Anda di halaman 1dari 39

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH MANAJEMEN MODAL KERJA TERHADAP


PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR
DI BURSA EFEK INDONESIA
PERIODE 2015-2017

Usulan Penelitian ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyusun tesis S2
Program Studi Akuntansi

OLEH:

NAMA : I NYOMAN ENDRA

PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2021
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam menghadapi perkembangan usaha yang semakin maju, sebuah
perusahaan yang didirikan harus memiliki rencana untuk mencapai suatu tujuan
agar dapat membuat perusahaan hidup dalam jangka panjang, hal tersebut
mengharuskan pelaku usaha bertindak dengan tepat dan cermat dalam
menentukan strategi usahanya, dengan tujuan menghindari adanya langkah keliru
dan dapat mempengaruhi kebijakan perusahaan yang dapat mengancam
kelangsungan hidup perusahaan serta diharapkan perusahaan mampu bertahan
dalam perkembangan ekonomi dunia.

Pada dasarnya setiap perusahaan, didalam menjalankan usahanya, baik yang


bergerak dalam bidang perdagangan, perindustrian, maupun jasa, pasti
mempunyai tujuan tertentu, yaitu mendapatkan laba sebesar-besarnya dengan
menggunakan sumber daya yang dimiliki seefisien mungkin (Hariyanti
Alimuddin, 2016). Dalam upaya memperoleh laba yang optimal hal utama yang
harus diperhatikan adalah masalah keuangan perusahaan dalam hal ini yaitu
modal kerja, karena modal kerja memiliki peranan yang sangat penting dalam
menjalankan operasional perusahaan sehari-hari.

Modal kerja merupakan suatu aset lancar perusahaan yang digunakan untuk
membiayai operasional perusahaan maupun digunakan untuk menghasilkan
barang atau jasa yang kemudian diharapkan dapat menciptakan pendapatan atau
laba. Modal kerja merupakan hal yang paling penting keberadaannya jika ingin
mendirikan suatu usaha, karena setengah atau bahkan lebih dari total aset dalam
laporan keuangan itu merupakan modal kerja perusahaan.

Pengalokasian modal kerja yang tepat sangatlah penting untuk menunjukan


kinerja perusahaan yang baik, jika modal kerja yang tersedia dalam neraca
perusahaan berlebihan akan berdampak tidak baik dan menunjukan adanya modal
yang tidak efektif artinya dana yang seharusnya dapat menghasilkan laba optimal
karena tidak digunakan hal tersebut tidak dapat diperoleh dan akan menimbulkan
kerugian bagi perusahaan yang selanjutnya berakibat pada penurunan tingkat
profitabilitas perusahaan. Begitu juga sebaliknya jika kekurangan modal kerja
yang tersedia dalam neraca perusahaan juga dapat menimbulkan dampak yang
tidak menguntungkan seperti kekurangan dana untuk menunjang oprasional
perusahaan, itu akan berdampak buruk bagi kelangsungan perusahaan. Oleh sebab
itu, perusahaan diharapkan dapat mengelola modal kerja disertai dengan
memperediksi perkembangan ekonomi global dengan sebaik-baiknya diharapkan
dapat berdampak pada pencapaian laba/profitabilitas yang maksimal bagi
perusahaan. Penilaian dari pada modal kerja yang baik dapat dilihat dari beberapa
rasio keuangan seperti melalui perputaran kas, perputaran piutang, perputaran
persediaan, dan penggunaan utang.

Tingkat perputaran kas merupakan ukuran efisiensi penggunaan kas yang


dilakukan perusahaan, karena apabila jumlah kas relatif kecil berarti perputaran
kas tinggi sehingga perusahaan akan atau dapat berada dalam keadaan bangkrut.
Ini berarti semakin besar jumlah kas yang dimiliki perusahaan berarti besar
kemungkinan akan semakin rendah perputarannya (Bintang, 2015). Perputaran
kas berhubungan erat dengan tingkat penjualan yang terjadi, jika tingkat penjualan
tinggi maka perputaran modal untuk kembali menjadi kas juga akan cepat, hal ini
juga akan mempengaruhi cepatnya terealisasi profitabilitas perusahaan.
Kembalinya modal menjadi kas ditambah profitabilitas yang dihasilkan pada
periode tetentu, maka diperiode selanjutnya perusahaan dapat meningkatkan
produksi maupun penjualan yang diharapkan untuk terus meningkatkan profit
perusahaan.

Di dalam mengelola modal kerja, perusahaan juga harus melakukan


manajemen terhadap piutang usaha. Perusahaan harus dapat membuat kebijakan-
kebijakan mengenai penagihan piutang. Kebijakan-kebijakan tersebut dapat
membantu perusahaan dalam menagih piutangnya sesuai dengan jangka waktu
ditentukan. Perputaran piutang akan memberikan dampak yang sangat besar
terhadap profitabilitas perusahaan. Apabila sebuah perusahaan dalam menagih
piutangnya membutuhkan waktu yang terlalu lama maka akan terjadi investasi
modal berlebihan pada piutang, ini akan berdampak buruk bagi perusahaan karena
ada kemungkinan bahwa piutang yang masih belum tertagih sulit untuk direalisasi
menjadi modal kembali. Dengan lamanya perusahaan berinvestasi pada piutang
akan berdampak pada penurunan tingkat profitabilitas dan lebih lagi perusahaaan
akan mengalami kerugian akibat dari piutang tersebut tidak dapat ditagih.

Tingkat profitabilitas sangat dipengaruhi oleh tingkat penjualan hasil


produksi perusahaan. Dalam hal ini jika tingkat penjualan rendah maka tingkat
perputaran persediaan juga akan rendah. Sebaliknya jika tingkat penjualan tinggi
maka tingkat perputaran persediaannya juga akan tinggi. Perusahaan harus dapat
membuat kebijakan-kebijakan mengenai persediaan, karena persediaan
merupakan bagian aset lancar yang memiliki kuantitas yang cukup besar dan
membutuhkan perhatian khusus. Sebagian besar perusahaan mempertahankan
tingakat persediaan pada tingkat tertentu. Hal ini terjadi karena perusahaan ingin
memiliki persediaan yang cukup agar penjualan perusahaan dapat terus berjalan.
Jika persediaan tidak cukup, maka dapat terjadi penurunan volume penjualan
dibawah tingkat yang dapat dicapai. Manajemen mengelola persediaan perusahaan
dengan sebaik-baiknya sehingga kegiatan penjualan perusahaan dapat berjalan
dengan baik (Antonius Lokollo, 2013).

Modal kerja dalam perusahaan tidak serta merta berasal dari pihak internal
perusahaan seperti modal yang berasal dari pemilik perusahaan ataupun dari
pemegang saham, tetapi perusahaan juga harus memanfaatkan bantuan modal dari
pihak ketiga. Dengan adanya utang di pihak ketiga maka manajemen harus
mengelola dengan baik penggunaan utang tersebut. Penggunaan utang yang
terlalu tinggi akan membahayakan perusahaan karena perusahaan akan masuk
dalam kategori extreme leverage (utang ekstrim) yaitu perusahaan terjebak dalam
tingkat utang yang tinggi dan sulit untuk melepaskan beban utang tersebut.
Karena itu sebaiknya perusahaan harus menyeimbangkan berapa utang yang layak
diambil dan dari mana sumber-sumber yang dapat dipakai untuk membayar utang
(Irham Fahmi, 2018:72). Sebaliknya jika penggunaan utang dikelola dengan baik
sebagai modal kerja maka dana tersebut akan sangat berpengaruh terhadap
timbulnya profitabilitas perusahaan.
Penelitian mengenai manajemen modal kerja telah banyak dilakukan, namun
dari beberapa peneliti terdahulu masih terdapat ketidakkonsistenan hasil yang
diperoleh mengenai variabel yang diteliti. Penelitian yang dilakukan oleh
Mardiyana dan Mayang Murni (2018) menyatakan bahwa tingkat perputaran kas
berpengaruh positif terhadap profitabilitas, adanya pengaruh yang positif berarti
bahwa semakin tinggi perputaran kas maka keuntungan yang diperoleh juga
semakin tinggi dengan jumlah kas tertentu yang dimiliki perusahaan dan akan
menghasilkan penjualan yang tinggi.

Penelitian yang dilakukan oleh Rustia Dewi dan Wisadha (2015) menyatakan
bahwa tingkat perputaran piutang berpengaruh negatif terhadap profitabilitas,
tetapi hasil penelitian ini berbeda dengan peneliti Mardiyana dan Mayang Murni
(2018) yang menyatakan perputaran piutang berpengaruh positif terhadap
profitabilitas, adanya pengaruh positif ini berarti semakin tinggi perputaran
piutang maka semakin sedikit modal yang diinvestasikan dalam piutang. Hasil
penelitian tersebut tidak sejalan atau berbanding terbalik dengan hasil penelitian
Luthfiana Andini (2017) yang menyatakan perputaran piutang tidak berpengaruh
terhadap profitabilitas.

Penelitian yang dilakukan oleh Rustia Dewi dan Wisadha (2015) menyatakan
perputaran persediaan berpengaruh negatif terhadap profitabilitas, tetapi hasil
penelitian tersebut berbeda dengan peneliti Lithfiana Andini (2017) dan peneliti
Mardiyana dan Mayang Murni yang menyatakan perputaran persediaan
berpengaruh positif terhadap profitabilitas.

Dari ketidakkonsistenan hasil tersebut maka peneliti sekarang menggunakan


beberapa variabel bebas diantaranya perputaran kas, perputaran piutang,
perputaran persediaan, serta penggunaan utang. Tahun penelitian yaitu tahun 2015
sampai dengan tahun 2017 dan objek penelitian ini berada pada perusahaan
industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Perusahaan industri dasar dan kimia menarik untuk dijadikan objek penelitian
karena industri dasar dan kimia merupakan sektor industri yang sangat dibutuhkan
oleh masyarakat hal tersebut dilihat dari semakin meningkatnya pertumbuhan
sektor industri dasar dan kimia sepanjang 2017 pertumbuhannya mencapai
17,08% year-to-date (ytd). Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee
menyatakan bahwa pertumbuhan sektor industri dasar dan kimia yang tinggi
ditopang oleh berkembangnya beberapa sub sektor di antaranya sub sektor pulp
dan kertas, sub sektor pakan ternak dan sektor kimia. Produk yang dihasilkan pada
sektor tersebut merupakan salah satu kebutuhan bagi setiap orang untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari (Sumber: Kontan.co.id–Jakarta, minggu, 3
Desember 2017).

Berdasar pada penomena tersebut perusahaan khususnya industri dasar dan


kimia harus melakukan strategi dan perencanaan untuk memanfaatkan
pertumbuhan ekonomi tersebut supaya produk dasar dan kimia dapat terus
meningkatkan pertumbuhannya. Pengelolaan modal kerja yang baik merupakan
salah satu hal yang berpengaruh terhadap meningkatnya pertumbuhan ekonomi
perusahaan sehingga perusahaan dapat mengembangkan usahanya di masa yang
akan datang.

Berdasarkan latar belakang, untuk memahami bagaimana pengaruh


manajemen modal kerja terhadap profitabilitas perusahaan, maka dilakukan
penelitian dengan judul “Pengaruh Manajemen Modal Kerja terhadap
Profitabilitas Perusahaan Industri Dasar dan Kimia yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Periode 2015-2017”. Manajemen modal kerja dalam penelitian
ini diproksikan dengan perputaran kas, perputaran piutang, perputaran persediaan,
dan penggunaan utang. Sedangkan profitabilitas diproksikan dengan rasio Return
on Asset (ROA).

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas maka peneliti
merumuskan permasalahan dalam penelitian ini yaitu:
1. Apakah perputaran kas berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan
industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2015-2017?
2. Apakah perputaran piutang berpengaruh terhadap profitabilitas pada
perusahaan industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2015-2017?
3. Apakah perputaran persediaan berpengaruh terhadap profitabilitas pada
perusahaan industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2015-2017?
4. Apakah penggunaan utang berpengaruh terhadap profitabilitas pada
perusahaan industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2015-2017?
1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini yaitu:

Untuk meguji secara empiris pengaruh perputaran kas terhadap profitabilitas pada
perusahaan industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2015-2017?

a. Untuk meguji secara empiris pengaruh perputaran piutang terhadap


profitabilitas pada perusahaan industri dasar dan kimia yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2015-2017?
b. Untuk meguji secara empiris pengaruh perputaran persediaan terhadap
profitabilitas pada perusahaan industri dasar dan kimia yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2015-2017?
c. Untuk meguji secara empiris pengaruh penggunaan utang terhadap
profitabilitas pada perusahaan industri dasar dan kimia yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2015-2017?
2. Kegunaan Penelitian
a. Bagi Mahasiswa
Penelitian ini diharapkan dapat memperluas wawasan dan pengetahuan serta
dapat berguna dalam mengaplikasikan teori yang telah diterima di bangku kuliah
dengan kenyataan yang ada dilapangan dan untuk memenuhi syarat dalam
mencapai gelar Sarjana Ekonomi (SE) pada Fakultas Ekonomi Universitas
Warmadewa Denpasar.

b. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan


manfaat bagi perusahaan atau pemegang saham yang ingin menerapkan
manajemen modal kerja untuk peningkatan profitabilitas perusahaan, khususnya
bagi perusahaan-perusahaan di industri manufaktur. Temuan penelitian ini
diharapkan memberikan manfaat dan masukan pada para pemakai laporan
keuangan dalam membuat keputusan.

c. Bagi Lembaga

Hasil dari penelitian ini diharapkan untuk mampu menjadi sumber informasi
yang diperlukan dan dapat dipakai untuk menambah referensi di perpustakaan
yang dapat dipakai sebagai pedoman bagi mahasiswa yang akan meneliti masalah
yang sama di masa yang akan datang.

2.1 TINJAUAN PUSTAKA


1. Teori Sinyal (Signalling Theory)

Signalling theory menekankan kepada pentingnya informasi yang dikeluarkan


oleh perusahaan terhadap keputusan investasi pihak di luar perusahaan. Informasi
merupakan unsur penting bagi investor dan pelaku bisnis karena informasi pada
hakekatnya menyajikan keterangan, catatan atau gambaran baik untuk keadaan
masa lalu, saat ini maupun keadaan masa yang akan datang bagi kelangsungan
hidup suatu perusahaan dan bagaimana pasaran efeknya. Informasi yang lengkap,
relevan, akurat dan tepat waktu sangat diperlukan oleh investor di pasar modal
sebagai alat analisis untuk mengambil keputusan investasi.
Teori sinyal menjelaskan mengapa perusahaan mempunyai dorongan untuk
memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal. Dorongan
perusahaan untuk memberikan informasi adalah karena terdapat asimetri informasi
antara perusahaan dan pihak luar. Perusahaan mempunyai informasi lebih banyak
daripada pihak luar (investor, kreditor). Salah satu cara untuk mengurangi
informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar, salah
satunya berupa informasi keuangan yang dapat dipercaya dan akan mengurangi
ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan datang (Antonius
Lokollo, 2013). Memberikan sinyal yang positif perlu dilakukan oleh perusahaan
dengan cara menginformasikan secara luas kepada pihak luar bagaimana kinerja
perusahaan khususnya bagaimana perusahaan dapat mengelola modal kerjanya
yang berupa pengelolaan kas, piutang, persediaan maupun bagaimana hubungan
perusahaan terhadap pihak ketiga yang memberikan tambahan dana yang berupa
utang. Hal tersebut diharapkan dapat menjadikan pihak eksternal yakin terhadap
kinerja perusahaan. Keyakinan tersebut akan sangat berdampak positif bagi
kelangsungan usaha karena baik investor, stakeholder, konsumen maupun
masyarakat secara luas akan melihat kinerja perusahaan dengan sangat cermat,
selain itu memberikan informasi secara luas tentang pengelolaan perusahaan untuk
lebih meyakinkan bahwa laba yang diperoleh adalah laba yang benar-benar
bersumber dari hasil kinerja perusahaan bukan merupakan laba yang direkayasa
oleh pihak perusahaan demi mendapat respon yang positif bagi pihak luar.

2. Modal kerja

Modal kerja adalah Investasi sebuah perusahaan pada aktiva-aktiva jangka


pendek-kas, sekuritas, persediaan dan piutang (Irham Fahmi, 2018:100). Modal
kerja merupakan suatu aset yang digunakan untuk membiayai operasional
perusahaan maupun digunakan untuk menghasilkan barang atau jasa yang
kemudian diharapkan dapat menciptakan pendapatan atau laba. Modal kerja
merupakan hal yang paling penting keberadaannya jika ingin mendirikan suatu
usaha, karena setengah atau bahkan lebih dari total aset dalam laporan keuangan
itu merupakan modal kerja perusahaan. Modal kerja terdiri dari kas, piutang,
persediaan dan modal dari pihak lain yaitu utang usaha. Manajemen modal kerja

Manajemen modal kerja adalah kegiatan yang mencakup manajemen atas


aktiva lancar dan kewajiban jangka pendek yang digunakan untuk
memaksimalkan nilai perusahaan dengan mengelola aktiva lancar sehingga
tingkat pengembalian sama atau lebih besar dari biaya modal yang digunakan dan
pengawasan terhadap arus dana dalam aktiva lancar tersebut (Mardiyana dan
Mayang Murni, 2018).

a. Kebijakan modal kerja

Kebijakan modal kerja adalah keputusan-keputusan kebijakan dasar yang


berhubungan dengan (1) tingkat sasaran untuk masing-masing kategori aktiva
lancar dan (2) bagaimana aktiva lancar tersebut akan didanai. Kebijakan modal
kerja akan melibatkan dua pertanyaan dasar (Irham Fahmi, 2018:100):

1) Berapakah jumlah aktiva lancar yang layak untuk dimiliki perusahaan, naik
secara total maupun untuk masing-masing akun yang spesifik, dan
2) Bagaimana sebaiknya aktiva lancar didanai.

Dari dua pertanyaan dasar diatas dapat ditafsirkan bahwa kebijakan modal
kerja bersifat sangat hati-hati (prudent), dalam artian jika pihak manajer bertindak
gegabah dengan menempatkan dana yang terlalu besar pada salah satu akun atau
sebaliknya terlalu kecil maka dampaknya akan mengganggu stabilitas keuangan
perusahaan. Seperti misalnya jika kas perusahaan terlalu besar maka perusahaan
dianggap likuid namun itu telah memposisikan perusahaan menjadi tidak optimal
dalam mempergunakan dana yang dimiliki. Artinya memungkinkan terjadinya
penumpukan dana yang menganggur (idle money) dalam bentuk kas secara tidak
terkontrol. Secara tegasnya kebijakan modal kerja adalah kebijakan pengontrolan
modal secara sistematis dan berkelanjutan.

b. Konsep modal kerja


Seorang manajer keuangan yang bijaksana akan selalu mendasarkan
berbagai keputusan dengan menyeimbangkan pemahaman antara kondisi realita di
pasar (market condition) dan kepemilikan teori, yaitu konsep dalam bidang
manajemen modal kerja. Dengan tujuan dihasilkannya keputusan yang aspiratif
credible (terpercaya). Ada tiga konsep modal kerja yaitu konsep kuantitatif,
kualitatif dan fungsional (Bambang Riyanto, Irham Fahmi, 2018:105):

1) Konsep kuantitatif

Konsep ini mendasarkan pada kuantitas dari dana yang tertanam dalam
unsur-unsur aktiva lancar dimana aktiva ini merupakan aktiva yang sekali
berputar kembali dalam bentuk semula atau aktiva dimana dana yang tertanam di
dalamnya akan dapat bebas lagi dalam waktu yang pendek. Dengan demikian
modal kerja dalam konsep ini adalah keseluruhan dari jumlah aktiva lancar.

2) Konsep kualitatif

Modal kerja dalam konsep ini adalah sebagian dari aktiva lancar yang
benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasinya perusahaan tanpa
mengganggunya, yaitu yang merupakan kelebihan aktiva lancar di atas utang
lancarnya.

3) Konsep fungsional

Konsep ini mendasarkan pada fungsi dari dana dalam menghasilkan


pendapatan (income). Setiap dana yang dikerjakan atau digunakan dalam
perusahaan adalah dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Ada sebagian
dana yang digunakan dalam suatu periode accounting tertentu yang seluruhnya
langsung menghasilkan pendapatan bagi periode tersebut dan ada sebagian dana
lain yang digunakan selama periode tersebut tetapi tidak seluruhnya digunakan
untuk menghasilkan current income. Sumber modal kerja

Suatu perusahaan membutuhkan dana operasional untuk selalu mandanai


kebutuhan aktivitas operasional perusahaan seperti membayar gaji karyawan, gaji
buruh, membayar listrik dan telepon, pembelian bahan mentah dan lain.
Kebutuhan dana tersebut bersumber dari modal kerja, dan sumber modal kerja
bersumber dari beberapa sumber yaitu Pendapatan bersih, Peningkatan kewajiban
yang tidak lancar, Kenaikan ekuitas para pemegang saham, dan Penurunan aktiva
yang tidak lancer (Irham Fahmi, 2018:102).

c. Efisiensi modal kerja

Efisiensi modal kerja adalah ketepatan cara dalam mengupayakan agar


modal kerja yang tersedia dalam keadaan cukup. Dalam pengelolaan modal kerja
elemen yang perlu diperhatikan yaitu kas, piutang dan persediaan serta
penggunaan utang dari pihak lain secara bijaksana. Semakin cepat tingkat
perputaran masing-masing elemen maka modal kerja dapat dikatakan efisien
(Mardiyana dan Mayang Murni, 2018).

d. Pentingnya memahami manajemen modal kerja

Ada banyak alasan yang mendasari pentingnya manajemen modal kerja


(working Capital management) dan itu tidak sekecuali bagi para manajer di
perusahaan. Manajemen modal kerja sangat penting karena alasan berikut ini
(Irham Fahmi, 2018: 101):

1) Sebagian besar proporsi waktu manajer finansial adalah dialokasikan untuk


manajemen modal kerja.
2) Lebih dari lima puluh persen dari total asset umumnya diinvestasikan pada
aktiva lancar.
3) Hubungan antara pertumbuhan penjualan dan kebutuhan investasi pada
aktiva lancar adalah sangat erat dan langsung.
4) Untuk perusahaan kecil, manajemen modal kerja menjadi sangat penting.
5) Investasi pada aktiva tetap dapat dikurangi dengan cara menyewa atau
leasing, tetapi investasi aktiva lancar terutama pada piutang dan persediaan
tidak dapat dihindarkan.
6) Karena keterbatasan akses perusahaan kecil dalam pasar modal, maka
mereka hanya menyadarkan diri pada utang jangka pendek, sehingga
meningkatnya utang jangka pendek menyebabkan modal kerja neto
menurun.
3. Kas
a. Pengertian kas

Kas atau uang adalah satuan nilai yang dijadikan sebagai alat transaksi
dalam setiap pembayaran di masyarakat, dimana pada uang tersebut tercantum
nilai nominal, penerbit serta ketentuan lainnya. Secara umum ada 3 alasan suatu
perusahaan harus memiliki ketersediaan kas dalam jumlah yang selalu mencukupi,
yaitu (Irham Fahmi, 2018:108):

1) Untuk transaksi. Aktivitas transaksi suatu perusahaan cenderung selalu


besar, dan semakin tinggi perputaran kas suatu perusahaan maka semakin
tinggi juga kebutuhan dana yang diperlukan untuk menunjang transaksi
tersebut.
2) Sebagai cadangan (reserve). Keputusan reserve dilakukan dalam rangka
mengantisifasi pihak perusahaan jika sewaktu-waktu kondisi ekonomi
berlangsung secara tidak sesuai harapan, maka dana cadangan yang tersedia
dapat dipakai untuk mengantisipasinya.
3) Motif spekulasi. Motif spekulasi dimaksudkan untuk memeperoleh
keuntungan dari memiliki atau mengentisipasi kas dalam bentuk investasi
yang sangat likuid.

Manejemen kas menjadi penting karena kas merupakan aktiva perusahaan


yang sangat besar perannya terhadap pemenuhan kebutuhan perusahaan, sehingga
pemenuhan terhadap kas juga perlu dipenuhi perusahaan, perusahaan harus
memiliki kas pada titik tertentu agar masih dapat menjamin terlaksananya
kegiatan operasi perusahaan dan sehingga dapat menghasilkan profit, selain
terhadap pendanaan, kas juga berpengaruh terhadap keputusan investasi
perusahaan (Alfian, 2013).

b. Perputaran kas
Manajemen kas mencakup pengumpulan yang efisien, pembayaran dan
investasi sementara kas, sehingga perusahaan akan diuntungkan jika penerimaan
kas dapat dipercepat dan pembayaran kas dapat diperlambat (Horne dan
Wachowicz, 1997 dalam Alfian, 2013). Dari hal tersebut dapat disimpulkan
bahwa manajemen kas yang baik adalah manajemen kas yang efisien. Manajemen
kas yang efisien dapat dilihat dari pengumpulannya terhadap kas, atau jangka
waktu dari kas yang dikeluarkan untuk dapat kembali menjadi kas selama satu
periode, atau biasa disebut dengan perputaran kas (cash turnover). Dengan
mengetahui perputaran kas, perusahaan dapat mengetahui berapa kali dalam satu
periode kas dapat berputar kembali menjadi kas setelah diinvestasikan. Formula
untuk mengetahui perputaran kas dalam satu periode adalah sebagai berikut
(Husnan, 1998:544 dalam Alfian, 2013):

Penjualan
Tingkat Perputaran Kas=
Rata−ratakas

Semakin tinggi atau semakin besar perputaran kas maka semakin efisien
pengelolaan kas suatu perusahaan dan dapat menyebabkan tingkat profitabilitas
perusahaan juga semakin besar. Hal tersebut dipengaruhi oleh tingkat penjualan,
jika tingkat penjualan tinggi maka perputaran kas juga tinggi, berlaku juga
sebaliknya.

4. Piutang
a. Pengertian piutang

Piutang merupakan bentuk penjualan yang dilakuakan oleh suatu


perusahaan dimana pembayarannya tidak dilakukan secara tunai, namun bersifat
bertahap. Penjualan piutang berarti lebih jauh perusahaan menerapkan manajemen
kredit. Dan salah satu tujuan dari manajemen kredit adalah tercapainya target
penjualan sesuai dengan perencanaan, serta selanjutnya menunggu masuknya dana
angsuran ke kas perusahaan (Irham Fahmi, 2018:137).

Penjualan produk secara kredit atau piutang dagang dilakukan dengan


maksud untuk menggenjot penjualan agar tercapai sesuai dengan target yang
diinginkan. Namun persoalan sering terjadi pada saat angka penjualan kredit
diperbesar menjadi seiring dengan meningkatnya piutang ragu-ragu (bad debt),
semakin besar piutang ragu-ragu maka semakin besar permasalahan yang harus
dihadapi oleh perusahaan dikemudian hari, dan ini lebih jauh berakibat pada
mengecilnya perolehan keuntungan yang akan diterima. (Irham Fahmi, 2018:138).

b. Perputaran piutang

Dalam konsep piutang semakin tinggi perputaran piutang maka semakin


tidak baik. Karena itu bagi suatu perusahaan untuk menaikan angka penjualan
salah satu caranya dengan menerapkan kebijakan piutang, termasuk memperlunak
jangka waktu piutang. Adapun rumus untuk menghitung perputaran piutang
(receivables turnover) adalah (Irham Fahmi, 2018:155):

Net Credit Sales


Receivables Turnover =
Average Receivables

5. Persediaan
a. Pengertian manajemen persediaan

Manajemen persediaan adalah kemampuan suatu perusahaan dalam


mengetur dan mengelola setiap kebutuhan barang baik barang mentah, barang
setengah jadi, dan barang jadi agar selalu tersedia baik dalam kondisi pasar yang
stabil dan berfluktuasi (Irham Fahmi, 2018:244). Untuk mewujudkan persediaan
terlaksana secara baik dan stabil maka pihak perusahaan harus menerapkan
konsep manajemen persediaan yang realitas dan dapat diterima oleh berbagai
pihak.

b. Perputaran persediaan

Kondisi perusahaan yang baik adalah dimana kepemilikan persediaan dan


perputaran adalah selalu berada dalam kondisi yang seimbang, artinya jika
perputaran persediaan adalah kecil maka akan terjadi penumpukan barang dalam
jumlah yang banyak di gudang, namun jika perputaran terlalu tinggi maka jumlah
barang yang tersimpan di gudang akan kecil, sehingga sewaktu-waktu terjadi
kehilangan bahan/barang di pasaran dalam kejadian yang bersifat di luar
perhitungan seperti gagal panen, bencana alam, kekacauan stabilitas politik dan
keamanan serta berbagai kejadian lainnya. Maka ini bisa menyebabkan
perusahaan terganggu aktivitas produksinya dan lebih jauh berpengaruh pada sisi
penjualan serta perolehan keuntungan. Dengan begitu bagi pihak manajemen
produksi perlu menjaga keseimbangan dengan baik yaitu dengan memahami
kondisi pasar saat ini dan yang akan datang (Irham Fahmi, 2018: 78). Adapun
rumus dari perputaran persediaan (inventory turnover) adalah (Irham Fahmi,
2018:77):

Cost of Good Sold


Inventory Turnover=
Average Inventory

6. Penggunaan utang
a. Pengertian utang

Utang merupakan kewajiban yang dimiliki oleh pihak perusahaan yang


bersumber dari dana eksternal baik yang berasal dari sumber pinjaman perbankan,
leasing, penjualan obligasi dan sejenisnya (Irham Fahmi, 2018:160). Setiap
keputusan yang menyangkut dengan pengambilan dan penambahan utang harus
dilihat dari 2 perspektif, yaitu (Irham Fahmi, 2018:161):

1) Perspektif manajemen perusahaan

Dari sudut manajemen perusahaan utang dilihat dari sumber dana alternatif
yang mampu memberikan solusi yang bersifat konstruktif, baik secara jangka
pendek dan jangka panjang. Karena harus diingat manajemen perusahaan adalah
mereka yang harus memiliki sifat dinamis, kreatif, dan inovatif dalam bekerja
termasuk mampu memberikan kenaikan perolehan keuntungan setiap waktunya.
Dan memang salah satu tugas manajemen perusahaan adalah mampu memberikan
kemakmuran maksimal kepada pemegang saham.

2) Perspektif para pemegang saham


Dari sudt pandang pemegang saham, utang adalah sumber pendanaan
eksternal yang lebih disukai karena dua alasan:

a) Bunga atas sebagian besar utang jumlahnya tetap, dan jika bunga lebih kecil
daripada pengambilan atas aset operasi bersih, selisih pengambilan tersebut
akan menjadi keuntungan bagi investor ekuitas.
b) Bunga merupakan beban yang dapat mengurangi pajak, sedangkan dividen
tidak.

Dalam konsep psikologis kepemilikan utang mampu memberi motivasi


untuk bekerja secara lebih kreatif dan inovatif. Jika manajemen telah bekerja
secara kreatif dan inovatif dalam mengolah dana yang ada maka dari dana tersebut
akan dapat menimbulkan profitabilitas untuk mensejahterakan pemilik
perusahaan.

b. Rasio penggunaan utang

Penggunaan utang yang terlalu tinggi akan membahayakan perusahaan


karena perusahaan akan masuk dalam kategori exteme leverage (utang ekstrim)
yaitu perusahaan terjebak dalam tingkat utang yang tinggi dan sulit untuk
melepaskan beban utang tersebut. Karena itu sebaiknya perusahaan harus
menyeimbangkan beberapa utang yang layak diambil dan dari mana sumber-
sumber yang dapat dipakai untuk membayar utang (Irham Fahmi, 2018:72).

Pengunaan utang dapat diukur dengan Debt Ratio. Debt Ratio adalah rasio
yang dihasilkan dengan membandingkan jumlah aset disatu pihak dengan jumlah
utang di pihak lain. Rasio ini menunjukkan besarnya utang yang digunakan untuk
membiayai aktiva yang digunakan oleh perusahaan dalam rangka menjalankan
aktivitas operasionalnya. Semakin besar debt ratio menunjukkan semakin besar
tingkat ketergantungan perusahaan terhadap pihak eksternal (kreditur) dan
semakin besar pula beban biaya hutang (biaya bunga) yang harus dibayar oleh
perusahaan (Lokollo, 2013). Adapun rumus debt ratio adalah (Irham Fahmi,
2018:72):
Total Liabilitas
Debt Ratio=
Total Assets

7. Profitabilitas
a. Pengertian rasio profitabilitas

Rasio profitabilitas merupakan rasio yang mengukur efektivitas manajemen


secara keseluruhan yang ditunjukan oeh besar kecilnya tingkat keuntungan yang
diperoleh dalam hubungan penjualan maupun investasi. Semakin baik rasio
profitabilitas maka semakin baik menggambarkan kemampuan tingginya peroehan
keuntungan perusahaan (Irham Fahmi, 2018:80). Profitabilitas menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba atau keuntungan, dan dengan
profitabilitas yang baik berarti perusahaan tersebut memiliki kemampuan yang
baik dalam menghasilkan laba, laba perusahaan dapat digunakan untuk membayar
berbagai kebutuhan perusahaan baik membayar kewajiban untuk kegiatan operasi
perusahaan maupun untuk kepentingan investasi. Laba juga telah menjadi tujuan
dari berbagai aktivitas bisnis yang terjadi (Andini, 2017).

Karena dari profitabilitas dapat diketahui kinerja keuangan perusahaan


secara menyeluruh maka profitabilitas tidak hanya dibutuhkan oleh kalangan
internal perusahaan, tetapi juga kalangan eksternal perusahaan yang memiliki
kepentingan terhadap perusahaan tersebut. Kalangan eksternal tesebut merupakan
pihak-pihak yang membutuhkan gambaran dari kinerja perusahaan seperti kreditor
dan investor. Mereka akan memilih perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang
menurut mereka dapat menguntungkan mereka jika memberikan pendanaan pada
perusahaan tersebut (Andini, 2017).

b. Rasio Profitabilitas

Rasio profitabilitas ini mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan


yang ditunjukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam
hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Semakin baik rasio
profitabilitas maka semakin baik menggambarkan kemampuan tingginya
perolehan keuntungan perusahaan. Rasio profitabilitas secara umum ada 4, yaitu
gross profit margin, net profit margin, return on investasi, dan return on equity
(Irham Fahmi, 2018:80).

1) Gross Profit Margin (GPM)

Rasio gross profit margin merupakan margil laba kotor. Margin laba kotor,
yang memperlihatkan hubugan antara penjualan dan beban pokok penjualan,
mengukur kemampuan sebuah perusahaan untuk mengendalikan biaya persediaan
atau biaya operasi barang maupun untuk meneruskan kenaikan harga lewat
penjualan kepada pelanggan. Adapun rumus rasio gross profit margin adalah:

sales−Cost of Good Sold


GPM=
Sales

2) Net Profit Margin (NPM)

Rasio net profit margin disebut juga dengan rasio pendapatan terhadap
penjualan. Margin laba bersih sama dengan laba bersih dibagi dengan penjualan
bersih. Ini menunjukan kestabilan kesatuan untuk menghasilkan perolehan pada
tingkat penjualan khusus. Adapun rumus rasio net profit margin adalah:

Earning After Tax (EAT )


NPM=
Sales
3) Return on Investment (ROI)

Rasio return on investment atau pengembalian investasi. Rasio ini melihat


sejauh mana investasi yang telah ditanamkan mampu memberikan pengembalian
keuntungan sesuai dengan yang diharapkan. Dan investasi tersebut sama dengan
aset perusahaan yang ditanamkan atau ditempatkan. Adapun rumus return on
investment adalah:

Earning After Tax( EAT )


ROI=
Total Assets

4) Return on Equity (ROE)

Return on Equity disebut juga laba atas equity. Di beberapa referensi disebut
juga dengan rasio total asset turnover atau perputaran total aset. Rasio ini
mengkaji sejauh mana perusahaan mempergunakan sumber yang dimiliki untuk
mampu memberikan laba atas ekuitas. Adapun rumus return on equity (ROE)
yaitu:

Earning After Tax (EAT )


ROE=
Sharehilders Equity

2.2 Publikasi Penelitian Sebelumnya

Penjabaran publikasi penelitian sebelumnya ini dimaksudkan untuk


menggali informasi tentang ruang penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini.
Penelitian sebelumnya yang dipilih diantaranya adalah sebagai berikut:

Pertama, Antonius Lakollo (2013), dengan judul penelitian “Pengaruh


Manajamen Modal Kerja dan Rasio Keuangan Terhadap Profitabilitas pada
Industri Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2011”.
Variabel yang diteliti yaitu Periode Pengumpulan Piutang, periode pembayaran
utang, rasio lancar, ukuran perusahaan, perputaran persediaan, pengunaan utang
terhadap profitabilitas. Sampel yang digunakan berjumlah 121 perusahaan. Hasil
penelitiannya yaitu Periode Pengumpulan Piutang, periode pembayaran utang,
rasio lancar, perputaran persediaan, pengunaan utang berpegaruh negatif terhadap
profitabilitas dan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap profitabilitas.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian sekarang adalah meneliti pengaruh
modal kerja terhadap profitabilitas, sedangkan perbedaannya dari segi periode
penelitian, rasio-rasio modal kerja dan profitabilitas yang digunakan.

Kedua, Ni Made Rustia Dewi dan I Gede Supartha Wisadha (2015), dengan
judul penelitian “Pengaruh Manajemen Modal Kerja Pada Profitabilitas
Perusahaan Manufaktur”. Variabel yang diteliti yaitu periode pengumpulan
piutang rata-rata, periode perputaran persediaan harian, periode rata-rata
pembayaran utang terhadap profitabilitas (Gross Profit Margin). Sampel
perusahaan yang digunakan berjumlah 61 perusahaan yang menerbitkan laporan
keuangan tahunan periode 2011-2013. Hasil penelitian ini menunjukan periode
pengumpulan piutang rata-rata, periode perputaran persediaan harian, dan periode
rata-rata pembayaran utang yaitu berpengaruh negatif terhadap profitabilitas.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian sekarang adalah sama-sama meneliti
tentang pengaruh modal kerja terhadap profitabilitas, sedangkan perbedaannya
dari segi periode penelitian dan rasio-rasio modal kerja dan profitabilitas yang
digunakan.

Ketiga, Hariyanti Alimuddin (2016), dengan judul penelitian “Pengaruh


Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada PT. Semen Tonasa (Persero) Di
Kabupaten Pangkep”. Variabel yang diteliti yaitu modal kerja terhadap
profitabilitas. Sampel perusahaan yang digunakan yaitu PT. Semen Tonasa yang
menerbitkan laporan pada periode 2010-2014. Hasil penelitian ini menunjukan
modal kerja berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap profitabilitas.
Persamaan penelitian ini yaitu meneliti tentang modal kerja terhadap
profitaabilitas, sedangkan perbedaannya dari segi periode, rasio yang digunakan
dan tempat penelitiannya.

Keempat, Luthfiana Andini (2017), dengan judul penelitian yaitu “Pengaruh


Manajemen Modal Kerja terhadap Profitabilitas (Studi Perusahaan yang Terdaftar
di Jakarta Islamic Index Tahun 2013-2016). Variabel yang diteliti yaitu
perputaran modal kerja, perputaran persediaan, dan perputaran piutang terhadap
profitabilitas (Return on Asset). Sampel perusahaan yang digunakan berjumlah 12
perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan periode 2013-2016. Hasil
penelitian ini menunjukan perputaran modal kerja dan persediaan berpengaruh
positif dan signifikan sedangkan perputaran piutang tidak terdapat pengaruh yang
signifikan terhadap profitabilitas. Persamaan penelitian ini dengan peneliti
sekarang yaitu sama-sama meneliti tentang modal kerja terhadap profitabilitas,
sedangkan perbedaanya yaitu periode penelitian, rasio yang digunakan serta
tempat penelitiannya.

Kelima, Mardiyana dan Mayang Murni (2018), dengan judul penelitian


“Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan
Farmasi Yang Terdaftar Di BEI”. Variabel yang diteliti yaitu perputaran kas,
perputaran piutang, perputaran persediaan terhadap profitabilitas (Return on
Asset). Sampel perusahaan yang digunakan sebanyak 4 perusahaan yang
menerbitkan laporan keuangan periode 2012-2016. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa perputaran kas dan perputaran piutang berpengaruh signifikan terhadap
profitabilitas, sedangkan perputaran persediaan tidak berpengaruh signifikan
terhadap profitabilitas. Persamaan penelitian ini yaitu sama-sama meneliti tentag
modal kerja terhadap profitabilitas, sedangkan perbedaannya yaitu dari tempat,
rasio keuangan, serta periode penelitiannya.

Dari publikasi penelitian sebelunnya didapat hasil yang tidak konsisten


maka dari itu, peneliti sekarang mencoba melakukan penelitian pada perusahaan
industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan
pembahasan mengenai manajemen modal kerja dengan rasio keuangan yang
dipakai yaitu perputaran kas, perputaran piutang, perputaran persediaan, dan
penggunaan utang serta profitabilitas dengan menggunakan rasio Return on Asset
(ROA).

2.3 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan teori yang telah disampaikan bahwa perubahan modal kerja


dapat mempengaruhi tingkat profitabilitas. Oleh karena itu, modal kerja perlu
dikelola dengan baik untuk mendapatkan hasil sesuai tujuan perusahaan. Indikator
yang dapat digunakan dalam menilai tingkat efisien atau tidaknya modal kerja
suatu perusahaan dapat dilihat dari perputaran modal kerja. Penelitian ini akan
meneliti pengaruh tingkat perputaran kas terhadap profitabilitas. Semakin tinggi
perputaran kas maka semakin efisien pengelolaan kas suatu perusahaan, jika
semakin besar perputaran kasnya maka semakin tinggi pula tingkat profitabilitas
yang dapat dihasilkan.

Penelitian ini akan meneliti pengaruh tingkat perputaran piutang terhadap


profitabilitas. Semakin tinggi perputaran piutang, maka semakin efisien
pengelolaan piutangnya. Jika perusahaan mampu mengumpulkan kas yang berasal
dari piutang dengan cepat maka profitabilitas akan cepat terealisasi.
Penelitian ini juga meneliti pengaruh tingkat perputaran persediaan terhadap
profitabilitas. Bila tingkat perputaran persediaan tinggi berarti kemampuan
perusahaan dalam menjual produk-produknya akan tinggi.

Penelitian ini juga meneliti pengaruh penggunaan utang terhadap


profitabilitas. Bila perusahaan menggunakan utang sebagai sumber pembiayaan
dalam mendukung kegiatan operasi maka akan mengurangi profitabilitas. Karena
utang-utang itu akan memberikan beban kepada perusahaan, sehingga perusahaan
harus menyiapkan sejumlah dana untuk membayar utang-utang tersebut.
Gambar 1
Kerangka Pemikiran Penelitian

Teori Pendukung:

1. Antonuis lakollo (2013), Pengaruh Manajamen


Modal Kerja dan Rasio Keuangan Terhadap
Profitabilitas pada Industri Manufaktur yang
Terdaftar BEI Tahun 2011.
Teori Utama: 2. Rustia Dewi & Supartha Wisada (2015),
Pengaruh Manajemen Modal Kerja Pada
Signalling Theory
Profitabilitas Perusahaan Manufaktur.
3. Hariyanti Halimudin (2016), Pengaruh Modal
Kerja Terhadap Profitabilitas Pada PT. Semen
Tonasa (Persero) Di Kabupaten Pangkep.
4. Luthfiana Andini (2017), Pengaruh Manajemen
Modal Kerja Terhadap Profitabilitas (Studi
Perusahaan Yang Terdaftar Di Jakarta Islamic
Index Tahun 2013-2016).
5. Mardiyana & Mayang Murni (2018), Pengaruh
Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas
Pada Perusahaan Farmasi Yang Terdaftar Di BEI.

Hipotesis:
1. H1: Perputaran kas berpengaruh positif terhadap profitabilitas.
2. H2: Perputaran piutang berpengaruh positif terhadap profitabilitas.
3. H3: Perputaran persediaan berpengaruh positif terhadap profitabilitas.
4. H4: Penggunaan utang berpengaruh negatif terhadap profitabilitas.

Analisis Data:
Analisis Regrasi Linear Berganda

Hasil Penelitian

Simpulan
Gambar 2
Model penelitian

Perputaran Kas
(X1) +

Perputaran Piutang
(X2) + Profitabilitas
Return on Asset (ROA)
(Y)
Perputaran Persediaan
(X3) +

Penggunaan Utang
(X4) -

2.4 Hipotesis

Hipotesis adalah suatu pernyataan dan dugaan mengenai sesuatu yang masih
perlu diuji atau dibuktikan kebenarannya. Dalam penelitian ini terdapat empat
hipotesis antara lain yaitu perputaran kas berpengaruh positif terhadap
profitabilitas, perputaran piutang berpengaruh positif terhadap profitabilitas,
perputaran persediaan berpengaruh positif terhadap profitabilitas, dan penggunaan
utang berpengaruh negatif terhadap profitabilitas. Secara lebih jelas hipotesis-
hipotesis tersebut disajikan sebagai berikut:

1. Pengaruh perputaran kas terhadap profitabilitas

Dalam pendirian perusahaan tentunya bertujuan memaksimalkan


keuntungan, untuk mewujudkan hal tersebut maka salah satunya perusahaan harus
mengelola dengan baik perputaran kasnya. Perputaran kas yang tinggi
menunjukan semakin efisienlah pengelolaan kas, hal tersebut berkaitan dengan
tingkat penjualan. Jika tingkat penjualan tinggi maka perputaran kas dalam
perusahaan juga akan tinggi hal tersebut akan berpengaruh pada meningkatnya
profitabilitas. Sebaliknya jika tingkat penjualan rendah maka perputaran kas juga
akan rendah, hal ini menyebabkan menurunnya tingkat profitabilitas. Pernyataan
tersebut didukung oleh penelitian Mardiyana dan Mayang Murni, (2018) yang
menyatakan bahwa perputaran kas berpengaruh positif signifikan terhadap
profitabilitas. Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu, maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1: Perputaran kas berpengaruh positif terhadap profitabilitas pada


perusahaan industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2015-2017.
2. Pengaruh perputaran piutang terhadap profitabilitas

Dalam pendirian perusahaan tentunya bertujuan memaksimalkan


keuntungan, untuk mewujudkan hal tersebut maka salah satunya perusahaan harus
mengelola dengan baik tingkat perputaran piutangnya. Semakin tinggi perputaran
piutangnya maka semakin kecil kemungkinan timbulnya piutang tak tertagih, hal
tersebut menunjukan pengelolaan piutang yang baik dan kemudian akan
berdampak pada meningkatnya tingkat profitabilitas perusahaan. Pernyataan
tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Mardiyana dan Mayang
Murni (2018) menyatakan perputaran piutang berpengaruh positif terhadap
profitabilitas. Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu, maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H2: tingkat perputaran piutang berpengaruh positif terhadap profitabilitas


pada perusahaan industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia periode 2015-2017.
3. Pengaruh perputaran persediaan terhadap profitabilitas

Dalam pendirian perusahaan tentunya bertujuan memaksimalkan


keuntungan, untuk mencapai tujuan tersebut maka perusahaan diharuskan
mengelola dengan baik perputaran persediaannya. Jika perputaran persediaanya
rendah maka modal yang diinvestasikan dalam persediaan lambat kembali
menjadi kas menyebabkan tidak dapat terealisasi dan kemungkinan mengalami
penuruna profit. Sedangkan jika perputaran persediaannya tinggi maka modal
yang diinvestasikan dalam persediaan cepat terealisasi mejadi kas dan secara
langsung akan menimbulkan profitabilitas. Pernyataan tersebut didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Luthfiana Andini (2017) dan Mardiyana dan
Mayang Murni (2018) yang menyatakan bahwa perputaran persediaan
berpengaruh positif terhadap profitabilitas. Berdasarkan teori dan hasil penelitian
terdahulu, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H3: perputaran persediaan berpengaruh positif terhadap profitabilitas


pada perusahaan industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia periode 2015-2017.
4. Pengaruh penggunaan utang terhadap profitabilitas

Dalam pendirian perusahaan tentunya bertujuan memaksimalkan


keuntungan untuk mensejahterakan pemilik maupun pengelola perusahaan, untuk
mencapai tujuan tersebut maka perusahaan diharuskan memaksimalkan kebutuhan
yang diperlukan untuk melakukan operasional perusahaaan yang diharapkan dapat
memaksimalkan laba. Untuk memaksimalkan kebutuhan tentunya dibutuhkan
dana untuk memperolehnya, dana tersebut dapat diperoleh dari modal sendiri
maupun penggunaan utang. Jika dalam pemenuhan kebutuhan menggunakan
utang sebagai dananya maka perusahaan harus menyisihkan sebagian dananya
untuk membiayai utang tersebut. Dari penyisihan dana tersebut berakibat pada
penurunan tingkat profitabilitas perusahaan. Pernyataan tersebut didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Antonius Lakollo (2013) yang menyatakan bahwa
penggunaan utang berpengaruh negatif terhadap profitabilitas perusahaan. Dari
teori dan hasil penelitian terdahulu maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut:

H4: Tingkat penggunaan utang beperngaruh negatif terhadap


profitabilitas pada perusahaan industri dasar dan kimia yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia periode 2015-2017.

3.1 Tempat dan Objek Penelitian


1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan industri dasar dan kimia yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2015 sampai 2017.

2. Obyek penelitian

Obyek dari penelitian ini adalah laporan keuangan berupa laporan posisi
keuangan dan laporan laba rugi perusahaan industri dasar dan kimia yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia periode 2015 sampai 2017.

3.2 Populasi dan Metode Penentuan Sampel


1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan industri dasar dan kimia
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015 sampai 2017 dimana populasi
dalam penelitian ini sebanyak 69 perusahaan. Kenapa perusahaan industri dasar dan
kimia yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini, karena perusahaan-
perusahaan dalam industri dasar dan kimia memiliki laporan keuangan yang spesifik dan
sesuai dengan kriteria pemilihan sampel. Selain itu perusahaan perusahaan dalam
industri dasar dan kimia memiliki karakteristik tersendiri seperti pelaporan keuangan
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tidak terlalu banyak dipengaruhi
oleh berbagai peraturan yang ada sehingga cenderung jarang berubah dan mejadi
relevan digunakan dalam sampel penelitian ini.

2. Metode Penentuan Sampel

Penelitian ini menggunakan teknik penarikan sampel dengan non random


sampling yaitu purposive sampling. Purposive sampling (penarikan sampel
bertujuan) adalah suatu cara pengambilan sampel dengan tujuan tertentu.
Anggota-anggota sampel akan dipilih sedemikian rupa, sehingga sampel yang
dibentuk tersebut diharapkan dapat mewakili (mencerminkan) sifat-sifat populasi
induknya (Nata Wirawan, 2014:99). Kriteria yang digunakan dapat berdasarkan
pertimbangan tertentu. Kriteria penarikan sampel dalam penelitian ini sebagai
berikut:
a. Perusahaan industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2015-2017.
b. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan untuk periode berakhir pada
tanggal 31 Desember.
c. Perusahaan yang dipilih memiliki data lengkap terkait dengan variabel
veriabel yang digunakan dalam penelitian.
d. Data laporan keuangan disajikan dalam bentuk mata uang Indonesia atau
rupiah.
Tabel 2
Tahap Penentuan Jumlah Sampel

Jumlah
No Kreteria Sampel
Perusahaan

Perusahaan Industri Dasar dan Kimia yang terdaftar di


1 69
Bursa Efek Indonesia periode 2015-2017

Perusahaan Industri Dasar dan Kimia yang tidak


2 mempublikasikan laporan keuangan periode 2015-2017 14
ataupun datanya tidak lengkap

Data disajikan selain dengan mata uang Indonesia atau


3 10
Rupiah

Jumlah sampel yang digunakan 45

Berdasarkan tahapan penentuan jumlah sampel pada tabel 2, maka sampel


dalam penelitian ini digunakan 45 perusahaan industri dasar dan kimia yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Periode penelitian ini dari tahun 2015 sampai
tahun 2017, maka jumlah data digunakan yaitu sebanyak 135 data.
3. Identifikasi Variabel

Pada penelitian ini, secara garis besarnya terdapat dua variabel yaitu

variabel dependen (terikat) dan variabel independen (bebas).

a. Variabel Dependen (Variabel Terikat) adalah variabel yang dipengaruhi

oleh variabel bebas. Dalam penelitian yang menjadi variabel terikat adalah

Profitabilitas (Return on Asset).

b. Variabel Independen (variabel bebas) adalah variabel yang mempengaruhi

variabel terikat. Dalam penelitian ini ada empat variabel bebas yaitu

Perputaran Kas, Perputaran Piutang, Perputaran Persediaan, dan

Penggunaan Utang.

4. Definisi Operasional Variabel


a. Variabel Devenden (variabel terikat)

Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return on Asset
(ROA). Return on Asset dipersamakan dengan Return on Investment (ROI),
dimana ROI merupakan perbandingan antara pendapatan setelah pajak dengan
total aset yang dimiliki dan melihat sejauh mana investasi yang ditanamkan dapat
memberikan pengembalian berupa keuntungan bersih bagi perusahaan. Adapun
rumus untuk mengukur rasio Return on Asset yaitu:

Earning After Tax ( EAT )


ROA=
Total Asset

Semakin besar hasil yang didapat dari pengukuran rasio tersebut maka
kinerja perusahaan baik dalam mengelola seluruh asetnya untuk dapat
menghasilkan keuntungan bersih.

b. Variabel Indevenden (variabel bebas)

Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1) Perputaran kas

Perputaran kas adalah rasio yang dihasilkan dengan membandingkan


penjualan dengan rata-rata kas. Untuk menghitung besarnya perputaran kas dapat
menggunakan rumus sebagai berikut:

Penjualan
Tingkat Perputaran Kas=
Rata−ratakas

Jika hasil perhitungan tingkat perputaran kas besar, maka menunjukan


kinerja perusahaan baik dalam pengelolaan kasnya dan akan berpengaruh terhadap
keuntungan yang didapat karena perputaran kas menunjukkan seberapa sering kas
dalam operasi perusahaan dapat berputar kembali menjadi kas dalam satu periode
jika semakin besar perputaran kasnya maka semakin tinggi pula tingkat
profitabilitas yang dapat dihasilkan.

2) Perputaran piutang

Perputaran piutang adalah rasio yang dihasilkan dengan membandingkan


total penjualan piutang bersih dengan rata-rata piutang. Untuk menghitung
besarnya perputaran piutang dapat digunakan rumus sebagai berikut:

Net Credit Sales


Receivables Turnover =
Average Receivables

Perputaran piutang sangat mempengaruhi modal yang diinvestasikan di


dalam piutang. Jika tingkat perputaran piutang besar, berarti modal yang
diinvestasikan di dalam piutang semakin cepat kembali dan secara langsung
berpengaruh terhadap cepat terealisasinya profitabilitas. Sebaliknya jika
perputaran piutang kecil, berarti modal yang diinvestasikan dalam piutang
semakin lama kembali dan kurang mampu meningkatkan profitabilitas
perusahaan.

3) Perputaran persediaan
Perputaran persediaan adalah rasio yang dihasilkan dengan membandingkan
harga pokok penjualan dengan rata-rata persediaan. Perputaran persediaan
dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

Cost of Good Sold


Inventory Turnover=
Average Inventory

Jika perputaran persediaan besar artinya dapat meningkatkan penjualan


karena besarnya tingkat keluar masuknya barang yang dijual, sehingga
menghasilkan profit yang tinggi. Sebaliknya jika tingkat perputaran persediaannya
kecil, maka perusahaan dalam kondisiyang kurang baik, karena perputaran
persediaannya tidak efektif sehingga kurang mampu meningkatkan profitabilitas
perusahaan.

4) Penggunaan utang

Pengunaan utang dapat diukur dengan Debt Ratio. Debt Ratio adalah rasio
yang dihasilkan dengan membandingkan jumlah aset disatu pihak dengan jumlah
utang di pihak lain. Analisis Debt Ratio menunjukkan besarnya utang yang
digunakan untuk membiayai aktiva yang digunakan oleh perusahaan dalam rangka
menjalankan operasional perusahaan. Variabel penggunaan utang diukur dengan
Debt Ratio menggunakan rumus:

Total Liabilitas
Debt Ratio=
Total Assets

Jika hasil perhitungannya semakin besar, berarti tingkat penggunaan utang


perusahaan semakin besar sehingga beban utang dan biaya bunga yang harus
dibayar oleh perusahaan juga semakin tinggi dan hal itu akan menurunkan
profitabilitas perusahaan. Sebaliknya Jika hasil perhitungannya semakin kecil
berarti penggunaan utang perusahaan semakin kecil sehingga beban utang dan
biaya bunga yang harus dibayar oleh perusahaan juga kecil dan hal itu akan
meningkatkan profitabilitas perusahaan. Berdasarkan teori penggunaan utang
berpengaruh negatif terhadap profitabilitas.
5. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data Berdasarkan Sifatnya

Jenis data berdasarkan sifatnya yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang berupa angkaangka yang
diperoleh melalui pengumpulan data. Data yang telah terkumpul selanjutnya
dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif atau
inferensial sehingga dapat disimpulkan hipotesis yang dirumuskan terbukti atau
tidak (Sugiyono, 2017:14). Data kuantitatif dalam penelitian ini yaitu berupa
laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi yang disajikan oleh perusahaan
Industri Dasar dan Kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2015-
2017.

1) Jenis data berdasarkan sifatnya yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang berupa angka-angka yang
diperoleh melalui pengumpulan data. Data yang telah terkumpul selanjutnya
dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan statistik deskriptif atau
inferensial sehingga dapat disimpulkan hipotesis yang dirumuskan terbukti
atau tidak (Sugiyono, 2017:14). Data kuantitatif dalam penelitian ini yaitu
berupa laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi yang disajikan oleh
perusahaan industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
periode 2015-2017. Jenis Data Berdasarkan Sumber Data
2) Jenis data berdasarkan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu data sekunder. Data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau
lewat dokumen (Sugiono, 2016:193). Data ini berasal dari media elektronik
atau internet untuk memperoleh data berupa laporan keuangan perusahaan
industri dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2015 sampai 2017. Data sekunder ini yang berupa laporan keuangan dapat
diperoleh dari situs Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id).

6. Metode Pengumpulan Data


Pengumpulan data kualitas intrumen penelitian berkenaan dengan validitas
dan reliabilitas instrument dan kualitas pengumpulan data berkenaan
ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data (Sugiono,
2017: 193). Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode dokumentasi. Dokumentasi merupakan catatan peristiwa
yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, dambar, atau karya-
karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2016:24). Data yang diperoleh
dengan menggunakan metode dokumentasi dalam penelitian ini adalah
berupa laporan keuangan perusahaan industri dasar dan kimia yang terdaftar
di bursa efek periode 2015 sampai 2017 yang diperoleh melalui
pengumpulan data dengan cara men-download di situs resmi Bursa Efek
Indonesia (BEI).
7. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga
dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinfornasikan ke orang lain
(Sugiyono, 2017:334).

a. Uji Asumsi Klasik

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
regresi linier berganda dengan program SPSS. Dalam analisis regresi linier
berganda, data harus memenuhi syarat uji asumsi klasik, yang terdiri dari uji
normalitas, uji autokorelasi, uji heteroskedastisitas, dan uji multikolinieritas. Pada
penelitian ini, uji asumsi klasik yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah sebuah model regresi


variabel terikat dan variabel bebas keduanya berdistribusi normal atau tidak.
Normalitas data dapat dilihat dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov dan
Shapiro Wilks dengan menguji alfa 5%. Kriteria pengujiannya adalah menerima
hipotesis nol bila p-value uji Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro Wilks lebih besar
dari 0,05 (5%) (Rachbini dkk, 2018:96). Uji Multikolinearitas

Salah satu asumsi dari model regresi berganda adalah tidak adanya
hubungan yang sempurna diantara variabel bebas. Jika terdapat hubungan di
antara variabel bebas maka masalah tersebut dikenal dengan sebutan masalah
kolinearitas ganda (multikolinearitas) (Rachbini dkk, 2018:105). Pemeriksaan ada
tidaknya masalah multikolinearitas bisa dilakukan dengan beberapa cara
diantaranya adalah melalui nilai variance inflation factor (VIF) dan condition
index. Nilai VIF > 10 menunjukan adanya gejala multikolinearitas. Sedangkan
jika melihat dari condition index, nilai condition index yang melebihi angka 30
menunjukan adanya gejala multikolinearitas (Rachbini dkk, 2018:100).

b. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk apakah dalam model regresi terjadi


ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Persamaan regresi yang baik adalah persamaan yang tidak ada masalah
heterokedastisitas. Dalam regresi berganda pemeriksaan masalah
heterokedastisitas bisa dilakukan dengan dua cara yaitu secara visual dan
hitungan. Secara visual masalah heterokedastisitas dapat dilihat dengan grafik
scatterplot. Varian error yang homoskedastisitas menyebar secara acak/normal
tidak membentuk suatu pola tertentu (Rachbini dkk, 2018:97). Uji Autokorelasi

Autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah terjadi korelasi dalam


variabel bebas yang mengganggu hubungan variabel bebas dengan variabel
terkait. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu
yang berkaitan satu sama lainnya. Autokorelasi terbagi dua yaitu autokorelasi
positif dan negatif. Autokorelasi positif adalah dimana sisaan selalu diikuti oleh
error yang sama tandanya. Sedangkan autokorelasi negatif menyebabkan error
yang diikuti oleh error yang berbeda tanda. Untuk melakukan mendeteksi masalah
autokorelasi adalah dengan melakukan penghitungan manual dengan uji Durbin
Watson. Selang nilai statistik Durbin Watson serta keputusannya sebagai berikut:
a) 4 - dʟ < DW < 4 = maka tolak H0; ada autokorelasi negatif
b) 4 - dᵤ < DW < 4 – dʟ = maka tidak tentu, coba uji yang lain
c) dᵤ < DW < 4 - dᵤ = maka terima H0
d) dʟ < DW < dᵤ = maka tidak tentu, coba uji yang lain
e) 0 < DW < dʟ = maka tolak H0; ada autokorelasi positif

b. Analisis Regresi Linear Berganda

Regresi linear berganda yaitu suatu model dimana variabel tak bebas
(dependen) tergantung pada dua atau lebih variabel bebas (independen). Model
regresi berganda paling sederhana adalah model regresi yang terdiri dari tiga
variabel yang terdiri dari satu variable dependen dan dua variabel independen.
Sehingga bentuk umum persamaan regresi untuk k variabel independen dapa
dirumuskan sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + …+ bkXk + e


Ket.Y = Variabel dependen
a = Konstanta, eror
b123 = Koefisien regresi dan seterusnya
X123 = Variabel independen dan seterusnya
e = eror
3. Uji Hipotesis (uji t)

Uji t dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel


independen secara parsial terhadap variabel dependen. Tingkat kepercayaan yang
digunakan adalah 95% atau taraf signifikan 5% (α = 0,05). Aturan pengambilan
keputusan adalah sebagai berikut (Ghozali, 2016:102):

Jika signifikansi < 0,05 maka Ha diterima, artinya variabel bebas


berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.

Jika signifikansi ≥ 0,05 maka Ha ditolak, artinya variabel bebas tidak


berpengaruh signifikan terhadap variabel terikat.

Anda mungkin juga menyukai