Anda di halaman 1dari 10

PERAN AUDITING DALAM ORGANISASI

Fitriyadi Firman
Program Pascasarjana Magister Akuntansi
Universitas Syiah Kuala

Pendahuluan

Auditing merupakan suatu proses yang dilakukan secara kritis untuk


mengurangi salah saji secara material yang terdapat pada laporan keuangan dan
untuk melihat apakah laporan keuangan tersebut berkualitas dengan cara apakah
laporan keuangan telah disusun sesuai dengan Standar Akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia. Hasil dari audit digunakan oleh pihak organisasi hingga luar
organisasi atau perusahaan seperti investor,calon investor, kreditor, atau pihak lain
yang yang terkait dalam pengambilan keputusan di masa yang akan datang.
Perusahaan atau organisasi memerlukan jasa auditor untuk melakukan
audit atas laporan keuangan mereka yang berguna untuk meyakinkan para pihak
luar organisasi bahwa laporan keuangan yang telah disusun atau disajikan
berisikan informasi yang dapat dipercaya tanpa adanya fraud. Auditor bekerja
dengan cara memberikan opini dari suatu proses auditing setelah audit dilakukan,
dengan cara mengevaluasi bukti-bukti audit secara objektif dengan melihat valid
atau tidaknya bukti audit yang ditemukan dilapangan.
Tujuan penulis membuat paper ini adalah untuk menjelaskan tentang peran
auditing dalam meningkatkan akuntabilitas dengan cara menjelaskan pengertian
auditing beserta fungsinya, jenis-jenis audit, syarat menjadi seorang auditor,dll.
Dengan adanya tulisan ini,penulis berharap dapat membantu masyarakat umum
untuk mengetahui apakah itu audit? Mengapa perusahaan atau organisasi
membutuhkan audit? Dan sehingga masyarakat umum tahu dengan kegiatan atau
pekerjaan yang dilakukan oleh auditor independen.

1
2

Pengertian dan Fungsi Auditing

Konrath (2002:5) mendefinisikan auditing sebagai suatu proses sistematis


untuk secara objektif mendapatkan dan mengevaluasi bukti mengenai asersi
tentang kegiatan-kegiatan dan kejadian-kejadian ekonomi untuk meyakinkan
tingkat keterkaitan antara asersi tersebut dan kriteria yang telah ditetapkan dan
mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Menurut Sukrisno Agoes (2004), Auditing adalah suatu pemeriksaan yang
dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen,terhadap
laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan-catatan
pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat
memberikanpendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut.
Menurut William F. Meisser, Jr (2003) audit adalah proses yang sistematik
dengan tujuan mengevaluasi bukti mengenai tindakan dan kejadian ekonomi
untuk memastikan tingkat kesesuaian antara penugasan dan kriteria yang telah
ditetapkan, hasil dari penugasan tersebut dikomunikasikan kepada pihak pengguna
yang berkepentingan.
Mulyadi dan Kanaka Puradiredja (1998) mendefinisikan auditing adalah
proses sistematis untuk mempelajari dan mengevaluasi bukti secara objektif
mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan
tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan
tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya
kepada pemakai yang berkepentingan.
Menurut Abdul Halim (2008:1) Auditing adalah suatu proses sistematik
untuk menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti secara objektif mengenai asersi-
asersi tentang berbagai tindakan dan kejadian ekonomi untuk menentukan tingkat
kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan
menyampaikan hasilnya kepada para pemakai yang berkepentngan.
Dari kesimpulan pengertian dari para ahli, penulis mendefinisikan auditing
adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan direncanakan dalam
proses yang sistematis oleh seorang auditor independen untuk melihat apakah
laporan keuangan yang di audit terdapat salah saji secara material sebelum auditor
3

memberikan opini terhadap laporan keuangan tersebut kepada pihak yang


bekepentingan dalam suatu organisasi.

Audit juga memiliki fungsi dalam organisasi:

(1) Mengevaluasi kinerja perusahaan.


Evaluasi kinerja adalah fungsi utama dari audit dalam sebuah organisasi.
Kinerja dalam hal ini tidak hanya dinilai dari hasil akhirnya saja, melainkan dari
tahap perencanaan dan prosesnya. Perencanaan yang baik jika prosesnya tidak
baik, maka hasilnya tidak akan baik. Di lain pihak, perencanaan yang tidak baik,
sekalipun dilaksanakan dengan baik, hasilnya tetap tidak akan baik. Di sinilah
perlunya audit, untuk menemukan di mana letaknya suatu kesalahan.
(2) Meminimalisir kesalahan.
Audit dilakukan untuk memastikan bahwa suatu organisasi berjalan di
jalur yang telah ditetapkan, sesuai pedoman atau panduan yang telah ditetapkan.
Singkatnya, audit meminimalisir terjadinya kesalahan.
(3) Memperbaiki kinerja organisasi.
Audit akan menghasilkan rekomendasi untuk perbaikan kinerja organisasi.
Audit yang dilaksanakan di akhir periode suatu tahun anggaran bertujuan untuk
merekomendasikan perbaikan pada tahun anggaran berikutnya. Sementara itu,
audit yang dilaksanakan pada pertengahan tahun bertujuan untuk
merekomendasikan perbaikan pada tahun atau periode yang bersangkutan.

Jenis-Jenis Audit

Menurut Sukrisno Agoes (2004), ditinjau dari luasnya pemeriksaan, audit


bisa dibedakan atas:
(1) Pemeriksaan Umum (general Audit)
Suatu pemeriksaan umum atas laporan keuangan yang dilakukan oleh
KAP independen dengan tujuan untuk bisa memberikan pendapat mengenai
kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Pemeriksaan tersebut harus
dilakukan sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik atau ISA atau
Panduan Audit Entitas Bisnis Kecil dan memperhatikan Kode Etik Akuntan
Indonesia, Kode Etik Profesi Akuntan Publik serta Standar Pengendalian Mutu.
4

(2) Pemeriksaan Khusus


Suatu pemeriksaan terbatas (sesuai dengan permintaan auditee) yang
dilakukan oleh KAP yang independen, dan pada akhirnya pemeriksaannya auditor
tidak perlu memberikan pendapat terhadap kewajaran laporan keuangan secara
keseluruhan. Pendapat yang diberikan terbatas pada pos atau masalah tertentu
yang diperiksa, karena prosedur audit yang dilakukan juga terbatas. Misalnya
KAP diminta untuk memeriksa apakah terdapat kecurangan terhadap penagihan
piutang usaha di perusahaan.

Jika ditinjau dari jenis-jenis audit, Soekrisno Agoes (2004)


membedakan jenis-jenis audit yaitu:
(1) Audit operasional mengevaluasi efisiensi dan efektivitas setiap bagian
dari prosedur dan metode operasi organisasi. Pada akhir audit operasional,
manajemen biasanya mengharapkan saran-saran untuk memperbaiki operasi.
Sebagai contoh, auditor mungkin mengevaluasi efisiensi dan akurasi pemrosesan
transaksi penggajian dengan sistem komputer yang baru dipasang.
(2) Audit ketaatan dilaksanakan untuk menentukan apakah pihak yang
diaudit telah mengikuti prosedur, aturan, atau ketentuan tertentu yang ditetapkan
oleh otoritas yang lebih tinggi. Berikut adalah contoh-contoh audit ketaatan untuk
perusahaan tertutup.
(3) Audit laporan keuangan dilakukan untuk menentukan apakah laporan
keuangan telah dinyatakan sesuai dengan kriteria tertentu. Biasanya, kriteria yang
berlaku adalah prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, walaupun auditor
mungkin saja melakukan audit atas laporan keuangan yang disusun dengan
menggunakan akuntansi dasar kas atau beberapa dasar lainnya yang cocok untuk
organisasi tersebut. Dalam menentukan apakah laporan keuangan telah dinyatakan
wajar sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum, auditor
mengumpulkan bukti untuk menetapkan apakah laporan keuangan itu
mengandung salah saji.

Persyaratan Menjadi Auditor


Syarat-syarat menjadi seorang auditor sesuai yang tercantum dalam
standar umum,yaitu:Memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai
seorang auditor.
(1)Memiliki sifat independen.
(2)Menggunakan keahlian profesionalnya dengan cermat dan seksama
sebagai seorang auditor.
(3)Menggunakan keahlian profesionalnya dengan cermat dan seksama
sebagai seorang auditor.
Sedangkan menurut pasal 6 Undang-undang RI Nomor 5 tahun 2011
tentang Akuntan Publik, syarat untuk izin menjadi akuntan publik seseorang harus
memenuhi syarat yaitu:
5

(1)Memiliki sertifikat tanda lulus ujian profesi akuntan publik yang sah;
(2)Berpengalaman praktik memberikan jasa audit atas informasi keuangan
historis, jasa reviu atas informasi keuangan historis, jasa asurans lainnya;
(3)Berdomisili di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
(4) Memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak;
(5)Tidak pernah dikenai sanksi administratif berupa pencabutan izin
Akuntan Publik;
(6)Tidak pernah dipidana yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
karena melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana
penjara 5 (lima) tahun atau lebih;
(7)Menjadi anggota Asosiasi Profesi Akuntan Publik yang ditetapkan oleh
Menteri;
(8)Tidak berada dalam pengampuan

Soekirno Agoes (2004) juga menjelaskan jenis-jenis auditor,yaitu:


(1) Auditor Independen
Auditor independen adalah auditor profesional yang menyediakan
jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas
laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya. Audit tersebut terutama
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai informasi keuangan
seperti: kreditur, investor, calon kreditur, calon investor, dan instansi
pemerintah (terutama instansi pajak)
Untuk berpraktik sebagai auditor independen, seseorang harus
memenuhi persyaratan pendidikan dan pengalaman kerja tertentu. Auditor
independen harus telah lulus dari jurusan akuntansi fakultas ekonomi atau
mempunyai ijazah yang disamakan, telah mendapat gelar akuntan dari
Panitia Ahli Pertimbangan Persamaan Ijazah Akuntan, dan mendapat izin
praktik dari Menteri Keuangan.
(2) Auditor Pemerintah
Auditor pemerintah adalah auditor profesional yang bekerja di
instansi pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit atas
pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi
6

atau entitas pemerintahan atau pertanggungjawaban keuangan yang


ditujukan kepada pemerintah. Meskipun banyak auditor yang bekerja di
instansi pemerintah, namun umumnya yang disebut auditor pemerintah
adalah auditor yang bekerja di Badan Pengawasan dan Pembangun
(BPKP) dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), seta instansi pajak.
BPKP adalah instansi pemerintah yang bertanggung jawab
langsung kepada Presiden Republik Indonesia dalam bidang pengawasan
keuangan dan pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah. Auditor
yang bekerja di BPKP mempunyai tugas pokok melaksanakan audt atas
laporan keuangan instansi pemerintahan, projek-projek pemerintah,
BUMN, BUMD, dan perusahaan-perusahaan swasta yang pemerintah
mempunyai penyertaan modal yang besar didalamnya.
BPK adalah lembaga tinggi negara yang tugasnya melakukan audit
atas pertanggungjawaban keuangan Presiden RI dan aparat dibawahnya
kepada DPR. Instansi pajak adalah unit organisasi di bawah Departemen
Keuangan yang tugas pokoknya adalah mengumpulkan beberapa jenis
pajak yang dipungut oleh pemerintah. Tugas pokok auditor yang bekerja di
instansi pajak adalah mengaudit pertanggungjawaban keuangan
masyarakat wajib pajak kepada pemerintah dengan tujuan untuk
memverifikasi apakah kewajiban pajak telah dihitung oleh wajib pajak
sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam undang-undang pajak yang
berlaku.
(3) Auditor Intern
Auditor intern adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan
(perusahaan negara maupun perusahaan swasta) yang tugas pokoknya
adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh
manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya
penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan
efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan
informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi.

Peran Audit dalam Meningkatkan Akuntabilitas


7

Kualitas auditor dapat dipengaruhi oleh rasa bertanggung jawab


(akuntabilitas) yang dimiliki oleh seorang auditor dalam menyelesaikan suatu
proses audit yang dilakukan. De Angelo dalam Elisha Muliani Singgih (2010),
mendefinisikan tentang kualitas audit sebagai probabilitas auditor dalam
menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem
akuntansi klien yang di audit.
Irahandayani dalam Feny Ilmiyati dkk (2012), kualitas auditor dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu: berkualitas (dapat dipertanggungjawabkan)
dan tidak berkualitas (tidak dapat dipertanggungjawabkan). Auditor yang
kompeten adalah salah satu syarat yang paling penting untuk menjadi seorang
auditor dalam melaksanakan audit dengan benar sesuai dengan pengetahuan dan
keahlian khusus dalam bidangnya.
Syarat utama dalam mewujudkan akuntabilitas atau meningkatkan
akuntabilitas dalam mengaudit adalah mengutamakan keterbukaan (transparan)
yang berguna untuk menciptakan lingkungan audit yang bersifat bebas dalam
menyampaikan saran dan kritik, hingga mendengarkan setiap argumentasi yang
berguna untuk perbaikan posisi kinerja suatu organisasi menjadi kegiatan yang
lebih terarah. Kualitas kerja auditor juga dapat mempengaruhi tentang tepat atau
tidak tepat terhadap opini atau keputusan yang diambil oleh organisasi dimasa
yang akan datang. Sehingga auditor dituntut harus memiliki rasa tanggungjawab
dari setiap audit yang dia lakukan supaya tidak merugikan organisasi.
Sikap profesional juga diperlukan dalam mengaudit supaya terhindar dari
kecurangan,pelanggaran atau penyimpangan yang dapat terjadi selama proses
audit sedang berlangsung dalam organisasi.Akuntabilitas merupakan dorongan
psikologi sosial yang dimiliki seseorang untuk menyelesaikan kewajibannya yang
akan dipertanggungjawabkan kepada lingkungannya (Diani dan Ria 2007).
Sedangkan profesionalisme merupakan suatu keahlian dan mempunyai kualifikasi
tertentu dan berpengalaman sesuai dengan bidang keahliannya (Tjiptohadi 1996
dalam Khikmah, 2009).
8

Kesimpulan
Auditing adalah suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan
direncanakan dalam proses yang sistematis oleh seorang auditor independen untuk
melihat apakah laporan keuangan yang di audit terdapat salah saji secara material
sebelum auditor memberikan opini terhadap laporan keuangan tersebut kepada
pihak yang bekepentingan dalam suatu organisasi.
Syarat utama dalam mewujudkan akuntabilitas atau meningkatkan
akuntabilitas dalam mengaudit adalah mengutamakan keterbukaan (transparan)
yang berguna untuk menciptakan lingkungan audit yang bersifat bebas dalam
menyampaikan saran dan kritik, hingga mendengarkan setiap argumentasi yang
berguna untuk perbaikan posisi kinerja suatu organisasi menjadi kegiatan yang
lebih terarah. Kualitas kerja auditor juga dapat mempengaruhi tentang tepat atau
tidak tepat terhadap opini atau keputusan yang diambil oleh organisasi dimasa
yang akan datang. Sehingga auditor dituntut harus memiliki rasa tanggungjawab
dari setiap audit yang dia lakukan supaya tidak merugikan organisasi.
9

Referensi
Agoes, Sukirno, 2004. Auditing, Edisi kedua, Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, Jilid I, Jakarta.

Boyton, Johnson, Kell. 2002. Modern Auditing. Edisi Ketujuh. Jakarta: Erlangga.
Halim, Abdul. 2008. Auditing 1 (Dasar-Dasar Auditing Laporan Keuangan).
Yogyakarta: Penerbit AMP YKPN

http://www.kajianpustaka.com/2013/03/definisi-dan-tujuan-audit.html
Ilmiyati, Feni dan Yohannes Suhardjo. 2012. Pengaruh Akuntabilitas dan
Kompetensi Auditor Terhadap Kualitas Audit. Juraksi. Vol 1 (1) 43-55

Khikmah, Siti Noor. 2005. Pengaruh Profesionalisme Terhadap Keinginan


Berpindah Dengan Komitmen Organisasi dan Kepuasaan Kerja Sebagai
Intervening (Studi Empiris Pada Auditor Se-Jawa). Thesis Program Pasca
Sarjana. Universitas Diponegoro

Konrath, Laweey F, 2002. Auditing Concepts and Applications, A Risk Analysis


Approach, 5 Edition. West Publishing Company

Mardiasar, Diani dan Ria Nelly Sari. 2007. Pengaruh Akuntabilitas dan
Pengetahuan Terhadap Kualitas Hasil Kerja Auditor. Proceeding
Simposium Nasional Akuntansi X Makassar, 2007.

Mulyadi dan Kanaka Puradiredja. 1998. Auditing. Edisi ke-5. Salemba Empat.
Jakarta.

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2011, tentang akuntan


publik.

Singgih, Elish Muliyani & Rangga Bawono, Icuk. 2010. Pengaruh Independensi,
Pengalaman, Due Profesional Care dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas.
Audit. SNA 13 Purwokerto

Siti Kurnia Rahayu, Ely Suhayati. 2010. Auditing. Edisi Pertama


10

Anda mungkin juga menyukai