Anda di halaman 1dari 24

Pengaruh Kinerja Lingkungan dan Struktur Modal Terhadap Kinerja Keuangan

Perusahaan Pada PT. Mayora Indah Tbk


Pada tahun 2019-2021

BAB I
PENDAHULAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam era globalisasi dan kemajuan industri, dapat menimbulkan persaingan yang
ketat antar perusahaan. Hal ini menimbulkan setiap entitas perusahaan dituntut untuk
mampu berkembang di tengah persaingan bisnis. Perusahaan yang berkembang
dipastikan mampu untuk memanfaatkan potensi yang dimiliki untuk meningkatkan
kinerja entitas tersebut. Laba perusahaan menjadi perhatian utama suatu entitas pada
umumnya dalam pengukuran kinerja perusahaan. Makna dari kinerja keuangan dapat
diartikan merupakan penentuan ukuran-ukuran tertentu yang dapat mengukur
keberhasilan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba menurut Setyaningsih dan
Asyik1.

Menurut Hastawati dan Sarsiti Hal yang menjadi perhatian utama dalam penilaian
kinerja keuangan perusahaan adalah dengan cara melihat kinerja keuangan perusahaan
untuk menghasilkan laba. Perusahaan selain mempunyai kewajiban untuk menjaga
kelangsungan hidup perusahaan di masa depan, juga mempunyai kewajiban kepada pihak
stakeholder untuk menjaga kepercayaan akan dana yang dikelola oleh perusahaan.
Kinerja keuangan dapat dijadikan sebagai acuan dalam mencerminkan keadaan
perusahaan dari segi keuangan. Ketika keuangan perusahaan dalam kondisi tidak baik,
akan menjadi pertimbangan stakeholder untuk mengambil keputusan terkait investasi
yang berhubungan dengan aspek permodalan perusahaan. Apabila kinerja keuangan
perusahaan baik maka akan menarik para investor untuk menanamkan modalnya
sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan2. Demikian kinerja keuangan juga
sebagai penentu kelangsungan suatu perusahaan. Hal ini dikarenakan dukungan keuangan
yang didapat perusahaanmenjadi landasan untuk berjalannya proses bisnis kedepannya.
Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa kinerja keuangan adalah salah satu bentuk
tanggung jawab dari perusahaan3.
1
N F Setyanisngsih, R.d., dan Asyik, “Pengaruh Kinerja Lingkungan Terhadap Kinerja Keuangan Dengan
Corporate Sosial Responsibility Sebagai Pemoderasi,” Jurnal Ilmu Dan Riset Akuntansi, 2016, 1–15.
2
S Hastawati, R.R, & Sartisi, “Pengaruh Kinerja Lingkungan dan Corporate Sosial Responsibility (CSR) Terhadap
Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Brusa Efek Indonesia Tahun 2011-2013,” Jurnal
Penelitian Dan Kajian Ilmiah Fakultas Ekonomi Universitas Surakarta, 2016, 49–59.
3
M. N. Meiyana, A., & Aisyah, “Pengaruh Kinerja Lingkungan, Biaya Lingkungan, Dan Ukuran Perusahaan
Terhadap Kinerja Keuangan Dengan Corporate Social Responsibility Sebagai Variabel Intervening,” Jurnal
Berdasarkan hasil pengembalian yang dihasilkan dari penjualan dan investasi,
rasio yang mengukur tingkat efektivitas manajemen adalah rasio profitabilitas, dalam hal
ini digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bagi
stakeholder dengan menggunakan aset yang dimiliki dinamakan rasio return on asset
(ROA), Semakin tinggi nilai return on assets (ROA) suatu perusahaan maka semakin baik
perusahaan tersebut, karena menandakan bahwa perusahaan mampu memanfaatkan
secara efektif dan efisien total aset yang dimilikinya guna memperoleh laba. Sedangkan
return on equity (ROE) digunakan dalam mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam
memperoleh laba bersih yang dihasilkan dengan menggunakan total modal yang dimiliki
perusahaan, dan menghitung pengembalian atas total modal setelah bunga dan pajak
Kristianti, (2018).

Saat ini perusahaan mulai menyadari bahwa tujuan dari kegiatan usaha yang
dilakukan bukan hanya sekedar menghasilkan laba sebesar-besarnya, tetapi juga
bagaimana agar laba yang dihasilkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat.
Perusahaan diharapkan tidak hanya sekedar memikirkan perolehan laba usahanya, tetapi
perusahaan diharapkan juga dapat memikirkan atau mempertimbangkan faktor
lingkungan hidup dalam kegiatan operasinya karena aktivitas perusahaan tersebut dapat
menimbulkan dampak bagi lingkungan hidup. Namun dalam kenyataannya dalam bidang
perindustrian, Industri merupakan pelaku pembangunan yang mempunyai andil cukup
besar dalam pencemaran lingkungan. Pada tahap perencanaan, perusahaan berfokus pada
hal yang berkaitan dengan lingkungan, akan tetapi, banyak perusahaan beranggapan
bahwa aktivitas industri yang memperhatikan aspek lingkungan menyebabkan
pemborosan karena memerlukan alokasi dana yang besar. Jadi, kinerja lingkungan adalah
mekanisme bagi perusahaan untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap
lingkungan (Haholongan, 2016). Pemerintah melalui Kementrian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan membentuk Program Penilaian Kinerja Perusahaan (PROPER) untuk
meningkatkan peran perusahaan dalam melestarikan lingkungan. PROPER bertujuan
untuk memacu perusahaan untuk patuh pada peraturan lingkungan hidup demi
tercapainya keunggulan dalam aspek lingkungan melalui prinsip pembangunan
berkelanjutan dalam aktivitas industri perusahaan, pelaksanaan sistem berbasis
lingkungan, dan pelaksanaan bisnis yang menerapkan nilai etika serta bertanggung jawab
terhadap masyarakat melalui program pengembangan masyarakat. Hasil penilaian
PROPER akan diumumkan secara rutin pada laporan tahunan perusahaan sehingga dapat
dilihat oleh masyarakat. Semakin besar perusahaan mengambil bagian dalam kegiatan
lingkungan, maka akan menciptakan citra yang baik bagi para stakeholder. Dengan
adanya kepercayaan dan citra yang baik pada perusahaan, maka akan meningkatkan
profitabilitas sehingga keuntungan bagi investor dapat meningkat. Penelitian terdahulu
sudah membuktikan bahwa kinerja lingkungan memberikan dampak positif terhadap
profitabilitas dan nilai perusahan Bella Putri Hanevi (2018).
Nominal, 2019, 1–18.
Selain dari segi kinerja lingkungan hal yang tidak kalah penting adalah aspek
pendanaan. Struktur modal dapat dikatakan sebagai perpaduan sumber-sumber
pendanaan jangka panjang dalam perusahaan4. Hasil dari setiap investasi yang dibiayai
dengan hutang diharapkan lebih besar daripada biaya hutang tersebut sehingga turut
membantu memaksimalkan laba5. Struktur modal merupakan bentuk penggambaran
proporsi finansial perusahaan antara modal yang dimiliki yang bersumber dari hutang
jangka panjang dan modal sendiri yang menjadi sumber pembiayaan suatu perusahaan.
Dapat dikatakan bahwa jika perusahaan dapat melakukan pengelolaan struktur modal
dengan baik maka dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan. Struktur modal terdiri
dari utang jangka panjang dan modal sendiri yang menjadi sumber pembiayaan dalam
perusahaan. Struktur modal yang optimal dapat meningkatkan laba perusahaan sehingga
pemegang saham akan mendapatkan return yang lebih tinggi. Dengan keputusan struktur
modal yang tepat akan melindungi perusahaan dari risiko finansial. Perusahaan dengan
profitabilitas tinggi lebih memilih menggunakan sedikit pendanaan eksternal dalam
membiayai kegiatan operasionalnya menurut Rahmawati dan Mahfudz. Semakin besar
utang, maka beban yang ditanggung perusahaan juga semakin besar yang mengakibatkan
menurunnya perolehan laba. Struktur modal pada penelitian ini diukur menggunakan
Debt to Equity (DER) dengan membandingkan seluruh utang dengan seluruh ekuitas
untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang.
Pernyataan ini didukung oleh hasil penelitian Slamet Mudjijah dkk (2019) menyatakan
bahwa struktur modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan,
artinya jika struktur modal mengalami kenaikan maka nilai perusahaan akan mengalami
peningkatan.

Struktur modal yang rendah akan menyebabkan naiknya nilai perusahaan, karena
struktur modal yang rendah terjadi ketika total hutang perusahaan lebih kecil daripada
total ekuitasnya berarti perusahaan tersebut mampu menutupi hutang perusahaan dengan
modal yang dimiliki, hal tersebut dapat menjadi informasi positif bagi perusahaan dan
dapat mengirimkan sinyal positif tersebut kepada pihak eksternal bahwa perusahaan
mampu menutupi hutangnya dengan baik, sehingga pihak eksternal dapat menangkap
sinyal tersebut dan tertarik menanamkan saham pada yang mampu menutupi hutangnya
dengan baik melalui modal yang dimiliki dan dapat menyebabkan naiknya nilai
perusahaan.

4
A. I. W. dkk Setyawan, “Pengaruh Firm Size, Growth Opportunity, Profitability, Business Risk, Effective Tax
Rate, Asset Tangiblelity, Firm Age dan Liquidity Terhadap Struktur Modal Perusahaan(Studi pada Perusahaan
Sektor Property dan Real Estate yang Terdaftar di BEI Tahun 2009-,” Jurnal Administrasi Bisnis, 2016, 108–17.
5
R Hudaya, “Pengaruh Struktur Modal Dan Intellectual Capital Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan
Keluarga,” Jurnal Riset Akuntansi Aksioma, 2017, 35–50.
Perusahaan pasti memiliki risiko bisnis yang dapat mempengaruhi adanya variasi
beragam atas komposisi struktur modal suatu industri atau pada industri yang berbeda 6.
Dengan struktur modal yang maksimal maka perusahaan dapat menghasilkan tingkat
pengembalian yang maksimal pula sehingga bukan hanya perusahaan yang memperoleh
keuntungan, tetapi para pemegang saham dapat memperoleh keuntungan tersebut. Hal ini
didukung oleh penelitian Violita dan Sulasmiyati yang menjelaskan bahwa struktur
modal berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan7.

Berdasarkan uraian diatas peneliti termotivasi melakukan penelitian untuk melihat


apakah kinerja lingkungan, dan struktur modal berpengaruh terhadap kinerja keuangan
pada perusahaan PT Mayora Indah Tbk di Indonesia. Berdasarkan hal tersebut maka
peneliti melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Pengaruh Kinerja Lingkungan
Dan Struktur Modal Terhadap Kinerja Perusahaan Pada PT Mayora Indah Tbk pada
tahun 2019-2021”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka dapat diidentifikasi


permasalahan-permasalahan sebagai berikut :

1. Kurang optimalnya Kinerja Lingkungan dalam beroperasi dikarena aktivitas


perusahaan menimbulkan dampak bagi lingkungan hidup.

2. Adanya Struktur modal yang belum maksimal dalam proses meningkatkan nilai
perusahan.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah diatas dan agar ruang lingkup permasalahan


tidak meluas, maka penelitian ini memiliki batasan masalah yaitu peneliti hanya akan
membahas mengenai Pengaruh Kinerja Lingkungan dan Struktur Modal Terhadap
Kinerja Keuangan Perusahaan Pada PT. Mayora Indah Tbk Pada tahun 2019-2021
dengan Profitabilitas sebagai alat untuk mengukur kinerja keuangan.

D. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pengaruh Kinerja Lingkungan Terhadap Kinerja Keuangan


Perusahaan Pada PT Mayora Indah Tbk ?

6
I. P. Kristianti, “Analisis Pengaruh Struktur Modal Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan,” Jurnal Akuntansi
Dewantara, 2018, 56–68.
7
S Violita, R. Y., & Sulasmiyati, “Pengaruh Struktur Modal Terhadap Profitabilitas (Studi Pada Perusahaan Food
and Beverages Yang Terdaftar di BEI Tahun 2013-2016),” Jurnal Administrasi Bisni, 2017, 138–44.
2. Bagaimana Pengaruh Struktur Modal Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan
Pada PT Mayora Indah Tbk?

3. Bagaimana Pengaruh Kinerja Lingkungan Terhadap Struktur Modal Terhadap


Kinerja Keuangan Perusahaan Pada PT Mayora Indah Tbk?

E. Tujuan Masalah

Adapun tujuan masalah pada penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui Pengaruh Kinerja Lingkungan Terhadap Kinerja Keuangan


Perusahaan Pada PT Mayora Indah Tbk.

2. Mengetahui Pengaruh Struktur Modal Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan


Pada PT Mayora Indah Tbk.

3. Mengetahui Pengaruh Kinerja Lingkungan Dan Struktur Modal Terhadap Kinerja


Keuangan Perusahaan Pada PT Mayora Indah Tbk.

F. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi pelengkap referensi
yang berkaitan dengan pengaruh kinerja lingkungan dan struktur modal
terhadap kinerja keuangan perusahaan pada PT Mayora Indah Tbk serta
diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan terhadap
literatur-literatur maupun penelitian di bidang Akuntansi.
b. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memperkaya ilmu
pengetahuan, menjadi referensi, dan memberikan sumbangan konseptual
bagi peneliti yang akan datang.
2. Praktis
a. Perusahaan
Bagai tinjauan dan referensi dalam upaya peningkatan Kinerja Perusahaan
dan kelangsungan dalam menjalankan penerapan Kinerja Lingkungan
dengan mengeksplorasi potensi Struktur Modal pada perusahaan.
b. Masyarakat
Sebagai sarana untuk menambah wawasan tentang bagaimana Aspek
Kinerja Lingkungan dan Struktur Modal dapat mempengaruhi Kinerja
Keuangan Perusahaan.
c. Fakultas
Penelitian ini bermanfaat untuk menjadi bahan referensi dan pemahaman
mengenai penerapan Kinerja Lingkungan dan Struktur Modal terhadap
Kinerja Perusahaan khususnya di fakultas Akuntansi
d. Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan dapat dijadikan
bahan bacaan, pedoman dan referensi bagi peneliti selanjutnya, khususnya
pada penelitian tentang Pengaruh Kierja Lingkungan dan Struktur Modal.

G. Penelitian Terdahulu

NO. Judul,Nama Peneliti,dan Metode Penelitian Hasil Perbedaan


Tahun
PENGARUH KINERJA Metode yang 1.Kinerja keuangan
1. KEUANGAN DAN digunakan dalam PT. Mayora Indah Tbk. a.Variabel
UKURAN penelitian ini adalah periode tahun 2007- independen
PERUSAHAAN metode analisis 2017 masih berada di dan variable
TERHADAP STRUKTUR deskriptif melalui bawah rata-rata dependen
MODAL (Studi pada PT. pendekatan industri, yaitu di bawah b.Tahun
Mayora Indah Tbk. yang kuantitatif. Data yang 30%. Ukuran sampel
Terdaftar Di BEI Periode diperoleh dan diolah perusahaan pada PT.
2007-2017),Linda Puji berdasarkan prinsip- Mayora Indah Tbk.
Lestari, Enas , Mujaddid prinsip statistik periode tahun 2007-
Faruk, (2019) deskriptif, yakni 2017 mengalami terus
analisis kinerja peningkatan setiap
keuangan untuk tahunnya. Hal ini dapat
mengetahui tingkat dilihat dari tingkat
rasio Return on Asset profitabilitas yang
(ROA) cenderung turun
menyebabkan struktur
modal perusahaan
cenderung meningkat.
Dan struktur modal PT.
Mayora Indah Tbk.
periode tahun 2007-
2017 dapat dikatakan
cenderung kurang baik.
dikarenakan rata-rata
DER masih berada di
atas rata-rata industri,
yaitu diatas 80%.
2. Kinerja keuangan
yang diukur dengan
ROA tidak
berpengaruh secara
parsial terhadap
struktur modal pada
PT. Mayora Indah Tbk.
yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode
2007-2017.
3.Ukuran perusahaan
tidak berpengaruh
secara parsial terhadap
struktur modal pada
PT. Mayora Indah Tbk.
yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode
2007-2017.
4. Kinerja keuangan
yang diukur dengan
ROA dan ukuran
perusahaan tidak
berpengaruh secara
bersama-sama
(simultan) terhadap
struktur modal pada
PT. Mayora Indah Tbk.
yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode
2007-201
PENGARUH KINERJA Penelitian ini 1.Kinerja lingkungan
2. LINGKUNGAN. menggunakan metode berpengaruh positif a. Variabe
STRUKTUR MODAL, kuantitatif dengan terhadap nilai independen
PROFITABILITAS, DAN sumber data perusahaan manufaktur profitabilitas,u
UKURAN menggunakan data yang terdaftar di Bursa kuran
PERUSAHAAN sekunder diperoleh Efek Indonesia dan perusahaan
TERHADAP NILAI dari laporan keuangan mengikuti PROPER dan variabel
PERUSAHAAN YANG tahunan perusahaan pada tahun 2012-2016. dipenden
TERDAFTAR DI BURSA pada tahun 2012-2016 Hasil ini b. Tahun
EFEK INDONESIA ,Bella mengindikasikan sampel dan
Putri Hanevi ,(2018) bahwa perusahaan sampel yang
yang mempunyai niat diambil
untuk menciptakan adalah
perusahaan
kinerja lingkungan
yang baik maka bisa yang terdaftar
meningkatkan nilai di BEI
bagi perusahaan,
karena kinerja
lingkungan perusahaan
yang baik dan
berkualitas akan
menjadi daya tarik
perusahaan bagi para
investor dan
stakeholders untuk
menanamkan
sahamnya yang akan
meningkatkan nilai
perusahaan.
2.Struktur modal tidak
berpengaruh terhadap
nilai perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dan
mengikuti PROPER
pada tahun 2012-2016.
3.Profitabilitas
berpengaruh positif
terhadap nilai
perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia dan
mengikuti PROPER
pada tahun 2012-2016.
4.Ukuran perusahaan
tidak berpengaruh
terhadap nilai
perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia dan
mengikuti PROPER
pada tahun 2012-2016.
PENGARUH KINERJA Data yang digunakan hanya kepemilikan
3. LINGKUNGAN DAN dalam penelitian ini manajerial yang a.Variabel
STRUKTUR berupa data sekunder berpengaruh terhadap independen
KEPEMILIKAN yang diperoleh dari kinerja keuangan yang struktur
TERHADAP KINERJA BEI, berupa laporan diukur dengan ROA kepemilikan
KEUANGAN keuangan tahunan dan ROE, sedangkan b.Tahun
PERUSAHAAN ,Selviana perusahaan.Untuk kinerja lingkungan, sampel
Pritiwi , Resti Yulistia sample menggunakan kepemilikan
Muslim, (2022) metode purposive institusional dan
sampling. Dan Metode kepemilikan publik
analisis data yang tidak berpengaruh
digunakan dalam terhadap kinerja
penelitian ini keuangan yang diukur
adalah data analisis dengan ROA dan ROE
regresi dan uji t yang
diolah dengan SPSS.
PENGARUH KINERJA Populasi penelitian hasil pengujian yang
4. LINGKUNGAN, adalah perusahaan telah dilakukan, maka a.Variabel
STRUKTUR MODAL, sektor pertambangan dapat disimpulkan independen
DAN PERPUTARAN yang terdaftar di bahwa variabel kinerja perputaran
MODAL KERJA Bursa Efek Indonesia lingkungan tidak modal kerja
TERHADAP (BEI) sebanyak 47 berpengaruh terhadap dan variable
PROFITABILITAS PADA perusahaan. Teknik profitabilitas, dependen
PERUSAHAAN SEKTOR penentuan sampel sementara struktur profitabilitas.
PERTAMBANGAN ,Vero dalam penelitian ini modal dan perputaran b.Tahun
nica Olivia, Kusuma menggunakan modal kerja sampel dan
Indawati Halim, Novianty, purposive sampling. berpengaruh positif sampel yang
(2022) Kriteria penentuan terhadap profitabilitas. diambil
sampel dalam Keterbatasan penelitian perusahaan
penelitian ini adalah adalah hanya berfokus sector
perusahaan sektor pada sektor perambangan
pertambangan yang pertambangan dengan
terdaftar di Bursa Efek menggunakan variabel
Indonesia selama lima kinerja lingkungan,
periode dari 2016- struktur modal, dam
2020 dan perusahaan perputaran modal kerja
sektor pertambangan dan periode
yang mendapat pengamatan selama
penghargaan lima tahun. Peneliti
PROPER. Perusahaan selanjutnya diharapkan
yang memenuhi dapat
kriteria sampel mempertimbangkan
sebanyak 16 menambah sampel
perusahaan. penelitian, variabel
dependen lain diluar
dari penelitian ini, dan
memperpanjang tahun
pengamatan.
PENGARUH KINERJA Penelitian ini 1.Hasil penelitian ini
5. KEUANGAN DAN menggunakan metode menunjukkan bahwa a.Variabel
STRUKTUR MODAL Hypotheses testing. kinerja keuangan independen
TERHADAP NILAI Jenis data penelitian memiliki pengaruh kinerja
PERUSAHAAN YANG adalah data panel positif dan signifikan keuangan
DIMODERASI (pooled data) yaitu terhadap nilai danvariabel
VARIABEL UKURAN gabungan dari data perusahaan, artinya dependen
PERUSAHAAN, Slamet runtut waktu (time jika kinerja keuangan yaitu nilai
Mudjijah, Zulvia Khalid, series) dan data silang mengalami kenaikan perusahaan
Diah Ayu Sekar Astuti, (cross section). maka nilai perusahaan yang
(2019) Pengumpulan data akan mengalami dimoderasi
penelitian ini dimulai peningkatan. variable
dari periode 2013 2. struktur modal ukuran
hingga 2017. berpengaruh positif perusahaan
dan signifikan terhadap b. Metode
nilai perusahaan, penelitian
artinya jika struktur c.Tahun
modal mengalami sampel
kenaikan maka nilai
perusahaan akan
mengalami
peningkatan.
Peningkatan struktur
modal
mengindikasikan
perusahaan
menjalankan kegiatan
operasional dengan
memanfaatkan dana
yang bersumber dari
hutang lebih besar dari
pada ekuitas.
3. ukuran perusahaan
tidak memiliki
pengaruh yang
signifikan terhadap
nilai perusahaan.
Besarnya ukuran
perusahaan yang
diukur dengan total
aset tidak berimplikasi
pada minat investor.
4. ukuran perusahaan
mampu memoderasi
hubungan antara
kinerja keuangan dan
nilai perusahaan.
Kinerja keuangan yang
diukur dengan
menggunakan return
on asset menunjukkan
kemampuan
perusahaan dalam
mengelola asetnya
untuk menghasilkan
keuntungan.
5. ukuran perusahaan
tidak mampu
memoderasi hubungan
antara struktur modal
dan nilai perusahaan

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kinerja Lingkungan
Kinerja lingkungan adalah aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan
yang terkait langsung dengan lingkungan sekitar Ikhsan (2008). Sedangkan menurut
Mastilah (2016) menjelaskan bahwa kegiatan perusahaan dalam bidang pelestarian
lingkungan akan mendatangkan sejumlah keuntungan, diantaranya ketertarikan
pemegang saham dan stakeholder terhadap keuntungan perusahaan akibat pengelolaan
lingkungan yang bertanggungjawab. Kinerja lingkungan perusahaan dapat diukur melalui
prestasi perusahaan yang mengikuti PROPER, yaitu merupakan salah satu upaya yang
dilakukan oleh Kementrian Lingkungan Hidup (KLH), dalam menata dan mengelola
lingkungan hidup di lingkungan perusahaan.
Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 3 Tahun 2014 Pasal 1
tentang Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan
Hidup, PROPER adalah evaluasi ketaatan dan kinerja melebihi ketaatan penanggung
jawab usaha dan kegiatan dibidang pengendalian pencemaran atau kerusakan lingkungan
hidup, serta pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun. PROPER bertujuan agar
perusahaan patuh terhadap peraturan lingkungan hidup melalui integrasi prinsip
pembangunan berkelanjutan dalam operasional bisnisnya, dengan penerapan sistem
manajemen lingkungan, penghematan energi, konservasi sumber daya dan penerapan
bisnis yang beretika serta bertanggung jawab kepada masyarakat Setiawan, dkk (2018).
Dalam pelaksanaan program ini, dilakukan terhadap usaha sebagaimana tertuang dalam
Permenlh No. 3 Tahun 2014 Pasal 3 adalah :
a. Hasil produknya untuk tujuan ekspor.
b. Terdapat dalam pasar bursa.
c. Menjadi perhatian masyarakat, baik dalam lingkup regional maupun
nasional.
d. Skala kegiatan signifikan untuk menimbulkan dampak terhadap
lingkungan hidup.
Apabila sebuah perusahaan termasuk dalam kegiatan yang dimaksud dalam pasal tersebut
dianjurkan untuk mendaftarkan usahanya dalam mengikuti program PROPER tersebut.
Pada program ini, hal yang menjadi penilaian ketaatan dilakukan pada aspek
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 Permenlh No. 3 Tahun 2014 adalah :
a. Pemenuhan ketentuan dalam izin lingkungan.
b. Pengendalian pencemaran air.
c. Pengendalian pencemaran udara.d. Pengelolaan limbah bahan berbahaya
dan beracun.
d. Pengendalian kerusakan lingkungan hidup (khusus untuk sektor
pertambangan).
Adapun penilaian PROPER yang diberlakukan kepada setiap perusahaan dengan 5
indikator jika memperoleh peringkat emas, nilai 4 jika memperoleh peringkat hijau, nilai
3 jika memperoleh peringkat biru, nilai 2 jika memperoleh peringkat merah dan nilai 1
jika memperoleh peringkat hitam.
B. Struktur Modal
Struktur modal perusahaan adalah proporsi pendanaan jangka panjang pada
perusahaan yang mempunyai komposisi dalam bentuk liabilitas, saham preferen, serta
saham biasa Horne & Wachowicz jr, (2005). Sedangkan menurut Komara, dkk. (2016),
struktur modal perusahaan merupakan komposisi atau struktur dari liabilitas perusahaan.
Dapat disimpulkan peran struktur modal sangat vital ketika berbicara tentang keuangan
perusahaan. Sejalan dengan pendapat Wardani dan Dewi (2015), dalam penelitiannya
menyatakan bahwa struktur modal merupakan hal penting untuk keberlangsungan bisnis
suatu perusahaan dikarenakan kegiatan dan perkembangan perusahaan ditandai dengan
adanya modal. Sehingga dapatdipahami bahwa untuk menggambarkan bagaimana cara
sebuah perusahaan membiayai seluruh aktivitas operasionalnya dan perkembangan
perusahaan dari berbagai sumber pendanaan yang dimilikinya.
Dalam kondisi perusahaan harus memperoleh pendanaan dari eksternal, maka
pendanaan dalam bentuk hutang lebih disukai dibandingkan pendanaan dalam bentuk
modal sendiri. Beberapa pertimbangan yang mempengaruhi keputusan tersebut adalah
antara lain terkait biaya emisi penerbitan hutang yang lebih murah dibandingkan biaya
emisi penerbitan saham baru. Dengan timbulnya beban untuk penerbitan saham yang
cukup tinggi dan munculnya asimetri informasi antara manajemen dan pihak eksternal
dapat menimbulkan signaling effects yang dapat menurunkan harga saham. Oleh karena
itu, perusahaan semakin tidak mengharapkan pendanaan dengan penerbitan saham baru.
Dalam mengukur Struktur Modal pada perusahaan menggunakan proksi Debt to
Asset Ratio (DAR) merupakan rasio hutang yang digunakan untuk mengukur seberapa
besar aktiva perusahaan dibiayai oleh hutang atau seberapa besar hutang perusahaan
berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva Pengukurannya menggunakan rumus sebagai
berikut:
DAR = Total Hutang
Total Aset
C. Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan perusahaan adalah kondisi keuangan yang dipengaruhi oleh
proses pengambilan keputusan manajemen. Kinerja keuangan merupakan hal yang
kompleks karena menyangkut efektivitas pemanfaatan modal, dan efisiensi dari kegiatan
perusahaan. Di sisi lain, pemegang saham melakukan investasi bisnis dengan tujuan
utama mencapai peningkatan kesejahteraan. Analisis laporan keuangan merupakan
permulaan masa depan bila dilihat dari sudut pandang investor, sedangkan bagi
manajemen bermanfaat untuk membantu mengantisipasi kondisi mendatang dan menjadi
titik awal perencanaan tindakan yang akan mempengaruhi jalannya kejadian mendatang.
Dengan demikian, pengukuran kinerja keuangan perusahaan harus mampu memberikan
indikator atas perubahan tingkat kesejahteraan para pemegang saham sebagai hasil dari
investasi pada jangka waktu tertentu (Kristianti, 2018).
Dalam praktiknya, terdapat beberapa macam jenis rasio keuangan yang dapat
digunakan untuk mengukur kinerja suatu perusahaan. Masing- masing jenis rasio yang
digunakan akan memberikan arti tertentu tentang posisi yang diinginkan. Berikut ini
jenis-jenis rasio keuangan menurut Kasmir (2019) yaitu:
1. Rasio Likuiditas
Kasmir (2019), menyatakan bahwa rasio likuiditas (liquidity ratio) adalah rasio
yang memberi gambaran tentang kemampuan perusahaan dalam melunasi
kewajiban jangka pendek. Dapat diartikan bila perusahaan menerima penagihan,
maka mampu memenuhi hutang (membayar) hutang yang sudah jatuh tempo.
a. Rasio Lancar atau Current Ratio
Rasio lancar adalah rasio yang melihat kemampuan perusahaan dalam
membayar seluruh kewajiban lancarnya dengan menggunakan seluruh
asset lancarnya
Rasio Lancar = Aktiva lancar
Kewajiban lancar
b. Rasio Cepat atau Quick Ratio
Rasio cepat adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam
membayar kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva jangka pendek
dikurangi persediaan.
Rasio Cepat = Aset lancar- Persediaan
Utang lancar
c. Rasio Kas atau Cash Ratio
Rasio kas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan membayar
kewajiban jangka pendeknya dengan menggunakan kas.
Rasio Kas = Kas
Kewajiban lancar
d. Rasio modal kerja bersih
Modal kerja merupakan suatu ukuran dari likuiditas perusahaan. Sumber
modal kerja adalah pendapatan bersih, peningkatan kewajiban yang tidak
lancar , kenaikan ekuitas pemegang saham dan penurunan aktiva yang
tidak lancar.
Rasio modal kerja bersih = aktiva lancar - utang lancar

e. Rasio Persediaan Terhadap Modal Kerja Bersih


Rasio ini digunakan untuk mengukur atau membandingkan antara jumlah
persediaan yang ada dalam modal kerja perusahaan.
Rasio modal kerja bersih = Persediaan
Modal kerja bersih

2. Rasio Solvabilitas
Rasio Solvabilitas merupakan rasio yang berfungsi untuk mengukur kemampuan
aktiva perusahaan dapat dibiayai dengan menggunakan hutang. Dapat diartikan,
besarnya beban hutang yang dimiliki perusahaan dibandingkan dengan aktiva
perusahaan.
a. Debt to Asset Ratio (Debt Ratio)
Merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan
anatar total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar
aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang
perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva.

b. Debt to Equity Ratio


Merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas.
Rasio ini diukur dengan cara membandingkan antara seluruh utang,
termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas.

c. Long Term Debt to Equity Ratio (LTDtER)


Merupakan rasio antara utang panjang dengan modal sendiri. Tujuannya
adalah untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri
yang dijadikan jaminan utang jangka panjang dengan cara
membandingkan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri yang
disediakan oleh perusahaan.
LTDtER = Long term debt x 100%
Ekuitas
d. Times Interest Earned
merupakan rasio untuk mencari jumlah kali perolehan bunga. Atau sebagai
kemampuan perusahaan untuk membayar biaya bunga.
Times Interest Earned = EBIT
Biaya Bunga
e. Fixed Charge Coverage (FCC)
Merupakan rasio yang menyerupai rasio times interest earned. Hanya saja
dalam rasio ini dilakukan apabila perusahaan memperoleh utang jangka
panjang atau menyewa aktiva berdasarkan kontrak sewa.
Fixed Charge Coverage = EBIT+Biaya bunga+Kewajiban sewa
Biaya Bunga+Kewajiban sewa
3. Rasio Aktivitas
Rasio Aktivitas (activity ratio), merupakan rasio berfungsi untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam mengelola aktiva yang ada. Dapat dikatakan pula
rasio ini untuk mengukur tingkat efisiensi pengelolaan sumber daya perusahaan.
Efisiensi yang dapat dilakukan biasanya pada bidang penjualan, sediaan,
penagihan, piutang, dan efisiensi di bidang lainnya. Rasio aktivitas dapat
digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan melaksanakan aktivitas
bisnis pada umumnya.
a. Perputaran Piutang (Receivable Turnover).
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan
piutang selama satu periode. Atau berapa kali dana yang ditanam dalam
piutang ini berputar dalam satu periode. semakin tinggi rasio menunjukkan
bahwa modal kerja yang ditanamkan dalam piutang makin rendah
(perbandingan dengan rasio tahun sebelumnya) dan tentunya kondisi ini
bagi perusahaan semakin baik. Sebaliknya jika rasio semakin rendah,
maka ada over investment dalam piutang.
b. Hari Rata-rata Penagihan Piutang (Days of Receivable)
adalah rasio yang menunjukkan jumlah hari (berapa hari) piutang tersebut
rata-rata tidak dapat ditagih dan rasio ini juga sering disebut dengan days
sales uncollected. Pada umumnya rasio ini digunakan untuk perusahaan
perbankan yang akan memberikan kredit.
c. Perputaran Sediaan (Inventory Turnover).
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana yang
ditanam dalam sediaan (inventory) ini berputar dalam suatu periode. Dapat
diartikan pula bahwa perputaran persediaan merupakan rasio yang
menunjukkan berapa kali jumlah barang sediaan diganti dalam satu tahun.
Semakin kecil rasio ini, maka semakin buruk perusahaan, demikian pula
sebaliknya.
d. Perputaran Modal Kerja (Working Capital Turnover).
merupakan salah satu rasio untuk mengukur atau menilai keefektifan
modal kerja perusahaan selama periode tertentu. Artinya, seberapa banyak
modal kerja berputar selama suatu periode. Untuk mengukur rasio ini
dengan cara membandingkan antara penjualan dengan modal kerja atau
dengan modal kerja ratarata.
e. Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Assets Turnover).
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa kali dana
30yang ditanamkan dalam aktiva tetap berputar dalam satu periode. Atau
dengan kata lain untuk mengukur apakah perusahaan sudah menggunakan
kapasitas aktiva tetap sepenuhnya atau belum. Untuk mencari rasio ini
caranya adalah membandingkan antara penjualan bersih dengan aktiva
tetap dalam satu periode.
f. Perputaran Aktiva (Assets Turnover).
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur perputaran semua
aktiva yang dimiliki perusahaan. Kemudian juga mengukur berapa jumlah
penjualan yang diperoleh dari tiap rupiah aktiva.
4. Rasio Profitabilitas
Rasio Profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk melihat kemampuan
perusahaan untuk mencari laba. Hal ini dapat dilihat oleh laba yang dihasilkan
dari aktivitas penjualan serta pendapatan investasi. Intinya bahwa penggunaan
rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan.
a. Marjin laba kotor (gross profit margin)
Marjin laba kotor merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba kotor yang dapat dicapai dari setiap penjualan gross profit margin
merupakan perbandingan laba kotor dan penjualan pada periode yang
sama.
Gross profit margin = 𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑘𝑜𝑡𝑜𝑟 × 100%
𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
b. Net profit margin (Net profit margin)
rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan atau bisa
juga sebagai menghitung jumlah rupiah laba bersih yang dihasilkan oleh
setiap satu penjualan rupiah atau merupakan perbandingan antara laba
bersih dengan penjual.
Net profit margin = L𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 x100%
𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎n
c. Return on sales Return on sales (ROS)
merupakan rasio profitabilitas yang menampilkan tingkat keuntungan perusahaan
setelah pembayaran biayabiaya variabel produksi seperti upah pekerja, bahan
baku dan lain-lain sebelum dikurangi pajak dan bunga.
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝑠𝑎𝑙𝑒𝑠 = 𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ × 100%
𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛
d. Tingkat pengembalian aset (return on asset)
ROA menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan after tax
operating profit dari total aset yang dimiliki perusahaan. Laba yang
dihitung adalah laba sebelum bunga dan pajak atau EBIT (earning before
interestand tax) rasio ini merupakan perbandingan antara laba bersih
dengan total aset.
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑂𝑛 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 = 𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ × 100%
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡
e. Return on inverstment (ROI)
ROI menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan yang akan digunakan untuk menutup investasi yang
dikeluarkan .
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑂𝑛 𝐼𝑛𝑣𝑒𝑟𝑠𝑡𝑚𝑒𝑛𝑡 = 𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎 × 100%
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎
f. Tingkat pengembangan laba (return on equity)
Rasio ini merupakan rasio profitabilitas untuk menilai kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba dari investasi pemegang saham
perusahaan tersebut yang dinyatakan dalam presentase. ROE di hitung dari
penghasilan (income) perusahaan terhadap modal yang di investasikan
oleh para pemilik perusahaan.
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑜𝑛 𝑒q𝑢𝑖𝑡𝑦 = 𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎 × 100%
𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑠𝑒𝑛𝑑𝑖𝑟𝑖
Pengukuran kinerja keuangan dalam penelitian ini adalah dengan rasio
profitabilitas. Profitabilitas diukur dengan Return On Asset (ROA) yang
menunjukkan seberapa banyak laba bersih yang dapat dan diperoleh dari
seluruh kekayaan yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Disamping itu,
hasil pengembalian investasi menunjukkan produktivitas dari seluruh dana
perusahaan, baik modal pinjaman maupun modal sendiri. Semakin kecil
(rendah) rasio ini, semakin kurang baik, demikian pula sebaliknya. Dan
rata-rata industri untuk return on asset (ROA) adalah 30%. (Kasmir,
2017:203)
D. Keterkaitan Variabel dan Hipotesis
1. Pengaruh Kinerja Lingkungan terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan
Kinerja lingkungan diungkapkan sebagai bentuk tanggung jawab sosial
perusahaan untuk mempengaruhi kinerja perusahaan. Pandangan suatu
perusahaan untuk melaksanakan kinerja lingkungan yang baik tentu diharapkan
dapat menjadi bahan pertimbangan investor untuk tidak hanya menilai kinerja
perusahaan pada sisi finansial saja, akan tetapi kinerja lingkungan pun
diperhatikan (Bahri & Cahyani, 2016).
Dengan melakukan kinerja lingkungan maka perusahaan dapat memperbaiki citra
perusahaan dan menarik minat investor untuk menanamkan modalnya dan dapat
memperkuat kemampuan untuk menjual produk dan jasanya serta dapat
membangkitkan keinginan para manajer untuk melakukan inovasi dan mencari
peluang baru. Penelitian yang dilakukan Bella Putri Hanevi ,(2018) membuktikan
bahwa Kinerja lingkungan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, yang
menunjukkan bahwa semakin baik kinerja lingkungan maka dapat direspon baik
oleh investor melalui perubahan dari segi harga saham. Hal ini akan berpengaruh
terhadap pendapatan dan laba perusahaan yang merupakan indikator kinerja
keuangan. Sedangkan penelitian dari Veronica Olivia dkk, (2022) menyatakan
bahwa kinerja lingkungan tidak berpengaruh terhadap profitabilitas. Berdasarkan
hal tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
H0 : Kinerja Lingkungan tidak berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan
H1 : Kinerja Lingkungan berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan
2. Pengaruh Struktur Modal terhadap Kinerja Perusahaan
Struktur modal perusahaan sendiri terdiri dari komponen hutang dan modal
sendiri. Struktur modal menjadi hal penting bagi perusahaan karena pengelolaan
struktur modal akan berdampak langsung pada kondisi keuangan perusahaan,
hutang yang besar memberikan beban kepada perusahaan. Tujuan manajemen
struktur modal dalam hal ini memadukan sumber-sumber dana yang digunakan
perusahaan untuk aktivitas operasional yang akan memaksimalkan kinerja
perusahaan itu sendiri. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa, semakin
Perusahaan mampu mengoptimalkan struktur modal pada perusahaan maka akan
meningkatnya produktivitas operasional perusahaan yang nantinya akan berimbas
pada kinerja perusahaan. Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Slamet Mudjijah (2019) Struktur modal berpengaruh positif dan signifikan
terhadap nilai perusahaan, artinya jika struktur modal mengalami kenaikan maka
nilai perusahaan akan mengalami peningkatan. Peningkatan struktur modal
mengindikasikan perusahaan menjalankan kegiatan operasional dengan
memanfaatkan dana yang bersumber dari hutang lebih besar dari pada ekuitas.
Berdasarkan pengungkapan dan kesimpulan penelitian terdahulu, maka dapat
ditarik suatu hipotesis sebagai berikut :
H2a : Struktur Modal tidak berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan .
H2b : Struktur Modal berpengaruh terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan.
3. Pengaruh Kinerja Lingkungan dan Struktur Modal terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan.
Kinerja lingkungan adalah kegiatan perusahaan dalam bidang pelestarian
lingkungan akan mendatangkan sejumlah keuntungan, diantaranya ketertarikan
pemegang saham dan stakeholder terhadap keuntungan perusahaan akibat
pengelolaan lingkungan yang bertanggung jawab. Penelitian terdahulu sudah
membuktikan bahwa kinerja lingkungan memberikan dampak positif terhadap
profitabilitas dan nilai perusahan Bella Putri Hanevi (2018).
Sedangkan struktur modal perusahaan merupakan komposisi atau struktur
dari liabilitas perusahaan. Dapat disimpulkan peran struktur modal sangat vital
ketika berbicara tentang keuangan perusahaan. Sejalan dengan pendapat Wardani
dan Dewi (2015), dalam penelitiannya menyatakan bahwa struktur modal
merupakan hal penting untuk keberlangsungan bisnis suatu perusahaan
dikarenakan kegiatan dan perkembangan perusahaan ditandai dengan adanya
modal. Sehingga dapatdipahami bahwa untuk menggambarkan bagaimana cara
sebuah perusahaan membiayai seluruh aktivitas operasionalnya dan
perkembangan perusahaan dari berbagai sumber pendanaan yang dimilikinya.
Kinerja keuangan perusahaan adalah kondisi keuangan yang dipengaruhi
oleh proses pengambilan keputusan manajemen. Kinerja keuangan merupakan hal
yang kompleks karena menyangkut efektivitas pemanfaatan modal, dan efisiensi
dari kegiatan perusahaan. Dengan demikian, pengukuran kinerja keuangan
perusahaan harus mampu memberikan indikator atas perubahan tingkat
kesejahteraan para pemegang saham sebagai hasil dari investasi pada jangka
waktu tertentu (Kristianti, 2018).
Berdasarkan pengertian dan penelitian terdahulu, maka dapat ditarik suatu
hipotesis sebagai berikut :
H3a : Kinerja Lingkungan dan Struktur Modal tidak berpengaruh terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan .
H3b : Kinerja Lingkungan dan Struktur Modal berpengaruh terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan.

BAB III
METODELOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel


Sebelum menentukan sampel yang akan digunakan tentu diharuskan menentukan
populasi terlebih dahulu, dalam hal ini populasi erat kaitannya dengan elemen, batas
geografis dan waktu (Sekaran & Bougie, 2016). Populasi dalam penelitian ini yaitu PT.
Mayora Indah tbk. Kemudian sampel pada penelitian ini adalah PT. Mayora Indah tbk di
Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2019-2021. Penentuan sampel menggunakan teknik
purposive sampling dimana penentuan sampel berdasarkan tujuan tertentu yang telah
ditetapkan agar semua sampel memenuhi kriteria untuk diteliti. Kriteria yang digunakan
penulis untuk memilih sampel pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. PT. Mayora Indah tbk Tahun 2019-2021 dan mempublikasikan laporan keuangan
tahunan dalam website perusahaan atau website Bursa Efek Indonesia (BEI).
2. PT. Mayora Indah tbk yang mengikuti secara rutin dalam Program Penilaian
Peringkat Kinerja Perusahaan Dalam Pengelolaan Lingkungan (PROPER)selama
periode penelitian.
3. PT. Mayora Indah tbk yang menghasilkan profit (keuntungan) selama periode
penelitian.
B. Data dan Sumber Data
Dalam penyusunan penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
kuantitatif deskriptif. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder yaitu berupa laporan tahunan (annual report) PT. Mayora Indah tbk dengan
periode waktu selama 3 tahun yaitu sejak 2019-2021, dan laporan PROPER tahun 2019-
2021. Sumber data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari website
resmi Bursa Efek Indonesia (BEI), website resmi perusahaan dan website resmi
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
C. Metode Pengumpulan Data
Dalam memperoleh data untuk penyusunan penelitian ini, peneliti menggunakan dua cara
yaitu :
1. Dokumentasi penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan bahan
literatur yang berkorelasi dengan pembuatan skripsi dengan maksud mendapatkan
landasan teori dan teknik analisa dalam menyelesaikan masalah yang dirumuskan
dalam skripsi ini.
2. Studi lapangan, data yang diperlukan dalam penelitian ini berupa data sekunder
laporan keuangan dan annual report PT. Mayora Indah tbk periode 2019-2021.
Laporan PROPER yang diterbitkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan tahun 2019-2018.
D. Metode Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan statistik
deskriptif, uji asumsi klasik, dan uji hipotesis.
1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif adalah teknik statistik digunakan untuk menganalisisdan
menginformasikan data yang akan diamati, tidak bertujuan menguji hipotesis serta
menyimpulkan kesimpulan terhadap populasi (Purwanto & Sulistyastuti, 2017).
Statistik deskriptif dalam penelitian ini digunakan untuk memberikan deskriptif
atau variabel-variabel penelitian. Statistik deskriptif akan memberikan penjelasan
tentang data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi,varian,
maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness (kemencengan
distribusi) (Ghozali, 2018). Pengujian ini dilakukan untuk memahami
variabelvariabel yang digunakan dalam penelitian.
2. Uji Asumsi Klasik.
Untuk mendeteksi penyimpangan asumsi klasik pada persamaan regresi berganda
yang digunakan diperlukan adanya uji asumsi klasik. Uji asumsi klasik yang
digunakan peneliti pada penelitian ini adalah uji normalitas, uji multikolinieritas,
uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas.
3. Uji Hipotesis
Penelitian ini menggunakan software SPSS 25 untuk melihat pengaruh hubungan
antara variabel independen dengan variabel dependen yang telah ditentukan oleh
peneliti, uji hipotesis dalam penelitian ini melalui uji regresi berganda, uji
koefisien determinasi (uji R2), uji signifikansi simultan (uji statistik F), uji
signifikansi parameter individual (uji statistik t).
E. Definisi Operasional Variabel
1. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen atau terikat adalah variabel utama dalam sebuah pengamatan
yang dipengaruhi oleh variabel independen (Muhyiddin, dkk, 2018).Penelitian ini
Menggunakan satu variabel dependen yaitu Kinerja Keuangan Perusahaan.
Dalam penelitian ini kinerja keuangan dapat digunakan untuk menentukan
efisiensi dan efektivitas dalam mengelola dana yang diinvestasikan, sehingga
dapat memberikan keuntungan maksimum bagi perusahaan, manajer dan investor,
juga untuk menentukan pengembangan perusahaan dan kemampuan perusahaan
untuk mempertahankan posisinya di masa kritis persaingan yang semakin
kompetitif. ROA telah dipilih sebagai proksi karena dapat digunakan untuk
mengukur seberapa efektif perusahaan secara finansial dapatmemanfaatkan
asetnya (Sagara & Chairunissa, 2018). Return on asset (ROA) dapat diartikan
sebagai rasio yang mengukur efektivitas perusahaan untuk menghasilkan laba
yang tersedia bagi para pemegang saham dengan menggunakan aset yang
dimiliki. Rasio ini digunakan untuk menilai seberapa besar laba bersih yang
diperoleh perusahaan apabila diukur dari nilai aktiva yang dimiliki perusahaan
(Harahap, 2018). ROA diukur dengan membagi laba setelah pajak dengan total
aset perusahaan, dimana aset tersebut bersumber dari modal pinjaman (liabilitas)
dan modal sendiri (ekuitas). Semakin tinggi nilai ROA semakin besar
keuntunganyang dihasilkan dari total aset perusahaan. Dengan demikian, semakin
tinggi nilai ROA menunjukkan kinerja perusahaan yang semakin baik (Kristianti,
2018). ROA dihitung dengan cara :
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑂𝑛 𝐴𝑠𝑠𝑒𝑡 = 𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ × 100%
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡
2. Variabel Independen (X)
Variabel independen adalah variabel yang dapat mempengaruhi variabel
dependen dan dapat berhubungan positif atau negatif dengan variabel
55independen (Muhyiddin, dkk, 2018). Pada penelitian ini, menggunakan dua
variabel independen yaitu Kinerja Lingkungan dan Struktur Modal. Penjelasan
mengenai dua variabel independen pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Kinerja Lingkungan (X1)
Kinerja lingkungan adalah kinerja perusahaan untuk menciptakan
lingkungan yang baik (Suratno, dkk, 2006 dalam Putra & Utami, 2018).
Kinerja lingkungan dinilai berdasarkan peringkat kinerja yang didapat
perusahaan pada PROPER. PROPER adalah program yang dibuat oleh
Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) bertujuan memacu perusahaan
untuk melakukan pengelolaan lingkungan hidup melalui sistem penilaian.
Sistem penilaian kinerja PROPER dilakukan dengan menunjukkan
kategori warna sesuai dengan peringkat kinerja. Terdapat lima peringkat
warna yaitu emas, hijau, biru, merah dan hitam. Warna emas menjadi
predikat tertinggi dibandingkan warna lain hingga warna hitam sebagai
predikatterendah. Pengukuran kinerja lingkungan yang dilakukan dalam
penelitian ini diukur dengan memberikan nilai sesuai dengan peringkat
warna yang diperoleh perusahaan.

Nilai Berdasarkan peringkat PROPER

Peringkat Warna Nilai

Emas 5

Hijau 4

Biru 3

Merah 2

Hitam 1

b. Struktur Modal (X2)


Capital Structure (struktur modal) diartikan sebagai komposisi modal
yang dimiliki oleh perusahaan jika dilihat dari porsi pada modal
perusahaan yang berasal dari sumber hutang (kreditur) dan sekaligus porsi
58modal yang bersumber dari pemilik sendiri atau biasa disebut dengan
ekuitas (Romadhoni & Sunaryo, 2017). Rasio hutang adalah salah satu
rasio leverage yang mengukur seberapa besar permodalan yang dimiliki
perusahaan yang bersumber dari komposisi hutang (Kristianti, 2018).
Dalam penelitian ini cara untuk mengukur variabel Struktur Modal diukur
dengan menggunakan proksi Debt to Asset Ratio (DAR). Besarnya hasil
perhitungan DAR menunjukkan besarnya total hutang yang dapat dijamin
dengan total aktiva. Dengan porsi penggunaan hutang pada perusahaan
yang semakin tinggi, maka risiko perusahaan akan meningkat karena
utang dapatmenimbulkan besaran beban bunga yang bersifat tetap pada
perusahaan. Pengukurannya menggunakan rumus sebagai berikut:

DAR = Total Hutang


Total Aset

Anda mungkin juga menyukai