make corrections or adjustments in future
planning and controlling activities”
Dari pengertian tersebut dapat diartikan bahwa penilaian kinerja
merupakan tindakan penilaian yang dilakukan pada berbagai aktifitas
pada kegiatan operasional perusahaan. Hasil dari penilaian tersebut
7
Yanne Christiani Tahaka, “Penerapan Balanced Scorecard Sebagai Alat Ukur Kinerja Pada Pt. Bank
Sulut,” Jurnal EMBA ISSN 2303-1174 1, no. 4 (2011): 402–13,
8
Ni Made Ayu Yasmitha Andewi, Wayan Gede Supartha, and Made Surya Putra, ‘Pengaruh
Kecerdasan Emosional Terhadap Stres Kerja Dan Kepuasan Kerja Pada Karyawan PDAM Tirta
Mangutama Kabupaten Badung’, E-Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Universitas Udayana 5.7, 7 (2016),
2231–60 <https://ojs.unud.ac.id/index.php/EEB/article/download/20016/14803>.
kemudian dijadikan sebagai feedback atau umpan balik yang dapat
memberikan informasi tentang apa yang dapat dilakukan oleh managers
perusahaan dalam mengambil keputusan untuk mengoreksi atau
menyesuaikan rencana dan melakukan pengontrolan pada masa
mendatang.
Pengukuran kinerja adalah proses peninjauan dan evaluasi berkala
terhadap kinerja perusahaan secara periodi. Penilaian atau pengukuran
kinerja yaitu membandingkan hasil yang apa adanya dengan hasil yang
sudah direncanakan. Dengan kata lain, tujuan tersebut sudah diteliti satu
persatu agar dapat mengetahui mana yang sudah tercapai dan mana yang
belum tercapai.9
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa, penilaian kinerja
sangat diperlukan agar dapat mengetahui seberapa banyak tugas yang
diberikan dan dapat dicapai sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan
oleh perusahaan masing-masing. Maka dari itu, masalah tersebut
membutuhkan peran dari manajemen perusahaan yang baik. Kinerja tidak
selalu mempunyai hubungan baik atau tidaknya penyelesaian tugas yang
diberikan kepada masing-masing karyawan. Faktor-faktor yang dapat
dihubungkan dalam pengaruh kinerja antara lain dari disiplin kerja,
ketepatan waktu, dan etos kerja karyawan tersebut.
Tolak ukur standart keberhasilan dalam suatu pekerjaan tidak dapat
disamakan karena penilaian dari masing-masing individu atau masing-
masing organisasi dapat diukur secara teratur enam bulan atau setidaknya
satu tahun, agar dapat dievaluasi perkembangannya dari periode ke
periode berikutnya.

b. Tujuan dan Manfaat Penilaian Kinerja

9
Dr. Achamad S. Ruky, Sistem Manajemen Kinerja, cetakan 3 (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
2001).
Tujuan utama dari pengukuran kinerja adalah untuk memotivasi
karyawan mencapai tujuan organisasi dan memenuhi standar perilaku
yang sudah ditetapkan untuk menghasilkan tindakan serta hasil yang
diharapkan. Penilaian kinerja dimanfaatkan oleh manajemen perusahaan
untuk:10
1) Mengelola operasi secara efektif dan efisien melalui permotivasian
karyawan secara umum.
2) Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan
seperti: promosi, transfer, dan pemberhentian.
3) Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan
untuk menyediakan kriteria seleksi dan evaluasi program pelatihan
karyawan.
4) Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaiman
atasan mereka menilai kinerja mereka.
5) Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.

Menurut Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP)


dalam Mahsun, dkk 2006 yang tertera pada jurnal11, ada beberapa
manfaat untuk pengukuran kinerja di sektor publik antara lain:

1) Memastikan pemahaman para pelaksana akan ukuran yang


digunakan untuk pencapaian kinerjanya.
2) Memastikan tercapainya rencana kinerja yang telah disepakati.
3) Memantau dan mengevaluasi pelaksanaan kinerja dan
membandingkannya dengan rencana kerja serta melakukan tindakan
untuk memperbaiki kinerja.

10
Mulyadi, 2001, Akutansi Manajemen : Konsep Manfaat dan Rekayasa. Jakarta: Salemba Empta. H
416
11
W. Maulana and C. Surya, ‘Penilaian Kinerja PT. Bank Jatim Cabang Pamekasan Dengan Penerapan
Metode Balanced Scorecard’, J-Macc, 2.1 (2019), 57–71.
4) Meberikan penghargaan dan hukuman yang objektif atar prestasi
pelaksana yang telah diukur sesuai dengan sistem pengukuran
kinerja yang disepakati.
5) Menjadi alat komuniaksi antar karyawan dalam memperbaiki
kinerja organisasi.
6) Mengidentifikasi kepuasan pelanggan.
7) Membantu mengawasi bahwa pengambilan keputusan dilakukan
dengan cara objektif.
8) Menunjukan peningkatan yang perlu dilakukan.
9) Mengungkapkan permasalahan yang terjadi.
2. Balanced Scorecard
Pada awal perkembangannya, Balanced Scorecard dirancang untuk
meningkatkan sistem pengukuran kinerja eksekutif. Sebelum tahun 1990, para
eksekutif hanya mengukur kinerja mereka dari persepektif keuangan saja. Hal
tersebut berakibat fokus utama dan usaha eksekutif lebih cenderung untuk
meningkatkan kinerja dari persepektif keuangan saja. Hal tersebut membuat
eksekutif mengabaikan kinerja non-keuangan, seperti kepuasan pelanggan,
produktivitas, dan keterlibatan karyawan dalam menghasilkan produk dan jasa
yang bisa memuaskan pelanggan. Pada tahun 1990, Nolan Norton Institute,
sebuah lembaga penelitian di kantor akuntan publik KPMG U.S.A yang di
pimpin oleh David P. Norton, mensponsori studi kasus tentang “Pengukuran
Kinerja dalam Organisasi Masa Depan”. Dari hasil penelitian tersebut
dipublikasikan dalam sebuah artikel yang berjudul “Balanced Scorecard---
Measures That Drive Perfomance” dalam Havard Business Review (Januari-
Februari 1992).12
Menurut Robert S. Kaplan dan David P. Norton, mendefisikan Balanced
Scorecard sebagai berikut: “Balanced Scorecard merupakan suatu kerangka

12
Mulyadi, Balanced Scorecard: Alat Manajemen Kontemporer Untuk Pelipat Ganda Kinerja
Keuangan Perusahaan, 2nd edn (Jakarta: PT. Salemba Emban Patria, 2001). H 2-3
kerja baru yang digunakan untuk mengintegrasikan berbagai standar
pengukuran yang berasal dari strategi perusahaan. Selain untuk kinerja
financial masa depan, pendorong kinerja meliputi persepektif pelanggan,
proses internal bisnis, dan pembelajran dan pertumbuhan. Faktor-faktor ini
berasal dari tujuan yang jelas dan juga ketat untuk berbagai tujuan serta
ukuran yang nyata.”13
Balanced Scorecard merupakan alat yang cocok digunakan untuk memilih
serangkaian indikator dan tujuan yang seimbang, dengan mencemirkan visi
dan misi organisasi, sehingga dapat memungkinkan bagi organisasi untuk
memenuhi harapan dari pemangku kepentingannya, untuk memperjelas dan
mengomunikasikan tujuan strategis serta untuk mengevaluasi
implementasinya, dan juga mengubah misi dan tujuan strategis menjadi
tindakan, sehingga anggota dapat berkomunikasi satu sama lain dan juga
dapat merasakan kontribusi mereka.14
Balanced Scorecard merupakan alat manajemen kontemporer dimana
mengubah misi dan strategi perusahaan menjadi seperangkat standar
pengukuran yang komprehensif, menyediakan kerangkan kerja untuk
pengukuran strategis dan sistem manajemen. Karena kinerja keuangan saja
tidak dapat menjamin kinerja perusahaan menjadi lebih baik dikarenakan
aktivitas yang tidak berwujud dapat menjadikan perusahaan untuk:15
a. Mengembangkan hubungan antar pelanggan dan perusahaan agar
dapat mempertahankan loyalitas sehingga memungkinkan berbagai
segmen pelanggan dan wilayah pasar baru yang dilayani secara
efektif dan efisien.

13
Ratna Halimah, ‘Implementasi Balanced Scorecard Untuk Penilaian Kinerja Pada Bank Syariah
Muamalat Samarinda’, Ekonomia, 4.2 (2015), 84–94.
14
Pande Made Hierra Andira Sari and I Ketut Suryanawa, ‘Pengukuran Kinerja Bank Perkreditan
Rakyat Werdhi Sedana Kabupaten Gianyar Dengan Teknik Balanced Scorecard’, E-Jurnal Akuntansi, 28
(2019), 519 <https://doi.org/10.24843/eja.2019.v28.i01.p20>.
15
Verni Kurniasari and Gesti Memarista, ‘Analisis Kinerja Perusahaan Menggunakan Metode Balanced
Scorecard ( Studi Kasus Pada PT . Aditya Sentana Agro )’, Agora, 5.1 (2017), 7.
b. Memperkenalkan produk dan jasa yang inovatif sehingga dapat
diinginkan oleh segmen yang dituju.
c. Memproduksi produk dan jasa yang berkualitas sesuai dengan
keinginan pelanggan.
d. Memobilisasi kemampuan dan motivasi pekerja agar dapat
meningkatan kemampuan proses, mutu, dan waktu tanggap.
e. Mengembangkan teknologi informasi, data base dan sistem.
3. Keunggulan Balanced Scorecard
Mulyadi, menyatakan bahwa keunggulan Balanced Scorecard terdiri dari dua
aspek, antara lain adalah sebagi berikut:16
a. Balanced Scorecard dapat meningkatkan kualitas perencanaan dengan cara
perencanaan strategi dijadikan tiga tahap yang terpisah serta terpadu. Tiga
tahapan terbut adalah: 1) Sistem Perumusan Strategi 2) Sistem Perencanaan
Strategi 3) Sistem Penyusunan Program. Metode yang digunakan dalam
balanced scorecard memungkinkan pengembangan rencana strategis
dengan karakteristik sebagai berikut:
1) Komprehensif
Balanced Scorecard menambahkan persepektif yang ada dalam
perencanaan strategis dari yang sebelumnya hanya tertera pada
persepektif keuangan, meluas hingga tiga persepektif tersebut, yaitu:
pelanggan, proses bisnis internal, serta pertumbuhan dan pembelajaran.
Perluasan persepektif tersebut menghasilakan manfaat berikut:
a) Menjadikan kinerja keuangan yang berlipat ganda dan berjangka
panjang.
b) Memampukan perusahaan agar dapat memasuki lingkungan bisnis
komplek.
2) Koheren

16
Mulyadi. Alternatif Pemacuan Kinerja Personel dengan Pengelolaan Kinerja Terpadu Berbasis
Balanced Scorecard”. Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol. 20, No.3. 2005.
Balanced Scorecard menhajruskan semua anggota membangun
hubungan sebab akibat di antara tujuan strategis yang dihasilkan dalam
perencanaan. Oleh karena itu, sistem strategis yang koheren dapat
menghasilkan manfaat pelipat gandaan kinerja keuangan yang sangat
dibutuhkan bagi perusahaan untuk memasuki lingkungan bisnis yang
kompetitif.
3) Seimbang
Keseimbangan tujuan yang dihasilkan dalam sistem perencanaan
strategis sangat penting agar dapat menghasilkan kinerja keuangan
jangka panjang. Sehingga, dalam menentukan keempat aspek
persepektif diperlukan keseimbangan antara sasaran atau tujuan.
4) Terukur
Pengukuran dalam strategi yang dihasilkan oleh sistem perencanaan
strategi menjadikan tercapainya berbagai tujuan yang dihasilkan oleh
sistem tersebut. Karena semua tujuan telah diperhitungkan serta diukur,
baik untuk tujuan strategi di persepektif keuangan maupun non
keuangan.
4. Keuntungan Penggunaan Balanced Scorecard
Dalam penggunaan sistem pengukuran kinerja dengan menggunakan
konsep balanced scorecard yang mana dapat digunakan banyak perusahaan
sebagai tolak ukur untuk penilaian kinerja dapat memberikan keuntungan
sebagai berikut:
a. Perancangan penilaian kinerja menggunakan balanced scorecard dapat
memperjelas visi dan strategi organisasi ke dalam sasaran stratejik yang
lebih operasional dan mudah dipahami.
b. Hubungan dan komunikasi dari sasaran stratejik dengan indikator lebih
mudah, dikarenakan indikator kinerja dikembangkan agar mendapat
pencapaian dari stratejik organisasi.
c. Dapat menyiapkan, merencanakan, dan menyesuaikan target inisiatif
strategi dari kinerja.
d. Meningkatkan kemampuan untuk mengambil keputusan stratejik,
dikarenakan sistem pengukuran kinerja dapat bermanfaat ketika digunakan
sebagai umpan balik serta sumber informasi yang dapat digunakan di masa
mendatang.17
5. Perspektif Balanced Scorecard
Untuk menilai apakah kinerja keuangan yang dicapai perusahaan merupakan
kinerja yang sebenarnya, Balanced Scorecard menghubungan empat
persepektif untuk mengukur yang menjadi strategi dalam pengukuran kinerja
sebuah perusahaan. Empat persepektif tersebut adalah sebagai berikut:
a. Persepektif Keuangan
Persepektif keuangan tetap menjadi perhatidan dalam balanced
scorecard karena ukuran keuangan merupakan ikhtisar dari konsekuensi
ekonomi yang terjadi dikarenakan keputusan dan juga tindakan yang
telah diambil.18 Persepektif keuangan akan tetap digunakan, dikarenakan
pengukuran dari hasil persepektif keuangan menunjukkan apakah
perencanaan dan pelaksanaan strategi perusahaan memberikan
perbaikan, atau tidak dalam meningkatkan keuntungan dan aset bagi
perusahaan.
Dalam Balanced Scorecard, kinerja keuangan harus dilihat dari dua
persepektif yaitu tujuan untuk jangka pendek dan jangka panjang.
Dalam tujuan jangka pendek, strategi yang digunakan merupakan
strategi untuk meningkatkan produktivitas dengan cara memperbaiki
struktur biaya dan memaksimalkan utilitas aset. Sedangkan tujuan
jangka panjang dapat dilakukan dengan strategi khusus yang disebut
17
Moeheriono, Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi Edisi Revisi Cetakan Ke-1, Rajawali Pers,
Jakarta 2012 H 163
18
Kaplan, Robert S & David P Norton, Balanced Scorecard: Menerapkan Strategi Menjadi Aksi,
Erlangga, Jakarta, 2000. H 23
dengan strategi pertumbuhan. Strategi ini mencangkup dua hal yaitu
meningkatkan pendapatan dan meningkatkan nilai bagi konsumen.19
Untuk mengukur kinerja pada persepektif keuangan, selain dari
persepektif rasio, dapat juga dilihat dari persepektif ketentuan serta
ketentuan hukum syariah dalam pengelolaan keuangan, termasuk
sumber dana modal berasal dari kerja sama syariah (musyarakah,
mudhorabah) dan juga penggunaan keuntungan untuk alokasi dana
zakat, infak dan sedekah.20
Pada persepektif keuangan, laporan keuangan dari perusahaan adalah
hal yang pertama kali akan dilakukan pengukuran. Laporan keuangan
adalah ringkasan proses pencatatan dari transaksi yang terjadi selama
periode pelaporan dan dibuat untuk menggambarkan tanggung jawab
yang diberikan oleh pemilik perusahaan. Manajemen perusahaan
bertanggung jawab atas penyusunan dan penyajian laporan keuangan.
Tujuan dari laporan tersebut adalah memberikan informasi tentang
posisi keuangan perusahaan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang
berguna bagi sebagaian besar pengguna laporan keuangan untuk
membuat keputusan ekonomi.21
Dalam penilaian persepektif keuangan, beberapa hal dalam siklus
bisnis memiliki tahapan tujuan yang berbeda, sehingga tekanan yang
akan diukur berbeda, diantara lain adalah:22
1) Growth (Bertumbuh)

19
Angrum Pratiwi, ‘Perbandingan Kinerja Perusahaan Dengan Pendekatan Balanced Scorecard Pada
BPR Syariah’, Afkaruna, 11.1 (2015), 96–124 <https://doi.org/10.18196/aiijis.2015.0045.96-124>.
20
Anang Yudi Riswanto, Indupurnahayu Indupurnahayu, and Akhmad Bakhtiar Amin, ‘Implementasi
Konsep Balanced Scorecard (BSC) Berbasis Syari’ah Dalam Pengukuran Kinerja’, Jurnal Manajemen,
9.1 (2018), 1 <https://doi.org/10.32832/jm-uika.v9i1.1128>.
21
Bahri, Syaiful. 2016. Pengantar Akutansi: Berdasarkan SAK ETAP dan IFRS. Yogyakarta: Andi
Offset. Hlm 134
22
“Kaplan, Robert S Dan David P. Norton, Balanced Scorecard: Menerapkan Strategi Menjadi Aksi,
Terjemahan Peter R. Yosi. 2000 (Jakarta: Erlangga, 1996), 22. 11” 2000 (n.d.): 11–39.
Bertmbuh adalah tahap pertama dari siklus hidup
perusahaan yang menghasilkan potensi pertumbuhan usaha yang
baik. Dalam hal ini, manajemen perusahaan berusaha agar dapat
membangun dan mengembangkan suatu produk atau jasa baru, dan
juga menambah kemampuan dalam operasional, mengembangkan
sistem, infrastruktur serta jaringan yang akan mendukung distribusi,
dan mengasuh serta mengembangkan hubungan dengan pelanggan.
Sasaran keuangan dalam tahap growth menekan pada presentase
tingkat pertumbuhan pendapatan dan pertumbuhan penjualan di
berbagai pasar sasaran, kelompok pelanggan dan wilayah.
2) Surtain (Bertahan)
Bertahan adalah tahap kedua atau tahap bertahan dimana
perusahaan masih melakukan upaya untuk investasi dan reinvestasi
dengan mengharapkan tingkat pembelian yang bagus. Dalam tahap
ini perusahaan mencoba untuk tetap mempertahankan pangsa pasar
atau mengembangkannya jika hal tersebut memungkinkan untuk
dilakukan. Mengembangkan kapasitas produksi dan meningkatkan
perbaikan operasional secara konsisten. Dalam tahap ini yang
diharapkan adalah besarnya tingkat pengembalian atau investasi
yang dilakukan.
3) Harvest (Menuai)
Menuai merupakan tahapan ketiga yang mana perusahaan benar-
benar memanen atau menuai hasil investasi sebelumnya. Dalam
tahap ini tidak ada lagi investasi besar, baik ekspansi maupun
pembangunan kemampuan baru maupun pembangunan kemampuan
baru kecuali pengeluaran untuk pemeliharaan dan perbaikan
fasilitas sasaran keuangan dalam tahap ini adalah memaksimalkan
arus kas masuk dan pengurangan modal kerja.
Dalam persepektif keuangan, terdapat tiga aspek dari strategi yang
dilakukan suatu perusahaan, yaitu:

1) Pertumbuhan pendapatan dan kombinasi pendapatan yang dimiliki


suatu organisasi bisnis.
2) Penghematan biaya atau peningkatan produktivitas.
3) Pemanfaatan aktifa atau strategi investasi.23
b. Persepektif Pelanggan (Persepektif Customor)
Dalam operasionalnya perusahaan akan melakukan identifikasi
pelanggan dan segmen pasar yang akan dimasuki. Segmen pasar
merupakan sumber yang akan menjadi komponen penghasilan tujuan
keuangan perusahaan. Perhatian terhadap pelanggan atau nasabah
merupakan hal sangat penting dalam kegiatan operasional. Memberikan
pelayanan yang baik merupakan salah satu cara agar meuwujudkan
kepuasan pelanggan dan menjalin kerjasama yang menguntungkan bagi
kedua belah pihak.
Persepektif pelanggan adalah sumber komponen pendapatan dari
tujuan keuangan, persepektif ini mendefinisikan dan memilih pelanggan
dan segmen pasar dimana perusahaan memutuskan untuk bersaing.
Untuk menciptakan kepuasan pelanggan perlu dibangun hubungan baik
dengan pelanggan.24
Dalam persepektif ini perusahaan melakukan tolak ukur yang dibagi
menjadi dua kelompok yaitu:
1. Kelompok Pengukuran Pelanggan Utama (core measurement
group):
a. Pangsa pasar (market share), mengukur seberapa besar
proporsi segmen pasar tertentu yang dikuasai oleh perusahaan.

23
Kaplan, Robert S & David P Norton, Op. Cit. H 42
24
Riswanto, Indupurnahayu, and Amin.
b. Tingkat perolehan pelanggan (customer acquisition), mengukur
seberapa banyak perusahaan berhasil menarik pelanggannya.
c. Kemampuan untuk mempertahankan para pelanggan lama
(customer retention), mengukur seberapa banyak perusahaan
berhasil mempertahankan pelanggan lama.
d. Tingkat kepuasan pelanggan (customer satisfaction), mengukur
seberapa jauh para pelnggan merasa puas terhadap layanan
perusahaan.
e. Tingkat profitabilitas pelanggan (customer profitability),
mengukur seberapa besar keuntungan yang berhasil diraih oleh
perusahaan dari penjualan produk kepada para pelanggan.

2. Kelompok Pengukuran Nilai Pelanggan (customer value


proposition):
a. Atribut produk/jasa. Mencangkup fungsional dari produk atau
jasa, harga, dan mutu.
b. Hubungan pelanggan. Mencakup penyampaian produk/jasa
kepada pelanggan yang meliputi dimensi waktu tanggap dan
penyerahan, serta bagaimana perasaan pelanggan setelah
membeli produk/jasa dari perusahaan.
c. Citra dan reputasi. Menggaambarkan faktor-faktor tidak
berwujud yang membuat pelanggan tertarik kepada perusahaan
untuk lebih jelasnya mengenai persepektif pelanggan.

Untuk lebih jelasnya mengenai persepektif pelanggan dapat dilihat


dari gambar berikut:

Gambar 2.1
Persepektif Pelanggan
c. Persepektif Proses Bisnis Internal (Bisnis Interna Persepective)
Persepektif proses bisnis internal ini menitik beratkan kepada kativitas
dan efiensinya pproses yang terdapat dalam perusahaan dan menjaga
setiap rantai agar nilainya terjaga pada aspek syariah.
Dalam persepektif ini perusahaan melakukan pengukuran terhadap
semua aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan baik manajer maupun
karyawan untuk menciptakan suatu produk yang dapat memberikan
kepuasan tertentu bai customer dan juga para pemegang saham. Dalam
hal ini perusahaan berfokus pada tiga proses bisnin utama yaitu:25
1. Inovasi
Proses inovasi menjelaskan, pentingnya untuk mengidentifikasi
segmen pasar yang ingin dipuaskan melalui produk dan jasa
perusahaan di masa depan, dan juga merancang dan
mengembangkan produk dan jasa yang akan memuaskan segmen
yang dituju. Pendekatan ini memungkinkan perusahaan untuk
memberikan perhatian yang cukup besar kepada riset, perancangan,
dan proses pengembangan yang menghasilkan produk, jasa, dan
pasar baru.
2. Operasi
25
Vincent Gaspres. 2005. Sistem Manajemen Kinerja Terintegrasi Balanced Scorecard Dengan Six
Sigma Untuk Organisasi Bisnis dan Pemerintan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hlm 59.
Proses operasi merupakan gelombang pendek penciptaan nilai
dalam perusahaan. Dimulai dengan diterimanya pesanan pelanggan
dan diakhirinya dengan penyampaian produk atau jasa kepada
pelanggan. Proses ini menitik beratkan kepada penyampaian produk
dan jasa kepada pelanggan yang ada secara efisien, konsisten, dan
tepat waktu.
3. Layanan Purna Jual
Yajap terakhir nilai rantai internal adalah layanan purna jual. Proses
layanan purna jual memungkinka perusahaan untuk memnetukan
aspek penting layanan yang diberikan perusahaan setelah produk
atau jasa yang dibeli sampai ke tangan pelanggan. Layanan tersebut
mencakup garansi dan berbagai aktivitas perbaikan, penggantian
produk yang rusak dan yang dikembalikan, serta proses
pembayaran, seperti administrasi kartu kredit.
Selain dari pemaparan ketiga tersebut berikut gambaran dari
persepektif internal:
Gambar 2.2
Persepektif Bisnis Internal

d. Persepektif Pembelajaran dan Pertumbuhan


Pengukuran kinerja pada persepektif ini, adalah mengukur seberapa
besar upaya penciptaan nilai pembelajaran dan pertumbuhan yang
berkesinambungan dari perusahaan, dan perusahaan harus melakukan
investasi untuk karyawan dapat menjadi pribadi yang baik pada
organisasi.26
Dalam persepektif ini menggambarkan upaya perusahaan untuk terus
menerus melakukan inovasi. Ukuran persepektif ini adalah tingkat
produktivitas karyawan, misalnya tinggi rendahnya pengakuan terhadap
prestasi karyawan, tingkat keterlibatan karyawan dalam proses
pengambilan keputusan dan kemudahan akses karyawan terhadap
informasi yang menunjang pekerjaannya, tingkat retensi atau penolakan
karyawan, misal diukur dari jumlah turn over staff atau karwayan
potensial.
Dalam persepektif ini dapat juga mengukur hal’hal yang berhubungan
dengan sumber daya manusia. Menurut Kaplan dan Norton, terdapat tiga
dimensi yang harus diperhatikan dalam persepektif ini, yaitu:27
1. Kemampuan Karyawan
Pengukuran dilakukan atas tiga hal pokok yaitu:
a. Pengukuran terhadap kepuasan karyawan
b. Pengukuran terhadap perputaran karyawan dalam perusahaan,
dan
c. Pengukuran terhadap besarnya pendapatan perusahaan per
karyawan.
2. Kemampuan Sistem Informasi
Pengukuran perusahaan dapat dilakukan dengan mengukur:
a. Tingkat ketersediaan informasi.
b. Tingkat ketepatan/keakuratan informasi.

26
Riswanto, Indupurnahayu, and Amin.
27
Ii and Teori.
c. Kecepatan/jangka waktu memperoleh informasi.
3. Motivasi, Pemberian Wewenang, dan Pembatasan Wewenan
Karyawan Pengukuran dapat dilakukan melalui beberapa dimensi,
yaitu:
a. Pemahaman karyawan tentang visi dan misi perusahaan.
b. Adanya kebebasan karyawan menyampaikan saran.
c. Banyaknya saran perkaryawan.
d. Jumlah saran yang diimplementasikan.

Praktik-praktik pelatihan peningkatan hasil yang tinggi juga dapat


membantu menciptakan kondisi-kondisi pekerjaan yang mendorong
pembelajaran secara terusmenerus. Pembelajaran tersebut dapat
mensyaratkanpara karyawan untuk memahami selurus sistem pekerjaan,
termasuk hubungannya di antara pekerjaan, unit pekerjaan, dan
perusahaan. Pelatihan digunakan untuk meningkatkan kinerja pegawai
yang mengarah pada peningkatan sebuah organisasi.28

B. Penelitian Terdahulu
adalah beberapa penelitian yang membahas mengenai penilaian kinerja
dengan balanced scorecard yang dijadikan rujukan oleh peneliti:
1. Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, dan Akuntasi), Vol 4 No.3 tahun
2020 oleh Supriyadi Sadikin, Dede Sujana, dan Dini Hadiani yang berjudul
Pengukuran Kinerja Tenant IBT-POLMAN Bandung Menggunakan
Metode Balanced Scorecard. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa
metode balanced scorecard dapat dipercaya mampu untuk digunakan
mengukur kinerja dari sebuah perusahaan dengan meliputi aspek keuangan dan
aspek non keuangan sehingga perusahaan dapat menentukan keputusan untuk
jangka pendek saja namun untuk jangka panjang juga. Dalam penelitian ini

28
Lijan Poltak Sinambela, Kinerja Pegawai: Teori Pengukuran Dan Implikasi (Yogyakarta: Graha Ilmu,
2012).
menggunakan pendekatan deskriptif yang mana bertujuan untuk mencatat,
mengolah, menyajikan dan menginterpolasi data untuk memberikan penjelasan
mengenai perusahaan. Teknik pengambilan data yang digunakan dengan cara
kuesioner yang bertujuan untuk menilai kepuasan dari karyawan dan juga
pelanggan, serta dilakukan observasi. Hasil yang di dapat dari penelitian ini
adalah Tenant IBT-POLMAN dapat hasil yang baik dari pengukuran kinerja
menggunakan balanced scorecard namun ada satu kendala yang mempersulit
peneliti yaitu mengenai laporan keuangan yang bersifat tertutup sehingga tidak
diperkenankan pihak luar untuk mengetahu laporan keuangan perusahaan.
2. Jurnal Ekonomi & Ekonomi Syariah Vol 4 No 1, Januari 2021 oleh Ihwan
Satria Lesmana yang berjudul Analisis Balanced Scorecard Sebagai
Pendekatan Penilaian Kinerja Pada Koperasi Kartika Sultan Ageng
Tirtayasa Serang. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif
deskriptif dengan teknik pengumpulan data dengan cara kuesioner, observasi,
wawancara dan studi dokumentasi. Pada penelitian menggunakan indikator
rasio keuangan untuk penilaian pada persepektif keuangan. Untuk persepektif
pelanggan digunakan kuesioner untuk menilai tingkat kepuasan pelanggan atas
kinerja dari koperasi Kartika Sultan Agung. Pada persepektif proses bisnis
internal dan persepektif pembelajaran dan pertumbuhan dilakukan dari studi
dokumentasi. Dalam hal ini koperasi Kartika Sultan Agung mendapat kategori
keadaan kinerja sangat baik.
3. E-Jurnal Akutansi Vol 28 No 1, Juli 2019 oleh Pande Made Hierra Andira Sari
dan I Ketut Suryanawa dengan judul Pengukuran Kinerja Bank Perkreditan
Rakyat Werdhi Sedana Kabupaten Gianyar Dengan Teknik Balanced
Scorecard. Pada penelitian ini dilakukan dari laporan keuangan BPR dari 2015
– 2017. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif deskriptif.
Penelitian ini dilakukan dengan tolak ukur untuk persepektif keuangan
merupakan tingkat kesehatan BPR yang diterbtkan oleh Bank Indonesia. Pada
penelitian ini menghasilkan kondisi yang baik pada persepektif keuangan serta
peningkatan nasabah tiap tahunnya, sedangkan untuk kekurangan yang ada
pada persepektif pelanggan pada segi pelayanan, dimana banyak nasabah yang
menyatakan kurang puas terhadap pelayanan dari BPR Werdhi Sedana.
4. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis, dan Akutansi Vol 9
No 3 2021 oleh Reska Brigita Pandaleke, Jantje Tinangon, dan Anneka
Wangkar dengan judul Penerapan Balanced Scorecard Sebagai Alternatif
Pengukuran Kinerja Pada PT. Bank Sultgo Cabang Ratahan. Pada
penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan jenis
data yang digunakan adalah kuantitatif. Peneliti memilih balanced scorecard
dikarenakan balanced scorecard mempunyai kegunaan untuk mengklasifikasi
dan menghasilkan perancangan tentang strategi, dapat menyelaraskan tujuan
antara depastemen dan juga pribadi dalam strategi perusahaan. Hasil dari
penelitian ini adalah PT. Bank Sultgo Cabang Ratahan menghasilkan cukup
baik dengan beberapa saran dari peneliti yaitu dapat meningkatkan lagi
pelayanan dalam hal keluhan pelanggan agar dapat tercipta loyalitas
pelanggan.
5. Journal Of Management and Accounting Vol 2 No 1 April 2019 oleh Wahyu
Maulana dan Citra Larashati Surya dengan judul Penilaian Kinerja PT. Bank
Jatim Cabang Pamekasan Dengan Penerapan Metode Balanced
Scorecard. Peneliti menyatakan bahwa balanced scorecard merupakan
alternatif bagi perusahaan yang ingin melakukan penilaian kinerja dengan
aspek keuangan dan non keuangan secara bersamaan. Dikarenakan jika
menggunakan balanced scorecard akan dapat diketahui sebab dan akibat
dalam faktor pendukung kinerja serta hasil yang akan dicapai. Pada penelitian
ini peneliti memberikan saran bagi perusahaan untuk lebih memperhatikan
tingkat pemerolehan nasabah dan juga perusahaan lebih meningkatkan
pelatihan terhadap karyawannya sehingga dapat menghasilkan karyawan yang
lebih produktif dan bermanfaat bagi perusahaan.
C. Kerangka Berfikir
PT. BPRS ARTHA MAS
ABADI

BALANCED SCORECARD

Persepektif Persepektif Persepektif Persepektif


Keuangan Pelanggan Proses Bisnis Pembelajaran
Internal dan
Pertumbuhan

Penilaian Kinerja
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan peneliti untuk penelitian ini adalah
kualitatif. Bogdan dan Tylor menyebutkan bahwa penelitian kualitatif adalah
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati.29
Penerapan metode kualitatif dilakukan guna untuk menjabarkan penilaiak
kinerja pada PT BPRS Artha Mas Abadi.
Pada penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif yaitu metode
yang bertujuan untuk mencatat, mengolah, menyajikan dan menginterpolasi
data untuk memberikan gambaran yang nyata dan jelas mengenai
perusahaan.30

B. Setting Penelitian
Demikian pula dengan lokasi penelitian yang akan digunakan oleh
peneliti untuk melakukan analisis penilaian kinerja dengan metode balanced
scorecard adalah PT. BPRS Artha Mas Abadi yang beralamat di Jl. Raya Pati-
Tayu Km 19, Ds. Waturoyo, Kec. Margoyoso, Kab. Pati. Peneliti melakukan
penelitian pada tanggal 3 Agustus 2021 hingga selesai.

C. Subyek Penelitian
Dalam penelitian peneliti membutuhkan seseorang untuk merespon
dalam hal untuk menghasilkan informasi yang dibutuhkan, atau disebut
29
Lexy J. Moelong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), 2017, H 348
30
Zulkarnaen, W., & Suwarna, A. (2016). PENGARUH INSENTIF TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI
BAGIAN MEKANIK PT. ERLANGGA ADITYA INDRAMAYU. Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, &
Akuntansi), 1(1), 33-52. H 45
dengan subyek penelitian atau responden. Pada penelitian kali ini peneliti
menggunakan teknik pengambilan sampel probability sampling yang mana
teknik tersebut dapat memberikan peluang yang sama bagi setiap anggota
karyawan dan nasabah dari PT BPRS Artha Mas Abadi Pati untuk dipilih
menjadi responden.
Sehingga subyek pada penelitian ini adalah orang orang yang bekerja
pada PT BPRS Artha Mas Abadi Kantor Pusat dan beberapa nasabah yang
datang langsung ke kantor untuk melakukan aktivitas transaksi.

D. Sumber Data
Dalam penelitian ini peneliti mengambil data primer dan juga data
sekunder. Data yang diperoleh peneliti harus data yang tepat sehingga data
yang dikumpulkan dapat sesuai dengan hal yang akan diteliti, agar tidak
terjadi kesalahan.
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh dengan cara
memanfaatkan alat ukur atau alat pengmabilan data yang
dilakukan oleh peneliti kepada sumber informan serta subyek.31
Dalam penelitian ini data primer didapatkan peneliti melalui
subyek yang memberikan informasinya langsung melalui
kuesioner.
2. Data Sekunder
Data sekunder disebut juga dengan data tangan kedua atau yang di
dapat dari pihak lain, cara pemerolehan data yang secara tidak
langsung memberikan informasi kepada peneliti disebut dengan
data sekunder.32 Pada penelitian ini peneliti mendapatkan data
sekunder yang berhubungan denga laporan keuangan PT BPRS

31
Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, Cet 3, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar), 2001, 91.
32
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta), 2005, 62.
Artha Mas Abadi Pati yang sudah diaudit, dan juga tertera pada
website laporan keuangan OJK.

E. Teknik Pengumpulan Data


Sebagaimana yang dijelaskan oleh Pohan yang tertera dalam buku
karangan Andi Prastowo data merupakan fakta, informasi yang merupakan
bahan baku pada sebuah penelitian yang mana digunakan untuk
menyelesaikan atau memecahkan suatu masalah. Dari hal tersebut yang
menyebutkan bahwa data adalah bahan baku maka masih diperlukan proses
agar data tersebut dapat digunakan sebagai alat untuk memecahkan suatu
maslah agar dapat dirumuskan kesimpulan atau hasil.33
Teknik pengumpulan data merupakan fase yang paling penting pada
penelitian ini dikarenakan tujuan utama dari penelitian adalah untuk
mendapatkan, dan mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data merupakan
hal paling utama dalam penelitian, tanpa mengetahui teknik pengumpulan
data peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standart yang
sudah di terapkan.34 Pada penelitian in iada beberapa teknik pengumpulan data
yang digunakan yaitu:
1. Observasi
Observasi berarti pengamatan, yang mana pengamatan adalah
dasar dari pengumpulan data. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan teknik observasi pastipatif pasif, yang mana peneliti
ikut serta untuk datang pada lokasi penelitian namun tidak ikut
serta pada kegiatan subyek penelitian.35 Dengan demikian peneliti
tidak ikut terlibat dalam kegiatan karyawan dan juga nasabah PT

33
Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif Dalam Persepektif Rancangan Penelitian, (Yogyakarta:
Ar-Ruzz),2016, 204.
34
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta), 2019, 296.
35
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta), 2019, 299.
BPRS Artha Mas Abadi Pati dan hanya melakukan observasi atau
pengamatan atas kegiatan yang mereka lakukan.
2. Kuesioner
Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang berarti suatu
rangkaian pertanyaan yang berhubungan dengan topik tertentu dan
diberikan kepada sekelompok individu dengan maksud untuk
memperoleh data.36 Dalam penelitian ini peneliti menyebarkan
kuisioner kepada karyawan serta kepada beberapa nasabah dari PT
BPRS Artha Mas Abadi Pati dihitung dengan menggunakan Skala
Linkert dengan pilihan “Sangat Setuju”, “Setuju”, “Netral”, “Tidak
Setuju”, “Sangat Tidak Setuju”. Skala linkert ini akan menunjukan
sikap subyek terhadap kinerja perusahaan serta kepuasan
karyawan.

F. Pengujian Kebasahan Data


Untuk menguji dan memeriksa data yang sudah dikumpulkan oleh
peneliti agar tidak terjadi kesalahan dalam informasi atau tidak sesuai dengan
konteksnya. Maka dari itu peneliti melakukan pemeriksaan keabsahan data
yang terdapat empat kriteria, yaitu sebagai berikut:
1. Uji Kredibilitas
Kebenaran, keakuratan, kebasahan data yang sudah
dikumpulkan dari awal penelitian akan memnentukan hasil dari
penelitian tersebut sesuai dengan masalah dan fokus penelitian. 37
Peneliti menggunakan uji keabsahan data ini agar dapat kebenaran
mengenai penilaian kinerja pada PT BPRS Atha Mas Abadi Pati.
Penelitian ini menggunakan cara untuk menguji kredibilitas
terhadap data penelitian kualitatif dengan beberapa cara yaitu:

36
Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, Dan Penelitian Gabungan.
37
Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, Dan Penelitian Gabungan, 394
a. Perpanjangan Pengamatan
Dengan melakukan perpanjangan pengamatan berarti peneliti
dapat kembali lagi di lapangan untuk melanjutkan penelitian,
atau melakukan kegiatan penelitian kembali dengan melakukan
penelitian terhadap subyek baru maupun subyek yang lama.
b. Member check
Member check adalah proses yang dilakukan peneliti untuk
melakukan pengecekan data dari pemberi data. Hal tersebut
dilakukan agar mengetahui seberapa sesuai data yang diberikan
oleh pemberi data. 38
2. Uji Transferability
Transferability merupakan validitas validitas eksternal dalam
kualitatif. Konsep validitas ini dapat menunjukan derajad dari
ketepatan serta dapat diterpakan hasil penelitian ke populasi
dimana sampel diambil.39 Peneliti bertujuan supaya pembaca dapat
memahami hasil dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti
tentang penilaian kinerja dari PT BPRS Artha Mas Abadi Pati
dengan hal tersebut peneliti memberikan uraian yang rinci,
sehingga dapat dipercaya secara sistematis dan jelas. Dengan
demikian pembaca dapat memutuskan untuk bisa atau tidak untuk
menerapkan penelitian ini diterapkan pada penelitian yang lain.
3. Uji Dependability
Dependability terkadang digunakan setiap penelitian kualitatif
karena sejalan dengan konsep reliabilitas yang terdapat pada
penelitian kuantitatif. Berhubungan dengan hal tersebut, cara audit
terhadap semua proses penelitian yang telah dilakukan adalah cara
untuk menentukan dependabilitas. Hal tersebut berarti bahwa

38
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta), 2019, 371
39
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta), 2019, 372
keseluruhan aktivitas yang telah dilakukan peneliti selama
melakukan penelitian dapat dikaji ulang oleh pembimbing yang
sesui dengan langkah sesungguhnya untuk melakukan uji
reliabilitas, peneliti harus mampu untuk menunjukan bukti kerja
yang dilakukan sejak menentukan masalah/ fokus penelitian,
memasuki lapangan, menentukan sumber data, melakukan analisis,
menguji keabsahan data, dan menarik kesimpulan. Semua hal
tersebut harus ditampilkan dalam bentuk rekaman audio, foto, dan
dokumen lainnya. 40
Dari penjelasan tersebut maka peneliti harus menampilkan
hasil deskripsi dari penelitian, yang berupa kuesioner, dokumentasi
dari hasil penelitian dan juga data lainnya yang merupakan bukti
dari pelaksanaan penelitian yang berkaitan dengan penelitian
penilaian kinerja dari PT BPRS Artha Mas Abadi Pati.
4. Uji Confirmability
Uji confirmability merupaan pengujian obyektivitas yang mana
dapat dikatakan obyektivitas apabila hasil dari penelitian disetuji
oleh banyak orang. Menguji konfirmability adalah pengujian
dengan hasil penelitian dengan proses yang sudah dilaksanakan.
Bila hasil dari penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian
yang sudah dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi
standar konfirmability.41
Dalam penelitian mengenai penilaian kinerja PT BPRS Artha
Mas Abadi Pati dapat dikatakan sudah memenuhi confirmability
apabila sudah sesuai dengan fugsi yang didapat dan memenuhi
tujuan dari penelitian.

40
Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, Dan Penelitian Gabungan, 397-398
41
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta), 2019, 378
G. Teknik Analisis Data
Dalam peningkatan pemahan dari peneliti mengenai suatu hal yang
akan diteliti dan menjadi temuan bagi orang lain, dengan cara menata suatu
data yang diperoleh dengan cara sistematik baik hal itu merupakan hasil dari
kuesioner dan observasi kegiatan tersebut dinamakan analisis data.42
Menurut Miles dan Huberman dalam buku Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan Penelitian Gabungan karya Muri Yusuf teknik
yang digunakan pada suatu penelitian dengan cara analisis kualitatif bisa
menggunakan pengumpulan data yang berbeda – beda dalam mencari suatu
data. Maka data tersebut dianalisis melalui aktivitas secara interaktif dan
berlangsung terus- menerus sampai tuntas. Aktivitas yang digunakan untuk
menganalisis data yaitu: data reduction, data display, conclusion
drawing/verification.43
1. Data Reduction
Reduksi data merupakan salah satu dari proses penelitian,
perumusan, perhatian, penyerderhanaan, abstraksi dan transformasi
data yang masil kasar dalam catatan. Dikarenakan data dari hasil
penelitian sangatlah banyak yang dikumpulkan, maka dari itu
diperlukan catatan yang secara teliti dan rinci. Apabila penelitian
dilakukan semakin lama maka akan jumlah data kan semakin
banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu dilakukan analisis
melalui reduksi data.44

2. Data Display

42
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta), 2014,
278
43
Muri Yusuf, Metode Penelitian: Kuantitatif, Kualitatif, Dan Penelitian Gabungan, 407
44
Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif Dalam Persepektif Rancangan Penelitian, (Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media) 2016, 242
Setelah dilakuannya reduksi data, maka langkah selanjutnya
adalah melakukan penyajian data. Dalam penyajian data penelitian
kualitatif dapat dijabarkan melalui uraian singkat, bagan, hubungan
antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Dan yang paling umum
digunakan untuk penyajian data penelitian kualitatif adalah dalam
bentuk teks yang bersifat naratif. 45
3. Conslusion Drawing/ Verification
Menurut Miles dan Hurberman dalam buku karangan Sugiyono
menyebutkan bahwa analisis ketiga adalah menentukan
kesimpulan dan memverifikasi. Kesimpulan yang sudah ditentukan
di awal masih berbetnuk sementara, pada tahap pengumpulan data
apabila tidak terdapat bukti yang kuat makan akan dapat diubah
kembali. Namun apabila kesimpulan pada awal didukung oleh
bukti yang kuat sat penelitian maka kesimpulan tersebut sudah
kredibel.46
Maka dari itu kesimpulan yang dibuat peneliti adalah
kesimpulan awal dan masih harus disertakan bukti-bukti yang kuat
dari lapangan ntuk dapat dipertanggung jawabkan. Sehingga
peneliti dapat menyimpulkan hal-hal yang ditemukan saat
melakukan penelitian tentang penilaian kinerja pada PT BPRS
Artha Mas Abadi Pati.

45
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta), 2019, 325
46
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta), 2019, 327
Gambar 3.1
Komponen Dalam Analisis Data (Interactive Model)

Pengumpulan Data
(Data Collection)

Reduksi Data Penyajian Data


(Data Reduction) (Data Display)

Verifikasi Data

Pada hal ini peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif yang


memiliki tujuan agar dapat memberi deskripsi mengenai obyek penelitian
berdasarkan data variabel yang diperoleh dari kelompok subyek yang sudah
ditelitidan tidak bermaksud untuk pengujian hipotesis.

Anda mungkin juga menyukai