Anda di halaman 1dari 15

“ APAKAH AUDIT MENCARI KESALAHAN ”

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Auiditing 2

Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi Universitas

Mercu Buana Jakarta

NAMA : LELI TRISNA

NIM : 43215110233

Program Studi Akuntansi

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MERCU BUANA

JAKARTA

2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah Subhanu wa Ta’ala karena

atas segala rahmat dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan penulisan Makalah

ini dengan judul "Apakah Audit Mencari Kesalahan "

Penulisan makalah ini dilaksanakan dalam rangka memenuhi salah satu

syarat tugas mata kuliah auditing 2. Saya menyadari sangatlah sulit

menyelesaikan makalah ini tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak,

maka dari itu saya ucapkan banyak terimakasih pada pihak yang telah membantu

saya menyusun makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermaanfaat bagi siapapun yang membacanya.

Jakarta, 23 Maret 2018

Leli Trisna
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bila kita mendengar kata audit, yang terpikir pasti teringat pada seorang

yang meneliti dan melakukan pengecekan atas berbagai macam hal terutama yang

berkaitan keberesan dan ketidakberesan sistem dan akuntabilitasnya. Ya, audit

memang sebuah proses pemeriksaan. Mengingat pentingnya proses audit, maka

biasanya pihak auditor akan memerintahkan kepada lembaga/perusahaan yang

akan diaudit untuk menyiapkan berkas-berkas yang diperlukan. Dalam kasus

tertentu terkadang proses audit dilakukan oleh sebuah lembaga audit independent

supaya hasilnya bisa lebih dipercaya. Berdasarkan konsep pengertian audit dan

tujuan audit seperti yang diuraikan di atas, maka tidak perlu dirisaukan, ditutup-

tutupi tentang sebuah kekeliruan atau ketidaksesuaian yang terjadi saat

pelaksanaan audit baik yang dilakukan oleh pihak eksternal maupun internal.

Karena sudah jelas bahwa audit merupakan sarana untuk mengidentifikasi sistem

yang terjadi di organisasi, apakah berlangsung sesuai dengan ketentuan, peraturan,

perundang-undangan atau tidak. Dengan kata lain apakah suatu organisasi dan

area kerja yang relevan menjalankan kesepakatan atau komitmen yang telah

ditetapkan sebagai standar atau tidak, sehingga diketemukan kesesuaian dan

tidaknya dalam menjalankan sistem.


Menurut Arens, Elder dan Beasley dalam buku berjudul Auditing dan Jasa

Assurance (2011:4) audit adalah pengumpulan data dan evaluasi bukti tentang

informasi untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi

itu dan kriteria yang telah ditetapkan. Audit harus dilakukan oleh orang yang

kompeten dan independen. Sedangkan menurut Mulyadi (1998;7) auditing adalah

“proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif

mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan

tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan

tersebut dengan kriteria yang ditetapkan, serta menyampaikan hasilhasilnya

kepada pemakai yang berkepentingan”. Menurut Sukrisno Agoes (2004:4),

auditing adalah “suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis

oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh

manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya,

dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan

keuangan tersebut”.

Menurut Dwi Wahyudi (2008, Fungsi Internal Auditor, Pengalaman Audit,

dan Permasalahan yang Dihadapi) ada beberapa hal yang secara tegas digariskan

oleh pihak manajemen yaitu : (1) Internal Auditor bukanlah Eksternal Auditor

bagi anak perusahaan, (2) Internal Auditor bertugas untuk membantu direksi anak

perusahaan, (3) Internal Auditor tidak mempunyai kewenangan sedikitpun untuk

menjalankan fungsi eksekutif, (4) Internal Auditor bukanlah instansi yang mencari

kesalahan tetapi sebagai instansi pembinaan. Internal Auditor tidak dituntut untuk

membeberkan berjuta kesalahan. Biasanya auditor internal memeriksa dan harus


menemukan kesalahan, dan apabila tidak dapat menemukan kesalahan seolah

tidak bekerja, kondisi yang seperti inilah yang seharusnya dihindarkan. Bila

seorang Internal Auditor dimusuhi di dalam suatu organisasi / perusahaan, berarti

fungsi Internal Auditor belum bisa berjalan.

Pada dasarnya, layanan yang diberikan oleh para auditor disetiap jenis

pemeriksaan diatas adalah sama, yaitu membandingkan suatu kondisi yang

diperiksa dengan kriteria yang telah ditetapkan.

Hal yang perlu dicatat dan diingat bahwa audit internal dimaksudkan

bukan untuk mengkorek-korek kesalahan dan mencari-cari kesalahan sehingga

auditi merasa terpojok atau dipojokkan oleh keberadaan pelaksanaan audit internal

tersebut. Demikian juga bagi auditor tugasnya adalah menemukan peluang

perbaikan atau penyimpangan dan bukan mencari-cari kesalahan sampai

mendapatkannya. Ukuran keprofesionalan auditor tidak diukur oleh hal demikian

itu.

Feneomena yang sering didengar dan kita ketahui, bahwa profesi Auditor

adalah profesi mencari kesalahan yang ada di Auditee. Hal tersebut karena

berkaitan dengan profesi Auditor sebagai seorang “inspektur”, sehingga terjadi

yang namanya “inspeksi” terhadap Auditee. Atas perlakuan inilah yang akhirnya

menyebabkan Auditee merasa tidak nyaman dan “deg-degan” karena pekerjaan

yang telah mereka lakukan selama ini, diperiksa secara lebih mendalam baik dari

kebenaran pencatatan, kewajaran dalam biaya dan juga prosedur pada saat

terjadinya kegiatan.
Ada hal yang menarik pada saat Auditee merasa yakin bahwa kinerja yang

mereka lakukan selama ini adalah jauh dari akitfitas fraud, namun di mata seorang

Auditor hal tersebut adalah tindakan yang tidak dibenarkan, sehingga terjadi

perbedaan persepsi. Jika sudah terjadi hal yang seperti ini tentunya seorang

Auditor akan mengembalikan semuanya kepada SOP, SK, Kebijakan Manajemen

dan SPAK, yang sekaligus pedoman ataupun jurus pamungkas seorang Auditor

dalam melakukan pemeriksaan terhadap Auditee, sehingga Auditee sulit untuk

mengelak.

Hal yang perlu diperhatikan dalam hal di atas (selain perihal temuan tersebut)

adalah ketidaktahuan Auditee akan tugas, tanggung jawab dan standar operasional

yang berlaku di tempat mereka bekerja, sehingga Auditee bisa saja berkelit

dengan menjawab “dari dulu juga seperti itu”, atau menjawab “memang tidak tahu

dan tidak pernah diberi tahu” dll. Auditor harus melakukan konfirmasi secara

mendalam sehingga penelusuran terhadap rantai transaksi dan kegiatan dapat

menemukan titik permasalahan dan tentu saja inilah yang menjadi topik

pembahasan diatas. Karena menemukan titik permasalahan tersebut yang

menyebabkan Auditor disebut mencari kesalahan.

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat

masalah tersebut dengan judul “Apakah Audit Mencari Kesalahan”


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian audit

a) Menurut Sukirsno Agoes (2004)

Audit adalah pemeriksaan laporan keuangan dan catatan akuntansi serta

bukti pendukung yang disusun oleh manajemen entitas/organisasi/perusahaan,

yang dilakukan secara sistematis dan kritis oleh pihak yang independen dalam

rangka memberikan pendapat atas keawajaran laporan keuangan.

b) Menurut Mulyadi (2002)

Auditing adalah proses sistematis demi memperoleh dan mengevaluasi

bukti-bukti secara objektif atas kegiatan ekonomi suatu entitas dengan tujuan

menetapkan kesesuaian antara laporan dengan kriteria yang telah ditentukan serta

penyampaian hasil pemeriksaaan kepada pengguna yang bersangkutan.

c) Menurut Arens dan Lobbecke (2003)

Auditing sebagai proses pengumpulan, evaluasi bukti informasi yang dapat

diukur pada suatu entitas ekonomi. Untuk dapat menentukan dan melaporkan

informasi sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.

d) Menurut Whittington, O. Ray and Kurt Pann (2012)


Audit adalah pemeriksaaan hasil laporan keuangan entitas/perusahaan oleh

perusahaan akuntan publik yang independent. Dengan mengamati, memeriksa

dokumen dan asset, bertanya baik di dalam maupun luar perusahaan serta

melakukan prosedur audit, auditor akan memperoleh data yang diperlukan untuk

menentukan apakah laporan keuangan dapat menggambarkan posisi keuangan dan

kegiatan perusahaan selama periode yang diaudit.

e) Menurut Konrath, (2002)

Audit adalah suatu proses yang sistematis untuk secara objektif

mendapatkan dan mengevaluasi bukti asersi mengenai kegiatan dan kejadian

ekonomi untuk meyainkan keterkaitan antara asersi tersebut dengan kriteria yang

telah ditetapkan dan mengkomunikasikan hasil laporanya kepada pihak

berkepentingan.

f) Menurut Sawyer (2005)

Audit adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan

auditor (orang yang melakukan audit) terhadap operasi dan control yang berbeda-

beda dala suatu organisasi.

g) Menurut A Statement of Basic Auditing Concept (ASOBAC)

Audit adalah proses sistematis guna memperoleh dan mengevaluasi bukti-

bukti secara obyektif mengenai pernyataan kejadian dan tindakan ekonomi dengan

tujuan menentukan kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang


ditetapkan dan untuk menyampaikan hasilnya kepada pemakai yang

berkepentingan.

h) Menurut PSAK – Tim Sukses UKT Akuntansi 2006

Audit adalah suatu proses sistematik yang bertujuan untuk memperoleh

serta mengevaluasi bukri yang dikumpulkan atas asersi atau pernyataan tentang

kegiatan dan kejadian-kejadian ekonomi dan melihat bagaimana tingkat hubungan

antara pernyataan dengan kenyataan yang terjadi.

i) Menurut William F. Meisser, Jr (Auditing and Assurance Service,

A Systematic Approach)

Audit merupakan aktivitas independen, keyaknan obyektif dan konsultasi

yang dirancang guna menambah nilai dan meningkatkan operasi

entitas/organisasi/perusahaan. audit membentu suatu entitas mencapai tujuanya

dengan melakukan pendekatan yang sisematis dan konsisten untuk mengevaluasi

da meningkatkan efektifitas manajemen dan pengendalian maupun proses tata

kelola.

B. Tujuan Audit

Setelah jelas mengenai gambaran umum audit, selanjutnya akan diuraikan

tujuan audit berikut ini :


a. Kelengkapan (Completeness) untuk meyakinkan seluruh peristiwa

transaksi sudah dicatat, dan dalam jurnal secara actual telah dimasukkan.

b. Ketepatan (Accurancy) untuk memastikan transaksi dan saldo perkiraan

telah dicatat berdasarkan dengan jumlah, perhitungan, pengklasifikasian

yang tepat.

c. Eksistensi (Existence) guna memastikan bahwa semua harta (asset) dan

kewajiban yang dicatat memiliki keterjadian pada waktu dan tanggal

tertentu (tidak fiktif).

d. Penilaian (Valuation) guna memastikan telah menerapkan prinsip-prinsip

akutansi yang berlaku secara umum.

e. Klasifikasi (classification) guna memastikan seluruh transaksi yang

dicantumkan dalam jurnal di kelompokkan dengan tepat berdasarkan

golongan akun yang tepat pula.

f. Pisah batas (Cut-off) guna memastikan bahwa transaksi-transaksi yang

dekat dengan tanggal neraca dicatat dalam periode yang tepat, terkadang

yang sesekali salah dalam pencatatan adalah transaksi yang mendekati

akhir periode akuntansi.

g. Pengungkapan (Disclosure) guna meyakinkan bahwa saldo Akun dan

seluruh persyaratan pengungkapan yang berkaitan telah disajikandan

dijelaskan dengan wajar dalam laporan keuangan dan dalam isi catatan

kaki laporan tersebut.


C. Jenis Pemeriksaan Akuntasi (Audit)

Jenis-jenis audit menurut obyek auditnya dapat dibedakan menjadi

empat, antara lain :

1 Audit Laporan Keuangan (Financial Audit)

Audit Laporan Keuangan mencakup penghimpunan dan

pengevaluasian bukti mengenai laporan keuangan suatu entitas dengan

tujuan untuk memberikan pendapat mengenai kewajaran penyajian laporan

keuangan. Audit laporan keuangan ini dilakukan oleh auditor independen

(eksternal audit) atas permintaan klien.

2 Audit Operasional (Operational Audit)

Audit Operasional merupakan penelaahan atas bagian manapun dari

prosedur dan metode operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi dan

efektivitasnya. Umumnya pada saat selesainya audit operasional, auditor

akan memberikan sejumlah saran kepada manajemen untuk memperbaiki

jalannya operasi perusahaan.

3 Audit Ketaatan (Compliance Audit)

Audit Ketaatan bertujuan mempertimbangkan apakah klien telah

mengikuti prosedur atau aturan tertentu yang telah ditetapkan oleh pihak

yang memiliki otoritas lebih tinggi. Audit ketaatan pada suatu perusahaan

dapat termasuk menentukan apakah pelaku akuntansi telah mengikuti

prosedur yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

4 Audit Kinerja
merupakan audit yang dilakukan pada instansi pemerintah untuk

menentukan Efisiensi, Efektivitas dan Ekonomis (3E) kegiatan

pemerintah dan menguji keberhasilan program yang telah dilaksanakan.

audit kinerja juga memperhatikan biaya dan manfaat, artinya suatu

kegiatan tidak hanya diharapkan dengan biaya murah tetapi juga

diperhatikan manfaatnya bagi masyarakat. Jika biaya murah tetapi tidak

bermanfaat maka kegiatan atau program dianggap berkinerja tidak baik.

D. Jenis-jenis audit ditinjau dari luasnya pemeriksaan dapat dibedakan

menjadi dua yaitu :

1 General audit

dilakukan oleh auditor independen dengan tujuan untuk

memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan secara

keseluruhan. Pemeriksaan dilakukan berdasarkan Standar Professional

Akuntan Publik dengan memperhatikan Kode Etik Akuntan Publik

2 Special Audit (pemeriksaan Khusus)

Pemeriksaan khusus adalah pemeriksaan sesuai pesanan dari

perusahaan klien yang dilakukan oleh akuntan independen. Pada akhir

pemeriksaan auditor tidak memberikan pendapat atas kewajaran laporan

keuangan secara keseluruhan.

E. Pentingnya Audit

Audit atas laporan keuangan terutama diperlukan oleh perusahaan berbentuk

Perseroan Terbatas (PT) yang pemiliknya adalah para pemegang saham.


Laporan keuangan yang merupakan tanggung jawab manajemen perlu

diaudit oleh KAP yang merupakan pihak ketiga yang independen, karena :

a. Jika tidak diaudit, ada kemungkinan bahwa laporan keuangan tersebut

mengandung kesalahan baik disengaja maupun tidak sengaja. Karena itu

laporan keuangan yang belum diaudit kurang dipercaya kewajarannya oleh

pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut.

b. Jika laporan keuangan sudah diaudit dan mendapat opini wajar tanpa

pengecualian dari KAP, berarti pengguna laporan keuangan bisa yakin

bahwa laporan keuangan tersebut bebas dari salah saji yang material dan

disajikan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum di

Indonesia (SAKE/ETAP/IFRS).

c. Mulai tahun 2001 perusahaan yang total assetnya Rp.25 milyar ke atas

harus memasukkan audited financial statements nya ke Departemen

Perdagangan dan Perindustrian.

d. Perusahaan yang sudah go public harus memasukkan audited financial

statements nya ke Bapepam-LK paling lambat 90 hari setelah tahun buku.

e. SPT yang didukung oleh audited financial statements lebih dipercaya oleh

pihak pajak dibandingkan dengan yang didukung oleh laporan keuangan

yang belum diaudit.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pandangan mengenai “Audit Mencari Kesalahan” ini hanyalah pandangan

dari sisi negati yang sudah identik dengan sebuah profesi tersebut. Bagaimanapun

juga Audit adalah sebuah screening operation yang paling akhir dalam proses

yang berjalan di Perusahaan. Apapun julukan yang sudah melekat adalah

tantangan untuk membuktikan bahwa seorang Auditor harus benar-benar bekerja

secara professional, sehingga kepuasan diri dan Perusahaan dalam menjaga

kebenaran laporan serta penuntasan masalah dapat terus berjalan secara kontinyu.

Selain melaporkan hasil pemeriksaan Audit selama melakukan proses Audit di

Perusahaan, ada baiknya seorang Auditor juga harus mampu mengarahkan proses

yang telah salah ke arah yang sudah ditetapkan manajemen, sehingga pada saat

Auditor telah menyelesaikan pemeriksaan maka harus disertakan solusi untuk

perbaikan kinerja Perusahaan sesuai dengan kebijakan manajemen.

Jadi, bagaimana Anda menyikapi seorang Auditor yang sedang bertugas?

Terserah bagaimana sudut pandang Anda masing-masing dalam melihat hal

tersebut
DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. 2014. AUDITING Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan oleh Akuntan
Publik. Jakarta : Salemba Empat
Sujana,Edy. 2010. Pengantar Auditing. Singaraja : Undiksha

Anda mungkin juga menyukai