Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

PROSEDUR AUDIT MANAJEMEN


Disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Audit Manajemen dan
Praktikum Auditing
Dosen Pengampu : Dinda Ayu Izmi, S.E., M.Ak

Oleh
Muhammad Fadil Ghozali (1613119004)
Santi Anjani (1613119008)
Asep Rahmat Hidayattul F (1613119009)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS INSAN CENDEKIA MANDIRI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis penjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat dan
rahmat-Nya maka saya dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul
“Prosedur Audit Manajemen” tepat pada waktunya.

Adapun tujuan penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pada
mata kuliah Audit Manajemen dan Praktikum Auditing. Selain itu bertujuan untuk
menambah wawasan bagi para pembaca dan bagi penulis.

Akhirnya, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat


bagi penyusun khususnya dan umumnya bagi semua pembaca. Oleh karena itu,
kritikan saran yang membangun sangat diharapkan untuk kesempurnaan makalah
ini.

Bandung, 19 September 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1

1.1 Latar Belakang .............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................6

1.3 Tujuan Penelitian ..........................................................................................6

1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................................6

BAB II Pembahasan .................................................................................................7

2.1 Teori Audit ....................................................................................................7

2.2 Prosedur Audit .............................................................................................14

2.3 Teori Akuntansi ...........................................................................................21

BAB III PENUTUP ..............................................................................................24

3.1 Kesimpulan .................................................................................................24

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Prosedur audit adalah metode atau teknik yang digunakan auditor untuk
memperoleh bukti audit dan membentuk opini mengenai laporan keuangan suatu
perusahaan. Prosedur ini dilakukan untuk menguji berbagai macam asersi audit
terkait saldo akun yang berbeda dan kelas transaksi. Dengan melakukan prosedur
audit auditor dapat memperoleh bahan-bahan bukti yang cukup untuk mendukung
pendapatnya mengenai kewajaran atas laporan keuangan yang diaudit. Profesi
akuntan publik atau auditor merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari
profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak
memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam
laporan keuangan. Profesi akuntan publik bertanggung jawab untuk menaikkan
tingkat keandalan laporan keuanganperusahaan, sehingga masyarakat
memperoleh informasi keuangan yang handal sebagai dasar pengambilan
keputusan.
Menurut beberapa opini yang terdengar dan berkembang dilingkungan
perusahaan, bahwasannya masih banyak auditor yang melakukan praktek
penghentian prematur atas prosedur audit terhadap laporan keuangan yang
diauditnya. Auditor pada umumnya berpandangan bahwa evaluasi kinerja dan
promosi karir dalam audit firm sangat erat berhubungan dengan kemampuan
untuk menuntaskan penugasan audit sesuai dengan waktu dan anggaran yang ada.
Inilah yang menyebabkan dilema bagi auditor antara menuntaskan penugasan
audit sesuai dengan anggaran waktu yang diberikan dengan kualitas audit sesuai
standar profesional yang harus dipatuhi.
Berdasarkan berbagai fenomena dan beberapa pemikiran yang telah
dikemukakan diatas maka penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian
mengenai hal-hal yang mempengaruhi praktek atas prosedur audit.
Kepercayaan masyarakat terhadap auditor sebagai pihak yang independen

1
dalam mengaudit laporan keuangan perusahaan sangat besar. pengguna laporan
keuangan menghargai kepastian yang diberikan auditor dari kelien dan karena
auditor memahami masalah-masalah pelaporan dalam laporan keuangan
(Elder,dkk.2011). Auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan
melaksanakan audit agar dapat memperoleh keyakinan memadai tentang apakah
laporan keuangan bebas dari salah saji material baik yang disebabkan oleh
kekeliruan atau kecurangan. Untuk mencapai hal tersebut auditor harus
melaksanakan proses audit.
Proses audit merupakan salah satu pelayanan assurance. (Jusuf,2001;11)
mendefinisikan pengauditan adalah suatu proses sistematis untuk mendapatkan
dan mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan-
tindakan dan kejadian-kejadian ekonomi secara objektif untuk menentukan tingkat
kesesuaian antara asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan
mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Dalam
melaksanakan audit, auditor harus mengumpulkan dan mengevaluasi bukti-bukti
yang berhubungan dengan asersi tersebut. Dari data tersebut, auditor akan
membuat kesimpulan apakah ada asersi manajemen yang salah saji yang
selanjutnya akan digabungkan untuk memberikan pendapatnya mengenai laporan
keuangan secara keseluruhan.
Dalam teori sudah dipaparkan dengan jelas bahwa prosedur yang baik
adalah audit yang mampu meningkatkan kualitas informasi sekaligus dengan
konteks yang terkandung didalamnya, namun praktek dilapangan masih banyak
auditor yang melakukan tindakan disfungsional yang dapat mempengaruhi
kualitas audit meskipun tidak ada auditor yang dapat menjamin secara penuh akan
hasil auditnya sesuai pernyataan (jusuf,2001;47) bahwa tidak ada audit yang dapat
memberi jaminan penuh bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material
yang timbul dari kesalahan pengolahan data atau kesalahan pertimbangan dalam
memilih dan menerapkan prinsip akuntansi. Dalam prosedur audit, auditor harus
mengumpulkan bukti untuk menentukan validitas dan ketepatan perlakuan atas
transaksi-transaksi maupun saldo-saldo laporan keuangan yang sedang diaudit.

Ketika bukti yang dikumpulkan tidak cukup untuk meningkatkan tingkat


materialitas dan memiliki risiko yang tinggi maka kualitas audit menjadi

2
berkurang. Faktor ekonomis seperti biaya juga dapat menyebabkan penghentian
prematur audit karena dengan adanya penetapan biaya serta waktu yang harus
digunakan auditor dalam mengaudit laporan juga bisa menjadi kendala bagi
auditor untuk mengumpulkan bukti yang cukup. oleh karena itu prosedur reviw
dan kontrol kualitas harus dilakukan oleh KAP terhadap kinerja auditor agar tidak
terjadi penghentian prematur atas prosedur audit, terjadinya penghentian prematur
atas prosedur audit juga didukung dari penelitian-penelitian terdahulu, seperti:
Liantih (2010); Marietza (2009); Weningtyas,dkk. (2006); Qurrohman,dkk.
(2012).

Pengurangan kualitas dalam audit (Recduced Audit Quality) merupakan


pengurangan mutu dalam pelaksanaan audit yang dilakukan secara sengaja oleh
auditor. Pengurangan mutu ini dapat dilakukan memalui tindakan seperti
mengurangi jumlah sampel audit, melakukan review dangkal terhaap dokumen
klien, tidak memperluas pemeriksaan ketika terdapat item yang dipertanyakan dan
pemberian opini saat semua prosedur yang disyaratkan belum dilakukan dengan
lengkap.

Menurut Jansen dan Glinow dalam Liantih (2010), perilaku individu


merupakan refleksi dari sisi personalitasnya sedangkan faktor situasional yang
terjadi saat itu akan mendorong seseorang untuk membuat suatu keputusan. Dari
pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa perilaku penurunan kualitas audit
(RAQ behaviours) yang salah satunya adalah penghentian prematur atas prosedur
audit dapat disebabkan oleh faktor karakteristik personal dari auditor (faktor
internal) serta faktor situasional saat melakukan audit (faktor eksternal). Penelitian
ini akan lebih berfokus pada faktor situasional saat melakukan audit seperti
prosedur review dan kontrol kualitas, time pressure, risiko audit, serta materialitas.

Salah satu faktor eksternal pada praktek penghentian prematur atas


prosedur audit adalah prosedur review dan kontrol kualitas. Menurut
wahyudi,dkk. (2011) prosedur review yang dilakukan oleh Kantor Akunan Publik
berperan dalam memastikan bahwa bukti pendukung telah lengkap dan juga
melibatkan pertimbangan ketika terdapat dugaan bahwa penghentian prematur
telah terjadi, sedangkan kontrol kualitas akan membantu memastikan bahwa

3
standar profesional telah dijalankan semestinya dalam praktik. Ketika prosedur
review dan kontrol kualitas telah dilakukan sesuai standar oleh kantor akuntan
publik maka tingkat terjadinya penghentian prematur yang dilakukan audit
menjadi rendah. Penelitian-penelitian terdahulu menunjukkan prosedur review
dan kontrol kualitas berpengaruh terhadap penghentian prematur atas prosedur
audit, diantaranya: Weningtyas,dkk. (2006) ; Liantih (2010) ; Qurrahman,dkk.
(2012) ; Pardede (2012)

Pada penelitian Weningtyas,dkk. (2006) menunjukkan bahwa time


pressure, risiko audit, materialitas, prosedur review dan kontrol kualitas
berpengaruh signifikan terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Hal ini
berbeda dengan hasil penelitian Liantih (2010) yang menyatakan bahwa time
presuure tidak berpengaruh, sedangkan risiko audit, materialitas, prosedur review
dan kontrol kulitas berpengaruh terhadap penghentian prematur atas prosedur
audit. Menurut hasil penelitian Qurrahman (2012) risiko audit dan prosedur review
berpengaruh berpengaruh secara parsial terhadap penghentian prematur atas audit,
sedangkan time pressure dan materialitas tidak berpengaruh. Pada penelitian
Pardede (2012) menunjukkan bahwa prosedur review dan kontrol kualitas
berpengaruh terhadap peghentian prematur atas prosedur audit sedangkan time
pressure, risiko audit tidak berpengaruh.
Perilaku pengurangan kualitas audit seperti penghentian prematur (premature sign
off) atas prosedur audit sering dikaitkan dengan anggaran waktu audit dan sistem
pengendalian secara keseluruhan ( Liantih, 2010). Tindakan penghentian
premature ini berkaitan dengan penghentian terhadap prosedur audit yang
disyaratkan. Kondisi time pressure adalah kondisi dimana auditor mendapatkan
tekanan dari Kantor Akuntan Publik tempatnya bekerja untuk menyelesaikan audit
pada waktu dan anggaran biaya yang telah ditentukan sebelumnya (time deadline
pressure dan budget pressure). Faktor situasional (faktor eksternal) pada praktek
penghentian prematur atas prosedur audit banyak dilakukan oleh auditor salah
satunya adalah ketika dalam kondisi tekanan waktu time presure. Auditor bekerja
dalam batasan biaya tertentu sehingga ia harus mengupayakan agar bisa
memperoleh bukti yang kompeten yang cukup dalam jangka waktu pemeriksaan
yang wajar dengan biaya yang wajar pula (Jusuf,2001;125), hal inilah yang

4
menyebabkan auditor berada pada kondisi mengalami tekanan anggaran waktu.
Pada saat kondisi ini auditor mengalami kesulitan mengumpulkan dan memeriksa
bukti yang cukup sehingga berpotensi menimbulakan terjadinya penghentian
prematur atas prosedur audit. Pernyataan tersebut didukung oleh hasil penelitian-
penelitian terdahulu yaitu Sujana (2008); Marietza (2009); Hutabarat (2012) serta
Aji (2009) yang menyatakan tekanan anggaran waktu berpengaruh terhadap
penghentian prematur audit.
Resiko audit (faktor eksternal) juga berpengaruh terhadap seluruh
pelaksanaan prosedur audit yang direncanakan. Menurut Elder,dkk. (2011;331)
salah satu perhatian utama auditor sehubungan dengan penyajian dan
pengungkapan adalah menentukan apakah manajemen sudah mengungkapkan
seluruh informasi yang diperlukan. Untuk menilai resiko yang tidak dapat
memenuhi tujuan penyajian dan pengungkapan, auditor harus mempertimbangkan
informasi yang diperoleh selama tiga tahap pertama dalam pengujian audit untuk
menentukan apakah sudah cukup menjelaskan fakta dan keadaan yang harus
diungkapkan.
Faktor eksternal lain yang mempengaruhi penghentian prematur atas
prosedur audit adalah materialitas. Konsep materialitas memainkan peran besar
dalam pilihan auditor atas laporan audit, sejalan dengan meningkatnya kondisi
materialitas, auditor harus mempertimbangkan pengaruh unsur tersebut terhadap
laporan keuangan secara keseluruhan (Messier,dkk.,2005;328). Menurut
Messier,dkk. (2005;39) materialitas merupakan faktor dalam mempertimbangkan
independensi, jika auditor tidak independen maka tidak memberikan pendapat
harus diterbitkan, pernyataan tersebut dapat diartikan seorang auditor akan selalu
berusaha untuk memberikan pendapat agar dikatakan independen, sehingga ketika
mengalami kesulitan dalam mempertimbangkan lebih saji atau kurang saji yang
mempengaruhi tingkat materialitas, auditor akan tetap berusaha memberikan
pendapat. Hal itulah yang dapat menyebabkan prosedur audit menjadi prematur.
Pernyataan tersebut juga didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan septiani
(2012), Weningtyas ,dkk. (2006), Liantih (2010) yang menyaakan bahwa
materialitas berpengruh positif terhadap terjadinya penghentian prematur atas
prosedur audit.

5
Penelitian sebelumnya menunjukkan hasil yang berbeda-beda sehingga
berdasarkan perbedaan hasil penelitian tersebur, peneliti termotivasi untuk
melakukan penelitian mengenai pengaruh dari prosedur review dan kontrol
kualitas, tekanan waktu, risiko audit, materialitas terhadap penghentian prematur
atas prosedur audit dan seberapa besar pengaruhnya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat disusun rumusan masalah
sebagaiberikut :
1. Apa definisi audit?
2. Apa tujuan dari audit?
3. Apa saja jenis-jenis audit?
4. Apa saja bukti audit?
5. Apa saja prosedur audit (tahapan audit)?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk menemukan
buktiempiris atas hal-hal sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui apa definisi audit?
2. Untuk mengetahui apa tujuan dari audit?
3. Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis audit?
4. Untuk mengetahui apa saja bukti audit?
5. Untuk mengetahui apa saja prosedur audit (tahapan audit)?

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada perusahaan
bahwa Kualitas kerja dari auditor dapat diketahui dari seberapa jauh auditor
menjalankan prosedur-prosedur audit yang tercantum dalam program auditnya.
2. Bagi peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti dan dapat
digunakan oleh peneliti lain sebagai bahan-bahan pertimbangan dalam penelitian
lanjutan, dan penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan pilihan
bagi peneliti lain yang berhubungan dengan permasalahan ini.

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teori Audit

2.1.1 Pengertian Audit

Auditing bagi perusahaan merupakan hal yang cukup penting karena


memberikan pengaruh besar dalam kegiatan perusahaan yang bersangkutan.
Mulanya audit hanya bertujuan untuk mencari dan menemukan kecurangan serta
kesalahan pada suatu laporan keuangan perusahaan, kini berkembang menjadi
pemeriksaan laporan keuangan uuntuk memberikan pendapat atas kebenaran
penyajian laporan keuangan perusahaan dan juga menjadi salah satu factor dalam
pengambilan keputusan oleh para pihak yang berkepentingan(stakeholder)..
Audit merupakan alat manajemen yang akan digunakan untuk
memverifikasi bukti transaksi ekonomi, untuk menilai seberapa berhasil proses
dalam suatu perusahaan telah dilaksanakan, untuk menilai evektivitas pencapaian
target yang telah ditetapkan. Selain itu untuk kepentingan organisasi, audit tidak
hanya melaporakan ketidak sesuaian dan tindakan korektif, namun juga
mengamati praktek dan aktivitas usaha yang dijalankan. Dimana dalam proses
mengaudit dilakukan oleh tenaga professional dan independen atau tidak ada
sangkut pautnya dangan perusahaan yang terkait,sehingga diharapkan bahwa
penilaiannya objektif
Menurut Sukrisno Agoes (2004), audit merupakan pemeriksaan yang
dilakukan oleh pihak independen secara kritis dan sistematis terhadap laporan
keuangan, catatan keuangan, serta bukti pendukungnya yang disusun oleh anggota
manajemen perusahaan dalam rangka memberikan pendapat atas kelayakan suatu
laporan keuangan.
Ada beberapa hal penting dari pengertian tersebut, untuk dibahas lebih
lanjut :
Pertama, yang diperiksa adalah laporan keuangan yang telah disusun oleh
manajemen beserta catatan catatan pembukuan dan bukti bukti pendukungnya.

7
Laporan keuangan yang harus diperiksa terdiri atas laporan posisi keuangan
(neraca), laporan laba rugi komperehensif, laporan perubahan ekuitas, dan laporan
arus kas. Catatan – catatan pemmbukuan terdiri atasbuku harian (buku/kasbank,
buku penjualan, buku pembelian, buku serba serbi) buku besar, sub buku besar
(piutang, liabilitas, aset tetap, kartu persediaan ).
Bukti-bukti pendukung antara lain bukti penerimaan dan pengeluaran
kas/bank, faktur penjualan, journal voucher dan lain lain.Dokumen lain yang perlu
diperiksa adalah notulen rapat direksi dan pemegang saham, akta pendirian,
kontrak, perjanjian kredit dan lain lain.
1. Laporan posisi keuangan (statement of financial position) adalah suatu
laporan yang menggambarkan posisi keuangan suatu perusahaan
(berapaaset, liabilitas dan ekuitas) pada suatu saat tertentu.
2. Laporan laba rugi komperehensif (statement of comperehensive
income)adalah suatu laporan yang menggambarkan hasil usaha suatu
perusahaan secara keseluruhan (berapa pendapatan, beban dan laba
rugi) untuk suatu periode tertentu.
3. Laporan perubahan ekuitas (Change in equity) adalah suatu laporan
yang menggambarkan perubahan ekuitas (beberapa retained earning
awal, laba rugi, pembagian deviden dan retained earnings akhir) untuk
suatu periode tertentu.

4. Laporan Arus kas (Cash Flow Statement) adalah suatu laporan yang
menggambarkan arus kas (arus masuk dan arus keluar kas atau setara
kas) selama suatu periode tertentu dan diklasifikasikan menurut
aktivitas operasi, investasi dan pembelanjaan. perlu diperhatikan
bahwa laporan keuangan disusun oleh manajemen, dan manajemen
bertanggung atas kewajaran laporan keuangan tersebut. Akuntan
public bertugas untuk memeriksa laporan keuangan tersebut dan
bertanggung jawab atas opini (pendapat) yang diberikannya atas
kewajaran laporan keuangan tersebut.

Kedua, pemeriksaan dilakukan secara kritis dan sistematis. Dalam


melakukan pemeriksaannya, akuntan public berpedoman pada standard

8
profesionali akuntan public di ( USA: Generally Accepted Auditing Standards ),
mentaati kode etik IAI dan Aturan Etika Profesi akuntan public serta mematuhi
standard pengendalian Mutu. Agar pemeriksaan dapat dilakukan secara ssitematis,
akuntan public harus merencanakan pemeriksaannya sebelum proses pemeriksaan
dimulai, dengan membuat apa yang disebut rencana pemeriksaan (Audit Plan).
Dalamaudit plan antara lain dicantumkan kapan pemeriksaan dimulai, berapa lama
jangka waktu pemeriksaan di perkirakan, kapan laporan harus selesai, berapaorang
audit staff yang ditugaskan, masalah masalah yang diperkirakan akan dihadapi di
bidang auditing, akuntansi (accounting), perpajakan dan lain-lain.Selain itu dalam
audit plan. Akuntansi public harus menetapkan batas materialitas dan
memperhitungkan risiko audit.
Ketiga, pemeriksaan dilakukan oleh pihak yang independen, yaitu akuntan
public. Akuntan public harus independen, dalam arti, sebagai pihak diluar
perusahaan yang diperiksa, tidak boleh mempunyai kepentingan tertentu di dalam
perusahaan tersebut (misal, sebagai pemegang saham, direksi atau dewan
komisaris), atau mempunyai hubungan khusus (misal keluarga dari pemegang
saham, direksi atau dewan komisaris). Akuntan public harus independen, baik
infact maupun in-apparance dan in-mind karena sebagai orangkepercayaan
masyarakat, harus bekerja secara objektif, tidak memihak ke pihak manapun dan
melaporkan apa adanya.

Keempat, tujuan dari pemeriksaan akuntan adalah untuk dapat


memberikan kewajaran mengenai laporan keuangan yang diperiksa. Laporan
keuangan yang wajar adalah yang disusun berdasarkan standart akuntansi yang
berlaku umum (di Indonesia: standart akuntansi yang berlaku umum di Indonesia
dan dimodifikasi dalam standar akuntansi keuangan, di USA: Generally Accepted
Accounting Principles), diterapkan secara konsisten dan tidak mengandung
masalah yangmaterial (besar dan signifikan). Akuntan public tidak menyatakan
bahwa laporan keuangan itu benar, karena pemeriksaannya dilakukan secara
sampling (test basa) sehingga mungkin saja terdapat kesalahan dalam laporan
keuangan tetapi jumlahnya tidak material (kecil dan immaterial) sehingga tidak
mempengaruhi kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Audit atas
laporan keuangan terutama diperlukan oleh perusahaan berbentuk perseroan

9
terbatas (PT) yang pemiliknya adalah para pemegang saham, biasanya setahun
sekali dalam rapat umum pemegang saham (RUPS) para pemegang saham akan
meminta pertanggung jawaban manajemen perusahaan dalam bentuk laporan
keuangan. Laporan keuangan yang merupakan tanggung jawab manajemen perlu
diaudit oleh KAP yang merupakan pihak ketiga yang independen, karena :
a. Jika tidak diaudit, ada kemungkinan bahwa laporan keuangan tersebut
mengandung kesalahan baik yang di sengaja maupun tidak disengaja.
Karena itu laporan keuangan yang belum diaudit kurang dipercaya
kewajarannya oleh pihak-pihak yangberkepentingan terhadap laporan
keuangan tersebut.
b. Jika laporan keuangan sudah diaudit dan mendapatkan opini wajar
tanpa pengecualian (unqualified) dari KAP, berarti pengguna laporan
keuangan bias yakin bahwa laporan keuangan tersebut bebas dari
salah saji yang material dandisajikan sesuai dengan standard akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia (SAK/ETAP/IFRS).
c. Mulai tahun 2001 perusahaan yang total assetnya Rp. 25 Milyar ke
atas harus memasukkan audited financial statements nya ke
departemen perdaganagan dan perindustrian.
d. Perusahaan yang sudah go public harus memasukkan audited financial
statements-nya ke Bapepam-LK paling lambat 90 hari setelah tahun
buku.
e. SPT yang di dukung oleh audited dinancial statements lebih dipercaya
oleh pihak pajak dibandingkan dengan didukung oleh laporan
keuangan yang belum diaudit
Menurut PSAK pengertian auditing adalah suatu proses sistematik yang
bertujuan untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti yang dikumpulkan atas
pernyataan atau asersi tentang aksi-aksi ekonomi dan kejadian-kejadian dan
melihat bagaimana tingkat hubungan antara poenyataan atau asersi dengan
kenyataan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada yang berkepentingan.

10
2.1.2 Tujuan Audit
Tujuan dari audit menurut Agoes dalam karya ilmiah Yunita
(2017:98) adalah membantu semua pimpinan perusahaan dalam
melaksanakan tanggungjawabnya dengan memberikan analisa, penilaian,
saran dan komentar mengenai kegiatan yang diperiksanya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, auditor harus melakukan kegiatan-
kegiatan berikut :
1) Menelaah (memeriksa) dan menilai kebaikan, memadai
tidaknya dan penerapan dari sistem pengendalian manajemen,
pengendalian internal dan pengendalian operasional lainnya
serta mengembangkan pengendalian yang efektif dengan
biaya yang tidak terlalu mahal.

2) Memastikan ketaatan terhadap kebijakan, rencana dan


prosedur- prosedur yang telah ditetapkan oleh manajemen.
3) Memastikan seberapa jauh harta perusahaan
dipertanggungjawabkan dan dilindungi dari kemungkinan
terjadinya segala bentuk pencurian, kecurangan dan
penyalahgunaan.
4) Memastikan bahwa pengelolaan data yang dikembangkan
dalam organisasi dapat dipercaya.
5) Menilai mutu pekerjaan setiap bagian dalam melaksanakan
tugas yang diberikan oleh manajemen.
6) Menyarankan perbaikan-perbaikan operasional dalam rangka
meningkatkan efisiensi dan efektivitas.

2.1.3 Jenis - Jenis Audit

Pengauditan dibagi dalam beberapa jenis, pembagian tersebut


dimaksudkan untuk menentukan tujuan atau sasaran yang ingin dicapai dengan
adanya pengauditan tersebut. (agoes 2014:10-11). Sehingga jenis audit dapat
dibedakan menjadi 2 yaitu :
1. General Audit (Pemeriksaan Umum)

11
Pemeriksaan yang dilakukan oleh kantor akuntan public independen
terhadap suatu laporan keuangan perusahaan dimana bertujuan untuk
memberikan pendapat atau opini kewajaran terhadap laporan
keuangan tersebut, tentu saja sesuai dengan aturan etika KAP yang
telah sesuai denganaturan etika KAP yang telah disahkan oleh ikatan
akuntan Indonesia.
2. Special Audit (Pemeriksaan khusus)
Pemeriksaan yang dilakukan oleh kantor akuntan public professional
yang hanya terbatas pemeriksaannya (sesuai dengan permintaan pihak
yang ingin di audit), dimana pada akhirnya auditor tidak perlu
memberikan opini atau pendapat kewajaran terhadap laporan
keuangan secara keseluruhan. Hanya pos-pos tertentu saja yang
membutuhkan pendapat karena prosedur yang dilakukan oleh auditor
pun terbatas ruang lingkupnya.
3. Audit Investigasi
Audit investigasi semakin berkembang terutama dalam hal penelitian
kasus- kasus yang berkaitan dengan hukum dan pidana, misalnya
korupsi dan pencucian uang. Sebenarnya audit investigasi lazim
terjadi pada pergantian pengurus perusahaan. Hal ini dilakukan untuk
bahwa tidak ada beban atau tagihan yang mungkin timbul dari periode
sebelumnya

2.1.4 Bukti Audit

Terdapat 8 jenis bukti audit dalam memutuskan prosedur audit mana


yang akan digunakan, auditor dapat memilihnya dari delapan kategori bukti
yang luas, yang disebut sebagai jenis-jenis bukti (Arens 2014:212-218).
Setiap prosedur audit mendapat satu atau lebih jenis-jenis bukti berikut :
1. Physical Examination (Pemeriksaan fisik)
Adalah inspeksi atau perhitungan yang dilakukan auditor atas aktiva
atau aset yang tak berwujud. Jenis bukti ini paling sering berkaitan
dengan persediaan dank as, tetapi juga dapat diterapkan pada

12
verifikasi sekuritas, wesel tagih, dan aset tetap berwujud.
2. Confirmation (Konfirmasi)
Menggambarkan penerimaan respon tertulis langsung dari pihak
ketiga yang independen yang memverifikasi keakuratan informasi
yang diminta oleh auditor. Responnya dapat dalam bentuk kertas atau
elektronik atau media lainnya seperti akses langsung auditor ke
informasi yang dimiliki pihak ketiga. Permintaan ini ditujukan kepada
klien, dank lien meminta pihak ketiga untuk meresponnya secara
langsung kepada auditor. Karena konfirmasi berasal dari sumber
pihak ketiga alih – alih klien, jenis bukti audit ini sangat dipercaya dan
merupakan jenis bukti audit yang sering digunakan.

3. Inspection (Inspeksi)
Adalah pemeriksaan oleh auditor atas dokumen dan catatan klien
untuk mendukung informasi yang tersaji, atau seharusnya tersaji,
dalam laporan keuangan. Dokumen yang diperiksa oleh auditor adalah
catatan yang digunakan klien untuk menyediakan informasi bagi
pelaksana bisinsi dengan cara terorganisir, yang bias juga dalam
bentuk kertas, bentuk elektronik, atau media lain.
4. Analitycal procedures (Prosedur Analitis)
Terdiri dari evaluasi informasi keuangan melalui analisis atas
hubungan yang masuk akal antara data keuangan dan non keuangan.
Sebagai contoh auditor dapat membandingkan presentase marjin
kotor tahun berjalan dengan tahun sebelumnya. Prosedur analitis
telah digunakan secara luas dalam praktik, dan dibutuhkan selama
fase perencanaan dan penyelesaian pada semua audit.
5. Inquiry (Tanya Jawab atau Wawancara)
Adalah upaya untuk memperoleh informasi secara lisan maupun
tertulis dari klien sebagai respon atas pernyataan yang diajukan
auditor. Walaupun banyak bukti yang diperoleh dari klien melalui
Tanya-jawab ini, bukti itu biasanya tidak dapat dianggap sebagai bukti
yang meyakinkan karena bukan dari sumber yang independen dan
mungkin mendukung pihak klien. Karena itu, apabila auditor

13
memperoleh bukti melalui Tanya-jawab biasanya auditor juga perlu
memperoleh bukti pendukung melalui prosedur lainnya.

6. Recalculation (Rekalkulasi)
Melibatkan pengecekan ulang atas sampel kalkulasi yang dilakukan
oleh klien. Pengecekan ulang kalkulasi ini terdiri dari pengujian atas
keakuratan perhitungan klien dan mencakup prosedur seperti
perkalian faktur penjualan dan persediaan, penjumlahan jurnal dan
buku tambahan, serta pengecekan kalkulasi beban penyusutan dan
beban dibayar dimuka. Sebagian besar rekalkulasi auditor dilakukan
oleh perangkat lunak audit dengan bantuan computer.
7. Observation (Observasi)
Terdiri dari mengamati proses atau prosedur yang sedang
dilaksanakan oleh pihak lain. Auditor dapat mengunjungi lokasi
pabrik untuk memperoleh kesan umum atas klien, atau mengamati
para individu yang melakukan tugas-tugas akuntansi untuk
menentukan apakah orang yang diserahi tanggung jawab telah
melaksanakan tugasnya dengan baik. Observasi memberikan bukti
mengenai pelaksanaan proses proses atau prosedur tetapi terbatas
pada point point ketika observasi dilakukan.
8. Reperformance (Pelaksaan ulang)
Adalah pengujian independen yang dilakukan auditor atas prosedur
atau pengendalian akuntansi klien, yang semula dilakukan sebagai
bagian dari sistem akuntansi dan pengendalian internal klien. Jika
rekalkulasi melibatkan pengecekan ulang atas suatu perhitungan,
pelaksanaan ulang melibatkan pengecekan atas prosedur lain.

2.2 Prosedur Audit (Tahapan Audit)

Dalam melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangan perusahaan


seorang auditor haruslah mengetahui langkah-langkah atau tahapan apa saja yang
harus ditempuh untuk memenuhi tujuan audit dimana salah satu tujuan audit ialah
untuk mencapai perbaikan atas berbagai program atau aktivitas dalam pengelolaan

14
perusahaan yang masih memerlukan perbaikan.
Adapun langkah langkah atau tahapan audit yang harus dilakukan oleh
auditor professional meliputi empat tahap, yakni

2.2.1 Penerimaan Perikatan Audit

Perikatan adalah kesepakatan antara dua belah pihak untuk mengadakan


suatu ikatan perjanjian. Langkah awal dalam mengaudit suatu laporan keuangan
ialah mengambil keputusan untuk menerima atau menolak perikatan audit calon
klien atau melanjutkan bahkan menghentikan perikatan audit dari klien yang
berulang. Dalam perikatan perjanjian tersebut klien menyerahkan pekerjaan audit
atas laporan keuangan kepada auditor dan auditor sanggup untuk melaksanakan
pekerjaan audit tersebut berdasarkan kompetensi professional yang dimilikinya,
menurut Mulyadi (2011).
Adapun langkah langkah yang perlu ditempuh oleh auditor dalam
mempertimbangkan penerimaan perikatan audit dari calon kliennya terdiri dari
enam unsur yaitu :

1. Mengevaluasi integritas manajemen


Untuk dapat menerima perikatan audit, auditor berkepentingan untuk
mengevaluasi integritas manajemen, agar auditor mendapatkan
keyakinan bahwa manajemen perusahaan klien dapat dipercaya,
sehingga laporan keuangan yang diaudit bebas salah saji.
2. Mengidentifikasi kondisi khusus dan resiko yang tidak biasa
Mengidentifikasi pemakaian laporan audit, mendapatkan informasi
tentangstabilitas keuangan dan legal calon klien di mas adepan, serta
mengevaluasikemungkinan dapat atau tidaknya lapoaran keuangan
calon klien diaudit, merupakan beberapa factor yang harus di
pertimbangkan auditor dalam mengidentifikasi keadaan khusus dan
resiko luar biasa.
3. Menilai kompetensi untuk melaksanakan audit
Sebelum audit menerima suatu perikatan audit, ia harus
mempertimbangkan apakah ia dan anggota tim auditnya memiliki

15
kompetensi memadai untuk menyelesaikan perikatan tersebut.
4. Mengevaluasi independensi
Auditor juga harus memastikan bahwa setiap professional yang
menjadi anggota tim auditnya tidak terlibat atau memiliki kondisi
yang menjadikan independensi tim nauditnya diragukan oleh pihak
yang mengetahui salah satu dari delapan golongan informasi.
5. Menentukan kemampuan untuk menggunakan kemahiran
professionalnya dengan kecermatan dan keseksamaan Kecermatan
dan keseksamaan penggunaan kemahiran professional auditor
ditentukan oleh ketersediaan waktu yang memadai untuk
merencanakan danmelaksanakan audit.
6. Membuat surat perikatan audit
Surat perikatan audit dibuat oleh auditornya untuk klien yang
berfungsi untuk mendokumentasikan dan menegaskan penerimaan
auditor ataspenunjukkan oleh klien.

2.2.2 Perencanaan auditor

Menurut mulyadi (2011), tahap keduaa adalah auditor menerima perikatan


audit dari kliennya ialah melaksanakan audit, ada tujuh tahap yang harus
ditempuh oleh auditor dalam merencanakan auditnya.
1. Memahami bisnis dan industry klien
Pemahaman atas bisnis klien memberikan panduan penting tentang
sumber informasi bagi auditor untuk memahami bisnis dan industry
klien.
2. Melaksanakan prosedur audit
Mengidentifikasi perhitungan/perbandingan yang harus dilihat,
menganalisa data dan mengidentifikasi perbedaan signifika,
menyelidiki perbedaan signifikan yang tidak terduga dan
mengevaluasi perbedaan tersebut,menentukan dampak hasil prosedur
analitik perencanaan audit. Merupakan beberapa prosedur yang harus
dilakukan dalam prosedur analitik.

16
3. Mempertimbangkan tingkat materialitas awal
Ada dua tingkat yang harus dipertimbangkan oleh auditor dalam
materialitasawal yaitu pertama, tingkat laporan keuangan dan tingkat
saldo akan materialitas pada tingkat laporan keuangan diterapkan
oleh auditor karena pendapat auditor atas kewajaran laporan
keuangan diterapkan pada laporan keuangan sebagai keseluruhan.
Tingkat saldo akun pun penting karena auditor perlu melakukan
verifikasi saldo akun.
4. Memperhitungkan resiko bawaan
Beberapa risiko yang harus dipertimbangkan oleh auditor dalam
setiap tahapproses auditnya yaitu, perencanaan audit, pemahaman dan
pengujian pengendalian intern, penaksiran resiko pengendalian,
pelaksanaan pengujian substantive, penetapan resiko deteksi,
penerbitan laporan dan yang terakhir penilaian resiko audit.
5. Mempertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap saldo
awal, jika perikatan dengan klien berupa audit tahun pertama.
Auditor harus menentukan bahwa saldo awal mencerminkan
penetapan kebijakan akuntansi yang semestinya dan bahwa kebijakan
tersebut ditetapkan secara konsisten dalam laporan keuangan tahun
berjalan.
6. Mengembangkan strategi audit awal terhadap asersi signifikan
Auditor dapat memilih strategi audit awal dalam perencanaan audit
terhadap asersi individual atau golongan transaksi. Ada dua strategi
yaitu Primary substantive approach dan lower assessed level of
control risk approach.

7. Memahami pengendalian intern iklan


Mempelajari unsur-unsur pengendalian intern yang berlaku
merupakan langkah awal dalam memahami pengendalian intern klien,
selanjutnya adalah melakukan penilaian atas efektivitas intern dengan
menentukan kekuatan dan kelemahan pengendalian intern tersebut.

17
2.2.3 Pelaksanaan Pengujian Audit

Secara garis besar terdapat tiga golongan yang dapat dilakukan atas
pelaksanaan audit oleh seorang auditor professional Mulyadi (2011), yaitu:
1. Pengujian Analitik
Pengujian pada tahap awal yang dilakukan oleh auditor ialah
melakukan pengujian analitik, dengan cara mempelajari perbandingan
dan hubungan antara data yang satu dengan data yang lain. Pengujian
analitik dimaksudkan untuk membantu auditor dalam memahami
klien juga untuk menemukan bidang yang memerlukan audit lebih
intensif. Karena sebelum seorang auditor melaksanakan audit secara
rinci dan mendalam terhadap objek audit, auditor harus memperoleh
gambaran yang menyeluruh mengenai perusahaan yang di audit.
2. Pengujian Pengendalian
Frekuensi pelaksanaan aktivitas pengendalian uang ditetapkan, mutu
pelaksanaan aktivitas pengendalian yang ditetapkan, karyawan yuang
melaksanakan aktivitas pengendalian yang ditetapkan, merupakan
informasi yang dibutuhkan oleh seorang auditor professional untuk
melakukan pengujian pengendalian yang tujuannya untuk
memverifikasi efektivitas pengendalian intern klien.
3. Pengujian Substantif
Pengujian substantive merupakan prosedur audit yang dirancang
untuk menemukan kemungkinan kesalahan moneter yang secara
langsung mempengaruhi kewajaran penyajian laporan keuangan.
Prosedur pengujian substantive meliputi :

a. Verifikasi atas ketepatan saldo kas


b. Penetapan prosedur analitis
c. Perhitungan kas yang disimpan dalam entitas
d. Melaksanakan pengujian pisah batas atas
e. Konfirmasi saldo simpanan pinjaman di bank
f. Konfirmasi perjanjian atau kontrak lain dengan bank
g. Melakukan pemindaian atau pembuatan rekonsiliasi bank

18
h. Menghimpun dan menggunakan laporan pisah batas bank
i. Melakukan pengujian pisah batas bank
j. Mengusut transfer bank
k. Menyiapkan pembuktian kas
l. Membandingkan penyajian laporan keuangan dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum

2.2.4 Pelaporan Auditing

Laporan hasil audit adalah salah satu tahap yang penting dan akhir
dari suatu pekerjaan audit. Karena pelaporan audit merupakan alat
pertanggungjawaban atas tugas dan wewenang uang dilimpahkan kepada
auditor. Secara umum laporan auditor dapat diidentifikasikan sebagai
laporan yang menyatakan pendapat auditor yang independen mengenai
kelayakan atau ketepatan pernyataan klien bahwa laporan keuangannya
disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip – prinsip akuntansi yang
berlaku umum, yang diterapkan secara konsisten dengan tahun – tahun
sebelumnya.
Dalam pelaporan audit, mengungkapkan semua hal yang material,
posisi keuangan, hasil usaha, serta arus kas entitas sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum. Kesimpulan ini hanya akan dinyatakan
bila auditor telah membentuk pendapat berdasarkan audit yang
dilaksanakan sesuai dengan GAAS. Laporan standard/laporan audit baku
memiliki tiga paragraph, yaitu paragraf pendahuluan/pengantar, paragraf
lingkup audit, dan aparagraf pendapat atau opini.

Terdapat beberapa opini yang dapat diberikan oleh seorang auditor


professional berkenaan dengan suatu pemeriksaan umum. Menurut
standard
Professional Akuntansi (SPA 29), opini audit terdiri dari lima jenis, yaitu :
1. Opini Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)
Pendapat ini diberikan jika auditor tidak menemukan kesalahan
material secara keseluruhan laporan keuangan atau tidak terdapat

19
penyimpangan dari prinsip akuntansi yang berlaku (SAK). Bentuk
laporan ini diberikan apabilakeadaan perusahaan sebagai berikut.
a. Bukti audit yang dibutuhkan telah mencukupi dan auditor pun
telah menjalankan semua tegas lapangannya sehinggadia dapat
memastikan kerja lapangan telah ditaati
b. Standard umum telah ditaati sepenuhnya dalam perikatan kerja
c. Laporan keuangan yang diaudit disajikan sesuai dengan prinsip
akuntansi yang bnerlaku umum dan konsiten pada laporan -
laporan sebelumnya
d. Tidak terdapat ketidakastian yang cukup berarti (non
material) mengenai perkembangan dimasa mendatang

2. Opini Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Paragraf Penjelasan


(Modified Unqualified Opinion)
Laporan keuangan tetap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan
hasil usaha perusahaan klien, namun ditambahkan dengan hal – hal
yang memerlukan bahasa penjelasan.
3. Opini Wajar Dengan Pengecualian (Qualified Opinion)
Pendapat wajar yang diberikan ketika laporan keuangan dikatakan
wajar dalam hal yang material,tetapi terdapat sesuatu penyimpangan
atau kurang lengkap pada post tertentu, sehingga harus dikecualikan
4. Opini Tidak Wajar (Advers Opinion)
Pendapat tidak wajar diberikan jika laporan keuangan klien tidak
disusun berdasarkan prinsip – prinsip akuntansi yang berlaku umum
sehingga tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan
5. Opini Tidak Memberikan Pendapat (Disclimer of opinion)
Pernyataan tidak memberikan pendapat diberikan jika, terdapaty
banyak pembatasan ruang lingkup audit serta hubungan yang tidak
independen antara auditor dan klien. Kondisi tersebut tidak
memungkinkan auditor untuk dapat menyatakan pendapatnya atas
laporan keuangan secara keseluruhan.

20
2.3 Teori Akuntansi

2.3.1 Pengertian Piutang Usaha

Sebagian besar piutang timbul dari penyerahan barang atau jasa secara
kredit kepada pelanggan. Tidak dapat dipungkiri bahwa pada umnya pelanggan
akan menjadi lebih tertarik untuk membeli sebuah produk yang ditawarkan secara
kredit oleh perusahaan, dan hal ini rupanya juga menjadi salah satu trik bagi
perusahaan untuk meningkatkan besarnya omset penjualan yang akan tampak
dalam laporan laba ruginya.
Piutang usaha adalah “ piutang yang berasal dari penjualan barang
dagangan atau jasa secara kredit. Piutang timbul dari beberapa jenis transaksi,
dimana yang paling umum ialah dari perjanjian barang atau jasa secara kredit
Agoes (2014:173).
Menurut Hery (2011:36) menjelaskan bahwa piutang adalah “sejumlah
tagihan yang akan diterima oleh perusahaan umunya dalam bentuk kas dari pihak
lain, baik sebagai akibat penyerahan barang dan jasa secara kredit (untuk piutang
pelanggan yang terdiri atas piutang usaha dan memungkinkan piutang wesel),
memberikan pinjaman (untuk piutang karyawan, piutang debitur yang biasanya
langsung dalam bentuk piutang wesel, dan piutang bunga), maupun sebagai akibat
kelebihan pembayaran kas kepada pihak lain (untuk piutang pajak)”.
Menurut Kieso, Weygandt (2011) mengungkapkan, “piutang (receivable)
adalah klaim uang, barang, atau jasa terhadap pelanggan atau pihak – pihak
lainnya”.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa piutang usaha
merupakan hak atau klaim perusahaan terhadap klien atau pelanggan atas barang
atau jasa yang telah diberikan.

2.3.2 Tujuan Audit atas Piutang Usaha

Menurut Agoes (2014:192) tujuan pemeriksaan perkiraan piutang usaha


yaitu :

21
1. Untuk mengetahui apakah terdapat pengendalian intern (internal
control) yang baik atas piutang dan transaksi penjualan, piutang dan
penerimaan kas.
2. Untuk memeriksa validity (keabsahan) dan authenticity (ke ontetikan)
dari pada piutang.
3. Untuk memeriksa collectability (kemungkinan tertagihnya) piutang
dan cukup tidaknya perkiraan allowance for bad debts (penyisihan
piutang tak tertagih.
4. Untuk mengetahui apakah ada kewajiban bersyarat (contigent
liability) yang timbul karena pendiskontoan wesel tagih (notes
receivable).
5. Untuk memeriksa apakah penyajian piutang di neraca sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia / Standar
Akuntansi Keuangan.

2.3.3 Prosedur Audit atas Piutang Usaha

Prosedur audit yang dilakukan dalam rangka mendapatkan bahan – bahan


bukti (audit evidence) yang cukup untuk mendukung pendapat auditor atas
kewajaran laporan keuangan. Agoes menyarankan prosedur audit piutang usaha
sebagai berikut :
1. Pelajari dan evaluasi pengendalian internal atas piutang dan transaksi
penjualan piutang dan penerimaan.
2. Buat Top Schedule dan Supporting Schedule piutang tertinggal neraca.
3. Minta aging schedule dari piutang usaha pertanggal neraca yang antara
lain menunjukkan nama pelanggan (customer), saldo piutang, umur
piutang,serta subsequent event.
4. Periksa mathematical accuracy dan check individual balance ke
subledger lalu totalnya ke general ledger.
5. Test check umr piutang dan beberapa customer ke subledger lalu totalnya
ke general ledger.
6. Kirimkan konfirmasi piutang:

22
a. Tentukan dan tuliskan dasar pemilihan pelanggan yang akan dikirim
surat konfirmasi.
b. Tentukan apakah akan digunakan konfirmasi positif atau konfirmasi
negative.
c. Cantumkan nomor konfirmasi baik di schedule piutang maupun di
surat konfirmasi.
d. Jawaban konfirmasi yang berbeda harus diberitahukan kepada klien
untuk dicari perbedaannya.
e. Buat ikhtisar (summary) dari hasil konfirmasi.
f. Perikas subsequent event dengan memeriksa buku kas dan bukti
penerimaan kas untuk periode sesudah tanggal neraca sampai
mendekati tanggal penyelesaian pemeriksaan lapangan. Perhatikan
bahwa yang dicatat hanyalah yang berhubungan dengan penjualan
dari periode yang sedang diperiksa.
g. Periksa apakah ada wesel tyagih yang didiskontokan (potongan atas
nilai jatuh tempo wesel) untuk mengetahui kemungkinan adanya
contingent liability.
h. Periksa dasar penentuan allowance for bad debts dan perikas apakah
jumlah yang disediakan oleh klien sudah cukup, dalam arti tidak
terlalu besar dan terlalu kecil.
i. Periksa apakah barang – barang yang dijual melalui invoice sebelum
tanggal neraca, sudah dikirm pertanggal neraca. Kalau belum, cari
tahu alasannya. Periksa apakah ada faktur penjualan dari tahun yang
diperiksa, yang dibatalkan dalam periode berikutnya.
j. Periksa notuilen rapat, surat – surat perjanjian, jawaban konfirmasi
bank, dan correspondence file untuk mengetahui apakah ada piutang
yang dijadikan sebagai jaminan.
k. periksa apakah penyajian piutang di neraca dilakukan sesuai dengan
prinsip prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia (SAK).
l. Tarik kesimpulan mengenai kewajaran saldo piutang yang diperiksa.

23
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Jadi berdasarkan isi makalah yang telah dipaparkan oleh penulis maka dapat
disimpulkan :

1. Audit merupakan alat manajemen yang akan digunakan untuk


memverifikasi bukti transaksi ekonomi, untuk menilai seberapa
berhasil proses dalam suatu perusahaan telah dilaksanakan, untuk
menilai evektivitas pencapaian target yang telah ditetapkan. Selain itu
untuk kepentingan organisasi,audit tidak hanya melaporakan ketidak
sesuaian dan tindakan korektif, namun juga mengamati praktek dan
aktivitas usaha yang dijalankan. Dimana dalam proses mengaudit
dilakukan oleh tenaga professional dan independen atau tidak ada
sangkut pautnya dangan perusahaan yang terkait,sehingga diharapkan
bahwa penilaiannya objektif. Menurut Sukrisno Agoes (2004), audit
merupakan pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak independen secara
kritis dan sistematis terhadap laporan keuangan, catatan keuangan,
serta bukti pendukungnya yang disusun oleh anggota manajemen
perusahaan dalam rangka memberikan pendapat atas kelayakan suatu
laporan keuangan.
2. Tujuan dari audit menurut Agoes dalam karya ilmiah Yunita (2017:98)
adalah membantu semua pimpinan perusahaan dalam melaksanakan
tanggungjawabnya dengan memberikan analisa, penilaian, saran dan
komentar mengenai kegiatanyang diperiksanya.
3. Terdapat 3 jenis audit diantaranya general audit (pemeriksaan umum),
special audit (pemeriksaan khusus), dan audit investigasi.
4. Dalam audit terdapat beberapa 8 jenis bukti audit diantaranya; Physical
Examinationp (pemriksaan fisik), confirmation (konfirmasi),
inspection (infeksi), analitycal procedures (prosedur analitis), inquiry
(tanya jawab atau wawancara), recalculation (rekalkulasi), observation
(observasi), dan reperformance (pelaksanaan ulang).

24
5. Prosedur audit atau tahapan audit yang harus dilakukan oleh auditor
professional meliputi empat tahap diantaranya 1). Penerimaan
perikatan audit, 2). Perencanaan auditor, 3). Pelaksanaan pengujian
audit dan 4). Pelaporan auditing.

25

Anda mungkin juga menyukai