Anda di halaman 1dari 100

1

BAB I

PEDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan teknologi yang terus meningkat dengan pesat

menyebabkan semakin diperlukannya keahlian dalam menganalisis laporan

keuangan. Untuk itu manajer dituntut memilih informasi dalam jaringan

luas untuk mengetahui kondisi perusahaan saat ini maupun perkiraan kondisi

dimasa yang akan datang. Dengan penganalisian laporan keuangan akan

membantu pihak-pihak yang berkepentingan dalam memilih dan mengevaluasi

informasi dan hanya berfokus dengan informasi tersebut, sehingga setiap

perusahaan dituntut untuk dapat meningkatkan daya saingnya masing-masing.

Namun pada hakikatya, hampir semua perusahaan mengalami masalah yang

sama yaitu bagaimana mengalokasikan sumber daya yang dimiliki secara

efektif dan efisien guna mencapai tujuan perusahaan yaitu memperoleh laba

maksimal untuk mempertahankan eksistensi perusahaan.

Perusahaan harus mencermati dan menganalisis kinerja perusahaan

agar dapat bertahan, salah satunya adalah dengan melakukan analisis kinerja

dari sisi keuangan terhadap laporan keuangan. Salah satu cara untuk mengukur

tingkat kinerja perusahaan adalah dengan menggunakan analisis rasio.

Penilaian kinerja suatu perusahaan dapat dilakukan dengan menganalisis dua

aspek, yaitu kinerja finansial dan kinerja non-finansial. Kinerja finansial dapat

dilihat melalui data-data laporan keuangan, sedangkan kinerja non-finansial


2

dapat dilihat melalui aspek-aspek non-finansial diantaranya aspek pemasaran,

aspek teknologi maupun aspek manajemen.

Pelaporan keuangan merupakan laporan keuangan yang ditambah

dengan informasi-informasi lain yang berhubungan, baik langsung maupun

tidak langsung dengan informasi yang disediakan oleh sistem akuntansi

keuangan, seperti informasi tentang sumber daya perusahaan, earnings,

current cost, informasi tentang prospek perusahaan yang merupakan bagian

integral dengan tujuan untuk memenuhi tingkat pengungkapan yang cukup.

Tujuan utama pelaporan keuangan adalah penyediaan seluruh informasi

yang mengandung kebermanfaatan dalam keputusan dan tidak terbatas pada

apa yang dapat disampaikan melalui statemen keuangan.

Sebagaimana kita ketahui bahwa bidang keuangan merupakan bidang

yang sangat penting dalam suatu perusahaan. Baik dalam perusahaaan yang

berskala besar maupun kecil, ataupun bersifat profit motif maupun non-profit

motif akan mempunyai perhatian yang sangat besar di bidang keuangan,

terutama dalam perkembangan dunia usaha yang semakin maju, menimbulkan

persaingan antara perusahaan pun semakin ketat, sehingga menuntut

perusahaan untuk dapat membuat perusahaan lebih efisien dalam beroperasi

sehingga dapat terus-menerus meningkatkan kemampuan bersaing demi

kelangsungan hidup perusahaannya.

Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi

perusahaan dalam perkembangan bisnis disemua perusahaan. Salah satu tujuan

utama didirikannya perusahaan adalah untuk memperoleh keuntungan yang


3

maksimal. Namun berhasil tidaknya perusahaan dalam mencari keuntungan

dan mempertahankan perusahaannya tergantung pada manajemen keuangan.

Perusahaan harus memiliki kinerja keuangan yang sehat dan efisien untuk

mendapatkan keuntungan atau laba. Oleh sebab itu, kinerja keuangan

merupakan hal yang penting bagi setiap perusahaan didalam persaingan bisnis

untuk mempertahankan perusahaannya.

Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan adalah kunci

keberhasilan perusahaan untuk dapat dikatakan mempunyai kinerja perusahaan

yang baik, karena keuntungan merupakan komponen laporan keuangan yang

digunakan sebagai alat untuk menilai baik tidaknya kinerja perusahaan. Hal ini

akan mempengaruhi keberlangsungan perusahaan untuk maju dan kerjasama

antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain. Salah satu faktor

yang dapat menunjukkan bagaimana kinerja perusahaan itu baik atau tidak

yaitu dengan analisis laporan keuangan.

Perusahaan perlu melakukan analisis laporan keuangan karena laporan

keuangan digunakan untuk menilai kinerja perusahaan, dan digunakan untuk

membandingkan kondisi persusahaan dari tahun sebelumnya dengan tahun

sekarang apakah perusahaan tersebut meningkat atau tidak sehingga

perusahaan mempertimbangkan keputusan yang akan diambil untuk tahun

yang akan datang sesuai dengan kinerja perusahaannya. Kinerja adalah sesuatu

yang ingin dicapai, untuk melakukan sesuatu yang ingin dicapai oleh

seseorang. Jadi kinerja perusahaan adalah proses pengkajian secara kritis


4

terhadap keuangan perusahaan untuk memberikan solusi dalam pengambilan

suatu keputusan yang tepat pada suatu periode tertentu.

Secara garis besar kinerja keuangan suatu perusahaan dapat diukur

melalui laporan keuangan dengan menggunakan rasio likuiditas, rasio

solvabilitas dan rasio rentabilitas. Likuiditas berhubungan dengan masalah

kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang segera

harus dipenuhi. Jumlah alat pembayaran yang dimiliki oleh suatu perusahaan

pada suatu saat tertentu merupakan kekuatan membayar dari perusahaan yang

bersangkutan, namun belum tentu dapat memenuhi segala kewajiban

keuangannya yang segera harus dipenuhi. Suatu perusahaan dapat dikatakan

likuid apabila memiliki kemampuan membayar utang lancarnya yang harus

dipenuhi. Dengan demikian maka kemampuan membayar itu baru dapat

diketahui setelah membandingkan antara aktiva lancar dan hutang lancar.

Masalah solvabilitas berhubungan dengan kemampuan perusahaan untuk

memenuhi segala hutangnya. Perusahan yang mampu memenuhi seluruh

hutangnya. Masalah rentabilitas berkaitan dengan kemampuan suatu

perusahaan untuk menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya.

CV. Bintang Cemerlang Kendari adalah salah satu perusahan yang

bergerak dibidang penjualan pupuk tanaman. CV. Bintang Cemerlang Kendari

berfungsi sebagai penyalur pupuk tanaman untuk masyarakat. Sesuai hasil pra

penelitian yang penulis lakukan diperoleh data keuangan perushaan tersebut

sebgai berikut :
5

TABEL 1.1

AKTIVA, HUTANG DAN MODAL

CV. BINTANG CEMERLANG KENDARI

TAHUN 2012 – 2016

TAHUN AKTIVA HUTANG MODAL PENJUALAN


2012
1.378.215.774 804.931.552 573.281.222 647.064.456
2013
1.443.404.774 753.451.203 681.953.706 625.064.876
2014
1.471.434.186 797.189.092 674.245.094 618.073.556
2015
1.518.285.164 826.801.149 691.484.015 784.064.456
2016
1.675.460.421 926.230.037 749.230.385 805.765.350
Sumber : CV. Bintang Cemerlang Kendari

Tabel 1.1 menunjukkan bahwa jumlah aset yang diperoleh CV. Bintang

Cemerlang Kendari pada tahun 2012 sebesar Rp. 1.378.215.774,-. Selanjutnya

pada tahun 2013 jumlah aset yang diperoleh CV. Bintang Cemerlang Kendari

meningkat sebesar Rp. 1.443.404.774,-. Selanjutnya pada tahun 2014 jumlah

aset yang diperoleh CV. Bintang Cemerlang Kendari meningkat sebesar Rp.

1.471.434.186,-. Selanjutnya pada tahun 2015 jumlah aset yang diperoleh CV.

Bintang Cemerlang Kendari meningkat sebesar Rp1.518.285.164,-.

Selanjutnya pada tahun 2016 jumlah aset yang diperoleh CV. Bintang

Cemerlang Kendari meningkat sebesar Rp. 1.675.460.421.

Kewajiban atau Hutang CV. Bintang Cemerlang Kendari bahwa jumlah

hutang yang diperoleh CV. Bintang Cemerlang Kendari pada tahun 2012

sebesar Rp. 804.931.552,-. Selanjutnya pada tahun 2013 jumlah hutang yang

diperoleh CV. Bintang Cemerlang Kendari meningkat sebesar Rp.


6

753.451.203,-. Selanjutnya pada tahun 2014 jumlah hutang yang diperoleh CV.

Bintang Cemerlang Kendari meningkat sebesar Rp. 797.189.092,-.Selanjutnya

pada tahun 2015 jumlah hutang yang diperoleh CV. Bintang Cemerlang

Kendari meningkat sebesar Rp. 826.801.149,-. Selanjutnya pada tahun 2016

jumlah hutang yang diperoleh CV. Bintang Cemerlang Kendari meningkat

sebesar Rp 926.230.037,-.

Modal/Ekuitas CV. Bintang Cemerlang Kendari bahwa jumlah modal

yang diperoleh CV. Bintang Cemerlang Kendari pada tahun 2012 sebesar

Rp. 573.281.222,-. Selanjutnya pada tahun 2013 jumlah modal yang diperoleh

CV. Bintang Cemerlang Kendari meningkat sebesar Rp. 681.953.706,-

.Selanjutnya pada tahun 2014 jumlah modal yang diperoleh CV. Bintang

Cemerlang Kendari meningkat sebesar Rp. 674.245.094,-.Selanjutnya pada

tahun 2015 jumlah modal yang diperoleh CV. Bintang Cemerlang Kendari

meningkat sebesar Rp. 31.533.095,-.Selanjutnya pada tahun 2016 jumlah

modal yang diperoleh CV. Bintang Cemerlang Kendari meningkat sebesar Rp.

749.230.385,-.

Penjualan CV. Bintang Cemerlang Kendari bahwa jumlah modal yang

diperoleh CV. Bintang Cemerlang Kendari pada tahun 2012 sebesar Rp.

647.064.456,-. Selanjutnya pada tahun 2013 jumlah modal yang diperoleh CV.

Bintang Cemerlang Kendari menurun sebesar Rp. 625.064.876,-.Selanjutnya

pada tahun 2014 jumlah modal yang diperoleh CV. Bintang Cemerlang

Kendari menurun sebesar Rp. 618.073.556,-.Selanjutnya pada tahun 2015

jumlah modal yang diperoleh CV. Bintang Cemerlang Kendari meningkat


7

sebesar Rp. 784.064.456,-.Selanjutnya pada tahun 2016 jumlah modal yang

diperoleh CV. Bintang Cemerlang Kendari meningkat sebesar Rp.

805.765.350,-.

Masalah yang ada dalam CV. Bintang Cemerlang dari data yang

diperoleh bahwa peningkatan hutang perusahan yang semakin tahun semakin

tinggi akan mengakibatkan kebangkerutan dan besar kemungkinan dengan

modal yang terus meningkat bersumber dari pinjaman untuk menstabilkan

kondisi keuangan dan mungkin ada beberapa aktiva yang tidak digunakan

dengan baik utang yang terus meningkat merupakan dari hutang usaha

pembelian barang secara kredit, hutang pajak dan hutang lainn-lainnya untuk

mengetahui semua itu perlu diadakan sebuah analisis kinerja keuangan.

CV. Bintang Cemerlang Kendari pun tidak lepas dari usaha yang

bertujuan untuk memperoleh keuntungan dalam menghasilkan efektifitas dan

efisiensi pengelolaan keuangan. CV. Bintang Cemerlang Kendari dalam

mengetahui kondisi keuangan perusahaannya perlu adanya penilaian kinerja

keuangan dengan menggunakan berbagai macam rasio, yaitu rasio likuiditas,

rasio solvabilitas, dan rasio profitabilitasuntuk pertimbangan dalam

pengambilan keputusan untuk masa yang akan datang.

Dari latar belakang masalah tersebut maka penulis menyusun Tugas

Akhir dengan judul “Analisis Kinerja Keuangan CV. Bintang Cemerlang

Kendari”.
8

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka yang menjadi

permasalahan dirumuskan sebagai berikut : Bagaimana kinerja keuangan pada

CV. Bintang Cemerlang Kota Kendari ditinjau dari rasio likuiditas, rasio

solvabilitas, dan rasio profitabilitas.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja keuangan pada

CV.Bintang Cemerlang ditinjau dari rasio rasio likuiditas, rasio solvabilitas,

dan rasio profitabilitas.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Bagi Perusahaan

Untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan sehingga memberikan

gambaran dan pertimbangan bagi CV. Bintang Cemerlang untuk

mengambil keputusan di masa yang akan datang dan Penelitian ini

diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam penilaian

Kinerja Keuangan instansi dan membantu dalam pengambilan keputusan

untuk masalah keuangan yang dihadapi.

2. Bagi Pembaca

Untuk dapat dijadikan sebagai referensi dalam menghadapi masalah yang

sama dan sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan.


9

3. Bagi Penulis

Untuk sarana menambah ilmu pengetahuan dan penerapan teori yang

diperoleh dengan praktek yang sesungguhnya.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada analisis kinerja keuangan

CV. Bintang Cemerlang ditinjau dari rasio rasio likuiditas, rasio solvabilitas,

dan rasio profitabilitas selama lima tahun terakhir ( 2012 – 2016 ).


10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Konsep Kinerja Keuangan

1. Definisi Kinerja Keuangan

Pada prinsipnya kinerja dapat dilihat dari siapa yang melakukan

penelitian itu sendiri. Bagi manajemen, melihat kontribusi yang dapat

diberikan oleh suatu bagian tertentu bagi pencapaian tujuan secara

keseluruhan. Sedangkan bagi pihak luar manajemen kinerja merupakan alat

untuk mengukur suatu prestasi yang dicapai oleh organisasi dalam suatu

periode tertentu yang merupakan pencerminan tingkat hasil pelaksanaan

aktivitas kegiatannya, namun demikian penilaian kinerja suatu organisasi baik

yang dilakukan pihak manajemen perusahaan diperlukan sebagai dasar

penetapan kebijaksanaan dimasa yang akan datang.

Kinerja merupakan penentuan secara periodik efektifitas operaional

suatu organisasi, bagian prganisasi, dan karyawan berdasarkan stanar, dan

kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya Mulyadi (2003:419). Kinerja adalah

hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugasnya atas

kecakapan, usaha dan kesempatan. Berdasarkan paparan diatas kinerja adalah

suatu hasil yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang

didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu menurut

standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya Hasibuan (2002:160).


11

Menurut Muchlis (2000:44) bahwa Kinerja keuangan adalah prestasi

keuangan yang tergambar dalam laporankeuangan perusahaan yaitu neraca

rugi-laba dan kinerja kemuanganmenggambarkan usaha perusahaan (operation

income). Profitability suatu perusahaan dapat diukur dengan menghubungkan

keuntungan yang diperoleh dari kegiatan pokok perusahaan dengan kekayaan

asset yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan.

Pengertian kinerja menurut Bastian (2006:274) adalah gambaran

pencapaian pelaksanaan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran,

tujuan, misi dan visi suatu organisasi. Konsep kinerja keuangan menurut

Gitosudarmo dan Basri (2002:275) adalah rangkaian aktivitas keuangan pada

suatu periode tertentu yang dilaporkan dalam laporan keuangan diantaranya

laporan labarugi dan neraca. Menurut Fahmi (2011:2) kinerja keuangan adalah

suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan

telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan

secara baik dan benar.

Hal ini sangat penting agar sumber daya digunakan secara optimal

dalam menghadapi perubahan lingkungan. Penilaian kinerja keuangan

merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen agar

dapat memenuhi kewajibannya terhadap para penyandang dana dan juga untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

Menurut Prastowo yang dikutip oleh Putri Hidayatul Fajrin (2016)

menyebutkan unsur dari kenerja keuangan perusahaan adalah unsur yang

berkaitan secara langsung dengan pengukuran kinerja perusahaan yang


12

disajikan pada laporan laba rugi, penghasilan bersih seringkali digunakan

sebagai ukuran kinerja atau sebagian dasar bagi ukuran lainnya.

Menurut Fidhayatin (2012:205) yang dikutip oleh Aringga (2017)

“perusahaan yang sehat nantinya akan dapat memberikan laba bagipara pemilik

modal, perusahaan yang sehat juga dapat membayar hutang dengan tepat

waktu”. Selain itu, kinerja keaunagan dari suatu perusahaan yang telah dicapai

dalam satu tahunatau satu periode waktu, adalah gambaran sehat atau tidaknya

keadaan suatu perusahaan.

Fahmi (2012 : 2) yang dikutip oleh Marsel Pongoh (2013) menyatakan

kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh

mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-

aturan pelaksanaan keuangan dengan baik dan benar. Seperti dengan membuat

suatu laporan keuangan yang telah memenuhi standart dan ketentuan dalam

SAK (Standar Akuntansi Keuangan) atau GAAP (General Aceptep Accounting

Priciple), dan lainnya.

Kinerja keuangan merupakan suatu usaha formal untuk mengevaluasi

efisiensi dan efektivitas perusahaan dalam menghasilkan laba dan posisi kas

tertentu. Dengan pengukuran kinerja keuangan, dapat dilihat prospek

pertumbuhan dan perkembangan keuangan perusahaan. Perusahaan dikatakan

berhasil apabila perusahaan telah mencapai suatu kinerja tertentu yang telah

ditetapkan (Hery, 2015).

Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi

keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alatan alisis keuangan,


13

sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknyakeadaan keuangan suatu

perusahaan yang mencerminkan prestasi kerjadalam periode tertentu. Hal ini

sangat penting agar sumber daya digunakan secara optimal dalam menghadapi

perubahan lingkungan. Penilaian kinerja keuangan merupakan salah satu cara

yang dapat dilakukan oleh pihak manajemen agar dapat memenuhi

kewajibannya terhadap para penyandang dana dan juga untuk mencapai tujuan

yang telahditetapkan oleh perusahaan.

Secara umum dapat dikatakan bahwa kinerja keuangan adalah prestasi

yang dapat dicapai oleh perusahaan dibidang keuangan dalam suatu periode

tertentu yang mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan. Disisi lain kinerja

keuangan menggambarkan kekuatan struktur keuangan suatu perusahaan dan

sejauh mana asset yang tersedia, perusahaan sanggup meraih keuntungan. Hal

ini berkaitan erat dengan kemampuan manajemen dalam mengelola sumber

daya yang dimiliki perusahaan secara efektif dan efisien.

2. Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja

Kinerja tidak terjadi dengan sendirinya. Dengan kata lain, terdapat

beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja. Adapun faktor-faktor tersebut

menurut Armstrong dalam Fahmi (2013) adalah sebagai berikut:

1. Faktor individu (personal factors). Faktor individu berkaitan

dengankeahlian, motivasi, komitmen, dll.

2. Faktor kepemimpinan (leadership factors). Faktor kepemimpinanberkaitan

dengan kualitas dukungan dan pengarahan yang diberikanoleh pimpinan,

manajer, atau ketua kelompok kerja.


14

3. Faktor kelompok/ rekan kerja (team factors). Faktor kelompok/ rekankerja

berkaitan dengan kualitas dukungan yang diberikan oleh rekankerja.

4. Faktor sistem (system factors). Faktor sistem berkaitan

dengansistem/metode kerja yang ada dan fasilitas yang disediakan

olehorganisasi.

5. Faktor situasi (contextual/situasional faktor). Faktor situasi berkaitan

dengan tekanan dan perubahan lingkungan, baik lingkungan internal

maupun eksternal.

Dari uraian yang disampaikan oleh Armstrong, terdapat beberapa faktor

yang dapat mempengaruhi kinerja seorang pegawai. Faktor-faktor ini perlu

mendapat perhatian serius dari pimpinan organisasi jika pegawai diharapkan

dapat memberikan kontribusi yang optimal. Motivasi kerja dan kemampuan

kerja merupakan dimensi yang cukup penting dalam penentuan kinerja.

3. Manfaat Penilaian Kinerja

Adapun manfaat dari oenilaian kinerja adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengukur prestasi yang dicapai oleh suatu organisasi dalam suatu

periode tertentu yang mencerminkan tingkat keberhasilan pelaksanaan

kegiatannya.

2. Selain digunakan untuk melihat kinerja organisasi secara keseluruhan,

maka pengukuran kinerja juga dapat digunakan untuk menilai kontribusi

suatu bagian dalam pencapaian tujuan perusahaan secara keseluruhan.

3. Dapat digunakan sebagai dasar penentuan strategi perusahaan untuk masa

yang akan datang.


15

4. Memberi petunjuk dalam pembuatan keputusan dan kegiatan organisasi

pada umumnya dan divisi atau bagian organisasi pada khususnya.

5. Sebagai dasar penentuan kebijaksanaan penanaman modal agar dapat

meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan.

4. Tujuan Penilaian Kinerja

Tujuan penilaian kinerja menurut Munawir (2012:31) menyatakan

bahwa tujan dari penilaian kinerja keuangan adalah :

1. Mengetahui tingkat likuiditas

Likuiditas menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk mengetahui

kewajiban keuangan yang harus segera diselesaikan pada saat ditagih.

Perusahaan yang mampu memenuhi kewajibannya pada saat ditagih

berarti perusahaan tersebut berada dalam keadaan likuid. Sebagaliknya

apabila perusahaan tidak dapat memenuhi kewajibannya saat ditagih

berarti perusahaan tersebut dikatakan dalam keadaan illikuid. Perusahaan

mempunyai aktiva lancar lebih besar dari pada hutang lancarnya.

Terdapat dua macam hasil penilaian terhadap pengukuran rasio likuiditas

menurut Kasmir (2012:112), yaitu sebagai berikut:

a. Apabila perusahaan memenuhi kewajibannya, dikatakan perusahaan

likuid.

b. Apabila perusahaan tidak mampu memenuhi kewajiban, dikatakan

perusahaan tersebut illikuid.


16

2. Mengetahui tingkat solvabilitas

Memenunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban

keuangannya apabila perusahaan tersebut dilikuiditas, baik keuangan

jangka pendek maupun jangka panjang. Perusahaan yang tidak solvabel

atau insolvabel adalah perusahaan yang total hutangnya lebih besar

dibandingkan dengan total assetnya yang membuat oerusahaan

mempunyai tingkat leveragr yang tinggi, artinya perusahaan sangat

bergantung pada pinjaman luar untuk membiyai assetnya sedangkan pada

perusahaan yang mempunyai tinggal leverage lebih yang rendah, ,elebihi

banyak membiyai assetnya dengan modal sendiri Raharjaputra

(2009:199).

3. Mengetahui tingkat profitabilitas

Menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama

periode tertentu. Profitabilitas suatu perusahaan dapat diukur berdasarkan

kesuksesan perusahaanan kemampuan menggunakan aktivanya secara

produktif.

Berdasarkan tujuan diatas dapat disimpulkan bahwa penilaian kinerja

keuangan perusahaan berguna untuk mengevaluasi sumber-sumber yang

dimiliki perusahaan. Dengan demikian diharapkan manajer dapat mengetahui

kelemahan ataupun kelebihan perusahaan ditinjau daro sektor keuangannya.

5. Pengukuran Kinerja

Penilaian kinerja menurut Mulyadi (2007:359) adalah penentuan secara

periodik efektifitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi dan


17

personilnya berdasarkan sasaran, standar, dan kinerja yang telah ditetapkan

sebelumnya. Pengukuran kinerja tersebut dilakukan untuk mengukur

keberhasilan setiap tim dan karyawan dalam mencapai sasaran yang telah

ditetapkan.

Kinerja Keuangan dapat diukur dengan menggunakan analisis rasio.

Analisis rasio dapat menyingkap hubungan sekaligus menjadi dasar

perbandingan yang menunjukan kondisi atau kecenderungan yang tidak dapat

dideteksi bila hanya melihat komponen-komponen rasio itu sendiri.

Kinerja Keuangan dapat dinilai dengan beberapa alat analisis.

Berdasarkan tekniknya, analisis keungan dapat dibedakan menjadi 8 macam,

yaitu menurut Jumingan (2006:242):

1) Analisis perbandingan Laporan Keuangan, merupakan teknik analisis

dengan cara membandingkan laporan keuangan dua periode atau lebih

dengan menunjukkan perubahan, baik dalam jumlah (absolute) maupun

dalam persentase (relatif).

2) Analisis Trend (tendesi posisi), merupakan teknik analisis untuk

mengetahui tendensi keadaan keuangan apakah menunjukkan kenaikan

atau penurunan.

3) Analisis Persentase per Komponen (common size), merupakan teknik

analisis untuk mengetahui persentase investasi pada masing-masing aktiva

terhadap keseluruhan atau total aktiva maupun utang.


18

4) Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, merupakan teknik analisis

untuk mengetahui besarnya sumber dan penggunaan modal kerja melalui

dua periode waktu yang dibandingkan.

5) Analisis Sumber dan Penggunaan Kas, merupakan teknik analisis untuk

mengetahui kondisi kas disertai sebab terjadinya perubahan kas pada suatu

periode waktu tertentu.

6) Analisis Rasio Keuangan, merupakan teknik analisis keuangan untuk

mengetahui hubungan diantara pos-pos tertentu dalam neraca maupun

dalam laporan laba rugi baik secara individu maupun secara simultan.

7) Analisis Perubahan Laba Kotor, merupakan teknik analisis untuk

mengetahui posisi laba dan sebab-sebab terjadinya perubahan laba.

8) Analisis Break Even, merupakan teknik analisis untuk mengetahui tingkat

penjualan yang harus dicapai agar perusahaan tidak mengalami kerugian.

Menurut Dwi Prastowo (2011:80) ada lima teknik analisis yang dapat

digunakan:

1) Likuditas, yang mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi

kewajiban jangka pendek.

2) Solvabilitas (Struktur Modal), yang mengukur kemampuan suatu

perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjang atau mengukur

tingkat proteksi kreditor jangka panjang.

3) Return on Investment, yang mengukur tingkat kembalian investasi yang

telah dilak;ukan oleh perusahaan.


19

4) Pemanfaatan Aktiva, yang mengukur efisiensi dan efektivitas pemanfaatan

setiap aktiva yang dimiliki perusahaan.

5) Kinerja operasi yang mengukur efisiensi operasi perusahaan.

6) Dalam penelitian ini yang digunakan adalah Rasio Likuditas, dan Rasio

Profitabilitas.

7) Rasio Likuiditas adalah Likuiditas adalah rasio yang menunjukkan

kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial yang

berjangka pendek tepat pada waktunya.

8) Rasio Profitabilitas adalah rasio yang dapat mengukur kemampuan

perusahaan memperoleh laba, baik dalam hubungan dengan penjualan,

asset maupun modal sendiri.

Alat analisis kinerja keuangan yang banyak digunakan oleh perusahaan

antara lain adalah rasio keuangan, rasio metode radar, balanced scorecard, dan

economic value added (Sartono,200:120). Namun pada penelitian ini, penulis

memfokuskan pengukuran kinerja keuangan dengan menggunakan rasio

keuangan dengan tolak ukur yang digunakan antara lain yaitu rasio likuiditas,

rasio solvabilitas, rasio profitabilitas, dan rasio aktivitas.

B. Rasio Keuangan Dan Laporan Keuangan

1. Analisis Laporan Keuangan

Menurut Kasmir (2013:66), analisis laporan keuangan merupakan

kegiatan yang dilakukan setelah laporan keuangan disusun berdasarkan data

yang relevan, serta dilakukan dengan prosedur akuntansi dan penilaian yang

benar, akan terlihat kondisi keuangan perusahaan yang sesungguhnya.


20

Menurut Harahap (2009:190), analisis laporan keuangan berarti

menguraikan akunakun laporan keuangan menjadi unit infromasi yang lebih

kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai

makna antara yang satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun

data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih

dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.

Soemarso (2002:380) atau dapat mn mengatakan bahwa “analisis

laporan keuangan (financial statement analysis) adalah hubungan antara suatu

angka dalam laporan keuangan dengan angka lain yang mempunyai makna atai

dapat menjelaskan arah perubahan (trend) suatu fenimena”.

Secara umum analisa laporan keuangan perusahaan pada dasarnya

merupakan penghitungan rasio-rasio untuk menilai keadaan keuangan dalam

rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan

pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan untuk menentukan estimasi

dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan

pada masa mendatang.

Ada beberapa cara yang dapat digunakan di dalam menganalisa

keadaan keuangan perusahaan, tetapi analisa dengan menggunakan rasio

merupakan hal yang sangat umum dilakukan di mana hasilnya akan

memberikan pengukuran relatif dari operasi perusahaan.

Data pokok sebagai input dalam analisa rasio ini adalah laporan laba-

rugi dan neraca perusahaan. Dengan kedua laporan ini akan dapat ditentukan
21

sejumlah rasio dan selanjutnya rasio ini dapat digunakan untuk menilai

beberapa aspek tertentu dari operasi perusahaan.

Menurut Syamsuddin (2011), pada pokoknya ada dua cara yang dapat

dilakukan di dalam membandingkan rasio finansial perusahaan, yaitu Cross-

sectional approach dan Time series analysis.

a) Cross sectional approach adalah suatu cara mengevaluasi dengan jalan

membandingkan rasio-rasio antara perusahaan yang satu dengan

perusahaan lainnya yang sejenis pada saat yang bersamaan.

b) Time series analysis dilakukan dengan jalan membandingkan rasio-rasio

finansial perusahaan dari satu periode ke periode lainnya. Pembandingan

antara rasio yang dicapai saat ini dengan rasio-rasio pada masa lalu akan

memperlihatkan apakah perusahaan mengalami kemajuan atau

kemunduran. Setiap perkembangan-perkembangan yang tidak diingini

haruslah segera diperbaiki dan diarahkan pada tujuan yang telah ditetapkan

semula. Time series analysis juga sangat rnembantu dalarn menilai

kewajaran (reasonableness) dari laporan-laporan keuangan yang

diproyeksikan.

Apabila dilihat dari sumbernya dari mana rasio itu dibuat, maka

rasiorasio dapat digolongkan dalam 3 (tiga) golongan, yaitu:

1. Rasio-rasio Neraca (Balance sheet ratios), adalah rasio-rasio yang disusun

dari data yang berasal dari neraca, misalnya rasio lancar (current ratio),

rasio tunai (acid-test ratio), rasio kas (cash ratio) dan lain sebagainya.
22

2. Rasio-rasio laporan Laba & Rugi (income statement ratios), adalah

rasiorasio yang disusun dari data yang berasal dari income statement,

misalnya margin laba bruto (gross profit margin), margin laba bersih (net

operating margin), rasio operasi (operating rasio) dan lain sebagainya.

3. Rasio-rasio antar-laporan (Inter-statement ratios), adalah rasio-rasio yang

disusun dari data yang berasal dari Neraca dan data lainnya berasal dari

laporan Rugi & Laba, misalnya rasio perputaran aktiva (assets turnover),

rasio perputaran persediaan (inventory turnover), rasio perputaran piutang

(receivables turnover) dan lain sebagainya.

2. Tujuan dan Manfaat Analisis Keuangan

Ada beberapa tujuan dan manfaat bagi berbagai pihak dengan adanya

anlisis laporan keuangan.

Menurut Munawir (2010:31), tujuan analisis laporan keuangan

merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasih sehubungan

dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai perusahaan yang

bersangkutan. Data keuangan tersebut akan lebih berarti bagi pihak-pihak yang

berkepentingan apabila data tersebut diperbandingkan untuk dua periode atau

lebih, dan dianalisa lebih lanjut sehingga akan dapat diperoleh data yang akan

dapat mendukung keputusan yang akan diambil.

Menurut Kasmir (2013:68), secara umum dikatakan bahwa tujuan dan

manfaat analisis laporan keuangan adalah:


23

1. Mengetahui posisi keuangaan perusahan dalam satu periode tertentu, baik

harta, kewajiban, modal, maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk

beberapa periode.

2. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan apa saja yang menjadi

kekurangan perusahaan.

3. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki.

4. Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu

dilakukan ke depan yang berkaitan posisi keuangan perusahaan saat ini.

5. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu

penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal.

6. Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis

tentang hasil yang mereka capai.

Menurut Purba (2010:27), laporan keuangan disusun dengan tujuan

untukmemberikan informasi terkait dengan posisi keuangan, kinerja dan

perubahan posisikeuangan suatu entitas yang berguna untuk pengambilan

keputusan parapemakainya. Keputusan yang diambil oleh para pemakai

laporan keuangan sangatbervariasi, tergantung kepentingan mereka. Informasi

keuangan yang ada padalaporan keuangan harus memiliki karakteristik tertentu

agar dapat memenuhikebutuhn pemakainya. Karakteristik yang harus dipenuhi

suatu informasi yang adapada laporan keuangan ditetapkan dalam kerangka

dasar penyusunan dan penyajinlaporan keuangan atau IFRS Framework.

Sedangkan menurut Fahmi (2011:28), tujuan utama dari laporan

keuangan adalahmemberikan informasi keuangan yang mencakup perubahan


24

dari unsur-unsur laporankeuangan yang ditujukan kepada pihak-pihak lain

yang berkepentingan dalammenilai kinerja keuangan terhadap perusahaan di

samping pihak manajemenperusahaan.

Para pemakai laporan akan menggunakannya untuk meramalkan,

membandingkan,dan menilai dampak keuangan yang timbul dari keputusan

ekonomis yangdiambilnya. Informasi mengenai dampak keuangan yang

timbuk tadi sangat bergunabagi pemakai untuk meramalkan, membandingkan

dan menilai keuangan.Seandainya nilai uang tidak stabil, maka hal ini akan

dijelaskan dalam laporankeuangan. Laporan keuangan akan lebih bermanfaat

apabila yang dilaporkan tidaksaja aspek-aspek kuantitatif, tetapi mencakup

penjelasan-penjelasan lainnya yangdirasakan perlu. Dan informasi ini harus

faktual dan dapat diukur secara objektif.

Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca

(menggambarkan informasi posisi keuangan), laporan laba rugi

(menggambarkan informasi kinerja), laporan perubahan posisi keuangan (yang

dapat disajikan dalam berbagai cara), catatan, dan laporan lain serta materi

penjelasan yang merupakan bagian integral darilaporan keuangan.

3. Kelemahan Analisis Laporan Keuangan

Menurut Harahap (2009:203), kelemahan analisis laporan keuangan

adalah:

1. Analisis laporan keuangan didasarkan pada laporan keuangan, oleh

karenanya kelemahan laporan keuangan harus selalu diingat agar

kesimpulan dari analisis itu tidak salah.


25

2. Objek analisis laporan keuangan hanya laporan keuangan. Untuk menilai

suatu laporan keuangan tidak cukup hanya angka-angka laporan keuangan.

Kita juga harus melihat aspek-aspek lainnya seperti tujuan perusahaan,

situasi ekonomi, situasi industri, gaya manajemen, budaya perusahaan dan

budaya masyarakat.

3. Objek analisis adalah data historis yang menggambarkan masa lalu dan

kondisi ini bisa berbeda dengan kondisi masa depan.

4. Pengertian Rasio Keuangan

Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk

memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasilnya

yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Melalui laporan

keuangan yang dimaksud untuk memberikan informasi kuantitatif mengenai

keadaan keuangan perusahaan tersebut pada suatu periode baik untuk

kepentingan manajer, pemilik perusahaan, digunakan dalam berbagai bentuk

analisis.

Syafri (2006:297) menyatakan rasio keuangan adalah angka yang

diperoleh dari hasil perbandingan dari suatu laporan keuangan dengan laporan

yang lainnya yang mempunyai hubungan relevan dan signifikan misalnya

antara utang dan modal, antara kas dan total asset, antara harga pokok produksi

dengan total penjualan dan sebagainya. Menurut Muslich (2003:44)

menyatakan bahwa analisis rasio keuangan merupakan alat utama dalam

analisis keuangan, karena analisis ini dapat digunakan untuk menjawab

berbagai pertanyaan tentang keadaan perusahaan. Sedangkan menurut


26

Jumingan (2006:44) menyatakan bahwa analisis rasio keuangan merupakan

alat utama dalam menganalisis keuangan, karena analisis ini dapat digunakan

untuk menjawab berbagai pertanyaan tentang keadaan keuangan perusahaan.

Toto Prihadi (2008:1) mendefinisikan rasio keuangan adalah rasio

keuangan adalah indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan

diperoleh dengan membagi satu angka dengan angka yang lainnya. Sedangkan

Menurut Harahap (2009:297), rasio keuangan merupakan angka yang

diperoleh dari hasil perbandingan dari satu akun laporan keuangan dengan

akun lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Rasio

keuangan ini hanya menyederhanakan informasi yang menggambarkan

hubungan antara pos tertentu dengan pos lainnya. Dengan penyederhanaan ini

dapat dinilai secara cepat hubungan antara pos dan dapat membandingkannya

dengan rasio lain sehingga diperoleh informasi dan memberikan penilaian.

5. Jenis-jenis Rasio Keuangan

Untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan

rasiorasio keuangan, dapat dilakukan dengan beberapa rasio keuangan. Berikut

adalah bentuk-bentuk dari rasio keuangan, yaitu :

1. Rasio Likuiditas (Liquidity Ratio)

Menurut Fred Weston dalam Danang S. (2013), dikatakan bahwa

rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan

perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Sedangkan

menurut Kasmir (2013:110), rasio likuiditas merupakan rasio yang

menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar utang-utang


27

(kewajiban) jangka pendeknya yang jatuh tempo, atau rasio untuk

mengetahui kemampuan perusahaan dalam membiayai dan memenuhi

kewajiban (utang) pada saat ditagih.

Menurut Harahap (2009:301), rasio likuiditas merupakan rasio

yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka

pendeknya. Untuk dapat memenuhi kewajibannya yang sewaktu-waktu

ini, maka perusahaan harus mempunyai alat-alat untuk membayar yang

berupa aset-aset lancar yang jumlahnya harus jauh lebih besar dari pada

kewajiban-kewajiban yang harus segera dibayar berupa kewajiban-

kewajiban lancar.

Kemampuan membayar suatu perusahaan baru dapat diketahui

setelah dibandingkan antara kekuatan membayar dengan kewajiban

finansial yang harus dipenuhi. Perusahan yang kekuatan membayarnya

lebih bsar sehingga mampu memenuhi kewajiban finansial yang harus

dipenuhi berarti perusahaan iru berada dalam konsisi likuid. Kewajiban

perusahaan dapat menjadi dua yaitu kewajiban pada pihak luar perusahaan

dapat menjadi dua yaitu kewajiban yang berhubungan dengan perusahaan

sendiri disebut likuiditas perusahaan.

Jenis-jenis Rasio Likuiditas yang dapat digunakan perusahaan

untuk mengukur kemampuan yaitu:

a. Rasio Lancar (Current Ratio)

Rasio lancar merupakan rasio untuk mengukur kemampuan

perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendek atau utang


28

yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Rasio

lancar dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat

keamanan (margin of safety) suatu perusahaan.

Menurut Kasmir (2017:135) dalam pratiknya sering kali

dipakai bahwa rasio lancar dengan standar 200% (2:1) yang terkadang

sudah dianggap ukuran yang cukup baik atau memuaskan bagi suatu

perusahaan. Artinya dengan hasil rasio seperti itu, perusahaan sudah

merasa berada dititik aman dalam jangka pendek. Namun, sekali lagi

untuk , mengukur kinerja manajemen, ukuran yang terpenting adalah

rata-rata industri untuk perusahaan yang sejenis.

𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 = 𝑥 100 %
𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

b. Rasio Cepat (Quick Ratio)

Rasio ini juga disebut Rasio Cepat, merupakan rasio yang

menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi membayar

kewajiban atau utang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva

lancar tanpa memperhitungkan nilai persediaan (Inventory).

Menurut Kasmir (2017:138), jika rata-rata industri untuk quick

ratio adalah 1,5 kali, maka keadaan perusahaan lebih baik dari

perusahaan lain. Kondisi ini menunjukkan kondisi bahwa perusahaan

tidak harus menjual sediaan bila hendak melinasi hutang lancar, tetapi

dapat menjual surat berharga atau penagihan piutang. De,ikian pula

sebaliknya, jika rasio perusahaan di bawah rata-rata industri, keadaan

perusahaan lebih buruk dari perusahaan lain. Hal ini menyebabkan


29

perusahaan harus menjual sediaannya untuk melunasi pembayaran

utang lancar, padahal menjual sediaan untuk harga yang normal relatif

sulit, kecuali perusahaan jelas ,enabah kerugian .

𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 − 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛


𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐶𝑒𝑝𝑎𝑡 =
𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

c. Rasio Kas (Cash Ratio)

Disamping kedua rasio yang sudah dibahas diatas, terkadang

perusahaan juga ingin mengukur seberapa besar uang yang benar-

benar siap untuk digunakan untuk membayar utangnya. Artinya dalam

hal ini perusahaan tidak perlu menunggu untuk menjual atau menagih

utang lancar lainnya yaitu dengan menggunakan rasio lancar.

Rasio kas atau cash ratio merupakan alat yang digunakan

untuk menguku seberapabe uang kas yang tersedia untuk membayar

utang. Ketersediaan uang kas dapat ditunjukkan dari tersedianya dana

kas atau yang setara dengan kas seperti rekening giro atau tabungan

dibank (yang dapat ditarik setiap saat). Dapat dikatakan rasio ini

menunjukkan kemampuan sesungguhnya bagi perusahaan untuk

membayar utang-utang jangka pendeknya .

Menurut Kasmir (2017:140), jika rata-rata industri untuk cash

ratio adalah 50% maka keadaan perusahaan lebih baik dari

perusahaan lain. Namun kondisi rasio kas terlalu inggi juga kurang

baik karen ada dana yang menganggur atau yang tidak atau belum

digunakan secara optimal. Sebaliknya apabila rasio kas dibawa rata-

rata industri, kondisi perusahaan baik ditinjau dari rasio kas karena
30

untuk membayar kewajiban masih memerlukan waktu untuk menjual

sebagian dari aktiva lancar lainnya.


𝐾𝑎𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑆𝑒𝑡𝑎𝑟𝑎 𝐾𝑎𝑠
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐾𝑎𝑠 =
𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

d. Rasio Perputaran Kas

Menurut James O. Gill, rasio perpuataran kas (cash turn over)

berfungsi untuk mengukur tingkat kecukupan modal kerja perusahaan

yang di butuhkan untuk membayar tagihan dan membiayai penjualan.

Artinya rasio ini di gunakan untuk mengukur tingkat ketersediaan kas

untuk membayar tagihan (utang) dan biaya-biaya yang berkaitan

dengan penjualan.

Menurut Kasmir (2017:141), jika rata-rata industri perputaran

kas adalah 10%, apabila rasio perputaran kas tinggi, ini berarti, kitidak

mampuan peruahaan dalam mebayar tagohannya. Sedangkan apabila

rasio perputaran kas, rendah, dapat diartikan kas yang tertanam pada

aktiva yang sulit dicairkan dalam waktu singkat sehingga perusahaan

harus bekerja keras dengan kas yang lebih sedikit.

Rasio Perputaran Kas = (Penjualan bersih)/(modal kerja bersih)

2. Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio)

Menurut Sutrisno (2011:15), “Rasio Solvabilitas adalah rasio-rasio

untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua

kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi.”

Menurut Harahap (2009:306), rasio solvabilitas merupakan rasio

yang mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh kewajiban atau


31

pihak luar dengan kemampuan perusahaan yang digambarkan oleh ekuitas.

Setiap penggunaan utang oleh perusahaan akan berpengaruh terhadap

rasio dan pengembalian. Rasio ini dapat digunakan untuk melihat seberapa

resiko keuangan perusahaan.

Menurut Kasmir (2013:151), rasio solvabilitas merupakan rasio

yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai

dengan hutang. Artinya, berapa besar beban utang yang ditanggung

perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luar dikatakan

bahwa rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk

membayar seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka

panjang apabila perusahaan dibubarkan (dilikuidasi).

Jenis-jenis rasio solvabilitas yang dapat digunakan perusahaan

untuk mengukur kemampuan yaitu:

a. Total Utang Dibandingkan Dengan Total Aktiva (Total Debt to Assets

Ratio).

Rasio ini merupakan rasio utang yang digunakan untuk

mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva.

Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh

utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap

pengelolaan aktiva.

Semakin tinggi rasio ini maka pendanaan dengan utang

semakin banyak. Maka semakin sulit bagi perusahaan untuk

memperoleh tambahan pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan


32

tidak mampu menutupi utang-utangnya dengan aktiva yang

dimilikinya. Sebaliknya semakin rendah rasio ini maka semakin kecil

perusahaan dibiayai utang.

Menurut Kasmir (2017:157), jika rata-rata industri 35%, debt

to asset ratio peruahan masih dibawa rata-rata industri sehingga akan

sulit bagi perusahaan untuk memperoleh pinjaman. Kondisi tersebut

juga menunjukkan perusahaan dibiayai hampir separuhnya hutang,

jika peruahaan bermaksud menambah utang, perusahan perlu

menambah dulu ekuitasnya. Secara teorotis, apabila perusahaan

dilikuditasi masih mampu menutupi utangnya dengan aktiva yang

dimiliki.
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑏𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛 𝐷𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎

b. Total Utang Dibandingkan dengan Total Ekuitas (Total Debt to Equity

Ratio).

Rasio ini merupakan rasio yang digunakan menilai utang

dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara

seluruh utang termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini

digunakan untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan kreditor

dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain rasio ini berfungsi untuk

mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk

pinjaman utang.

Menurut Kasmir (2017:158), jika rata-rata industri untuk debt

to equity ratio sebesar 80%, bagi Bank (Kreditor), semakin beesar


33

rasio ini, akan semakin tidak menguntungkan karena akan semakin

resiko yang ditanggung atas kegagalan yang mungkin akan terjadi

diperusahaan. Namun, bagi perusahaan justru semakin besar rasio

akan semakin baik. Sebaliknya dengan rasio yang rendah, semakin

tinggi tingkat pendaan yang disediakn pemilik dan semakin besar

batas pengaman bagi peminjam jika terjadi kerugian atau penyusutan

terhadap aktiva. Rasio ini juga memberikan petunjuk umum tentang

kelayakan dan rasio keuangan perusahan.

Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap

rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang.


𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑏𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛 𝐷𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 =
𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠

c. Hutang Jangka Panjang Terhadap Modal (Long Term Debt to Equity


Ratio)
LTDRtER merupakan rasio antara utang jangka panjang
dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa
bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang di jadikan jaminan utang
jangka panjang dengan cara membandingkan antara utang jangka
panjang dengan modal sendiri yang di sediakan oleh perusahaan.
Menurut Kasmir (2017:162), dengan rata industri 10 kali,
untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang
dijadikan jaminan utang jangka panjang dengan cara membandingkan
antara utang jangka panjang dngan modal sendiri yang disediakan
oleh perushann.

𝐿𝑜𝑛𝑔 𝑇𝑒𝑟𝑚 𝐷𝑒𝑏𝑡


LTDRtER = 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦
34

3. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)

Bagi perusahaan umumnya mempunyai tujuan paling utama adalah

mendapatkan keuntungan yang optimal. Meskipun demikian masalah

profitabilitas adalah lebih penting dari pada masalah laba, karena laba yang

besar saja belumlah merupakan ukuran bagi perusahaan tersebut telah

bekerja dengan efisien. Efisien baru dapat diketahui dengan

membandingkan laba usaha perusahaan tersebut atau dengan kata lain

adalah menghitung profitabilitasnya.

Menurut Sutrisno (2011:222), “Profitabilitas adalah hasil dari

kebijaksanaan yang diambil oleh manajemen. Rasiokeuntungan untuk

mengukur seberapa besar tingkatkeuntungan menunjukkan semakin baik

manajemen dalammengelola perusahaan. Sedangkan Menurut Husnan dan

Pujiastuty (2002:73), “Rasio Profitabilitas yang mengukur efisiensi

penggunaan aktivaperusahaan atau mungkin sekelompok aktiva

perusahaan.” Dan Menurut Munawir (2007:240), “menjelaskan pula

bahwaProfitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk

menilaikemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan.”

Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa profitabilitas

suatu perusahaan merupakan pencerminan kemampuan modal perusahaan

untuk mendapatkan keuntungan. Oleh karena, profitabilitas

merupakanpencerminan efisiensi suatu perusahaan di dalam menggunakan

modalkerja, maka cara menggunakan tingkat profitabilitas untuk

ukuranefisiensi suatu perusahaan merupakan cara yang baik.


35

a. Margin Keuntungan Atas Penjualan (Profil Margin on Sales)

Profil Margin on Sales atau Ratio Profit Margin tau margin

laba atas penjualan merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk

mengukur margin laba atas penjualan. Cara pengukran rasio ini adalah

dengan membandigkan laba bersih setelah pajak dengan penjualan

bersih setelah pajak dengan penjualan bersih. Rasio ini juga dikenal

dengan nama profit margin.

Menurut Kasmir (2017:200), dengan rata-rata industri 30%

untuk melihat kengkinan meningkatnya biaya tidak langsu yang relatif

tinggi terhadap penjualan, atau mungkin juga karena beban pajak yang

juga tinggi untuk periode tersebut.


𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ−𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑜𝑘𝑜𝑘 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
Margin Laba atas Penjualan =
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛

b. Hasil Pengembalian Investasi (Return On Investment/ROI)

ROI merupakan rasio yang menunjukkan hasil (return) atas

jumlah aktiva yang digunakan dalam perusahaan. Jugamerupakan

suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola

investasinya.

Menurut Kasmir (2017:203), jika rata-rata industri adalah

30%, berarti hasil pengembalian investasi menunjukkan produktivitas

dari seluruh dana perusahaan, baik modal pinjaman maupun modl

sendiri. Semakin kecil rasio ini, semakin kurang baik, demikian

sebaliknya. Artinya rasio ini digunakan untuk mengukur efektifitas

dari seluruh operasi perusahaan.


36

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘


𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑚𝑏𝑎𝑙𝑖𝑎𝑛 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡

c. Hasil Pengembalian Ekuitas (Return On Equity/ ROE)

Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur laba bersih

sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini juga menunjukkan

efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini semakin

baik, artinya posisi pemilik perusahaan semakin kuat.

Menurut Kasmir (2017:205), jika rata-rata industri sebesar

40%, hasil pengembalian ekuitas atau retur on equity atau rentabilitas

modal sendiri merupakan rasio untuk mengukur laba bersih sesudah

pajak dengan modal sendiri. Rasio ini menunjukkan efesiensi

penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini, semakin baik.

Artinya posisi pemilik perusahaan semakin kua, demikian pula

sebaliknya.

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘


𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑚𝑏𝑎𝑙𝑖𝑎𝑛 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 =
𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙

C. Hasil Penelitian Yang Relevan

1. Aditya Putra Dewa (2015), dikutip dari jurnal yang berjudul “Analisis Kinerja

Keuangan PT Indofood Sukses Makmur Tbk di Bursa Efek Indonesia ”.

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dikemukakan maka

dapat disimpulkan sebagai berikut: dari hasil perhitungan yang telah dilakukan

dengan menggunakan instrumen analisis yang telah disebutkan di atas bahwa:

(1) rasio likuiditas yang telah diukur dengan menggunakan CR adalah IL


37

Liquid sedangkan QR adalah Liquid; (2) Solvabilitas yang telah diukur dengan

menggunakan DAR dan DER dipecahkan; (3) Kegiatan yang telah diukur

dengan menggunakan RTO dan ITO efisien. Sementara itu, TATO yang tidak

efisien; (4) profitabilitas yang telah diukur dengan menggunakan GPM, NPM,

dan ROA efisien. Sementara itu, ROE tidak efisien.

2. Putri Hidayatul Fajrin (2016), dikutip dari jurnal yang berjudul ”Analisis

Profitabilitas dan Likiditas terhadap Kinerja Keuangan PT. Indofood Sukses

Makmur, Tbk”. Dari hasil perhitungan rasio profitabilitas rata-rata pada net

profit margin,return on asset, gross profit margin menunjukkan bahwa kondisi

perusahaan dalam keadaan baik dan return on equity sebesar menunjukkan

bahwa kondisi perusahaan dalam keadaan kurang baik. Sedangkan perhitungan

rasio likuiditas pada quick ratio, cash ratio menunjukkan bahwa kondisi

perusahaan dalam keadaan baik dan current ratio menunjukkan bahwa kondisi

perusahaan dalam keadaan kurang baik.

3. Michael Agyarana Barus dkk (2017), dikutip dari jurnal yang berjudul

“Penggunaan Rasio Keuangan untuk Mengukur Kinerja Keuangan Persahaan

pada pada PT. Astra Otoparts, Tbk dan PT. Goodyer Indonesia, Tbk yang Go

Public di Bursa Efek Indonesia”. Hasil dari Penelitian ini menunjukkan bahwa

rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio solvabilitas dan rasio profitabilitas periode

2013-2015 menunjukkan kinerja keuangan PT. Astra Otoparts, Tbk lebih baik

dibandingkan dengan PT. Goodyear Indonesia, Tbk.

4. Noor laila (2017) , dikutip dari jurnal yang berjudul “Analisis Laporan

Keuangan Sebagai Alat Untuk Mengevaluasi Kinerja Keuangan Pada PT


38

Wijaya Karya (Persero) Tbk dan PT Waskita Karya (Persero) Tbk. Hasil dari

Penelitian ini menunjukkan bahwa Hasil penelitian menunjukkan bahwa:

penilaian kinerja keuangan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Badan Usaha

Milik Negara Nomor: KEP-100/MBU/2002 pada PT Wijaya Karya (Persero)

Tbk periode 2013 – 2015 menunjukkan bahwa kinerja keuangan mendapatkan

predikat Baik. Kemudian pada PT Waskita Karya (Persero) Tbk periode 2013-

2015 juga menunjukkan bahwa perusahaan telah melakukan kinerja keuangan

yang baik. Perkembangan kinerja keuangan dari kedua perusahaan BUMN

bidang konstruksi periode 2013 – 2015 secara keseluruhan dengan bertumpu

pada akumulasi bobot penilaian menunjukkan kinerja yang cenderung

mengalami peningkatan.

5. Marsel Pongoh (2013), , dikutip dari jurnal yang berjudul “Analisis Laporan

Keuangan Untuk Menilai Kinerja Keuangan PT Bumi Resources Tbk”. Hasil

dari Penelitian ini menunjukkan bahwa Hasil penelitian menunjukkan bahwa:

Berdasarkan rasio likuiditas secara keseluruhan keadaan perusahaan berada

dalam keadaan baik, meski selama kurun waktu dari tahun 2009-2011

berfluktuasi. Berdasarkan rasio sovabilitas keadaan perusahaan pada posisi

solvable, karena modal perusahaan dalam keadaan cukup untuk menjamin

hutang yang diberikan oleh kreditor. Berdasarkan rasio profitabilitas secara

keseluruhan perusahaan berada dalam posisi yang baik.


39

D. Kerangka Pimikiran

Setiap perusahaan memiliki laporan keuangan yang berfungsi

untukmencatat semua aktivitas perusahaan. Laporan keuangan terdiri atas neraca

danlaporan laba rugi. Laporan keuangan yang telah ada akan dianalisis

untukmengetahui kinerja keuangan suatu perusahaan. Analisis yang dilakukan

dapatberupa analisis rasio keuangan analisis rasio keuangan terdiri atas

beberaparasio misalnya analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio

likuiditas, rasiosolvabilitas, dan rasio profitabilitas.

Dengan analisis laporan keuangan tersebut dapat diketahui

berapakeuntungan yang diperoleh suatu perusahaan dalam periode tertentu

danmengetahui apakah perusahaan meningkat ataupun menurun dan dengan adanya

beberapa perhitungan rasio keuangan yang digunakan akan dapar memeberikan

informasi kepada perusahaan untuk menilai pencapai yang dihasilkan oleh

perusahaan.Selanjutnya perusahaan akan mengambillangkah-langkah yangsesuai

untuk keperluan perusahaan nantinya untukkelangsungan perusahaan.


40

KINERJA KEUANGAN

Laporan keuangan

Laba/rugi Neraca

Analisis Rasio Keuangan

1. Rasio likuiditas
2. Rasio solvabilitas
3. Rasio profitabilitas

Sumber: Peneliti 2018


41

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah laporan keuangan CV. Bintang

Cemerlang Kota Kendari untuk periode tahun 2012 samapai 2016.Lokasi

penelitian ini ditentukan secara sengaja (purposive) berdasarkan

pertimbangan bahwa CV. Bintang Cemerlang merupakan distributor pupuk

tanaman di kota Kendari.

B. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua yaitu :

1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari pihak

perusahaan berupa struktur organisasi CV serta data laporan keuangan.

2. Data Sekunder, yaitu data yang telah diolah perusahaan yang berbentuk

dokumen dan bahan-bahan tertulis.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :

1. Dokumentasi

Motode pengumpulan data dengan mengumpulkan semua

informasi mengenai objek penelitian. Dokumentasi yang dimaksud adalah

laporan keuangan tahunan CV. Bintang Cemerlang Kendari tahun 2012

sampai dengan 2016. Karena keterbatan data hanya dapat menggunkan

laporam keuangan Neraca danLaporan Laba/Rugi.


42

2. Teknil Observasi

Pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung pda

tempat penelitian sebagai objek untuk mendapatkan keterangan serta

dokumen-dokumen yang diperlukan sekaligus berhubungan dengan

masalah penelitian.

D. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

analisis deskripsi kuantitatif yaitu suatu teknik yang digunakan unuk

menggambarkan kondisi peruahaan yang sebenarnya secara teratur, sistematik,

faktual, dan akurat atau pihak-pihak yang memiliki kepentingan.

E. Metode Analisis Data

Alat analisis data yang digunakan mengukur kinerja keuangan CV.

Bintang Cemerlang Kota Kendari menggunakan pendekatan berupa rasio

keuangan.

1. Rasio likuiditas, menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut:

a. Rasio Lancar (Current Ratio)

𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 = 𝑥 100 %
𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

b. Rasio Cepat (Quick Ratio)

𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟 − 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛


𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐶𝑒𝑝𝑎𝑡 =
𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

c. Rasio Perpuran Kas

𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝑃𝑒𝑟𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 𝐾𝑎𝑠 =
𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ
43

d. Rasio Kas (Cash Ratio)


𝐾𝑎𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑆𝑒𝑡𝑎𝑟𝑎 𝐾𝑎𝑠
𝑅𝑎𝑠𝑖𝑜 𝐾𝑎𝑠 =
𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐿𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

2. Rasio Solvabilitas (Leverage Ratio), menggunakan rumus perhitungan

sebagai berikut:

a. Total Utang Dibandingkan Dengan Total Aktiva (Total Debt to Assets

Ratio).
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑏𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛 𝐷𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 =
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎

b. Total Utang Dibandingkan dengan Total Ekuitas (Total Debtto Equity

Ratio)
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐻𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑏𝑎𝑛𝑑𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛 𝐷𝑒𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 =
𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠

c. Long Term Debt to Ekuitas Ratio (LTDRtER)

𝐿𝑜𝑛𝑔 𝑇𝑒𝑟𝑚 𝐷𝑒𝑏𝑡


LTDRtER = 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠

3. Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio)

a. Profil Margin on Sales


𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ−𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑃𝑜𝑘𝑜𝑘 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
𝑀𝑎𝑟𝑔𝑖𝑛 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛 =
𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛

b. Hasil Pengembalian Investasi (Return On Investment/ROI)

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘


𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑚𝑏𝑎𝑙𝑖𝑎𝑛 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑠𝑡𝑎𝑠𝑖 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡

c. Hasil Pengembalian Ekuitas (Return On Equity/ ROE)

𝐿𝑎𝑏𝑎 𝐵𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘


𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 𝑃𝑒𝑛𝑔𝑒𝑚𝑏𝑎𝑙𝑖𝑎𝑛 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 = 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙
44

F. Kereteria Alat Analisis Data

a. Rasio Likuiditas

Curren ratio > 200 % Baik


< 200% Kurang Baik
Quick ratio >1,5 kali Baik
<1,5 kali Kurang Baik
Cash ratio >50% Baik
<50% Kurang Baik
Cash turn over >10% Baik
<10% Kurang Baik
(Kasmir, 2008:143)

b. Rasio Solvabilitas

Debt asset ratio >35 % Baik


<35% Kurang Baik
Debt to equity ratio >80 % Baik
<80% Kurang Baik
Long term debt to >10 kali Baik
<10 kali Kurang Baik
Equity intrest earned >10 kali Baik
<10 kali Kurang Baik
Fixed charge coverage >10 kali Baik
<10 kali Kurang Baik
(Kasmir,2008:187)

c. Rasio Profitabilitas

Net profit margin >20 % Baik


<20% Kurang Baik
Return on invesment >30% Baik
<30% Kurang Baik
Retur on equity >40% Baik
<40% Kurang Baik
(Kasmir,2008:208)
45

G. Definisi Operasional

Adapun yang menjadi definisi operasional yang digunakan dalam

penelitian ini, yaitu:

1. Kinerja Keuangan, adalah kemampuan kerja kauangan CV. Bintang

Cemerlang Kota Kendari yang diukur dengan Indikator rasio likuiditas,

solvabilitas dan rasio rentabilitas.

2. Rasio Likuiditas, adalah yang digunakan untuk mengukur sberapa

likuidnya suatu entitas dengan membandingkan seluruh komponen yang

ada di aktiva lancar dengan komponen di pasiva lancar.

3. Rasio Solvabilitas, adalah rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh

mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang dengan membandingkan

uyang dengan aktiva ataupun modal kerja.

4. Rasio Profitabilitas, adalah rasio untuk menilai kemampuan perusahaan

dalam mencari keuntungan.


46

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Singkat

Sejarah CV. Bintang Cemerlang Kendari merupakan salah satu

perusahaan yang bergerak dibidang penjualan pupuk tanaman yang didirikan

pada tanggal 28 Juli 2004 oleh Bapak Baharuddin T yang secara langsung di

pimpin oleh beliau, dengan jumlah karyawan sebanyak 9 orang yang dibagi-

bagi sesuai bidangnya dibidang keuangan, pemasaran, gudang dan para sales.

Jam kerja berlaku di perusahan CV. Bintang Cemerlang Kendari adalah

9 jam perhari untuk karyawan yang berada diperusahaan dan karyawan yang

keluar kota jam kerja yang sama 9 jam, dima karyawan sudah mulai bekerja

pada pukul 08:00 – 17.00 tetapi mereka 5 hari kerja berada diluar kota, hari

kerja yang diberlakukan untuk karyawan berada dikantor 6 hari kerja dan dan

yang berada diluar kota 5 hari kerja. Kondisi tersebut masih tetap bertahan saat

penelitian ini dilakukan.

B. Struktur Organisasi

Setiap perusahan baik itu perusahan besar ataupun kecil mempunyai

struktur organisasi. Namun struktur organisasi masing-masing perusahaan

disesuaikan dengan kondisi dan fungsi kegiatan-kegiatan perusahaan yang

bersangkutan.

Struktur organisasi bertujuan untuk memnunjukkan batas antar

wewenang dan tanggung jawab yang harus dilakukan oleh setiap orang anggota

organisasi. Dengan memakai struktur organisasi tersebut maka tugas dan


47

tanggungjawab serta wewenang lebih jelas maka akan membingungkan pihak

pelaksanaan dalam operasi yang pada akhirnya mengakibatkan perusahan tidak

berjalan sebagaimana mestinya. Struktur organisasi dipengaruhi oleh situasi

serta kondisi serta luasnya operasi perusahaan.

Secara garis besar struktur organisasi perusahaan CV. Bintang

Cemerlang Kendari terdiri dari Direktur, pimpinan bagian ada tiga bagian

gudaang, bagian pemasar, dan bagian administrasi keuangan. Untuk lebih

jelasnya struktur organisasi perusahaan CV. Bintang Cemerlang Kendari dapat

dilihat pada skem berikut:

STRUKTUR ORGANISASI

CV. BINTANG CEMERLANG KENDARI

Direktur

Bagian Bagian Bagian

Keuangan Pemasaran Gudang

Sales Sales Sales

Sumber : CV. Bintang Cemerlang Kendari


48

Adapun tugas dan tanggung jawab masing-masing bagian yang ada pada

struktu dijelaskan sebagai berikut:

a. Direktur

Adapun tugas dan tanggung jawab dari Direktur adalah :

1. Menentukan kebijakan tertinggi perusahaan.

2. Bertanggung jawab terhadap keuntungan dan kerugian perusahaan.

3. Mengangkat dan memberhentikan karyawan perusahaan.

4. Memelihara dan mengawasi kekayaan peseroaan terbatas.

5. Bertanggung jawab dalam memimpin dan membina perusahaan secara

efektif dan efesien.

6. Menyusun dan melaksanakan kebijakan umum pabrik sesuai dengan

kebijakan RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham).

7. Menetapkan besarnya deviden perusahaan.

b. Bagian Keuangan

Adapun tugas dan wewenang bagian Keuangan adalah :

1. Melakukan pengaturan administrasi keuangan perusahaan.

2. enyusun dan membuat laporan keuangan perusahaan.

3. Menyusun dan membuat laporan perpajakan perusahaan.

4. Menyusun dan membuat anggaran pengeluaran perusahaan secara

periodik (bulanan atau tahunan).

5. Menyusun dan membuat anggaran pendapatan perusahaan secara

periodik (bulanan atau tahunan).

6. Melakukan pembayaran gaji karyawan.


49

7. Menyusun dan membuat surat-surat yang berhubungan dengan

perbankan dan kemampuan keuangan perusahaan

c. Bagian Pemasaran

Adapun tugas dan wewenang bagian Pemasaran adalah :

1. Bertanggung jawab terhadap perencanaan dan strategi pemasaran yang

telah dirumuskan.

2. Bersedia bertanggung jawab memastikan segala kinerja di departemen

pemasaran berjalan efektif dan efisien.

3. Membangun interaksi yang baik dengan pelanggan.

4. Memahami dan bertanggung jawab atas hasil kerja di divisi operasional

pemasaran.

5. Menjaga komitmen dan konsistensi terhadap pemberlakuakn aturan

atau SOP kemudian melakukan analisa efisiensi pada SOP tersebut.

6. Mengkontrol kedisiplinan pada kinerja departemen pemasaran

berdasarkan aturan yang berlaku

7. Menetapkan kebijakan mengenai seluruh aktivitas pemasaran.

8. Merumuskan dan menteapkan harga jual produk baik ditingkat

distributor maupun konsumen akhir.

9. Sanggup untuk tidak menerima pesanan/permintaan konsumen pada

keadaan tertentu.

d. Bagian Gudang

Adapun tugas dan wewenang bagian Gudang adalah :

1. Membuat perencanaan pengadaan barang dan distribusinya.


50

2. Mengawasi dan mengontrol operasional gudang.

3. Menjadi pemimpin bagi semua staff gudang.

4. Mengawasi dan mengontrol semua barang yang masuk dan keluar

sesuai dengan SOP.

5. Melakukan pengecekan pada barang yang diterima sesuai SOP.

6. Membuat perencanaan, pengawasan dan laporan pergudangan.

7. Memastikan ketersediaan barang sesuai dengan kebutuhan.

8. Mengawasi pekerjaan staff gudang lainnya agar sesuai dengan standar

kerja.

9. Memastikan aktivitas keluar masuk barang berjalan lancar.

e. Sales

Adapun tugas dan wewenang Sales adalah :

1. Melaksanakan kegiatan penjualan melalui telepon terhadap target

konsumen (perusahaan-perusahaan perdagangan dan industri, kantor-

kantor pemerintah, asosiasi perkumpulan keagamaan, olahraga, sosial,

konsulat) secara sistematik, serta melengkapi laporan kegiatan untuk

setiap hubungan yang dilakukan.

2. Memelihara semua hasil analisis penjualan yang telah dibuat.

3. Atas persetujuan pimpinan, dalam melaksanakan kerjasama dengan

perwakilan perusahaan lain dalam memperoleh peluang usaha,

melakukan penjualan bersama, mendiskusikan strategi dan sebagainya.

4. Melakukan tindak lanjut pelayanan, untuk memberikan kepuasan

kepada konsumen.
51

5. Melakukan tindak lanjut setiap kegiatan yang dilakukan untuk

memperoleh peluang usaha pada saat mendatang.

6. Menghubungi humas setiap saat dan memberikan bantuan apabila

diperlukan, misalnya dalam memberikan hadiah-hadiah promosi

kepada para pelanggan.

7. Melaksanankan kegiatan pemasaran lainnya sesuai dengan tugas yang

diberikan oleh manajer penjualan.

C. Visi Dan Misi CV. Bintang Cemerlang Kendari

a. Visi

Mewujudkan perusahaan yang menyediakan pupuk dan racun

tanaman terbaik dan dapat beertahan dalam pasar persaingan.

b. Misi

1. Meberikan kepuasan terhadap konsumen

2. Melakukan perdagangan umum dan khusus

3. Menyediakan barang-barang berkualitas dan yang dibutuhkan

konsumen

4. Menjalin kemitraan dengan layanan yang terintegeritasi dengan

memanfaatkan jaringan dan sistem teknologi informasi yang handal

5. Meningkatkan kesejahteraan pegawai melalui produktivitas


52

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Analisis Rasio Likuiditas

Pendekatan likuiditas ini dimaksud untuk mengukur kemampuan CV.

Bintang Cemerlang Kendari dalam memenuhi kewajiban hutang-hutang

jangka pendek dengan menggunakan aktiva lancarnya. Rasio yang rendah akan

menunjukkan terjadinya masalah likuiditas dalam sebuah perusahaan, namaun

sebaliknya jika rasio terlalu tinggi maka akan menunjukkan banyaknya dana

yang menganggur yang akhirnya akan mengurangi profitabilitas suatu

perusahaan. Dengan menggunakan data laporan keuangan (lampiran 1) dapat

dhitung likuiditas CV. Bintang Cemerlang Kendari dengan rasio yang akan

dianalisis yaitu, rasio lancar (current ratio), rasio cepat (quick ratio), rasio

perputaran kas, rasio kas (cash ratio), untuk priode 2012-2016.

a. Rasio Lancar (Current Ratio)

Rasio lancar hasil pengukuran rasio, apabila rasio lancar rendah,

dapat dikatakan bahwa perusahaan kurang modal untuk membayar utang.

Namun, apabila hasil pengukuran rasio tinggi, belum tentu kondisi

perusahaan sedang baik. Hal ini dapat saja terjadi karena kas tidak

digunakan sebaik mumgkin. Untuk mengatakan suatu kondisi perusahaan

baik atau tidaknya, ada suatu st ada suatu standar rasio yang digunakan,

misalnya rata-rata industri untuk usaha yang sejenis atau dapat pula

digunakan target yang telah ditetapkan perusahaan biasanya ditetapkan

berdasarkan rata-rata industri untuk yang sejenis.


53

Berdasarkan hal tersebut maka dengan menggunkan data laporan

keuangan (lihat lampiran), dapat dihitung rasio lancar (Current ratio) CV.

Bintang Cemerlang Kendari. Lebih jelasnya ditampilkan melalui tabel

berikut:

Tabel 2
Rasio Lancar (Current Ratio) CV. Bintang Cemerlang Kendari
Tahun 2012-2016
Hutang Current
No Tahun Aktiva lancar Lancar Ratio Perkembangan
(Rp) (Rp) (%) (%)
1 2 3 4 5=3:4 6
1 2012 332155918 645980663 0,51
2 2013 352590467 562800433 0,63 0,11
3 2014 375376619 797189092 0,47 -0,16
4 2015 411525597 826801149 0,50 0,03
5 2016 427174509 741188693 0,58 0,08
Rata-rata 0,54 0,02
Sumber : Data Diolah

Data tabel 2 diatas menunjukkan bahwa Rasio Lancar CV. Bintang

Cemerlang Kendari rata-rata sebesar 0,54 %. Ini berarti bahwa setiap satu

rupiah utang lancar dijamin oleh Rp. 0,54 harta lancar dengan rata-rata

perkembangan selama lima tahun sebesar 0,02 %. Dalam hal ini CV.

Bintang Cemerlang Kendari tidak mempunyai harta yang cukup untuk

membayar kewajiban-keajiban jangka pendeknya.

Jika rata-rata industri untuk rasio lancar adalah 200% (2:1) keadaan

perusahaan untuk tahun 2012-2016 berada dalam kondisi Illikuid memelihat

dari data tabel diatas keadaan perusahaan masih dibawah rata-rata industri.

Pada tahun tahun 2012 sebesar 0,51 % yang berarti setiap Rp. 1

hutang lancar yang dimili CV. Bintang Cemerlang Kendari dapat dijamin
54

aktiva lancar sebesar Rp. 0,51. Pada tabel 2 jumlah hutang lancar lebih besar

dibandingkan dengan aktiva lancar. Dalam hal ini CV. Bintang Cemerlang

Kendari tidak mempunyai harta yang cukup untuk membayar kewajiban-

kewajiban jangka pendeknya. Kinerja keuangan keuangan yang dapat

dicapai berdasarkan tersebut menunjukkan bahwa aktiva lancar yang

dimilki CV. Bintang Cemerlang Kendari menunjukkan kreteria yang kurang

baik falam memenuhi kewajiban-kewajiban lancarnya atau disebut juga

dalam keadaan illikuid. Dengan demikian CV. Bintang Cemerlang Kendari

pada tahun 2012 berdasarkan rasio likuiditas yaitu current ratio berada pada

kategori kurang baik atau illikuid.

Pada tahun tahun 2013 sebesar 0,63 % yang berarti setiap Rp. 1

hutang lancar yang dimili CV. Bintang Cemerlang Kendari dapat dijamin

aktiva lancar sebesar Rp. 0,63 mengalami peningkatan perkembangan

sebesar 0,11 % dari tahun 2012, perkembangan ini disebabkan karena

adanya peningkatan hutang lancar. Pada tabel 2 jumlah hutang lancar lebih

besar dibandingkan dengan aktiva lancar. Dalam hal ini CV. Bintang

Cemerlang Kendari tidak mempunyai harta yang cukup untuk membayar

kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Kinerja keuangan keuangan yang

dapat dicapai berdasarkan tersebut menunjukkan bahwa aktiva lancar yang

dimilki CV. Bintang Cemerlang Kendari menunjukkan kreteria yang kurang

baik falam memenuhi kewajiban-kewajiban lancarnya atau disebut juga

dalam keadaan illikuid. Dengan demikian CV. Bintang Cemerlang Kendari


55

pada tahun 2013 berdasarkan rasio likuiditas yaitu current ratio berada pada

kategori kurang baik atau illikuid.

Pada tahun tahun 2014 sebesar 0,47 % yang berarti setiap Rp. 1

hutang lancar yang dimili CV. Bintang Cemerlang Kendari dapat dijamin

aktiva lancar sebesar Rp. 0,47 mengalami penurunan perkembangan sebesar

-0,16 % dari tahun 2013, perkembangan ini disebabkan karena adanya

peningkatan hutang lancar. Pada tabel 2 jumlah hutang lancar lebih besar

dibandingkan dengan aktiva lancar. Dalam hal ini CV. Bintang Cemerlang

Kendari tidak mempunyai harta yang cukup untuk membayar kewajiban-

kewajiban jangka pendeknya. Kinerja keuangan keuangan yang dapat

dicapai berdasarkan tersebutmenunjukkan bahwa aktiva lancar yang dimilki

CV. Bintang Cemerlang Kendari menunjukkan kreteria yang kurang baik

falam memenuhi kewajiban-kewajiban lancarnya atau disebut juga dalam

keadaan illikuid. Dengan demikian CV. Bintang Cemerlang Kendari pada

tahun 2014 berdasarkan rasio likuiditas yaitu current ratio berada pada

kategori kurang baik atau illikuid.

Pada tahun tahun 2015 sebesar 0,50 % yang berarti setiap Rp. 1

hutang lancar yang dimili CV. Bintang Cemerlang Kendari dapat dijamin

aktiva lancar sebesar Rp. 0,50 mengalami peningkatan perkembangan

sebesar 0,03 % dari tahun 2014, perkembangan ini disebabkan karena

adanya peningkatan hutang lancar. Pada tabel 2 jumlah hutang lancar lebih

besar dibandingkan dengan aktiva lancar. Dalam hal ini CV. Bintang

Cemerlang Kendari tidak mempunyai harta yang cukup untuk membayar


56

kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Kinerja keuangan keuangan yang

dapat dicapai berdasarkan tersebut menunjukkan bahwa aktiva lancar yang

dimilki CV. Bintang Cemerlang Kendari menunjukkan kreteria yang kurang

baik falam memenuhi kewajiban-kewajiban lancarnya atau disebut juga

dalam keadaan illikuid. Dengan demikian CV. Bintang Cemerlang Kendari

pada tahun 2015 berdasarkan rasio likuiditas yaitu current ratio berada pada

kategori kurang baik atau illikuid.

Pada tahun tahun 2016 sebesar 0,58 % yang berarti setiap Rp. 1

hutang lancar yang dimili CV. Bintang Cemerlang Kendari dapat dijamin

aktiva lancar sebesar Rp. 0,58 mengalami peningkatan perkembangan

sebesar 0,08 % dari tahun 2015, perkembangan ini disebabkan karena

adanya peningkatan hutang lancar. Pada tabel 2 jumlah hutang lancar lebih

besar dibandingkan dengan aktiva lancar. Dalam hal ini CV. Bintang

Cemerlang Kendari tidak mempunyai harta yang cukup untuk membayar

kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Kinerja keuangan keuangan yang

dapat dicapai berdasarkan tersebut menunjukkan bahwa aktiva lancar yang

dimilki CV. Bintang Cemerlang Kendari menunjukkan kreteria yang kurang

baik falam memenuhi kewajiban-kewajiban lancarnya atau disebut juga

dalam keadaan illikuid. Dengan demikian CV. Bintang Cemerlang Kendari

pada tahun 2016 berdasarkan rasio likuiditas yaitu current ratio berada pada

kategori kurang baik atau illikuid.


57

b. Rasio Cepat (Quick Ratio)

Rasio cepat (Quick Ratio) merupakan rasio yang menunjukkan

kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban atau

utang lancar (utang jangka pendek) dengan aktiva lancar tanpa

memperhitungkan nilai sediaan (inventory). Artinya nilai sediaan kita

abaikan, dengan cara dikurangi dari nilai total aktiva lancar. Hal ini

dilakukan karena sediaan dianggap memerlukan waktu relatif lebih lama

untuk diluangkan, apabila perusahaan membutuhkan dana cepat untuk

membayar kewajibannya dibandingkan dengan aktiva lancar. Untuk

mencari rasio cepat, diukur dari total aktiva lancar, kemudian dikurangi

dengan nilai sediaan.

Berdasarkan hal tersebut maka dengan menggunkan data laporan

keuangan (lihat lampiran), dapat dihitung rasio cepat CV. Bintang

Cemerlang Kendari. Lebih jelasnya ditampilkan melalui tabel berikut:

Tabel 3
Rasio Cepat (Quick Ratio) CV. Bintang Cemerlang Kendari
Tahun 2012-2016
Aktiva
Lancar – Hutang Quick
No Tahun Persedian Lancar Ratio Perkembangan
(Rp) (Rp) (%) (%)
1 2 3 4 5= 3 : 4 6
1 2012 283359485 645980663 0,44
2 2013 323934034 562800433 0,58 0,14
3 2014 356580186 797189092 0,45 -0,13
4 2015 358729164 826801149 0,43 -0,01
5 2016 398378076 741188693 0,54 0,10
Rata-rata 0,49 0,02
Sumber : Data Diolah
58

Data tabel 3 diatas menunjukkan bahwa Rasio Cepat CV. Bintang

Cemerlang Kendari rata sebesar 0,49 % dengan rata-rata perkembangan

0,02%. Ini berarti bahwa setiap satu rupiah utang lancar dijamin oleh Rp.

0,49 harta lancar-persedian.

Jika rata-rata industri untuk rasio cepat adalah 1,5 kali keadaan

perusahaan untuk tahun 2012-2016 berada dalam kondisi illikuid memelihat

dari data tabel diatas keadaan perusahaan masih dibawah rata-rata industri.

Hal ini menyebabkan perusahaan harus menjual sediaannya untuk melunasi

pembayaran utang lancar, padahal menjual sediaan untuk harga normal

relatif sulit, kecuali perusahaan menjual dibawa harga pasar, yang tentunya

bagi perusahaan jelas mnambah kerugian.

Pada tahun tahun 2012 sebesar 0,44 % yang berarti setiap Rp. 1

hutang lancar yang dimili CV. Bintang Cemerlang Kendari dapat dijamin

aktiva lancar sebesar Rp. 0,44. Pada tabel 3 jumlah hutang lancar lebih besar

dibandingkan dengan aktiva lancar-persediaan. Dalam hal ini CV. Bintang

Cemerlang Kendari tidak mempunyai harta yang cukup untuk membayar

kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Kinerja keuangan keuangan yang

dapat dicapai berdasarkan tersebut menunjukkan bahwa aktiva lancar yang

dimilki CV. Bintang Cemerlang Kendari menunjukkan kreteria yang kurang

baik falam memenuhi kewajiban-kewajiban lancarnya atau disebut juga

dalam keadaan illikuid. Dengan demikian CV. Bintang Cemerlang Kendari

pada tahun 2012 berdasarkan rasio likuiditas yaitu current ratio berada pada

kategori kurang baik atau illikuid.


59

Pada tahun tahun 2013 sebesar 0,58 % yang berarti setiap Rp. 1

hutang lancar yang dimili CV. Bintang Cemerlang Kendari dapat dijamin

aktiva lancar sebesar Rp. 0,58 mengalami peningkatan perkembangan

sebesar 0,14 % dari tahun 2012, perkembangan ini disebabkan karena

adanya peningkatan hutang lancar. Pada tabel 2 jumlah hutang lancar lebih

besar dibandingkan dengan aktiva lancar-persediaan. Dalam hal ini CV.

Bintang Cemerlang Kendari tidak mempunyai harta yang cukup untuk

membayar kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Kinerja keuangan

keuangan yang dapat dicapai berdasarkan tersebut menunjukkan bahwa

aktiva lancar yang dimilki CV. Bintang Cemerlang Kendari menunjukkan

kreteria yang kurang baik falam memenuhi kewajiban-kewajiban lancarnya

atau disebut juga dalam keadaan illikuid. Dengan demikian CV. Bintang

Cemerlang Kendari pada tahun 2013 berdasarkan rasio likuiditas yaitu

quick ratio berada pada kategori kurang baik atau illikuid.

Pada tahun tahun 2014 sebesar 0,45 % yang berarti setiap Rp. 1

hutang lancar yang dimili CV. Bintang Cemerlang Kendari dapat dijamin

aktiva lancar sebesar Rp. 0,45 mengalami peningkatan perkembangan

sebesar -0,13 % dari tahun 2013, perkembangan ini disebabkan karena

adanya peningkatan hutang lancar. Pada tabel 2 jumlah hutang lancar lebih

besar dibandingkan dengan aktiva lancar-persediaan. Dalam hal ini CV.

Bintang Cemerlang Kendari tidak mempunyai harta yang cukup untuk

membayar kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Kinerja keuangan

keuangan yang dapat dicapai berdasarkan tersebut menunjukkan bahwa


60

aktiva lancar yang dimilki CV. Bintang Cemerlang Kendari menunjukkan

kreteria yang kurang baik dalam memenuhi kewajiban-kewajiban lancarnya

atau disebut juga dalam keadaan illikuid. Dengan demikian CV. Bintang

Cemerlang Kendari pada tahun 2014 berdasarkan rasio likuiditas yaitu

quick ratio berada pada kategori kurang baik atau illikuid.

Pada tahun tahun 2015 sebesar 0,43 % yang berarti setiap Rp. 1

hutang lancar yang dimili CV. Bintang Cemerlang Kendari dapat dijamin

aktiva lancar sebesar Rp. 0,43 mengalami peningkatan perkembangan

sebesar -0,01 % dari tahun 2014, perkembangan ini disebabkan karena

adanya peningkatan hutang lancar. Pada tabel 2 jumlah hutang lancar lebih

besar dibandingkan dengan aktiva lancar-persediaan. Dalam hal ini CV.

Bintang Cemerlang Kendari tidak mempunyai harta yang cukup untuk

membayar kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Kinerja keuangan

keuangan yang dapat dicapai berdasarkan tersebut menunjukkan bahwa

aktiva lancar yang dimilki CV. Bintang Cemerlang Kendari menunjukkan

kreteria yang kurang baik falam memenuhi kewajiban-kewajiban lancarnya

atau disebut juga dalam keadaan illikuid. Dengan demikian CV. Bintang

Cemerlang Kendari pada tahun 2015 berdasarkan rasio likuiditas yaitu

quick ratio berada pada kategori kurang baik atau illikuid.

Pada tahun tahun 2016 sebesar 0,54 % yang berarti setiap Rp. 1

hutang lancar yang dimili CV. Bintang Cemerlang Kendari dapat dijamin

aktiva lancar sebesar Rp. 0,54 mengalami peningkatan perkembangan

sebesar 0,10 % dari tahun 2015, perkembangan ini disebabkan karena


61

adanya peningkatan hutang lancar. Pada tabel 2 jumlah hutang lancar lebih

besar dibandingkan dengan aktiva lancar-persediaan. Dalam hal ini CV.

Bintang Cemerlang Kendari tidak mempunyai harta yang cukup untuk

membayar kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Kinerja keuangan

keuangan yang dapat dicapai berdasarkan tersebut menunjukkan bahwa

aktiva lancar yang dimilki CV. Bintang Cemerlang Kendari menunjukkan

kreteria yang kurang baik falam memenuhi kewajiban-kewajiban lancarnya

atau disebut juga dalam keadaan illikuid. Dengan demikian CV. Bintang

Cemerlang Kendari pada tahun 2016 berdasarkan rasio likuiditas yaitu

quick ratio berada pada kategori kurang baik atau illikuid.

c. Rasio Perputaran Kas

Rasio Perputaran Kas merupakan rasio yang menunjukkan untuk

mengukur tingkat kecukupan modal kerja perusahaan yang dibutuhkan

untuk membayar tagihan dan membiayai penjualan. Artinya rasio ini

digunakan mengukur tingkat ketersediaan kas untuk membayar tagihan

(utang) dan biaya-biaya yang berkaitan dengan penjualan.

Untuk mecari modal kerja, kurangi aktiva lancar terhadap modal

lancar. Modal kerja dalam pengertian ini dikatakan sebagai modal kerja

bersih yang memilki pperusahaan. Sementara itu, modal kerja kotor atau

modal kerja saja merupakan jumlah dari aktiva lancar.

Hasil prhitingan rasio perputaran kas dapat diartikan apabila rasio

perpuran kas tinggi, ini berarti, ketidak mampuan perusahaan dalam

membayar tagihannya dan sebaliknya apabila rasio perputaran kas rendah,


62

dapat diartikan kas yang tertanam pada aktiva yang sulit dicairkan dalam

waktu singkat sehingga perusahaan harus bekerja keras dengan kas yang

lebihbsedikit.

Berdasarkan hal tersebut maka dengan menggunkan data laporan

keuangan (lihat lampiran), dapat dihitung rasio perputaran kas CV. Bintang

Cemerlang Kendari. Lebih jelasnya ditampilkan melalui tabel berikut:

Tabel 4
Rasio Perputaran Kas CV. Bintang Cemerlang Kendari
Tahun 2012-2016
Modal Rasio
Penjualan Kerja Perputaran
No Tahun Bersih Bersih Kas Perkembangan
(Rp) (Rp) (%) (%)
1 2 3 4 5=3;4 6
1 2012 126387140 313824745 0,40
2 2013 111483777 210209966 0,53 0,13
3 2014 88480363 421812473 0,21 -0,32
4 2015 157920235 415275552 0,38 0,17
5 2016 205205528 314014184 0,65 0,2 7
Rata-rata 0,44 0,06
Sumber : Data Diolah
Dari tabel Dari tabel 4 menunjukkan bahwa rata-rata rasio

perputaran kas CV.Bintang Cemerlang Kendari rata-rat 0,44% dengan rata-

rata perkembangan sebesar 0,06%. Ini berarti bahwa setiap satu rupiah

hutang dijamin modal kerja sebesar RP. 0,44.

Jika rata-rata industri untuk perputaran kas adalah 10 % keadaan

perusahaan kurang baik karena berada dibawah rata-rata industri yang dapat

dilihat disetiap tahunnya 2012-2016 tetap berada pada kondisi yang illiluid.
63

Pada tahun tahun 2012 sebesar 0,40 % yang berarti setiap Rp. 1

hutang lancar yang dimiliki CV. Bintang Cemerlang Kendari dapat dijamin

dijamin modal kerja sebesar Rp. 0,40. Pada tabel 4 jumlah hutang lancar

lebih besar dibandingkan dengan aktiva lancar. Dalam hal ini CV. Bintang

Cemerlang Kendari tidak mempunyai kecukup modal untuk membayar

tagihan dan membiayai penjualan. Kinerja keuangan keuangan yang dapat

dicapai berdasarkan tersebut menunjukkan bahwa penjualan yang dimilki

CV. Bintang Cemerlang Kendari menunjukkan kreteria yang kurang baik

dalam memenuhi kewajiban-kewajiban lancarnya atau disebut juga dalam

keadaan illikuid. Dengan demikian CV. Bintang Cemerlang Kendari pada

tahun 2012 berdasarkan rasio likuiditas yaitu rasio perputaran kas berada

pada kategori kurang baik atau illikuid.

Pada tahun tahun 2013 sebesar 0,53 % yang berarti setiap Rp. 1

hutang lancar yang dimiliki CV. Bintang Cemerlang Kendari dapat dijamin

dijamin modal kerja sebesar Rp. 0,53 mengalami peningkatan

perkembangan sebesar 0,13% dari tahun 2012, perkembangan ini

disebabkan karena adanya penurunan modal kerja. Pada tabel 4 jumlah

modal kerja lebih besar dibandingkan dengan penjualan bersih. Dalam hal

ini CV. Bintang Cemerlang Kendari tidak mempunyai kecukup modal untuk

membayar tagihan dan membiayai penjualan. Kinerja keuangan keuangan

yang dapat dicapai berdasarkan tersebut menunjukkan bahwa penjualan

bersih yang dimilki CV. Bintang Cemerlang Kendari menunjukkan kreteria

yang kurang baik dalam memenuhi kewajiban-kewajiban lancarnya atau


64

disebut juga dalam keadaan illikuid. Dengan demikian CV. Bintang

Cemerlang Kendari pada tahun 2013 berdasarkan rasio likuiditas yaitu rasio

perputaran kas berada pada kategori kurang baik atau illikuid.

Pada tahun tahun 2014 sebesar 0,21 % yang berarti setiap Rp. 1

hutang lancar yang dimiliki CV. Bintang Cemerlang Kendari dapat dijamin

dijamin modal kerja sebesar Rp. 0,21 mengalami peningkatan

perkembangan sebesar -0,32% dari tahun 2013, perkembangan ini

disebabkan karena adanya penurunan modal kerja. Pada tabel 4 jumlah

modal kerja lebih besar dibandingkan dengan penjualan bersih. Dalam hal

ini CV. Bintang Cemerlang Kendari tidak mempunyai kecukup modal untuk

membayar tagihan dan membiayai penjualan. Kinerja keuangan keuangan

yang dapat dicapai berdasarkan tersebut menunjukkan bahwa penjualan

bersih yang dimilki CV. Bintang Cemerlang Kendari menunjukkan kreteria

yang kurang baik dalam memenuhi kewajiban-kewajiban lancarnya atau

disebut juga dalam keadaan illikuid. Dengan demikian CV. Bintang

Cemerlang Kendari pada tahun 2014 berdasarkan rasio likuiditas yaitu rasio

perputaran kas berada pada kategori kurang baik atau illikuid.

Pada tahun tahun 2015 sebesar 0,38 % yang berarti setiap Rp. 1

hutang lancar yang dimiliki CV. Bintang Cemerlang Kendari dapat dijamin

dijamin modal kerja sebesar Rp. 0,38 mengalami peningkatan

perkembangan sebesar 0,17% dari tahun 2014, perkembangan ini

disebabkan karena adanya penurunan modal kerja. Pada tabel 4 jumlah

modal kerja lebih besar dibandingkan dengan penjualan bersih. Dalam hal
65

ini CV. Bintang Cemerlang Kendari tidak mempunyai kecukup modal untuk

membayar tagihan dan membiayai penjualan. Kinerja keuangan keuangan

yang dapat dicapai berdasarkan tersebut menunjukkan bahwa penjualan

bersih yang dimilki CV. Bintang Cemerlang Kendari menunjukkan kreteria

yang kurang baik dalam memenuhi kewajiban-kewajiban lancarnya atau

disebut juga dalam keadaan illikuid. Dengan demikian CV. Bintang

Cemerlang Kendari pada tahun 2015 berdasarkan rasio likuiditas yaitu rasio

perputaran kas berada pada kategori kurang baik atau illikuid.

Pada tahun tahun 2016 sebesar 0,65 % yang berarti setiap Rp. 1

hutang lancar yang dimiliki CssV. Bintang Cemerlang Kendari dapat

dijamin dijamin modal kerja sebesar Rp. 0,65 mengalami peningkatan

perkembangan sebesar 0,27% dari tahun 2015, perkembangan ini

disebabkan karena adanya penurunan modal kerja. Pada tabel 4 jumlah

modal kerja lebih besar dibandingkan dengan penjualan bersih. Dalam hal

ini CV. Bintang Cemerlang Kendari tidak mempunyai kecukup modal untuk

membayar tagihan dan membiayai penjualan. Kinerja keuangan keuangan

yang dapat dicapai berdasarkan tersebut menunjukkan bahwa penjualan

bersih yang dimilki CV. Bintang Cemerlang Kendari menunjukkan kreteria

yang kurang baik dalam memenuhi kewajiban-kewajiban lancarnya atau

disebut juga dalam keadaan illikuid. Dengan demikian CV. Bintang

Cemerlang Kendari pada tahun 2016 berdasarkan rasio likuiditas yaitu rasio

perputaran kas berada pada kategori kurang baik atau illikuid.


66

d. Rasio Kas (Cash Ratio)

Rasio kas merupakan rasio yang mengukur seberapa besar uang kas

yang tersedia untuk membayar utang. Ketrsediaan uang kas dapat

ditunjukan dari tersedianya dana kas atau yang setara dengan kas seperti

rekening giro atau tabungan dibank (yang dapat ditarik setiap saat). Dapat

dikatakan rasio ini menunjukkan kemempuan sesungguhnya bagi

perusahaan untuk membayar utang-utang jangka pendeknya.

Berdasarkan hal tersebut maka dengan menggunkan data laporan

keuangan (lihat lampiran), dapat dihitung rasio kas CV. Bintang Cemerlang

Kendari. Lebih jelasnya ditampilkan melalui tabel berikut:

Tabel 5
Rasio Kas CV. Bintang Cemerlang Kendari
Tahun 2012-2016
Kas Atau Hutang Cash
No Tahun Setra Kas Lancar Ratio Perkembangan
(Rp) (Rp) (%) (%)
1 2 3 4 5=3;4 6
1 2012 189798215 645980663 0,29
2 2013 264415619 562800433 0,47 0,18
3 2014 294496543 797189092 0,37 -0,10
4 2015 309798215 826801149 0,37 0,01
5 2016 309532167 741188693 0,42 0,04
Rata-rata 0,39 0,03
Sumber : Data Diolah
Data tabel 5 diatas menunjukkan bahwa rasio kas CV. Bintang

Cemerlang Kendari rata-rata tahun 2012-2016 sebesar 0,39 % dengan rata-

rata perkembangan sebesar 0,03%. Ini artinya bahwa setiap satu rupiah

hutang lancar dijamin dengan kas sebesar Rp. 0,39.


67

Jika rata-rata industri untuk rasio kas adalah 50 % maka keadaan

perusahaan dalam keadaan illikuid karena untk membayar kewajiban masih

memerlukan waktu untuk menjual sebagian dari aktiva lainnya. Namun,

kondis rasio kas terlalu tinggi juga kurang baik karena ada dana yang

menganggur atau yang tidak atau belum digunakan secarap optimal.

Pada tahun tahun 2012 sebesar 0,29 % yang berarti setiap Rp. 1

hutang lancar yang dimiliki CV. Bintang Cemerlang Kendari dapat dijamin

dijamin modal kerja sebesar Rp. 0,29. Pada tabel 5 jumlah hutang lancar

lebih besar dibandingkan dengan kas atau setara kas. Dalam hal ini CV.

Bintang Cemerlang Kendari tidak mempunyai kecukup kas untuk

membayar kewajibannya. Kinerja keuangan keuangan yang dapat dicapai

berdasarkan tersebut menunjukkan bahwa kas yang dimilki CV. Bintang

Cemerlang Kendari menunjukkan kreteria yang kurang baik dalam

memenuhi kewajiban-kewajiban lancarnya atau disebut juga dalam keadaan

illikuid. Dengan demikian CV. Bintang Cemerlang Kendari pada tahun

2012 berdasarkan rasio likuiditas yaitu rasio kas berada pada kategori

kurang baik atau illikuid.

Pada tahun tahun 2013 sebesar 0,47 % yang berarti setiap Rp. 1

hutang lancar yang dimiliki CV. Bintang Cemerlang Kendari dapat dijamin

dijamin modal kerja sebesar Rp. 0,47 mengalami peningkatan

perkembangan sebesar 0,18% dari tahun 2012, perkembangan ini

disebabkan karena adanya peningkatan kas atau setara kas. Pada tabel 5

jumlah hutang lancar lebih besar dibandingkan dengan kas. Dalam hal ini
68

CV. Bintang Cemerlang Kendari tidak mempunyai kecukup kas untuk

membayar hutang lancar. Kinerja keuangan keuangan yang dapat dicapai

berdasarkan tersebut menunjukkan bahwa kas yang dimilki CV. Bintang

Cemerlang Kendari menunjukkan kreteria yang kurang baik dalam

memenuhi kewajiban-kewajiban lancarnya atau disebut juga dalam keadaan

illikuid. Dengan demikian CV. Bintang Cemerlang Kendari pada tahun

2013 berdasarkan rasio likuiditas yaitu rasio kas berada pada kategori

kurang baik atau illikuid.

Pada tahun tahun 2014 sebesar 0,37 % yang berarti setiap Rp. 1

hutang lancar yang dimiliki CV. Bintang Cemerlang Kendari dapat dijamin

dijamin modal kerja sebesar Rp. 0,37 mengalami peningkatan

perkembangan sebesar -0,10% dari tahun 2013, perkembangan ini

disebabkan karena adanya peningkatan kas atau setara kas. Pada tabel 5

jumlah hutang lancar lebih besar dibandingkan dengan kas. Dalam hal ini

CV. Bintang Cemerlang Kendari tidak mempunyai kecukup kas untuk

membayar hutang lancar. Kinerja keuangan keuangan yang dapat dicapai

berdasarkan tersebut menunjukkan bahwa kas yang dimilki CV. Bintang

Cemerlang Kendari menunjukkan kreteria yang kurang baik dalam

memenuhi kewajiban-kewajiban lancarnya atau disebut juga dalam keadaan

illikuid. Dengan demikian CV. Bintang Cemerlang Kendari pada tahun

2014 berdasarkan rasio likuiditas yaitu rasio kas berada pada kategori

kurang baik atau illikuid.


69

Pada tahun tahun 2015 sebesar 0,37 % yang berarti setiap Rp. 1

hutang lancar yang dimiliki CV. Bintang Cemerlang Kendari dapat dijamin

dijamin kas sebesar Rp. 0,37 mengalami peningkatan perkembangan

sebesar 0,01% dari tahun 2014, perkembangan ini disebabkan karena

adanya peningkatan kas atau setara kas. Pada tabel 5 jumlah hutang lancar

lebih besar dibandingkan dengan kas. Dalam hal ini CV. Bintang Cemerlang

Kendari tidak mempunyai kecukupan kas untuk membayar hutang lancar.

Kinerja keuangan keuangan yang dapat dicapai berdasarkan tersebut

menunjukkan bahwa kas yang dimilki CV. Bintang Cemerlang Kendari

menunjukkan kreteria yang kurang baik dalam memenuhi kewajiban-

kewajiban lancarnya atau disebut juga dalam keadaan illikuid. Dengan

demikian CV. Bintang Cemerlang Kendari pada tahun 2015 berdasarkan

rasio likuiditas yaitu rasio kas berada pada kategori kurang baik atau

illikuid.

Pada tahun tahun 2016 sebesar 0,42 % yang berarti setiap Rp. 1

hutang lancar yang dimiliki CV. Bintang Cemerlang Kendari dapat dijamin

dijamin kas sebesar Rp. 0,42 mengalami peningkatan perkembangan

sebesar 0,04% dari tahun 2015, perkembangan ini disebabkan karena

adanya peningkatan kas atau setara kas. Pada tabel 5 jumlah hutang lancar

lebih besar dibandingkan dengan kas. Dalam hal ini CV. Bintang Cemerlang

Kendari tidak mempunyai kecukupan kas untuk membayar hutang lancar.

Kinerja keuangan keuangan yang dapat dicapai berdasarkan tersebut

menunjukkan bahwa kas yang dimilki CV. Bintang Cemerlang Kendari


70

menunjukkan kreteria yang kurang baik dalam memenuhi kewajiban-

kewajiban lancarnya atau disebut juga dalam keadaan illikuid. Dengan

demikian CV. Bintang Cemerlang Kendari pada tahun 2016 berdasarkan

rasio likuiditas yaitu rasio kas berada pada kategori kurang baik atau

illikuid.

B. Pendekatan Rasio Solvabilitas

rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur

kemampuan CV. Bintang Cemerlang Kendari sejauh mana aktiva perusahaan

dibiayai dengan hutang. Artinya, berapa besar beban utang yang ditanggung

perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Dalam arti luar dikatakan bahwa

rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar

seluruh kewajibannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila

perusahaan dibubarkan. Dengan menggunakan data laporan keuangan

(lampiran 1) dapat dihitung rasio solvabilitas CV. Bintang Cemerlang Kendari

degan rasio yang akan dianalisis yaitu, rasio total utang dibandingkan dengn

total aktiva (total sebt to asset ratio), rasio utang dibandingkan dengan total

ekuitas (total debt ekuitas ratio), rasio hutang jangka panjang terhadap modal

(long term debt ekuitas ratio) untuk periode 2012-2016.

a. Rasio Total Utang Dibandingkan Dengan Total Aktiva ( Total Debt To Asset

Ratio)

Debt ratio merupakan rasio yang mengukur perbandingan antara

total utang dengan total aktiva. Dengn kata lain , seberapa besar aktiva
71

perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan

berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva.

Berdasarkan hal tersebut maka dengan menggunkan data laporan

keuangan (lihat lampiran), dapat dihitung Debt Ratio CV. Bintang

Cemerlang Kendari. Lebih jelasnya ditampilkan melalui tabel berikut:

Tabel 6
Debt to Asset Ratio CV. Bintang Cemerlang Kendari
Tahun 2012-2016
Total
Debt To
Total Asset
No Tahun Hutang Total Aktiva Ratio Perkembangan
(Rp) (Rp) (%) (%)
1 2 3 4 5=3:4 6
1 2012 1553697694 1378212774 1,13

2 2013 2002950746 1435404909 1,40 0,27

3 2014 1610754767 1471434186 1,09 -0,30

4 2015 1666625438 1518285164 1,10 0,00

5 2016 1569347184 1675460421 0,94 -0,16


Rata-Rata 1,13 -0,05
Sumber : Data Diolah
Data tabel 6 diatas menunjukkan bahwa debt to asset ratio CV.

Bintang Cemerlang Kendari rata-rata 1,13 % per tahun selama 2012-2016

dengan rata-rata perkembangan sebesar -0,05%. Artinya Rp. 1 pendanaan

perusahaan sebesar Rp. 1,13 dibiayai dengan utang.

Jika rata-rata industri 35%, debt to asset ratio perusahaan berada

diatas rata-rata industri yang akan meyulitkan bagi perusahaan untuk

memperoleh tambahan pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak


72

mampu menutupi utang-utangnya dengan aktiva yang dimilikinya

dibandingkan denggan standar industri, kondisi perusahaan untuk tahun

2012-2016 dinilai kurang baik atau insolvabel. Artinya perusahaan dibiayai

dengan utang melibihi rata-rata industri.

Pada tahun 2012 sebesar 1,13% yang berarti bahwa setiap Rp. 1

hutang yang dimiliki oleh CV. Bintang Cemerlang Kendari dapat dijamin

dengan aktiva sebesar Rp. 1,13. Rasio ini menunjukkan sejauh mana hutang

dapat ditutupi oleh aktiva. Dalam penelitian ini total hutang lebih tinggi

dibandingkan total aktiva, hal ini membuat aktiva yang dimiliki tidak dapat

menutupi hutang. Kinerja keuangan yang dapat dicapai berdasarkan analisis

tersebut menujukkan bahwa CV. Bintang Cemerlang Kendari kurang baik

atau insolvabel dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya.

Pada tahun 2013 sebesar 1,40% yang berarti bahwa setiap Rp. 1

hutang yang dimiliki oleh CV. Bintang cemerlang Kendari dapat dijamin

dengan aktiva sebesar Rp. 1,40 hal ini menunjukkan peningkatan

perkembangan sebesar 0,27% dari tahun 2012, perkembangan ini

disebabkan karena adanya peningkatan total hutang. Rasio ini menunjukkan

sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva. Dalam penelitian ini total

aktiva perusahaan lebih rendah dibandingkan dengan total hutang, sehingga

membuat hutang tdak dapat ditutupi oleh aktiva. Kinerja keuangan yang

dapat dicapai berdasarkan analisis tersebut menunjukkan bahwa CV.

Bintang Cemerlang Kendari kurang baik atau insolvabel dalam memenuhi

kewajiban-kewajibannya.
73

Pada tahun 2014 sebesar 1,09% yang berarti bahwa setiap Rp. 1

hutang yang dimiliki oleh CV. Bintang cemerlang Kendari dapat dijamin

dengan aktiva sebesar Rp. 1,09 hal ini menunjukkan penurunan

perkembangan sebesar -0,30% dari tahun 2013, perkembangan ini

disebabkan karena adanya peningkatan total hutang. Rasio ini menunjukkan

sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva. Dalam penelitian ini total

aktiva perusahaan lebih rendah dibandingkan dengan total hutang, sehingga

membuat hutang tdak dapat ditutupi oleh aktiva. Kinerja keuangan yang

dapat dicapai berdasarkan analisis tersebut menunjukkan bahwa CV.

Bintang Cemerlang Kendari kurang baik atau insolvabel dalam memenuhi

kewajiban-kewajibannya.

Pada tahun 2015 sebesar 1,10% yang berarti bahwa setiap Rp. 1

hutang yang dimiliki oleh CV. Bintang cemerlang Kendari dapat dijamin

dengan aktiva sebesar Rp. 1,10 hal ini menunjukkan peningkatan

perkembangan sebesar 0,00% dari tahun 2014, perkembangan ini

disebabkan karena adanya peningkatan total hutang. Rasio ini menunjukkan

sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva. Dalam penelitian ini total

aktiva perusahaan lebih rendah dibandingkan dengan total hutang, sehingga

membuat hutang tdak dapat ditutupi oleh aktiva. Kinerja keuangan yang

dapat dicapai berdasarkan analisis tersebut menunjukkan bahwa CV.

Bintang Cemerlang Kendari kurang baik atau insolvabel dalam memenuhi

kewajiban-kewajibannya.
74

Pada tahun 2016 sebesar 1,94% yang berarti bahwa setiap Rp. 1

hutang yang dimiliki oleh CV. Bintang cemerlang Kendari dapat dijamin

dengan aktiva sebesar Rp. 1,94 hal ini menunjukkan penurunan

perkembangan sebesar -0,05% dari tahun 2016, perkembangan ini

disebabkan karena adanya peningkatan total hutang. Rasio ini menunjukkan

sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh aktiva. Dalam penelitian ini total

aktiva perusahaan lebih rendah dibandingkan dengan total hutang, sehingga

membuat hutang tdak dapat ditutupi oleh aktiva. Kinerja keuangan yang

dapat dicapai berdasarkan analisis tersebut menunjukkan bahwa CV.

Bintang Cemerlang Kendari kurang baik atau insolvabel dalam memenuhi

kewajiban-kewajibannya.

b. Rasio Utang Dibanding Dengan Total Ekuitas ( Total Debt Ekuitas Ratio)

Debt to Ekuity/Ekuitas merupakan rasio yang digunakan untuk

menilai utang dengan ekuitas. Rasio ini dicari dengan cara memandingkan

antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio

ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan pinjamn

(kreditor) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata laian, rasio ini berfungsi

untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk

menjamin utang.

Berdasarkan hal tersebut maka dengan menggunkan data laporan

keuangan (lihat lampiran), dapat dihitung Debt to Ekuitas CV. Bintang

Cemerlang Kendari. Lebih jelasnya ditampilkan melalui tabel berikut:


75

Tabel 7
Rasio Debt to Ekuitas CV. Bintang Cemerlang Kendari
Tahun 2012-2016
Total
Det To
Total Equity
No Tahun Hutang Modal Ratio Perkembangan
(Rp) (Rp) (%) (%)
1 2 3 4 5=3:4 6
1553697694 573281222 2,71
1 2012
2002950746 681953706 2,94 0,23
2 2013
1610754767 674245094 2,39 -0,55
3 2014
1666625438 691484015 2,41 0,02
4 2015
1569347184 749230385 2,09 -0,32
5 2016
Rata-rata 2,15 -0,15
Sumber : Data Diolah
Data tabel 7 menunjukkan bahwa debt to ekuitas CV. Bintang

Cemerlang Kendari rata-rata selama tahun 2012-2016 sbesar 2,15 % dengan

rata-rata perkembangan sebesar -0,15%. Ini berarti setiap satu rupiah modal

sendiri mampu memenjamin hutang (hutag lancar + hutang jangka panjang)

sebesar Rp. 2,15.

Jika rata-rata industri 80% perusahaan dianggap kurang baik atau

isolvabel karena berada diatas rata-rata industri untuk tahun 2012-2016.

Pada tahun 2012 sebesar 2,71% yang berarti bahwa setiap Rp. 1

hutang yang dimiliki oleh CV. Bintang Cemerlang Kendari dapat dijamin

dengan modal sebesar Rp. 2,71. Rasio ini menunjukkan sejauh mana hutang

dapat ditutupi oleh modal. Dalam penelitian ini total hutang lebih tinggi

dibandingkan total modal, hal ini membuat modal yang dimiliki tidak dapat

menutupi hutang. Kinerja keuangan yang dapat dicapai berdasarkan analisis


76

tersebut menujukkan bahwa CV. Bintang Cemerlang Kendari kurang baik

atau insolvabel dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya.

Pada tahun 2013 sebesar 2,94% yang berarti bahwa setiap Rp. 1

hutang yang dimiliki oleh CV. Bintang cemerlang Kendari dapat dijamin

dengan aktiva sebesar Rp. 2,94 hal ini menunjukkan peningkatan

perkembangan sebesar 0,23% dari tahun 2012, perkembangan ini

disebabkan karena adanya peningkatan total hutang. Rasio ini menunjukkan

sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh modal. Dalam penelitian ini modal

perusahaan lebih rendah dibandingkan dengan total hutang, sehingga

membuat hutang tdak dapat ditutupi oleh modal. Kinerja keuangan yang

dapat dicapai berdasarkan analisis tersebut menunjukkan bahwa CV.

Bintang Cemerlang Kendari kurang baik atau insolvabel dalam memenuhi

kewajiban-kewajibannya.

Pada tahun 2014 sebesar 2,39% yang berarti bahwa setiap Rp. 1

hutang yang dimiliki oleh CV. Bintang cemerlang Kendari dapat dijamin

dengan aktiva sebesar Rp. 2,39 hal ini menunjukkan penurunan

perkembangan sebesar -0,55% dari tahun 2013, perkembangan ini

disebabkan karena adanya peningkatan total hutang. Rasio ini menunjukkan

sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh modal. Dalam penelitian ini modal

perusahaan lebih rendah dibandingkan dengan total hutang, sehingga

membuat hutang tdak dapat ditutupi oleh modal. Kinerja keuangan yang

dapat dicapai berdasarkan analisis tersebut menunjukkan bahwa CV.


77

Bintang Cemerlang Kendari kurang baik atau insolvabel dalam memenuhi

kewajiban-kewajibannya.

Pada tahun 2015 sebesar 2,41% yang berarti bahwa setiap Rp. 1

hutang yang dimiliki oleh CV. Bintang cemerlang Kendari dapat dijamin

dengan aktiva sebesar Rp. 2,41 hal ini menunjukkan peningkatan

perkembangan sebesar 0,02% dari tahun 2014, perkembangan ini

disebabkan karena adanya peningkatan total hutang. Rasio ini menunjukkan

sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh modal. Dalam penelitian ini modal

perusahaan lebih rendah dibandingkan dengan total hutang, sehingga

membuat hutang tdak dapat ditutupi oleh modal. Kinerja keuangan yang

dapat dicapai berdasarkan analisis tersebut menunjukkan bahwa CV.

Bintang Cemerlang Kendari kurang baik atau insolvabel dalam memenuhi

kewajiban-kewajibannya.

Pada tahun 2016 sebesar 2,09% yang berarti bahwa setiap Rp. 1

hutang yang dimiliki oleh CV. Bintang cemerlang Kendari dapat dijamin

dengan aktiva sebesar Rp. 2,09 hal ini menunjukkan penurunan

perkembangan sebesar 0,32% dari tahun 2015, perkembangan ini

disebabkan karena adanya peningkatan total hutang. Rasio ini menunjukkan

sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh modal. Dalam penelitian ini modal

perusahaan lebih rendah dibandingkan dengan total hutang, sehingga

membuat hutang tdak dapat ditutupi oleh modal. Kinerja keuangan yang

dapat dicapai berdasarkan analisis tersebut menunjukkan bahwa CV.


78

Bintang Cemerlang Kendari kurang baik atau insolvabel dalam memenuhi

kewajiban-kewajibannya.

c. Hutang Jangka Panjang Terhadao Modal (Long Term Debt Ekuitas Ratio)

Long Trem Debt Ekuitas rasio merupakan rasio yang digunakan

untuk menunjukkan berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang

dijadikan jaminan utang jangka panjang dengan cara membandingkan

antara utang jangka panjang dengan modal sendiri yang disediakan oleh

perushaan.

Berdasarkan hal tersebut maka dengan menggunkan data laporan

keuangan (lihat lampiran), dapat dihitung Long Trem Debt to Ekuitas CV.

Bintang Cemerlang Kendari. Lebih jelasnya ditampilkan melalui tabel

berikut:

Tabel 8
Rasio Long Term Debt to Ekuitas CV. Bintang Cemerlang Kendari
Tahun 2012-2016
Total
Tahu Hutang Modal
No n Panjang Sendiri LTDRTeR Perkembangan
(Rp) (Rp) (%) (%)
1 2 3 4 5=3:4 6
1 2012 158950889 573281222 0,28
2 2013 190650770 681953706 0,28 0,00
3 2014 - 674245094 0,00 -0,28
4 2015 - 691484015 0,00 0,00
5 2016 185041344 749230385 0,25 0,25

Rata-rata 0,16 -0,01


Sumber : Data Diolah
79

Data tabel 8 diatas menunjukkan bahwa Long Term Deb to Ekuitas

rata-rata sebesar 0,16% pertahun 2012-2016 dengan rata-rata perkembangan

sebesar -0,01%. Ini berarti setiap satu rupiah modal sendri mempu

menjamin hutang jangka panjang sebebsar Rp. 0,16.

Jika rata-rata industri 10% perusahaan diangggap baik atau

insolvabel karena berada diatas rata-rata industri untuk tahun 2012-2016.

Pada tahun 2012 sebesar 0,28% yang berarti bahwa setiap Rp. 1

hutang yang dimiliki oleh CV. Bintang Cemerlang Kendari tidak dapat

dijamin dengan modal sendiri sebesar Rp. 0,281. Rasio ini menunjukkan

sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh modal. Dalam penelitian ini total

hutang jangka panjang lebih rendah dibandingkan modal sendiri, hal ini

membuat modal sendiri yang dimiliki dapat menutupi hutang. Kinerja

keuangan yang dapat dicapai berdasarkan analisis tersebut menujukkan

bahwa CV. Bintang Cemerlang Kendari baik atau solvabel dalam

memenuhi kewajiban-kewajibannya.

Pada tahun 2013 sebesar 0,28% yang berarti bahwa setiap Rp. 1

hutang jangka panjang yang dimiliki oleh CV. Bintang cemerlang Kendari

dapat dijamin dengan modal sendiri sebesar Rp. 0,28 hal ini menunjukkan

peningkatan perkembangan sebesar 0,00% dari tahun 2012, perkembangan

ini disebabkan karena adanya peningkatan modal sendiri. Rasio ini

menunjukkan sejauh mana hutang jangka panjang dapat ditutupi oleh modal

sendiri. Dalam penelitian ini modal perusahaan lebih tinggi dibandingkan

dengan total hutang jangka panjang, sehingga membuat hutang jangka


80

panjang dapat ditutupi oleh modal sendiri. Kinerja keuangan yang dapat

dicapai berdasarkan analisis p tersebut menunjukkan bahwa CV. Bintang

Cemerlang Kendari baik atau solvabel dalam memenuhi kewajiban-

kewajibannya.

Pada tahun 2014 sebesar 0,00% yang berarti bahwa setiap Rp. 1

hutang jangka panjang yang dimiliki oleh CV. Bintang cemerlang Kendari

dapat dijamin dengan modal sendiri sebesar Rp. 0,00 hal ini menunjukkan

peningkatan perkembangan sebesar -0,28% dari tahun 2013, perkembangan

ini disebabkan karena adanya penurunan modal sendiri. Rasio ini

menunjukkan sejauh mana hutang jangka panjang dapat ditutupi oleh modal

sendiri. Dalam penelitian ini modal perusahaan lebih tinggi dibandingkan

dengan total hutang jangka panjang, sehingga membuat hutang jangka

panjang dapat ditutupi oleh modal sendiri. Kinerja keuangan yang dapat

dicapai berdasarkan analisis tersebut menunjukkan bahwa CV. Bintang

Cemerlang Kendari baik atau solvabel dalam memenuhi kewajiban-

kewajibannya.

Pada tahun 2015 sebesar 0,00% yang berarti bahwa setiap Rp. 1

hutang jangka panjang yang dimiliki oleh CV. Bintang cemerlang Kendari

dapat dijamin dengan modal sendiri sebesar Rp. 0,00 hal ini menunjukkan

peningkatan perkembangan sebesar 0,00% dari tahun 2014, perkembangan

ini disebabkan karena adanya peningkatan modal sendiri. Rasio ini

menunjukkan sejauh mana hutang jangka panjang dapat ditutupi oleh modal

sendiri. Dalam penelitian ini modal perusahaan lebih tinggi dibandingkan


81

dengan total hutang jangka panjang, sehingga membuat hutang jangka

panjang dapat ditutupi oleh modal sendiri. Kinerja keuangan yang dapat

dicapai berdasarkan analisis tersebut menunjukkan bahwa CV. Bintang

Cemerlang Kendari baik atau solvabel dalam memenuhi kewajiban-

kewajibannya.

Pada tahun 2016 sebesar 0,25% yang berarti bahwa setiap Rp. 1

hutang jangka panjang yang dimiliki oleh CV. Bintang cemerlang Kendari

dapat dijamin dengan modal sendiri sebesar Rp. 0,25 hal ini menunjukkan

peningkatan perkembangan sebesar 0,25% dari tahun 2015, perkembangan

ini disebabkan karena adanya peningkatan modal sendiri. Rasio ini

menunjukkan sejauh mana hutang jangka panjang dapat ditutupi oleh modal

sendiri. Dalam penelitian ini modal perusahaan lebih tinggi dibandingkan

dengan total hutang jangka panjang, sehingga membuat hutang jangka

panjang dapat ditutupi oleh modal sendiri. Kinerja keuangan yang dapat

dicapai berdasarkan analisis tersebut menunjukkan bahwa CV. Bintang

Cemerlang Kendari baik atau solvabel dalam memenuhi kewajiban-

kewajibannya.

C. Analisis Rasio Profitabilitas

Rasio Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan

perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memerikan ukuran

tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba

yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya adalah

penggunaan rasioini menunjukkan efesiensi perusahaan.


82

a. Rasio Margin Keuntungan atas Penjualan (Gross Profit Margin On Sales)

Gross Profit Margin merupakan perbandingan antara laba kotor

dengan penjualan atau merupakan kemampuan perusahaan untuk

memperoleh laba kotor dari hasil penjualan yang diperolehnya. Gross Profit

Margin ini dipergunakan untuk mengetahui beapa besar keuntungan kotor

per rupiah penjualan.

Berdasarkan hal tersebut, maka dengan mempergunakan data

laporan keuangan (lihat lampiran), dapat diketahui Gross Profit Margin CV.

Bintang Cemerlang Kendari. L ebih jelasnya ditampilkan memalalui tabel

berikut:

Tabel 9
Rasio Gross Profit Margin CV. Bintang Cemerlang Kendari
Tahun 2012-2016
Pnjualan Profit
Bersih – Margin
No Tahun HPP Penjualan On sales Perkembangan
(Rp) (Rp) (%) (%)
1 2 3 4 5=3:4 6
1 2012 501530016 647064456 0,78
2 2013 483047822 625064876 0,77 0,00
3 2014 453211566 618073556 0,73 -0,04
4 2015 579806906 784064456 0,74 0,01
5 2016 481250250 805765350 0,60 -0,14
0,72 -0,04
Sumber : Data Diolah
Data tabel 9 diatas menunjukkan bahwa Gross Profit Margin CV.

Bintang Cemerlang Kendari rata – rata sebesar 0,72 %. Ini artinya bahwa

setiap satu rupiah penjualan pada tahun 2012 menghasilkan laba bersih

sebesar Rp. 0,78 kemudian ditahun 2013 dan tahun 2014 mengalami

penurunan serta terjadi lagi peningkatan ditahun 2015 dan kemudian


83

mengalami penurunan kembali ditahun 2016 sebsar Rp. 0,60 yang menjadi

penurunan yang sangat turun.

Jika rata industri adalah 20%, Gross Profit Margin CV. Bintang

Cemerlang Kendari tahun 2012-2016 0,72 ini berarti kondisi perusahaan

masih dalam keadaan baik karena berarada diatas rata-rata industri.

Pada tahun 2012 sebesar 0,78% yang berarti bahwa setiap Rp. 1

penjualan yang dimiliki oleh CV. Bintang Cemerlang Kendari dapat

menghasilkan laba bersih sebasar Rp. 0,78. Rasio ini menunjukkan

kemampuan perusahaan dalam memeperoleh laba dari hasil penjualan.

Kinerja keuangan yang dapat dicapai berdasarkan analisis tersebut

menujukkan bahwa CV. Bintang Cemerlang Kendari baik atau profit. Hal

ini disebabkan karena perusahaan mampu memeperoleh laba dari hasil

penjualannya dengan baik.

Pada tahun 2012 sebesar 0,78% yang berarti bahwa setiap Rp. 1

penjualan yang dimiliki oleh CV. Bintang Cemerlang Kendari dapat

menghasilkan laba bersih sebasar Rp. 0,78. Rasio ini menunjukkan

kemampuan perusahaan dalam memeperoleh laba dari hasil penjualan.

Kinerja keuangan yang dapat dicapai berdasarkan analisis tersebut

menujukkan bahwa CV. Bintang Cemerlang Kendari baik atau profit. Hal

ini disebabkan karena perusahaan mampu memeperoleh laba dari hasil

penjualannya dengan baik. Dengan semikian CV. Bintang Cemerlang

Kendari berdasarkan rasio profitabilitas yaitu gross profit margin berada

pada kategori Baik atau Profit.


84

Pada tahun 2013 sebesar 0,77% yang berarti bahwa setiap Rp. 1

penjualan yang dimiliki oleh CV. Bintang Cemerlang Kendari dapat

menghasilkan laba bersih sebasar Rp. 0,77, hal ini menunjukkan penurunan

perkembangan sebanyak 0,00% dari tahun 2012, perkembangan ini

disebabkan karena adanya penurunan pada jumlah laba bersih dan

penurunan jumlah penjualan. Rasio ini menunjukkan kemampuan

perusahaan dalam memeperoleh laba dari hasil penjualan. Kinerja keuangan

yang dapat dicapai berdasarkan analisis tersebut menujukkan bahwa CV.

Bintang Cemerlang Kendari baik atau profit. Hal ini disebabkan karena

perusahaan mampu memeperoleh laba dari hasil penjualannya dengan baik.

Dengan semikian CV. Bintang Cemerlang Kendari berdasarkan rasio

profitabilitas yaitu gross profit margin berada pada kategori Baik atau

Profit.

Pada tahun 2014 sebesar 0,73% yang berarti bahwa setiap Rp. 1

penjualan yang dimiliki oleh CV. Bintang Cemerlang Kendari dapat

menghasilkan laba bersih sebasar Rp. 0,73, hal ini menunjukkan penurunan

perkembangan sebanyak -0,04% dari tahun 2013, perkembangan ini

disebabkan karena adanya penurunan pada jumlah laba bersih dan

penurunan jumlah penjualan. Rasio ini menunjukkan kemampuan

perusahaan dalam memeperoleh laba dari hasil penjualan. Kinerja keuangan

yang dapat dicapai berdasarkan analisis tersebut menujukkan bahwa CV.

Bintang Cemerlang Kendari baik atau profit. Hal ini disebabkan karena

perusahaan mampu memeperoleh laba dari hasil penjualannya dengan baik.


85

Dengan semikian CV. Bintang Cemerlang Kendari berdasarkan rasio

profitabilitas yaitu gross profit margin berada pada kategori Baik atau

Profit.

Pada tahun 2015 sebesar 0,74% yang berarti bahwa setiap Rp. 1

penjualan yang dimiliki oleh CV. Bintang Cemerlang Kendari dapat

menghasilkan laba bersih sebasar Rp. 0,74, hal ini menunjukkan

peningkatan perkembangan sebanyak 0,01% dari tahun 2014,

perkembangan ini disebabkan karena adanya peningkatan pada jumlah laba

bersih dan peningkatan jumlah penjualan. Rasio ini menunjukkan

kemampuan perusahaan dalam memeperoleh laba dari hasil penjualan.

Kinerja keuangan yang dapat dicapai berdasarkan analisis tersebut

menujukkan bahwa CV. Bintang Cemerlang Kendari baik atau profit. Hal

ini disebabkan karena perusahaan mampu memeperoleh laba dari hasil

penjualannya dengan baik. Dengan semikian CV. Bintang Cemerlang

Kendari berdasarkan rasio profitabilitas yaitu gross profit margin berada

pada kategori Baik atau Profit.

Pada tahun 2016 sebesar 0,60% yang berarti bahwa setiap Rp. 1

penjualan yang dimiliki oleh CV. Bintang Cemerlang Kendari dapat

menghasilkan laba bersih sebasar Rp. 0,60, hal ini menunjukkan penurunan

perkembangan sebanyak -0,14% dari tahun 2015, perkembangan ini

disebabkan karena adanya penurunan pada jumlah laba bersih dan

penurunan jumlah penjualan. Rasio ini menunjukkan kemampuan

perusahaan dalam memeperoleh laba dari hasil penjualan. Kinerja keuangan


86

yang dapat dicapai berdasarkan analisis tersebut menujukkan bahwa CV.

Bintang Cemerlang Kendari baik atau profit. Hal ini disebabkan karena

perusahaan mampu memeperoleh laba dari hasil penjualannya dengan baik.

Dengan semikian CV. Bintang Cemerlang Kendari berdasarkan rasio

profitabilitas yaitu gross profit margin berada pada kategori Baik atau

Profit.

b. Rasio Hasil Pengembalian Investasi (Retur On Invesrment/ROI)

Retur On Invesment/ROI merupakan rasio ini digunakan untuk

mengukur tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya.

Hasil pengembalian investasi menunjukkan produktivitas dari seluruh dana

perusahaan, baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Artinya rasio ini

digunakan untuk mengukur efektivitas dari keseluruhan operasi perusahaan.

Berdasarkan hal tersebut maka dengan menggunkan data laporan

keuangan (lihat lampiran), dapat dihitung rasio Retur On Invesment/ROI

CV. Bintang Cemerlang Kendari. Lebih jelasnya ditampilkan melalui tabel

berikut:
87

Tabel 10
Rasio Retur On Invesment/ROI CV. Bintang Cemerlang Kendari
Tahun 2012-2016
Laba setelah
No Tahun pajak Total Asset ROI Perkembangan
(Rp) (Rp) (%) (%)
5=3:
1 2 3 4 4 6
1 2012 126387140 1378212774 0,09
2 2013 111483777 1435404909 0,08 -0,01
3 2014 88480363 1471434186 0,06 -0,02
4 2015 157920235 1518285164 0,10 0,04
5 2016 205205528 1675460421 0,12 0,02
0,09 0,01
Sumber : Data Diolah
Data pada tabel 10 di atas menunjukkan bahwa retur in

invesment/ROI CV. Bintang Cemerlang Kendari rata-rata untuk tahun

2012-2016 sebesar 0,09 % dengan rata-rata perkembangan sebesar 0,01. Ini

berarti bahawa saru rupiah laba dijamin oleh jumlah aktiva sebesar Rp. 0,09

untuk tahun 2012-2016.

Jika rata-rata industri untuk retur on insvesment adalah 30% berati

margin laba peruhaan tahun 2012-2016, masih dibawah rata-rata industri

dalam keadaan kurang baik atau tidak profit yang terpaut jauh dari standar .

Rendahnya rasio ini disebebkan rendahnya margin laba karena rendahnya

perputaran aktiva.

Pada tahun 2012 sebesar 0,09% yang artinya setiap Rp. 1 aktiva yang

diinvestasikan mampu menhasilkan laba bersih sebesar Rp. 0,09. Rasio ini

menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva

yag digunakan. Kinerja keuangan yang dapat dicapai berdasarkan analisis


88

tersebut menunjukkan bahwa CV. Bintang Cemerlang Kendari berada

dalam kategori kurang baik atau tidak profit. Hal ini disebabkan karena

perusahaan tidak mampu menggunakan aktivanya dengan baik sehingga

tidak mampu menghasilkan laba yang maksimal atau denegan kata lain

perusahaan menunjukkan profitabilitas yang kurang baik atau tidak profit.

Dengan demmikian CV. Bintang Cemerlang Kendari pada tahun 2012

berdasarkan rasio profitabilitas yaitu ROI berada pada kategori kurang

baik atau tidak profit.

Pada tahun 2013 sebesar 0,08% yang berarti bahwa setiap Rp. 1

aktiva yang dimiliki oleh CV. Bintang Cemerlang Kendari dapat

menghasilkan laba bersih sebasar Rp. 0,08, hal ini menunjukkan penurunan

perkembangan sebanyak -0,01% dari tahun 2012, perkembangan ini

disebabkan karena adanya penurunan pada jumlah laba bersih dan

peningkatan jumlah aktiva. Rasio ini menunjukkan kemmpuan perusahaan

dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Kinerja keuangan

yang dapat dicapai berdasarkan analisis tersebut menunjukkan bahwa CV.

Bintang Cemerlang Kendari berada dalam kategori kurang baik atau tidak

profit. Hal ini disebabkan karena perusahaan tidak mampu menggunakan

aktivanya dengan baik sehingga menunjukkan profitabilitas yang kurang

baik atau tidak profit. Dengan demikian CV. Bintang Cemerlang pada tahun

2013 berdasarkan rasio profitabilitas yaitu ROI berada pada kategori

kurang baik atau tidak profit.


89

Pada tahun 2014 sebesar 0,06% yang berarti bahwa setiap Rp. 1

aktiva yang dimiliki oleh CV. Bintang Cemerlang Kendari dapat

menghasilkan laba bersih sebasar Rp. 0,06, hal ini menunjukkan penurunan

perkembangan sebanyak -0,02% dari tahun 2013, perkembangan ini

disebabkan karena adanya penurunan pada jumlah laba bersih dan

peningkatan jumlah aktiva. Rasio ini menunjukkan kemmpuan perusahaan

dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Kinerja keuangan

yang dapat dicapai berdasarkan analisis tersebut menunjukkan bahwa CV.

Bintang Cemerlang Kendari berada dalam kategori kurang baik atau tidak

profit. Hal ini disebabkan karena perusahaan tidak mampu menggunakan

aktivanya dengan baik sehingga menunjukkan profitabilitas yang kurang

baik atau tidak profit. Dengan demikian CV. Bintang Cemerlang pada tahun

2014 berdasarkan rasio profitabilitas yaitu ROI berada pada kategori

kurang baik atau tidak profit.

Pada tahun 2015 sebesar 0,10% yang berarti bahwa setiap Rp. 1

aktiva yang dimiliki oleh CV. Bintang Cemerlang Kendari dapat

menghasilkan laba bersih sebasar Rp. 0,10, hal ini menunjukkan

peningkatan perkembangan sebanyak 0,04% dari tahun 2014,

perkembangan ini disebabkan karena adanya peningkatan pada jumlah laba

bersih dan peningkatan jumlah aktiva. Rasio ini menunjukkan kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Kinerja

keuangan yang dapat dicapai berdasarkan analisis tersebut menunjukkan

bahwa CV. Bintang Cemerlang Kendari berada dalam kategori kurang baik
90

atau tidak profit. Hal ini disebabkan karena perusahaan tidak mampu

menggunakan aktivanya dengan baik sehingga menunjukkan profitabilitas

yang kurang baik atau tidak profit. Dengan demikian CV. Bintang

Cemerlang pada tahun 2015 berdasarkan rasio profitabilitas yaitu ROI

berada pada kategori kurang baik atau tidak profit.

Pada tahun 2016 sebesar 0,12% yang berarti bahwa setiap Rp. 1

aktiva yang dimiliki oleh CV. Bintang Cemerlang Kendari dapat

menghasilkan laba bersih sebasar Rp. 0,12, hal ini menunjukkan

peningkatan perkembangan sebanyak 0,02% dari tahun 2014,

perkembangan ini disebabkan karena adanya peningkatan pada jumlah laba

bersih dan peningkatan jumlah aktiva. Rasio ini menunjukkan kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Kinerja

keuangan yang dapat dicapai berdasarkan analisis tersebut menunjukkan

bahwa CV. Bintang Cemerlang Kendari berada dalam kategori kurang baik

atau tidak profit. Hal ini disebabkan karena perusahaan tidak mampu

menggunakan aktivanya dengan baik sehingga menunjukkan profitabilitas

yang kurang baik atau tidak profit. Dengan demikian CV. Bintang

Cemerlang pada tahun 2016 berdasarkan rasio profitabilitas yaitu ROI

berada pada kategori kurang baik atau tidak profit.

c. Rasio Hasil Pengembalian Ekuitas (Retur On Ekuitas/ROE)

Rasio ini digunakan untuk mengukur pengembalian nilai buku

kepada pemilik perusahaan. Rasio ini merupakan suatu rasio tujuan akhir,

ROE mengukur kemampuan perusahaan memperoleh laba bersih dari


91

sejumlah kemampuan perusahaan memperoleh laba bersih dari sejumlah

modal sendiri yang dimiliki perusahaan. Rasio ini juga dipengaruhi oleh

kecilnya hutang perusahaan. Apabila proporsi utang semakin besar maka

rasio ini juga makin besar.

Berdasarkan hal tersebut maka dengan menggunkan data laporan

keuangan (lihat lampiran), dapat dihitung rasio retur on ekuitas/ROE CV.

Bintang Cemerlang Kendari. Lebih jelasnya ditampilkan melalui tabel

berikut:

Tabel 11
Rasio Retur On Ekuitas/ROE CV. Bintang Cemerlang Kendari
Tahun 2012-2016
Laba
Setelah
No Tahun Pajak Total Ekuitas ROE Perkembangan
(Rp) (Rp) (%) (%)
1 2 3 4 5=3:4 6
1 2012 126387140 573281222 0,22
2 2013 111483777 681953706 0,16 -0,06
3 2014 88480363 674245094 0,13 -0,03
4 2015 157920235 691484015 0,23 0,10
5 2016 205205528 749230385 0,27 0,05
Rata-rata 0,20 0,01
Sumber : Data Diolah
Data pada tabel 11 diatas menunjukkan bahwa retur on ekuitas CV.

Bintang Cemerlang Kendari dengan rata-rata sebesar 0,20 % dengan rata-

rata perkembangan sebesar 0,01%. Ini berarti bahwa setiap satu rupiah laba

dijamin modal sebesar Rp. 0,20. Sedangkan perkembangan Retur On

Ekuitas mengalami peningkatan dan penurunan setiap tahun selama tahun

2012-2016.
92

Jika rata-rata industri untuk ROE adalah 40%, berarti kondisi

perusahaan dalam keadaan kurang baik karena dari tahun 2012-2016 berada

dibawa rata-rata industri.

Pada tahun 2012 sebesar 0,22% yang artinya setiap Rp. 1 modal

yang diinvestasikan mampu menhasilkan laba bersih sebesar Rp. 0,22.

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba

dari modal yag digunakan. Kinerja keuangan yang dapat dicapai

berdasarkan analisis tersebut menunjukkan bahwa CV. Bintang Cemerlang

Kendari berada dalam kategori kurang baik atau tidak profit. Hal ini

disebabkan karena perusahaan tidak mampu menggunakan modalnya

dengan baik sehingga tidak mampu menghasilkan laba yang maksimal atau

denegan kata lain perusahaan menunjukkan profitabilitas yang kurang baik

atau tidak profit. Dengan demmikian CV. Bintang Cemerlang Kendari pada

tahun 2012 berdasarkan rasio profitabilitas yaitu ROE berada pada kategori

kurang baik atau tidak profit.

Pada tahun 2013 sebesar 0,16% yang berarti bahwa setiap Rp. 1

modal yang dimiliki oleh CV. Bintang Cemerlang Kendari dapat

menghasilkan laba bersih sebasar Rp. 0,16, hal ini menunjukkan penurunan

perkembangan sebanyak -0,06% dari tahun 2012, perkembangan ini

disebabkan karena adanya penurunan pada jumlah laba bersih dan

peningkatan jumlah modal. Rasio ini menunjukkan kemmpuan perusahaan

dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Kinerja keuangan

yang dapat dicapai berdasarkan analisis tersebut menunjukkan bahwa CV.


93

Bintang Cemerlang Kendari berada dalam kategori kurang baik atau tidak

profit. Hal ini disebabkan karena perusahaan tidak mampu menggunakan

aktivanya dengan baik sehingga menunjukkan profitabilitas yang kurang

baik atau tidak profit. Dengan demikian CV. Bintang Cemerlang pada tahun

2013 berdasarkan rasio profitabilitas yaitu ROE berada pada kategori

kurang baik atau tidak profit.

Pada tahun 2014 sebesar 0,03% yang berarti bahwa setiap Rp. 1

aktiva yang dimiliki oleh CV. Bintang Cemerlang Kendari dapat

menghasilkan laba bersih sebasar Rp. 0,03, hal ini menunjukkan penurunan

perkembangan sebanyak -0,03% dari tahun 2013, perkembangan ini

disebabkan karena adanya penurunan pada jumlah laba bersih dan

penurunan modal. Rasio ini menunjukkan kemmpuan perusahaan dalam

menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Kinerja keuangan yang

dapat dicapai berdasarkan analisis tersebut menunjukkan bahwa CV.

Bintang Cemerlang Kendari berada dalam kategori kurang baik atau tidak

profit. Hal ini disebabkan karena perusahaan tidak mampu menggunakan

aktivanya dengan baik sehingga menunjukkan profitabilitas yang kurang

baik atau tidak profit. Dengan demikian CV. Bintang Cemerlang pada tahun

2014 berdasarkan rasio profitabilitas yaitu ROE berada pada kategori

kurang baik atau tidak profit.

Pada tahun 2015 sebesar 0,23% yang berarti bahwa setiap Rp. 1

aktiva yang dimiliki oleh CV. Bintang Cemerlang Kendari dapat

menghasilkan laba bersih sebasar Rp. 0,23, hal ini menunjukkan


94

peningkatan perkembangan sebanyak 0,10% dari tahun 2014,

perkembangan ini disebabkan karena adanya peningkatan pada jumlah laba

bersih dan peningkatan jumlah modal. Rasio ini menunjukkan kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Kinerja

keuangan yang dapat dicapai berdasarkan analisis tersebut menunjukkan

bahwa CV. Bintang Cemerlang Kendari berada dalam kategori kurang baik

atau tidak profit. Hal ini disebabkan karena perusahaan tidak mampu

menggunakan aktivanya dengan baik sehingga menunjukkan profitabilitas

yang kurang baik atau tidak profit. Dengan demikian CV. Bintang

Cemerlang pada tahun 2015 berdasarkan rasio profitabilitas yaitu ROE

berada pada kategori kurang baik atau tidak profit.

Pada tahun 2016 sebesar 0,27% yang berarti bahwa setiap Rp. 1

aktiva yang dimiliki oleh CV. Bintang Cemerlang Kendari dapat

menghasilkan laba bersih sebasar Rp. 0,27, hal ini menunjukkan

peningkatan perkembangan sebanyak 0,05% dari tahun 2014,

perkembangan ini disebabkan karena adanya peningkatan pada jumlah laba

bersih dan peningkatan jumlah modal. Rasio ini menunjukkan kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Kinerja

keuangan yang dapat dicapai berdasarkan analisis tersebut menunjukkan

bahwa CV. Bintang Cemerlang Kendari berada dalam kategori kurang baik

atau tidak profit. Hal ini disebabkan karena perusahaan tidak mampu

menggunakan aktivanya dengan baik sehingga menunjukkan profitabilitas

yang kurang baik atau tidak profit. Dengan demikian CV. Bintang
95

Cemerlang pada tahun 2016 berdasarkan rasio profitabilitas yaitu ROE

berada pada kategori kurang baik atau tidak profit.

Adapun rekapitulasi linerja keuangan CV. Bintang Cemerlang

Kendari ditampilkan melalui tabel berikut:

Tabel 12 Rekapitulasi Rasio Keuangan Pada CV. Bintang Cemerlang


Kendari
No Rasio Keuangan Rata- Kategori
Rata Perkembangan Kinerja
(%)
1 Current Rasio 0,54 0,04 Kurang Baik
2 Quick Ratio 0,49 -0,04 Kurang Baik
3 Rasio Perputaran Kas 0,44 0,06 Baik
4 Rasio Kas 0,39 0,03 Kurang Baik
5 Debt To Assets Ratio 0,55 -0,01 Kurang Baik
6 Debt To Equity Ratio 1,22 -0,04 Kurang Baik
Long Trem Debt To
7 Ekuitas 0,16 -0,01 Kurang Baik
Profit Margin On
8 Sales 0,72 -0,04 Baik
9 ROI 0,09 0,01 Kurang Baik
10 ROE 0,20 0,01 Kurang Baik
Sumber : Hasil Perhitungan
Kinerja keuangan CV. Bintang Cemerlang Kendari termasuk dalam

kategori kurang baik atau illikuid diamati dari ketiga rasio yang digunakan

antara lain Rasio Likuiditas, Raio Solvabilotas dan Rasio Profitabilitas dengan

berbagai indikator rasio yang diteliti antara lain: Current Rasio dengan rata

0,54, kondisi perusahaan berada pada Kurang Baik, Quick Ratio dengan rata

0,49, kondisi perusahaan berada pada Kurang Baik, Rasio Perputaran Kas

dengan rata 0,44, kondisi perusahaan berada pada Baik, Cash Ratio dengan

rata 0,39, kondisi perusahaan berada pada Kurang Baik, Debt To Assets Ratio

dengan rata 0,55, kondisi perusahaan berada pada Kurang Baik, Debt To
96

Equity Ratio dengan rata 1,22, kondisi perusahaan berada pada Kurang Baik,

Long Trem Debt To Ekuitas dengan rata 0,16, kondisi perusahaan berada pada

Kurang Baik, Profit Margin On Sales dengan rata 0,72, kondisi perusahaan

berada pada Baik, ROI d engan rata 0,09, Kurang Baik, ROE dengan rata 0,20,

kondisi perusahaan berada pada Kurang Baik.

Sehubungan hal tersebut maka beberapa hal yang perlu dilaksanakan

oleh manajemen keuangan CV.Bintang Cemerlang adalah :

1) Meningkatkan Curren Ratio dengan cara meningkatkan aktiva lancar dan

mengurangi hutang lancar.

2) Meningkatkan Quick Ratio dengan meningkat assset likuid suatu

perusahaan yng biasa disebut aset lancar yang dapat dengan cepat

dikonversi menjadi yang tunai dan mendekati nilai buku.

3) Meningkatkan Rasio Perputaran Kas dengan cara meningkatkan modal

kerja perusahaan.

4) Meningkatkan Rasio Cash dengan cara meningkatkan ketersediaan dana

kas atau setara kas.

5) Meningkatkan Debt to Asset Rasio dengan cara mengurangi hutang dan

meningkatkan assets.

6) Meingkatkan Debt to Equity Ratio dengan cara mengurangihutang dan

meningkatkan ekuitas.

7) Meningkatkan Long Trem Debt to Ekuitas dengan mengurangi hutang

jangka panjang dan meningkatkan modal sendiri.


97

8) Meningkatkan Profit Margin on Sales dengan cara meningkatkan

keuntungan perusahaan.

9) Meningkatkan ROI dengan cara meningkatkan keuntungan perusahaan.

10) Meningkatkan ROE dengan cara meningkatkan keuntungan perusahaan.


98

BAB V1

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa kinerja keuangan CV. Bintang Cemerlang Kendari

termasuk dalam kategori kurang baik diamati dari ketiga rasio yang digunakan

antara lain Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas dan Rasio Profitabilitas dengan

berbagai rasio yang diteliti. Sehingga perusahaan harus lebih berhati-hati dan

teliti dalam mengelolah kondisi keuangan agar mampu mengatasi berbagai

resiko yang memungkinkan terjadi hal yang tidak diinginkan atau merugikan

perusahaan ddan dapat segera diatasi oleh pihak CV. Bintang Cemerlang

Kendari.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka diarankan beberpa hal untuk

dilaksanakan, yaitu :

1. Agar Direktur Keuangan CV. Bintang Cemerlang Kendari dapat

meningkatkan Curren Ratio dengan cara meningkatkan aktiva lancar dan

mengurangi hutang lancar.


99

2. Agar Direktur Keuangan CV. Bintang Cemerlang Kendari dapat

meningkatkan Quick Ratio dengan meningkat assset likuid suatu

perusahaan yng biasa disebut aset lancar yang dapat dengan cepat

dikonversi menjadi yang tunai dan mendekati nilai buku.

3. Agar Direktur Keuangan CV. Bintang Cemerlang Kendari dapat

mempertahankan Rasio Perputaran Kas dengan cara meningkatkan modal

kerja perusahaan.

4. Agar Direktur Keuangan CV. Bintang Cemerlang Kendari dapat

meningkatkan Rasio Cash dengan cara meningkatkan ketersediaan dana

kas atau setara kas.

5. Agar Direktur Keuangan CV. Bintang Cemerlang Kendari dapat

meningkatkan Debt to Asset Rasio dengan cara mengurangi hutang dan

meningkatkan assets.

6. Agar Direktur Keuangan CV. Bintang Cemerlang Kendari dapat

meingkatkan Debt to Equity Ratio dengan cara mengurangihutang dan

meningkatkan ekuitas.

7. Agar Direktur Keuangan CV. Bintang Cemerlang Kendari dapat

meningkatkan Long Trem Debt to Ekuitas dengan mengurangi hutang

jangka panjang dan meningkatkan modal sendiri.

8. Agar Direktur Keuangan CV. Bintang Cemerlang Kendari dapat

mempertahankan Profit Margin on Sales dengan cara meningkatkan

keuntungan perusahaan.
100

9. Agar Direktur Keuangan CV. Bintang Cemerlang Kendari dapat

meningkatkan ROI dengan cara meningkatkan keuntungan perusahaan.

10. Agar Direktur Keuangan CV. Bintang Cemerlang Kendari dapat

meningkatkan ROE dengan cara meningkatkan keuntungan perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai