Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan zaman di era digital seperti sekarang ini memasuki kondisi

ekonomi global yang mendorong persaingan bisnis semakin pesat menuntut

perusahaan untuk dapat menyajikan informasi yang berguna bagi pengguna

informasi, seperti shareholder dan stakeholder. Adanya persaingan tersebut

memaksa perusahaan untuk meningkatkan kinerja keuangan perusahaan dalam

mencapai tujuan utama perusahaan. Salah satu kinerja keuangan perusahaan dapat

dilihat dari sisi keuagan perusahaan.

Kinerja perusahaan menunjukkan prestasi manajemen dalam mencapai

tujuan utama perusahaan yaitu menghasilkan keuntungan untuk meningkatkan

nilai perusahaan dan merupakan alat ukur keberhasilan perusahaan dalam

menghasilkan laba suatu perusahaan. Kinerja perusahaan memperlihatkan

kemampuan perusahaan untuk memberikan keuntungan dari asset, ekuitas

maupun hutang. Salah satu untuk mengukur kinerja suatu perusahaan yang nota

bene adalah profit dapat menggunakan analisis profitabilitas. Profitabilitas dapat

diukur menggunakan Return On Assets (ROA).

Tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance) dalam

bidang ekonomi, merupakan hal yang dianggap penting dalam pemerintahan

negara. Implementasi Good Corporate Governance pada saat ini bukan lagi

sekedar kewajiban, namun telah menjadi kebutuhan bagi setiap perusahaan dan

organisasi. Oleh karena itu setiap perusahaan diharapkan dapat menjalankan Good

1
2

Corporate Governance dalam kehidupan ekonomi dan sosial, agar menampilkan

kinerja keuangan perusahaan yang baik. (Utami,2019)

Good Corporate Governance merupakan bentuk pengelolaan perusahaan

yang baik, dimana di dalamnya tercakup suatu bentuk perlindungan efektif

terhadap kepentingan pemegang saham (publik) sebagai pemilik perusahaan dan

kreditor sebagai penyandang dana eksternal untuk memperoleh kembali atas

investasi dengan wajar, tepat dan seefisien mungkin, serta memastikan bahwa

manajemen bertindak sebaik yang dapat dilakukannya untuk kepentingan

perusahaan. Perusahaan dalam menerapkan prinsip Good Corporate Governance,

menganut Pedoman Umum Tata Kelola Perusahaan Yang Baik yang ditetapkan

oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) dengan penerapan lima

pilar dasar dari Good Corporate Governance yaitu keterbukaan (transparancy),

akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban (responsibility), indepedensi

(indepedency), dan kesetaraan (fairness). (KNKG,2012)

Penerapan prinsip Good Corporate Governance pada perusahaan

diharapkan mampu mengurangi masalah keagenan. Berdasarkan teori keagenan,

dengan adanya tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance)

bagaimana stakeholder (principal) mendapatkan jaminan dan keyakinan bahwa

manajer perusahaan (agent) akan memberikan keuntungan bagi mereka dan tidak

menyalahgunakan wewenang atau menginvestasikan modal ke dalam proyek yang

tidak menguntungkan. Artian sempit, teori keagenan sebagai dasar penerapan

Good Corporate Governance diharapkan dapat berfungsi untuk menekan atau

menurunkan biaya keagenan dan sebagai rujukan bagaimana para investor


3

mengontrol para manajer. Secara luas, Good Corporate Governance diharapkan

dapat memberikan keyakinan kepada para investor bahwa mereka akan menerima

tingkat pengembalian atas dana yang telah mereka investasikan (Bukhori, 2012).

Lemahnya praktik Good Corporate Governance merupakan salah satu

penyebab dari krisisnya keuangan pada perusahaan. Oleh sebab itu, perusahaan

harus menerapkan prinsip Good Corporate Governance agar mampu memberikan

perlindungan efektif kepada para pemegang saham dan pihak kreditur, sehingga

mereka yakin terhadap perolehan keuntungan dari investasinya dengan wajar dan

bernilai tinggi. Demikian dapat menjamin terpenuhinya kepentingan karyawan

serta perusahaan itu sendiri.

Akhir-akhir ini, penerapan praktik Good Corporate Governance di

Indonesia relatif semakin membaik. Hal ini dapat dilihat dari peringkat ASEAN

Corporate Governance Scorecard (ACGS) Indonesia pada tahun 2019 mengalami

peningkatan menjadi 70,8 dari tahun 2017 yang hanya sebesar 70,59 (Safitri,

2020). Oleh karena itu, memberikan dampak positif bagi perusahaan, dimana

banyak investor yang tertarik untuk berinvestasi di Indonesia. Pada umumnya,

Perusahaan yang mampu mengelola keuangan dengan baik berarti memiliki

manajemen kinerja perusahaan yang baik.

Fokus pemilihan sampel pada penelitian ini adalah Perusahaan Food and

Beverage (Makanan dan Minuman) yang terdaftar di BEI Tahun 2015-2019.

Perusahaan makanan dan minuman merupakan sektor andalan yang memiliki

peranan penting karena mampu memberikan kontribusi yang besar terhadap

perekonomian nasional sebesar 36,4% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB)


4

baik melalui peningkatan investasi, penyerapan tenaga kerja maupun pencapaian

nilai ekspor (Waseso, 2020). Hal tersebut dikarenakan produk barang konsumsi

selalu dibutuhkan dalam kehidupan manusia. Oleh sebab itu, sektor makanan dan

minuman banyak diminati oleh investor karena saham-saham ini tidak

berpengaruh banyak terhadap pergerakan situasi ekonomi makro atau kondisi

secara umum sehingga perusahaan mampu memberikan bagian keuntungan yang

diberikan emiten kepada pemegang sahamnya. Berikut adalah data nilai ROA

yang dimiliki perusahaan Food and Beverage yang terdaftar di BEI pada tahun

2015-2019.

Tabel 1.1
Data ROA Perusahaan Food and Beverage
NAMA ROA (%)
Rata-rata
PERUSAHAAN 2015 2016 2017 2018 2019
DLTA 18,50 21,25 20,87 22,19 22,29 21,02
ICBP 11,01 12,56 11,21 13,56 13,85 12,44
MLBI 23,65 43,17 52,67 42,39 41,63 40,70
MYOR 11,02 10,75 10,93 10,01 10,71 10,68
ROTI 10,00 9,58 2,97 5,38 2,72 6,13
SKBM 5,25 2,25 1,59 0,90 0,05 2,01
STTP 9,67 7,45 9,22 9,69 16,75 10,56
ULTJ 14,78 16,74 13,72 12,63 15,67 14,71
SKLT 5,32 3,63 3,61 4,28 5,68 4,50
Rata-rata per tahun 12,13 14,15 14,09 13,45 14,37 13,64
Sumber: Data Laporan Keuangan BEI yang Telah Diolah

Berdasarkan data pada tabel 1.1, rata-rata kinerja keuangan perusahaan

berdasarkan ROA adalah 13,64% yang kemudian dijadikan sebagai nilai dasar

pembanding. Sebanyak 9 perusahaan yang akan diteliti terdapat 6 perusahaan atau

50% perusahaan yang memiliki nilai ROA dibawah dari nilai pembanding yaitu
5

sebesar 13,64%. Sehingga dapat dikatakan bahwa sebagian perusahaan memiliki

kinerja dibawah rata-rata nilai ROA per perusahaan periode 2015-2019.

Standar rata-rata industri untuk nilai ROA 30%, ROE 40% dan NPM 20%

(Kasmir, 2015). Berdasarkan Tabel 1.1 diatas bahwa seluruh perusahaan industri

barang konsumsi tidak mencapai standart ROA industri. Hal tersebut

menggambarkan bahwa kinerja keuangan perusahaan industri barang konsumsi

yang dinilai dari kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan selama

periode 2015-2019 tidak baik. Oleh karena itu peneliti ingin melihat masalah

ketidaktercapainya kinerja keuangan perusahaan industri barang konsumsi

makanan dan minuman.

Berbagai aspek yang dapat dipakai untuk melihat kinerja keuangan

diantaranya adalah rapat dewan komisaris, kepemilikan saham institusional,

ukuran perusahaan dan pertumbuhan perusahaan. Variabel Good Corporate

Governance yang digunakan untuk menentukan pengaruh terhadap kinerja

keuangan yaitu jumlah rapat dewan komisaris dan kepemilikan saham oleh

institusional. Pemilihan kedua variabel tersebut dikarenakan variabel termasuk

didalam perwujudan pelaksanaan good corporate governance. Salah satu dalam

menjalankan tugasnya, dewan komisaris mengadakan rapat- rapat untuk

mengevaluasi kebijakan-kebijakan yang diambil oleh dewan direksi. Berdasarkan

PBI No. 11/33/PBI/2009 pasal 14, rapat dewan komisaris wajib diselenggarakan

minimal paling kurang satu kali dalam dua bulan dan dihadiri paling kurang dua

pertiga dari jumlah dewan direksi. Semakin sering dilakukannya rapat diharapkan

semakin baik dalam melakukan pengawasan dalam perusahaan (Kasandra,2020).


6

Terdapat beberapa fungsi dalam pengelolaan perusahaan, antara lain fungsi

pengelolaan dan fungsi kepemilikan (Jensen dan Meckling,1976). Fungsi

pengelolaan dan fungsi kepemilikan akan rentan terhadap konflik keagenan.

Penyebab konflik antara manajer dengan pemegang saham diantaranya adalah

pembuatan keputusan yang berkaitan dengan aktivitas pencairan dana (financing

decision) dan pembuatan keputusan yang berkaitan dengan bagaimana dana yang

diperoleh tersebut diinvestasikan. Untuk mengurangi konflik yang terjadi antara

manajer dengan pemegang saham, pengurangan konflik dapat dilakukan dengan

meningkatkan kepemilikan saham oleh institusional dalam perusahaan.

Kepemilikan saham oleh institusional seperti perusahaan asuransi, bank,

perusahaan-perusahaan investasi dan kepemilikan oleh institusi-institusi lain akan

mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal. Mekanisme monitoring

tersebut akan menjamin peningkatan kemakmuran pemegang saham. Semakin

besar presentase saham yang dimiliki oleh pemegang saham institusional akan

menyebabkan pengawasan yang dilakukan menjadi lebih efektif karena dapat

mengendalikan perilaku oportunistik manajer. Dapat disimpulkan bahwa

kepemilikan institusional akan mendorong manajer untuk selalu menunjukkan

kinerja yang baik dihadapan para pemegang saham. Demikian kepemilikan saham

oleh institusional memiliki hubungan terhadap kinerja perusahaan. Penelitian yang

telah dilakukan oleh Nilayanti,Mila dan Suaryana, I Gst. Ngr. Agung (2019) yang

menyatakan bahwa struktur kepemilikan institusional berpengaruh positif

terhadap kinerja keuangan . Bertolak belakang terhadap penelitian yang dilakukan


7

oleh Fadillah, Adil Ridlo (2017) yang menemukan bahwa struktur kepemilikan

institusional berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan.

Salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan adalah ukuran

perusahaan. Ukuran perusahaan (firm size) dianggap mampu mempengaruhi

kinerja perusahaan. Ukuran perusahaan adalah suatu skala yang dapat

diklasifikasikan besar kecil perusahaan menurut berbagai cara, antara lain: total

aktiva, log size, nilai pasar saham dan lain-lain. Ukuran perusahaan yang

dicerminkan dengan total aset yang dimiliki. Semakin besar aset yang dimiliki

perusahaan, mencerminkan bahwa perusahaan memiliki kinerja yang baik dalam

mengelola asset yang dimiliki oleh perusahaan. Penelitian yang dilakukan Eka

(2018) menemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh simultan (secara

bersamaan) terhadap kinerja keuangan. Terdapat, hasil penelitian yang berbeda

ditunjukkan oleh penelitian Irmawati,Rahayu dan Riduan,Akhmad ( 2020) yang

menemukan bahwa tidak terdapat pengaruh ukuran perusahaan terhadap kinerja

perusahaan.

Faktor selain ukuran perusahaan, kinerja keuangan dapat dilihat

berdasarkan pertumbuhan penjualan suatu perusahaan. Pertumbuhan perusahaan

sering dipakai sebagai tolak ukur dalam menilai perkembangan suatu perusahaan.

Pertumbuhan perusahaan didefinisikan sebagai peningkatan dalam penjualan

perusahaan dan seberapa jauh perusahaan menempatkan diri dalam sistem

ekonomi secara keseluruhan atau sistem ekonomi untuk industri yang sama.

Pertumbuhan penjualan mencerminkan kemampuan suatu perusahaan dari waktu

ke waktu. Semakin tinggi tingkat pertumbuhan penjualan perusahaan maka


8

perusahaan tersebut berhasil menjalankan strateginya. Rasio pertumbuhan ini

dilihat dari berbagai segi sales (penjualan), earning after tax (EAT), laba per

lembar saham, dividen perlembar saham, dan harga pasar perlembar saham.

Perubahan Kenaikan atau penurunan aktiva perusahaan yang meyakini bahwa

presentase perubahan total aktiva merupakan indikator yang lebih baik dalam

mengukur pertumbuhan penjualan (Lutfi, 2019). Penelitian yang dilakukan oleh

Purnama, Sari Pt Indah dan Nyoman Abundanti. (2014) yang menyatakan bahwa

petumbuhan perusahaan (growth) berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan.

Bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh Rifai, Moh. Arifati,Rina

dan Magdalena,Maria (2015) yang menemukan bahwa tidak ada pengaruh yang

signifikan antara pertumbuhan penjualan terhadap kinerja keuangan.

Beberapa penelitian telah melakukan pengujian terkait dengan kinerja

perusahaan, namun hasilnya masih inkosistensi. Hasil yang beragam tersebut juga

dipengaruhi oleh perbedaan variabel yang digunakan masing-masing peneliti.

Secara teoritis tidak ada komposisi atau tingkatan jelas yang mengatakan bahwa

pada tingkatan atau nilai tertentu rapat dewan komisaris, kepemilikan saham

institusional, ukuran perusahaan dan pertumbuhan perusahaan yang saat ini

digunakan perusahaan memberikan kontribusi profitabilitas bahkan untuk kinerja

keuangan perusahaan. Hal itulah yang mendasari peneliti untuk menguji kembali

penelitian-penelitian sebelumnya untuk melakukan penilaian apakah jumlah rapat

dewan komisaris, kepemilikan saham institusional, ukuran perusahaan dan

pertumbuhan perusahaan mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan secara

optimal.
9

Berdasarkan fenomena dan beberapa penelitian terdahulu yang telah

penulis paparkan, maka penulis tertarik memilih judul “ Analisis Pengaruh Good

Corporate Governance (GCG), Ukuran Perusahaan Dan Pertumbuhan

Perusahaan Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusaaan Food And

Beverage Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2015-2019”.

Sebagai upaya untuk mengetahui pengaruh GCG terhadap kinerja keuangan pada

sektor industri barang dan konsumsi (makanan dan minuman) dengan

menggunakan dua variabel yaitu Jumlah Rapat Dewan Komisaris dan

Kepemilikan institusional.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan Uraian di atas, masalah pokok yang perlu diteliti dan dikaji

dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Apakah Rapat dewan komisaris, Kepemilikan institusional, Ukuran

perusahaan dan Pertumbuhan perusahaan secara simultan berpengaruh

terhadap Kinerja Keuangan pada perusahaan food and beverage yang

terdaftar di BEI tahun 2015-2019?

2. Apakah Jumlah Rapat Dewan Komisaris berpengaruh terhadap Kinerja

keuangan pada perusahaan food and beverage yang terdaftar di BEI tahun

2015-2019?

3. Apakah Kepemilikan Institusional berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan

pada perusahaan food and beverage yang terdaftar di BEI tahun 2015-2019?

4. Apakah Ukuran Perusahaan berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan pada

perusahaan food and beverage yang terdaftar di BEI tahun 2015-2019?


10

5. Apakah Pertumbuhan Perusahaan berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan

pada perusahaan food and beverage yang terdaftar di BEI tahun 2015-2019?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang menjadi tolak ukur maka tujuan

penelitian ini adalah:

1. Untuk memberikan bukti secara empiris apakah Rapat dewan komisaris,

Kepemilikan institusional, Ukuran perusahaan dan Pertumbuhan perusahaan

secara simultan berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan pada perusahaan

food and beverage yang terdaftar di BEI tahun 2015-2019.

2. Untuk memberikan bukti secara empiris apakah Rapat Dewan Komisaris

berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan pada perusahaan food and beverage

yang terdaftar di BEI tahun 2015-2019.

3. Untuk memberikan bukti secara empiris apakah Kepemilikan Saham

Institusional berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan pada perusahaan food

and beverage yang terdaftar di BEI tahun 2015-2019.

4. Untuk memberikan bukti secara empiris apakah Ukuran Perusahaan

berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan pada perusahaan food and beverage

yang terdaftar di BEI tahun 2015-2019.

5. Untuk memberikan bukti secara empiris apakah Pertumbuhan Perusahaan

terhadap Kinerja Keuangan pada perusahaan food and beverage yang

terdaftar di BEI tahun 2015-2019.

1.4 Manfaat Penelitian


11

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi pihak-pihak yang

berkepentingan, adapun manfaat yang diharapkan antara lain:

1. Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan referensi tambahan kepada penelitian

senjutnya untuk melakukan penelitian mengenai analisis pengaruh good

corporate governance, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan terhadap

kinerja keuangan.

2. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang

dapat perusahaan kendalikan dalam menentukan peningkatan pada kinerja

keuangan.

3. Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan perusahaan mengenai

pentingnya good corporate governance dalam perusahaan.

4. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi

investor, kredit, dan pelaku usaha yang berkepentingan dalam menetapkan

pilihan investasi yang tepat sehingga dapat memperoleh keuntungan yang

maksimal serta dapat meminimalkan risiko investasi.

Anda mungkin juga menyukai