Dosen Pengampu : Prof. Dr. I Wayan Ramantha, S.E., M.M., Ak., CPA
Oleh :
I NYOMAN ENDRA
NIM : 2181611023
1. Riset Pengauditan
a. Pengertian audit
Tujuan audit secara khusus ini diambil dari asersi yang dibuat oleh manajemen
dan dimuat dalam laporan keuangan. Asersi adalah representasi oleh manajemen,
secara eksplisit (dalam bentuk pernyataan) maupun implisit (tersirat) yang
terkandung dalam laporan keuangan. SA 315 menyebutkan bahwa representasi ini
digunakan oleh auditor untuk mempertimbangkan berbagai jenis kesalahan
penyajian potensial yang mungkin terjadi (SPAP SA tahun 2013). Menurut SA
315, asersi yang digunakan oleh auditor dalam mempertimbangkan jenis-jenis
kesalahan potensial yang berbeda yang dapat terjadi digolongkan ke dalam tiga
kategori dan dapat berbentuk sebagai berikut (SPAP SA tahun 2013):
Asersi tentang golongan transaksi dan peristiwa untuk periode yang diaudit:
a) Keterjadian (occurance), yaitu transaksi dan peristiwa yang telah dicatat benar
telah terjadi dan berkaitan dengan entitas.
b) Kelengkapan (completeness) yaitu seluruh transaksi dan peristiwa yang
seharusnya terbukukan telah dicatat.
c) Keakurasian (accurancy) yaitu jumlah-jumlah dan data lainnya yang berkaitan
dengan transaksi dan peristiwa telah dibukukan dan dicatat dengan tepat.
d) Pisah batas (cut-off) yaitu transaksi dan peristiwa telah dibukukan dalam
periode akuntansi yang tepat.
e) Klasifikasi (classification), yaitu transaksi dan peristiwa telah dibukukan
dalam akun yang tepat.
a) Eksistensi (existence), merupakan aset, liabilitas, dan ekuitas ada pada akhir
periode.
b) Hak dan kewajiban (right and obligation) mengenai apakah entitas memiliki
atau mengendalikan hak atas aset dan memiliki kewajiban atas liabilitas.
c) Kelengkapan (completeness) yaitu seluruh aset, liabilitas, dan ekuitas yang
seharusnya terbukukan telah dicatat.
d) Penilaian dan pengalokasian (valuation and allocation) tentang aset, liabilitas,
dan ekuitas tercantum dalam laporan keuangan pada jumlah yang tepat dan
penyesuaian penilaian atau pengalokasian yang terjadi dibukukan dengan
tepat.
Setiap orang memiliki seperangkat keyakinan atau prinsip etika. Sebagai contoh,
kebanyakan orang memiliki keyakinan dalam dirinya bahwa tindakan korupsi
merupakan perilaku yang salah. Keyakinan seperti ini merupakan suatu bentuk
keyakinan moral yang dimiliki oleh masing-masing individu. Setiap keyakinan
moral yang dimiliki individu mengandung dua elemen, yaitu: subjek dan predikat.
Subjek adalah tentang apa keyakinan itu, sedangkan predikat adalah apa yang
dikatakan tentang subjek. Apabila dikaitkan dengan pernyataan “korupsi
merupakan perilaku yang salah”, maka yang menjadi subjek dalam pernyataan
tersebut adalah korupsi dan predikatnya adalah salah.
Tindakan
Tindakan manusia adalah subjek utama dari penilaian etis. Tindakan manusia
yang berkaitan dengan penilaian etis adalah perilaku atau aktivitas yang disengaja
- yaitu, tindakan yang dipilih dan dilakukan secara bebas oleh seseorang untuk
dilakukan. Namun, tidak semua tindakan manusia yang disengaja memiliki
penilaian etis. Sebagai contoh, kita dapat dengan sengaja memutuskan untuk
memakai dasi merah daripada dasi biru. Namun, tindakan tersebut bukan tindakan
dengan dampak etis. Ini hanyalah sebuah pilihan mengenai jenis dasi apa yang
cocok dengan pakaian kita. Tindakan yang disengaja yang berkaitan dengan
penilaian "etis" atau "tidak etis" biasanya merupakan tindakan yang bermanfaat
atau merugikan orang lain atau diri kita sendiri dengan cara yang serius.
Dilemma etis
Dilema etika adalah masalah yang muncul ketika suatu alasan untuk bertindak
dengan cara tertentu diimbangi oleh alasan untuk tidak bertindak seperti itu.
Ketika dihadapkan dengan konflik, ahli etika yang memberikan prioritas pada hak
atau keadilan atas kerugian jatuh ke dalam satu kubu, dan mereka yang memberi
prioritas pada manfaat hak atau keadilan jatuh ke kubu yang berlawanan. Dengan
demikian, dilema etika terjadi ketika ada konflik alasan, dan teori etika muncul
untuk menyelesaikan dilema.
Teori etika kontemporer memberikan prinsip utama yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan dilema. Bagi para utilitarian, alasan utama pembenaran atas suatu
tindakan adalah bahwa tindakan itu membawa lebih banyak kebaikan bagi lebih
banyak orang daripada yang merugikan. Bagi para deontolog, tujuan tidak
membenarkan cara. Jika kita hanya mempertimbangkan apa yang baik untuk diri
kita sendiri dan mengutamakan kepentingan diri sendiri daripada apa yang baik
untuk orang lain dan apa yang adil, kita mengadopsi posisi ahli teori yang disebut
egois
KASUS ENRON CORPORATION