Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pelaksanaan kegiatan magang merupakan salah mata kuliah prasyarat kelulusan bagi
mahasiswa Program Profesi Akuntansi (PPAk) Universitas Trisakti. Dalam pelaksanaan
kegiatan magang ini, para mahasiswa dibebaskan untuk memilih perusahaan tempat
kegiatan magang yang minimal dilaksanakan selama tiga bulan. Kantor Akuntan Publik
merupakan tempat pembelajaran yang baik bagi mahasiswa akuntasi khususnya dalam
mendalami dan mengimplementasikan ilmu-ilmu yang telah di pelajari selama bangku
kuliah. Penulis merasa bersyukur karena dapat diterima di Kntor Akuntan Publik Aria
Kanaka dan Rekan sebagai tempat penulis melaksanakan kegiatan magang. Pelaksanaan
kegiatan magang juga dinilai bermanfaat bagi perusahaan karena dapat menambah jumlah
pegawai yang bersifat temporer untuk mempermudah penyelesaian suatu pekerjaan
khususnya proses audit secara efesien serta perusahaan dapat mencari calon pegawai yang
berkualitas dengan melihat performa anak magang secara langsung dalam mengerjakan
jenis pekerjaan yang relevan.
Penulis merasa bersyukur kepada Tuhan YME, karena atas rahmat dan hidayah-Nya
lah, penulis dapat diterima di Kantor Akuntan Publik yang merupakan afiliasi dari Mazars
Indonesia sebagai tempat penulis menjalankan kegiatan magang. Pada pelaksanaan
kegiatan magang, penulis ditugaskan untuk mengaudit laporan keuangan tahunan PT.XYZ
yang bergerak dalam bidang Manufacture. Dalam pelaksanaanya, penulis hanya
ditugaskan untuk melakukan audit atas beberapa akun dan salah satunya yaitu kas dan
setara kas.
Proses audit atas PT.XYZ bertujuan untuk memberikan opini terhadap laporan
keuangan akhir tahun beserta laporan auditor independen periode 31 Desember 2018. Atas
berbagai pertimbangan, penulis memilih untuk membahas proses audit kas dan setara kas
pada PT.XYZ karena dinilai mempunyai kecukupan isu untuk dibahas secara
komprehensif.
Atas dasar pemikiran di atas, maka penulis bermaksud membahas mengenai kas dan
setara kas dengan menyusun laporan magang yang diberi judul ”AUDIT KAS DAN
SETARA KAS PT. XYZ’’

1.2 Tujuan Magang


1.2.1 Mahasiswa
a. Untuk mengetahui audit kas dan setara kas sesuai dengan audit program yang
diterapkan di KAP Aria Kanaka dan Rekan.
b. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam proses audit kas dan
setara kas.
c. Syarat menyelesaikan mata kuliah magang.
1.2.2 Perguruan Tinggi
Memberikan wawasan tentang dunia kerja dan mempraktekkan ilmu
pengetahuan yang didapat di bangku kuliah.
1.2.3 Intitusi Tempat Magang
Mendapatkan saran untuk memecahkan suatu permasalahan tertentu atas cara
perbaikan tentang pelaksanaan pedoman audit pada KAP Aria Kanaka dan Rekan.

1.3 Ruang Lingkup


Penulis hanya membahas masalah terkait dengan proses audit akun kas dan
setara kas pada PT. XYZ. Secara umum, penulis akan membahas deskripsi pekerjaan dan
tanggung jawaban yang diberikan kepada penulis dalam melakukan proses audit kas dan
setara kas ini serta membandingkannya dengan prosedur yang telah peulis pelajari selama
dibangku kuliah. Setelah ini, penulis akan memberikan kesimpulan dan saran atas
pembahasan masalah terkait proses audit kas dan setara kas sebagai penutup dari laporan
ini.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Auditing
2.1.1 Pengertian Auditing

Arens, Beasley, dan Elder (2016) menjelaskan auditing sebagai proses

akumulasi dan evaluasi atas bukti-bukti informasi guna menentukan serta melaporkan

tingkat korespondensi antara informasi dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.

Audit harus dilakukan oleh orang yang mempunyai kompetensi dan indepedensi atas

aktivitas audit tersebut.

Auditing adalah salah satu jasa yang diberikan oleh akuntan publik yang sangat

diperlukan dalam memeriksa kewajaran suatu laporan keuangan entitas usaha,

sehingga laporan keuangan suatu entitas yang diaudit dapat lebih dipercaya oleh pihak-

pihak yang terkait (stakeholders). Dikutip dari buku Theodorus M. Tuanakotta, dari

ISA 2015, “Tujuan suatu audit ialah mengangkat tingkat kepercayaan dari pemakai

laporan keuangan yang dituju, terhadap laporan keuangan itu. Tujuan itu dicapai

dengan pemberian opini oleh auditor mengenai apakah laporan disusun, dalam segala

hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. Pada

umumnya, dalam kerangka pelaporan keuangan dengan tujuan umum, opini tersebut

menyatakan apakah laporan keuangan disajikan secara wajar, dalam segala hal yang

material, atau memberikan gambaran yang benar dan wajar sesuai kerangka pelaporan
etika keuangan. Suatu audit yang dillaksanakan sesuai dengan ISA dan persyaratan

ketka yang relevan memungkinkan auditor memberikan pendapat tersebut”.

Dari definisi diatas memberikan pertanyaan bahwa auditor memeriksa laporan

keuangan yang telah disusun oleh manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan

bukti-bukti pendukungnya. Dalam pemeriksanya, seorang auditor melakukan audit

berbasiskan pada International Standards on Auditing (ISA). Selanjutnya pemeriksaan

dilakukan oleh pihak yang independen, yaitu akuntan publik berasal dari luar

perusahaan dan tidak memiliki kepentingan tertentu di dalam perusahaan. Tujuan dari

pemeriksaan akuntan adalah untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran

laporan keuangan yang diperiksa.

2.1.1 Jenis Audit

Menurut Arens, Beasley, & Elder (2016), terdapat tiga jenis audit yang dapat

diterapkan oleh Kantor Akuntan Publik, yaitu:

1. Audit Laporan Keuangan Historis (Financial Statement Audit)

Audit yang dilakukan dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan

keuangan suatu perusahaan atau entitas sudah disajikan secara wajar sesuai dengan

prinsip akuntansi yang berlaku umum. Di Indonesia, kriteria prinsip akuntansi

yang berlaku umum adalah mengacu pada PSAK, sedangkan dalam cakupan global

mengacu pada ISA.

2. Audit Operasional (Operational Audit)

Audit operasional adalah jenis audit yang bertujuan untuk mengevaluasi

tingkat efisiensi dan efektivitas dari prosedur dan metode operasional suatu
organisasi. Pada saat penyelesaian audit operasional, manajemen perusahaan

biasanya mempunyai ekspektasi untuk mendapatkan rekomendasi untuk

meningkatkan aktivitas operasional perusahaan.

3. Audit Kepatuhan (Compliance Audit)

Audit kepatuhan dilakukan untuk menentukan apakah klien telah mengikuti

prosedur, peraturan, atau regulasi spesifik yang telah diatur oleh otoritas

berpengaruh. Beberapa jenis dari audit kepatuhan untuk bisnis swasta adalah,

a. Menentukan apakah pegawai dari divisi akuntansi telah mengikuti prosedur

yang telah ditetapkan oleh perusahaan;

b. Mereview tingkat gaji untuk kepatuhan aturan upah minimum regional;

c. Memeriksa kontrak persutujuan dengan pihak ketiga (contoh : bank) untuk

meyakinkan bahwa perusahaan telah mematuhi semua persyaratan yang

bersifat legal.

2.1.3 Standar Audit

International Standards on Auditing (ISA) merupakan standar audit yang

berbasis pada resiko. Indonesia sendiri mulai menggunakan ISA pada awal tahun

2013. Dalam audit berbasis resiko, auditor menggunakan kearifan profesional dalam

pelaksanaan audit dan lebih menekankan pada professional judgement (Tuanakotta,

2013).

Pernyataan Standar Auditing (PSA), merupakan penjabaran lebih lanjut dari

masing-masing standar yang tercantum di dalam standar auditing. PSA berisi

ketentuan-ketentuan dan pedoman utama yang harus diikuti oleh Akuntan Publik

dalam melaksanakan penugasan audit. Kepatuhan terhadap PSA yang diterbitkan oleh
IAPI ini bersifat wajib bagi seluruh anggota IAPI. Termasuk di dalam PSA adalah

Interpretasi Pernyataan Standar Auditng (IPSA), yang merupakan interpretasi resmi

yang dikeluarkan oleh IAPI terhadap ketentuan-ketentuan yang diterbitkan oleh IAPI

dalam PSA. Dengan demikian, IPSA memberikan jawaban atas pernyataan atau

keraguan dalam penafsiran ketentuan- ketentuan yang dimuat dalam PSA sehingga

merupakan perlausan lebih lanjut berbagai ketentuan dalam PSA. Tafsiran resmi ini

bersifat mengikat bagi seluruh anggota IAPI, sehingga pelaksanaannya bersifat wajib.

Adapun dalam melaksanakan audit berbasis risiko, auditor harus mematuhi

standar-standar auditing yang diatur di dalam International Standards on Auditing

(ISA), yang bisa dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2.1

International Standards on Auditing

IS Mengatur Tentang

A
200 Tujuan Keseluruhan Auditor Independen dan Pelaksanaan Audit

Berdasarkan Standar Audit


210 Persetujuan Atas Ketentuan Perikatan Audit
220 Pengendalian Mutu Untuk Audit Atas Laporan Keuangan
230 Dokumentasi Audit
240 Tanggung Jawab Auditor Terkait dengan Kecurangan dalam Suatu Audit

atas Laporan Keuangan


250 Pertimbangan atas Peraturan Perundang-Undangan dalam Audit Atas

Laporan Keuangan
260 Komunikasi dengan Pihak yang Bertanggung Jawab atas Tata Kelola
265 Pengkomunikasian Defisiensi dalam Pengendalian Internal Kepada Pihak

yang Bertanggung Jawab atas Tata Kelola dan Manajemen


300 Perencanaan Suatu Audit atas Laporan Keuangan
315 Pengidentifikasian dan Penilaian Risiko Kesalahan Penyajian Material
Melalui Pemahaman atas Entitas dan Lingkungannya
320 Materialitas dalam Tahap Perencanaan dan Pelaksanaan Audit
330 Respons Auditor Terhadap Risiko yang Telah Dinilai
402 Pertimbangan Audit Terkait dengan Entitas yang Menggunakan Suatu

Organisasi Jasa
450 Pengevaluasian atas Kesalahan Penyajian yang Diidentifikasi Selama Audit
500 Bukti Audit
501 Bukti Audit – Petimbangan Spesifik atas Unsur Pilihan
510 Perikatan Audit Tahun Pertama – Slado Awal
520 Prosedur Analitis
530 Sampling Audit
540 Audit atas Estimasi Akuntansi. Termasuk Estimasi Nilai Wajar, dan

Pengungkapan yang Bersangkutan.


550 Pihak Berelasi
560 Peristiwa Kemudian
570 Kelangsungan Hidup
580 Representasi Tertulis
600 Pertimbangan Khusus – Audit atas Laporan Keuangan Grup (Termasuk

Pekerjaan Auditor Komponen)


610 Penggunaan Pekerjaan Auditor Internal
620 Penggunaan Pekerjaan Pakar Auditor
700 Perumusan Suatu Opini dan Pelaporan atas Laporan Keuangan
705 Modifikasi Terhadap Opini dalam Laporan Auditor Independen
706 Paragraf Penekanan Suatu Hal dan Paragraf Hal Lain Dalam Laporan

Auditor Independen
710 Informasi Komparatif – Angka Korespondensi dan Laporan Keuangan

Komparatif
720 Tanggungjawab Auditor Atas Informasi Lain dalam Dokumen yang Berisi

Laporan Keuangan Auditan


800 Pertimbangan Khusus – Audit Atas Laporan Keuangan yang Disusun

Sesuai dengan Kerangka Bertujuan Khusus


805 Pertimbangan Khusus – Audit atas Laporan Keuangan Tunggal dan Unsur,

Akun, atau Pos Spesifik dalam Suatu Laporan Keuangan


810 Perikatan Untuk Melaporkan Ikhtisar Laporan Keuangan
Sumber : International Auditing and Assurance Standard Board (IAASB,2015:Vol.1)
2.1.4 Tujuan dan Tanggung Jawab atas Audit Laporan Keuangan

Menurut Mulyadi (2010), menjelaskan tujuan audit atas laporan keuangan

adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran laporan keuangan, dalam semua hal

yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum Indonesia. Kewajaran

laporan keuangan dinilai berdasarkan asersi yang terkandung dalam setiap unsur yang

disajikan dalam laporan keuangan. Adapun bentuk opini auditor terdiri atas 2 yaitu:

1. Opini Tanpa Modifikasian

Auditor wajib mengevaluasi apakah laporan keuangan merujuk atau

menjelaskan dengan cukup, kerangka pelaporan keuangan yang berlaku (ISA

700.15). Auditor wajib memberikan opini yang tidak dimodifikasi (WTP) ketika

auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan dibuat, dalam segala hal yang

material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.

ISA 700.35 menjelaskan bahwa ketika memberikan pendapat yang tidak

dimodifikasi atas laporan keuangan dibuat sesuai dengan kerangka penyajian

wajar, pendapat auditor harus, kecuali ditetapkan lain oleh ketentuan perundang-

undangan, menggunakan rasa, yang dipandang ekuivalen dengan:

a) Laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material,

sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, atau

b) Laporan keuangan memberikan gambaran yang benar dan wajar sesuai dengan

kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.

ISA 700.46, ketika memberikan pendapat yang tidak dimodifikasi atas

laporan keuangan dibuat sesuai dengan kerangka kepatuhan, pendapat auditor


harus menyatakan laporan keuangan yang dibuat, dalam semua hal yang material,

sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.

2. Opini Modifikasian (ISA 705)

Jika laporan keuangan dibuat sesuai dengan kerangka penyajian yang

wajar, tidak mencapai penyajian agar wajar, auditor wajib membahas ini dengan

manajemen dan tergantung pada persyaratan kerangka pelaporan keuangan yang

berlaku dan bagaimana masalah itu diselesaikan, auditor wajib menentukan apakah

perlu memodifikasi opini sesuai dengan ISA 705. Opini modifikasi terdiri dari 3

jenis yaitu:

1) Opini wajar dengan pengecualian

a) Kesalahan penyajjian, baik secara individual maupun kolektif, adalah

material, tetapi tidak perpasif, terhadap laporan keuangan.

b) Auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat yang

mendasari opini auditor, tetapi auditor menyimpulkan bahwa kemungkinan

dampak kesalahan penyajian yang tidak terdeteksi terhadap laporan

keuangan, jika ada, dapa bersifat mateial, tetapi tidak pervasif.

2) Opini tidak wajar

Auditor,berdasarkan bukti audit yng cukup dan tepat yang telah

diperoleh, menyimpukan bahwa kesalahan penyajian, baik secara individual

maupun kolektif, adalah material, tetapi pervasif, terhadap laporan keuangan.

3) Opini tidak menyatakan pendapat

a) Auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat

mendasari opini auditor, dan auditor menyimpulkan bahwa kemungkinan


dampak kesalahan penyajian yang tidak terdeteksi terhadap laporan

keuangan, jika ada, dan bersifat material dan pervasif.

b) Dalam kondisi yang sangat jarang terjadi dan melibatkan lebih dari satu

ketidakpastian, auditor menyimpulkan bahwa meskipun telah memperoleh

bukt audit yang cukup dan tepat tentang setiap ketidakpastian tersebut,

adalah tidak mungkin untuk merumuskan opini atas laporan keuangan

karena interaksi yang potensial dari ketidakpastian tersebut dengan

kemungkinan dampak kumulatif dati ketidakpastian tersebut terhadap

laporan keuangan.

Langkah-langkah untuk mengembangkan tujuan audit :

i. Memahami tujuan dan tanggung jawab audit

ii. Membagi laporan keuangan menjadi berbagai siklus

iii. Mengetahui asersi manajemen tentang laporan keuangan

iv. Mengetahui tujuan audit umum untuk kelas transaksi, akun dan

pengungkapan

v. Mengetahui tujuan audit khusus untuk kelas transaksi, akun dan

pengungkapan

Standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Publik Indonesia

mengharuskan auditor menyatakan apakah, menurut pendapatnya, laporan keuangan

disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia dan jika

ada, menunjukkan adanya ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam


penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan

prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya.

Pengetahuan auditor tentang masalah dan pengendalian internal tersebut

terbatas pada yang diperolehnya melalui audit. Oleh karena itu, penyajian secara wajar

sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia merupakan bagian

yang tersirat dan terpadu dalam tanggung jawab manajemen. Auditor independen

dapat memberikan saran tentang bentuk dan sisi laporan keuangan atau membuat draft

laporan keuangan, seluruhnya atau sebagian, berdasarkan informasi dari manajemen

dalam pelaksanaan audit. Namun, tanggung jawab auditor atas laporan keuangan

auditan terbatas pada pernyataan pendapatnya atas laporan keuangan tersebut.

2.1.5 Asersi Manajemen

Menurut ISA 315 alinea 4 (a), asersi adalah representasi oleh manajemen,

secara eksplisit (dalam bentuk pernyataan) maupun implisit (tersirat) yang terkandung

dalam laporan keuangan. Representasi ini digunakan oleh auditor untuk

memperhatikan berbagai salah saji dalam laporan keuangan yang mungkin terjadi.

Dengan menyerahkan laporan keuangannya kepada auditor atau pihak lain,

menajemen membuat representasi secara tersurat maupun tersirat. Representasi oleh

manajemen kepada auditor, yang paling umum dikenal adalah laporan keuangan secara

menyeluruh disajikan secara wajar sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang

berlaku. Pernyataan tersebut dapat bersifat implisit atau eksplisit serta dapat

diklasifikasikan berdasarkan penggolongan besar sebagai berikut ini:

1. Keberadaan atau keterjadian (existence or occurrence).


2. Kelengkapan (completencess).

3. Hak dan kewajiban (right and obligation).

4. Penilaian (valuation) atau alokasi (allocation).

5. Penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure).

ISA 315 tahun 2015 juga menjelaskan bahwa asersi tentang keberadaan atau

keterjadian berhubungan dengan apakah aktiva atau utang entitas ada pada tanggal

tertentu dan apakah transaksi yang dicatat telah terjadi selama periode tertentu.

Sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa sediaan produk jadi yang

tercantum dalam neraca adalah tersedia untuk dijual. Begitu pula manajemen membuat

asersi bahwa penjualan dalam laporan laba-rugi menunjukkan pertukaran barang atau

jasa dengan kas atau aktiva bentuk lain (misalnya piutang) dengan pelanggan.

Asersi tentang kelengkapan berhubungan dengan apakah semua transaksi dan

akun yang seharusnya disajikan dalam laporan keuangan telah dicantumkan di

dalamnya. Sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa seluruh pembelian

barang dan jasa dicatat dan dicantumkan dalam laporan keuangan. Demikian pula,

manajemen membuat asersi bahwa utang usaha di neraca telah mencakup semua

kewajiban entitas.

Asersi tentang hak dan kewajiban berhubungan dengan apakah aktiva

merupakan hak entitas dan utang merupakan kewajiban perusahaan pada tanggal

tertentu. Sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa jumlah sewa guna usaha

(leased) yang dikapitalisasi di neraca mencerminkan nilai pemerolehan hak entitas atas

kekayaan yang disewa-guna-usahakan (leased) dan utang sewa guna usaha yang

bersangkutan mencerminkan suatu kewajiban entitas.


Asersi tentang penilaian atau alokasi berhubungan dengan apakah komponen-

komponen aktiva, kewajiban, pendapatan dan biaya sudah dicantumkan dalam laporan

keuangan pada jumlah yang semestinya. Sebagai contoh, manajemen membuat asersi

bahwa aktiva tetap dicatat berdasarkan harga pemerolehannya dan pemerolehan

semacam itu secara sistematik dialokasikan kedalam periode-periode akuntansi yang

semestinya. Demikian pula, manajemen membuat asersi bahwa piutang usaha yang

tercantum di neraca dinyatakan berdasarkan nilai bersih yang dapat direalisasikan.

Asersi tentang penyajian dan pengungkapan berhubungan dengan apakah

komponen-komponen tertentu laporan keuangan diklasifikasikan, dijelaskan, dan

diungkapkan semestinya. Misalnya, manajemen membuat asersi bahwa kewajiban-

kewajiban yang diklasifikasikan sebagai utang jangka panjang di neraca tidak akan

jatuh tempo dalam waktu satu tahun. Demikian pula, manajemen membuat asersi

bahwa jumlah yang disajikan sebagai pos luar biasa dalam laporan laba rugi

diklasifikasikan dan diungkapkan semestinya.

Arens, Elder dan Beasley (2016) menyatakan bahwa terdapat lima asersi

manajemen yang terkait dengan jenis transaksi dan keterjadian, empat asersi

manajemen terkait dengan saldo akun, dan empat asersi manajemen terkait dengan

penyajian dan pelaporan. Beberapa asersi terkait dengan jenis transaksi dan kejadian

adalah :

a. Occurrence, terkait dengan apakah transaksi yang dicatat dalam laporan

keuangan telah benar-benar terjadi selama periode berjalan.

b. Completeness, terkait dengan apakah semua transaksi yang seharusnya

dimasukan kedalam laporan keuangan betul-betul telah dicatat.


c. Accuracy, terkait dengan apakah semua transaksi telah dicatat pada jumlah

yang tepat.

d. Classification, terkait dengan apakah transaksi yang telah dicatat sesuai dengan

jenis akunya.

e. Cutoff, terkait dengan apakah transaksi telah dicatat sesuai dengan periode

berjalan.

Asersi yang terkait dengan saldo akun pada akhir tahun adalah :

a. Existence, terkait dengan apakah aset, kewajiban, dan ekuitas yang ada di

laporan posisi keuangan telah terjadi pada tanggal neraca.

b. Completeness, terkait dengan semua akun yang harus disajikan di laporan

keuangan telah disajikan dengan lengkap.

c. Valuation and Allocation, terkait dengan apakah aset, kewajiban, dan ekuitas

yang ada di laporan keuangaan telah disajikan berdasarkan nilai wajarnya,

d. Rights and Obligations, terkait dengan apakah perusahaan mempunyai hak dan

tanggung jawab atas aset dan kewajiban yang mereka miliki.

Asersi yang terkait dengan penyajian dan pelaporan adalah :

a. Occurrence and Rights and Obligations, terkait dengan apakah kejadian yang

dilaporkan betul-betul terjadi dan menjadi hak serta tanggung jawab

perusahaan.

b. Completeness, terkait dengan apakah semua pelaporan yang dibutuhkan telah

dimasukan ke dalam laporan keuangan.


c. Accuracy and Valuation, terkait dengan apakah informasi finansial telah

dilaporkan secara wajar pada jumlah yang tepat.

d. Classification and Understandability, terkait dengan apakah jumlah yang ada

di laporan keuangan dan catatan laporan keuangan telah diklasifikasian sesuai

dengan akunya, serta deskripsi saldo dan penyajian yang terkait dapat

dimengerti oleh pembaca laporan keuangan.

2.2 Pengendalian Internal

Menurut Committe of Sponsoring Organizations of Treadway Commission (COSO)

(2013: 15), pengertian pengendalian internal adalah sebuah proses yang dipengaruhi oleh

dewan direksi, manajemen, dan personil lainnya dalam entitas, yang dirancang untuk

memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tujuan yang berkaitan dengan

operasi, pelaporan, dan kepatuhan.

2.3 Tujuan Pengendalian Internal

Menurut Committe of Sponsoring Organizations of Treadway Commission

(COSO) (2013: 15), Pengendalian Internal mempunyai tiga kategori tujuan yaitu:

1. Tujuan Operasi

Tujuan ini berkaitan dengan efektivitas dan efisiensi operasi entitas, termasuk

tujuan kinerja operasional dan keuangan, dan menjaga aset terhadap kerugian.

2. Tujuan Pelaporan
Tujuan ini berkaitan dengan pelaporan keuangan dan pelaporan non-keuangan,

untuk internal maupun eksternal, yang mencakup keandalan, ketepatan waktu,

transparansi, atau persyaratan lain yang ditetapkan oleh regulator, persyaratan yang

diakui pembuat standar, atau kebijakan entitas itu sendiri.

3. Tujuan Kepatuhan

Tujuan ini berhubungan dengan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang

mana entitas tunduk.

2.4 Komponen Pengendalian Internal

Menurut Committe of Sponsoring Organizations of Treadway Commission

(COSO) (2013: 56), Pengendalian Internal mempunyai lima komponen, yaitu:

1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment)

Lingkungan pengendalian adalah seperangkat standar, proses, dan struktur yang

memberikan dasar untuk melaksanakan pengendalian internal di seluruh organisasi.

Lingkungan pengendalian terdiri dari:

a. Struktur organisasi

Struktur organisasi perusahaan menggambarkan pembagian otoritas dan

tanggung jawab dalam perusahaan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan.

Struktur organisasi ini harus disajikan secara eksplisit dalam bentuk grafis agar

jelas siapa bertanggung jawab atas apa.

b. Komitmen terhadap integritas dan nilai-nilai etika

Penting bagi manajemen untuk menciptakan budaya organisasi yang

menekankan pada integritas dan nilai-nilai etika. Perilaku etis dan tidak etis ini
akan menciptakan suasana suasana yang dapat mempengaruhi validitas proses

pelaporan keuangan.

c. Komitmen terhadap kompetensi

Perusahaan harus merekruit karyawan yang yang kompeten dan dapat

dipercaya guna mendorong kreativitas dan inisiatif dalam menghadapi kondisi

yang dinamis saat ini. Oleh karena itu, penting bagi bagian personalia untuk

mengisi lowongan kerja dengan personil yang memiliki pengetahuan dan

keterampilan yang sesuai dengan pekerjaan yang harus dikerjakan.

d. Peraturan dan kode etik karyawan

Manajemen harus mempunyai peraturan dan kode etik secara tertulis agar

karyawan mengetahui aktivitas yang boleh dan aktivitas tidak boleh dilakukan.

e. Metode penetapan tanggung jawab dan wewenang

Otoritas adalah hak yang dimiliki karena posisi formal seseorang untuk

memberi perintah kepada bawahan. Tanggung jawab adalah kewajiban seseorang

untuk menjalankan tugas tertentu dan untuk diminta pertanggungjawabannya atas

hasil yang dicapai. Penetapan otoritas dan tanggung jawab ini nampak dalam

deskripsi pekerjaan (jobdesk). Oleh karena itu, penting bagi sebuah organisasi

untuk memiliki deskripsi pekerjaan yang jelas.

f. Kebijakan dan praktik untuk mengelola sumber daya manusia

Kegiatan sumber daya manusia meliputi perekrutan karyawan baru,

orientasi karyawan baru, pelatihan karyawan, motivasi karyawan, evaluasi

karyawan, promosi karyawan, kompensasi karyawan, konseling karyawan,

perlindungan karyawan, dan pemberhentian karyawan. Kebijakan sumber daya


manusia yang baik akan membantu perusahaan untuk mencapai operasi yang

efisien dan memelihara integritas data.

2. Penilaian Risiko

Setiap entitas menghadapi berbagai risiko dari sumber eksternal maupun

internal. Risiko didefinisikan sebagai kemungkinan suatu peristiwa akan terjadi dan

mempengaruhi pencapaian tujuan. Penilaian risiko melibatkan proses yang dinamis

dan berulang untuk mengidentifikasi dan menilai risiko terhadap pencapaian tujuan.

Risiko terhadap pencapaian tujuan dianggap ‘relatif’ atau tergantung pada toleransi

risiko yang ditetapkan entitas. Dengan demikian, penilaian risiko (Risk Assessment)

membentuk dasar untuk menentukan bagaimana resiko akan dikelola. Sebuah

prasyarat untuk penilaian risiko (Risk Assessment) adalah pembentukan tujuan, terkait

pada tingkat yang berbeda dari entitas. Manajemen menentukan tujuan dalam kategori

yang berkaitan dengan operasi, pelaporan, dan kepatuhan dengan kejelasan yang

cukup untuk dapat mengidentifikasi dan menganalisa risiko untuk tujuan tersebut.

Manajemen juga mempertimbangkan kesesuaian tujuan entitas. Penilaian risiko juga

mengharuskan manajemen untuk mempertimbangkan dampak dari kemungkinan

perubahan dalam lingkungan eksternal dan dalam lingkungan internal yang mungkin

membuat pengendalian internal tidak efektif. Penilaian Risiko (Risk Assessment)

terdiri dari:

a) Personil baru yang memiliki pemahaman berbeda atau tidak memadahi atas

pengendalian internal
b) Sistem informasi dan teknologi yang baru atau yang diperbarui mempengaruhi

pemrosesan transaksi

c) Produk dan aktivitas baru yang tidak dimengerti oleh karyawan akan

menimbulkan risiko terganggunya proses bisnis perusahaan.

d) Bencana alam atau kerusuhan politik, seperti kebakaran, banjir, gempa bumi,

tsunami, angin ribut, perang, atau kerusuhan masa.

3. Kegiatan Pengendalian (Control Activities)

Kegiatan pengendalian (Control Activities) adalah tindakan yang ditetapkan

melalui kebijakan dan prosedur yang membantu memastikan arahan manajemen untuk

mengurangi risiko terhadap pencapaian tujuan dilakukan. Kegiatan pengendalian

(Control Activities) dilakukan di semua tingkat entitas, pada berbagai tahap dalam

proses bisnis, dan pada lingkup teknologi.

Kegiatan pengendalian (Control Activities) bersifat preventif atau detektif dan

dapat mencakup berbagai kegiatan manual maupun otomatis, seperti otorisasi dan

persetujuan, verifikasi, rekonsiliasi, dan ulasan kinerja bisnis. Kegiatan Pengendalian

(Control Activities) terdiri dari:

a. Desain dokumen yang baik dan bernomor urut tercetak

Desain dokumen yang baik adalah desain dokumen yang sederhana

sehingga meminimalkan kemungkinan kesalahan mengisi. Dokumen juga harus

memuat tempat untuk tanda tangan bagi mereka yang berwenang untuk

mengotorisasi transaksi. Jika dokumen digunakan sebagai bukti peralihan harta,

maka perlu ada kolom untuk tanda tangan dan nama terang penerima. Dokumen
perlu bernomor urut tercetak sebagai wujud pertanggungjawaban penggunakan

dokumen.

b. Pemisahan tugas

Terdapat tiga pekerjaan yang harus dipisahkan agar karyawan tidak

memiliki peluang untuk mencuri harta perusahaan dan memalsukan catatan

akuntansi. Ketiga pekerjaan tersebut adalah fungsi penyimpan harta, fungsi

pencatat, dan fungsi otorisasi.

c. Otorisasi yang memadai atas transaksi bisnis

Otorisasi adalah pemberian wewenang dari manajer kepada bawahannya

untuk melakukan aktivitas atau untuk mengambil keputusan tertentu. Misalnya,

manajer memberi wewenang kepada kasir untuk menerima uang dari konsumen.

Otorisasi ini diwujudkan dalam bentuk tanda tangan atau paraf dalam dokumen

transaksi. Ada kalanya perusahaan menetapkan otorisasi yang bertingkat, misalnya

untuk pengeluaran kas kurang dari satu juta harus dilakukan dengan tanda tangan

kepala bagian. Sedangkan untuk pengeluaran kas di atas satu juta, harus dengan

otorisasi manajer puncak.

d. Mengamankan harta dan catatan perusahaan

Ketika orang berpikir tentang aset, mereka sering kali berpikir tentang kas

dan aset fisik seperti persediaan dan perlengkapan. Akan tetapi di masa sekarang

ini, informasi atau catatan perusahaan juga merupakan salah satu aset penting bagi

perusahaan. Yang dapat dilakukan perusahaan untuk mengamankan harta dan

informasi tersebut, antara lain meliputi:


i. Membatasi akses fisik terhadap harta (seperti penggunaan register kas, kotak

brangkas, dan lain sebagainya)

ii. Menjaga catatan dan dokumen dengan menyimpan catatan dan dokumen

dalam lemari yang terkunci, serta dengan membuat back-up yang memadai.

iii. Pembatasan akses terhadap ruang komputer dan terhadap file perusahaan

iv. Menciptakan adanya pengecekan independen

Beragam aktivitas untuk pengecekan independen antara lain meliputi:

a) Membandingkan catatan dengan aktual fisik. Misalnya, perusahaan dapat

membandingkan antara catatan persediaan dengan saldo persediaan yang benar-

benar ada.

b) Prinsip double entry book keeping. Prinsip bahwa total debet akan sama dengan

total kredit merupakan salah satu sarana pengecekan.

c) Menciptakan adanya review atau pengecekan independen. Contohnya adalah

laporan keuangan perusahaan diaudit oleh auditor independen.

4. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)

Informasi diperlukan entitas untuk melaksanakan tanggung jawab pengendalian

internal untuk mendukung pencapaian tujuannya. Manajemen menggunakan informasi

yang relevan untuk mendukung berfungsinya komponen lain dari pengendalian

internal. Komunikasi adalah bersifat terus-menerus yang menyediakan, berbagi, dan

memperoleh informasi yang diperlukan. Komunikasi internal adalah sarana untuk

menyebarkan informasi ke seluruh organisasi. Hal ini memungkinkan personil atau

karyawan menerima pesan yang jelas dari manajer senior yang mengontrol tanggung
jawab. Komunikasi eksternal adalah dua kali lipat dari komunikasi internal:

menyediakan informasi kepada pihak eksternal dalam menanggapi kebutuhan dan

harapan pihak eksternal. Informasi dan Komunikasi terdiri dari:

a. Mengidentifikasi dan mencatat semua transaksi yang valid.

Perusahaan harus mengidentifikasi dan mencatat semua transaksi yang

valid. Misalnya perusahaan harus mencatat semua pengeluaran dan penerimaan kas

dalam suatu periode. Jika ada pengeluaran dan penerimaan kas yang tidak tercatat

akan mengakibatkan ketidaksesuaian antara kas dalam catatan perusahaan dengan

kas yang sebenarnya dimiliki perusahaan.

b. Mengklasifikasi transaksi sebagaimana seharusnya.

Perusahaan harus mengklasifikasi transaksi sebagaimana seharusnya agar

pencatatan transaksi menjadi tepat. Misalnya apabila pengeluaran kas

diklasifikasikan secara tidak tepat sebagai aset, maka aset dan pemasukan bersih

dinyatakan terlalu berlebih.

c. Mencatat transaksi pada periode akuntansi yang tepat.

Perusahaan harus mencatat transaksi pada periode akuntansi yang tepat

agar keterangan tanggal di catatan tidak menyesatkan pengguna laporan keuangan.

d. Menyajikan transaksi dan pengungkapan terkait dalam laporan keuangan secara

tepat.

Perusahaan harus menyajikan transaksi dan pengungkapan terkait dalam

laporan keuangan secara tepat agar laporan keuangan dapat

dipertanggungjawabkan dan dapat diandalkan.


5. Kegiatan Pemantauan (Monitoring Activities)

Kegiatan Pemantauan (Monitoring Activities) adalah evaluasi berkelanjutan,

evaluasi terpisah, atau beberapa kombinasi dari keduanya yang digunakan untuk

memastikan apakah masing-masing dari lima komponen pengendalian internal, ada

dan berfungsi. Evaluasi berkelanjutan, dibangun dalam proses bisnis pada tingkat

yang berbeda dari entitas, memberikan informasi yang tepat waktu. Sedangkan

evaluasi terpisah, dilakukan secara periodik, akan bervariasi dalam lingkup dan

frekuensi tergantung pada penilaian risiko, efektivitas evaluasi yang berkelanjutan,

dan pertimbangan manajemen lainnya. Temuan akan dievaluasi terhadap kriteria

yang ditetapkan oleh regulator, kriteria yang diakui badan penetapan standar atau

manajemen dan dewan direksi, dan kekurangan dikomunikasikan kepada manajemen

dan dewan direksi yang sesuai. Aktivitas Pemantauan (Monitoring Activities) terdiri

dari:

a. Supervisi yang efektif

Supervisi yang efektif meliputi pelatihan terhadap karyawan,

memonitor kinerja karyawan, mengkoreksi kesalahan yang mereka

lakukan, serta mengamankan harta dengan mengawasi karyawan yang

memiliki akses terhadap harta perusahaan. Supervisi sangat penting,

terutama di perusahaan kecil yang tidak memiliki pemisahan tugas yang

cukup memadahi.

b. Pengauditan internal Pengauditan internal meliputi:


i. Evaluasi kepatuhan karyawan terhadap kebijakan dan prosedur

manajemen, dan terhadap aturan atau regulasi yang berlaku.

ii. Evaluasi terhadap efektivitas dan efisiensi manajemen.

2.5 Audit Akun Kas dan Setara Kas

Arens, Beasley, & Elder (2016) menjelaskan bahwa kas merupakan satu- satunya akun

yang termasuk ke dalam semua bisnis proses perusahaan kecuali persediaan dan warehousing.

Dalam mengaudit kas dan setara kas, auditor harus membedakan antara verifikasi rekonsiliasi

pada saldo rekening koran oleh klien dengan saldo yang terdapat pada buku besar perusahaan,

dan verifikasi bahwa pencatatan kas dalam buku besar telah merefleksikan seluruh transaksi

kas yang terjadi sepanjang tahun dengan benar.

Menurut Arens, Beasley, dan Elder (2016), beberapa salah saji yang tidak ditemui

pada rekonsiliasi bank namun dapat menghasilkan kesalahan dalam pembayaran atau

menyebabkan kesalahan dalam penerimaan kas, yaitu :

1. Kesalahan dalam menagih pelanggan.

2. Pencurian kas dengan menghambat pembayaran kas dari pelanggan sebelum dicatat,

dengan menggunakan akun yang dianggap sebagai piutang tak tertagih.

3. Menduplikasi pembayaran dari faktur pemasok.

4. Pembayaran yang salah dari pengeluaran pribadi pegawai.

5. Pembayaran untuk bahan baku yang belum diterima oleh perusahaan.

6. Pembayaran atas pegawai lebih besar daripada jam kerja aktualnya.


7. Pembayaran atas bunga kepada pihak ketiga atau pihak luar dengan jumlah yang lebih

besar dibandingkan tingkat bunga sebenarnya.

Apabila salah saji tersebut tidak dapat ditemukan dalam pelaksanaan audit, maka salah

saji tersebut dapat ditemukan dalam proses uji pengendalian (test of control) dan pengujian

substantif atas transaksi. Jenis salah saji di atas dapat ditemui melalui proses uji pengendalian

dan pengujian substantif atas transaksi yang dilakukan pada siklus penjualan dan penagihan,

siklus akuisisi dan pembayaran, siklus akuisisi modal dan pembayaran kembali, serta siklus

penggajian dan personalia.

Menurut Arens, Beasley, & Elder (2016), seluruh jenis salah saji biasanya ditemukan

sebagai bagian dari pengujian atas rekonsiliasi bank, yang meliputi:

1. Kesalahan dalam memasukan cek yang tidak dicairkan di dalam daftar cek beredar,

meskipun telah dicatat dalan jurnal pengeluaran kas.

2. Kas yang diterima oleh klien masih dalam perjalanan pada tanggal neraca, tetapi sudah

dicatat sebagai penerimaan kas pada tahun berjalan.

3. Setoran dicatat sebagai penerimaaan kas mendekati akhir tahun, disetorkan ke bank

pada bulan yang sama, dan dimasukan ke dalam rekonsiliasi bank sebagai setoran

dalam perjalanan.

4. Pembayaran atas wesel bayar (notes payable) di debet langsung ke saldo bank oleh

pihak bank, namun belum dicatat oleh klien.

2.6 Akun Kas dan Setara Kas

Berdasarkan PSAK 2 (revisi 2013), kas terdiri dari atas saldo kas (cash on hand) dan

rekening giro (demand deposits). Sedangkan setara kas (cash equivalent) merupakan investasi
yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek, dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas

dalam jumlah yang dapat ditentukan dan memiliki resiko perubahan nilai yang tidak

signifikan.

2.7 Jenis-jenis Akun Kas dan Setara Kas

Perusahaan biasanya menggunakan beberapa jenis kas dalam melakukan aktivitas

transaksi. Sebelum malaksanakan proses audit, auditor harus memelajari terlebih dahulu. Jenis

- jenis akun kas yang digunakan dalam proses bisnis klien.

Arens, Elder, & Beasley (2016) menjelaskan beberapa jenis akun kas yang biasa

digunakan oleh proses bisnis klien, yaitu :

1) Akun Kas Umum (General Cash Account)

Jenis akun kas ini merupakan fokus utama dari kebanyakan kas perusahaan. Hal ini

disebabkan karena setiap penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan pada umumnya akan

mengalir melalui akun ini. Sebagai contoh, pengeluaran kas pada siklus akusisi dan

pembayaran biasanya dibayar melalui akun kas umum, dan penerimaan kas dalam siklus

penjualan dan penagihan juga disetorkan ke akun tersebut.

2) Akun Bank Cabang (Branch Akun bank)

Perusahaan yang beroperasi di berbagai lokasi biasanya memiliki saldo bank terpisah

di setiap lokasinya. Oleh karena itu, perusahaan tersebut membuat akun bank cabang untuk

membangun relasi antar bank dalam komunitas lokal serta dapat membuat kegiatan

operasional perusahaan tersentralisasi pada tingkat cabang. Dalam beberapa perusahaan,

penyetoran dan pengeluaran untuk setiap cabang dibuat dalam akun yang berbeda. Kelebihan
kas secara periodik dikirimkan ke akun bank umum pada kantor pusat. Akun cabang dalam

hal ini diperlakukan seperti akun kas umum, tetapi pada tingkat cabang.

3) Akun Kas Kecil (Imprest Petty Cash Fund)

Berbeda dengan akun kas di bank, akun kas kecil merupakan bentuk kas dalam jumlah

yang lebih simpel yang dapat digunakan untuk pengeluaran yang bersifat dadakan. Akun ini

juga digunakan untuk pengeluaran kas dalam jumlah kecil yang lebih mudah dibayarkan jika

menggunakan uang tunai dibandingkan cek, atau untuk memudahkan pegawai dalam

mencairkan cek gaji atau uang pribadi. Akun kas impres dibentuk dengan dasar yang sama

dengan akun bank cabang impress, yaitu menggunakan jumlah cadangan yang sudah

ditetapkan (fixed amount is reseved) dan akan diisi kembali pada akhir periode jika

diperlukan. Akun kas kecil digunakan untuk pengeluaran yang lebih kecil, misalnya seperti

untuk peralatan kecil kantor, stempel, dan donasi berjumlah kecil. Akun kas kecil biasanya

tidak melebihi beberapa ratus ribu rupiah dan hanya diisi kembali sekali atau dua kali dalam

sebulan.

4) Setara Kas (Cash Equivalent)

Setara kas merupakan bentuk investasi kelebihan akumulasi kas dalam bagian tertentu

dari suatu siklus di mana kas tersebut akan diperlukan dalam waktu dekat. Jenis kas ini

biasanya meliputi deposito berjangka, sertifikat deposito, dan pasar uang. Setara kas akan

dimasukan ke dalam komponen laporan keuangan sebagai bagian dari akun kas dalam jumlah

yang cukup material apabila setara kas tersebut adalah investasi jangka pendek yang sudah
siap dikonversikan menjadi kas dalam jumlah yang pasti, dan juga terdapat resiko yang tidak

signifikan dari perubahan nilai tingkat suku bunga.

Namun demikian, sekuritas yang dapat diperdagangkan (marketable securities) dan

investasi berbunga dengan jangka waktu lebih panjang (long- term interest-bearing

investments) tidak termasuk ke dalam setara kas.

2.8 Audit Kas Umum (General Cash Account)

Arens, Elder, dan Beasley (2016) menjelaskan bahwa dalam melakukan pengujian

saldo akhir tahun atas akun kas umum, auditor harus mengumpulkan bukti yang cukup untuk

mengevaluasi apakah kas yang telah dicatat dalam neraca, dinyatakan dan diungkapkan

dengan wajar sesuai dengan lima dari delapan balance-related audit objectives yang

digunakan untuk semua test of details of balances, yaitu keberadaan, kelengkapan, akurasi,

pisah batas, dan kecocokan perincian (existence, completeness, accuracy, cutoff, and detail

tie-in).

Menurut Arens, Elder, & Beasley (2016), metodologi dalam mengaudit kas akhir

tahun tidak jauh berbeda dengan akun neraca lainya, yaitu :

Fase 1 :

1. Mengidentifikasi resiko bisnis klien yang memengaruhi kas :

Kebanyakan perusahaan tidak memiliki resiko bisnis yang signifikan dalam

memengaruhi saldo kas. Namun, resiko bisnis klien dapat muncul dari kebijakan
manajemen kas yang tidak memadai atau penanganan dana yang disimpan untuk pihak

luar.

Resiko bisnis klien lebih banyak muncul dari setara kas dan jenis investasi lainya.

Biasanya, perusahaan tidak memiliki resiko bisnis klien yang besar pada akun kas, namun

resiko bisnis bisa muncul apabila perusahaan kurang menerapkan kebijakan manajemen

kas serta menaruh kepercayaan berlebih terhadap kas yang ditangani oleh pihak luar.

2. Menetapkan salah saji yang dapat diterima (tolerable misstatement) dan menilai resiko

bawaan (inherent risk):

Kas merupakan aset likuid yang rentan dicuri oleh pihak luar. Oleh karena itu,

resiko bawaan untuk tujuan keberadaan, kelengkapan, dan akurasi bisa menjadi cukup

tinggi. Tujuan ini biasanya akan berfokus pada audit saldo kas. Resiko bawaan relatif kecil

untuk tujuan audit lainya.

3. Menilai resiko pengendalian (control risk) :

Menurut Arens, Elder & Beasley (2016), pengendalian internal atas saldo kas akhir

tahun dalam akun kas umum (general account) dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu :

a. Pengendalian atas siklus transaksi yang memengaruhi pencatatan penerimaan kas dan

pengeluaran kas

b. Rekonsiliasi bank yang bersifat independen

Dalam siklus akusisi dan pembayaran, pengendalian utama meliputi otorisasi

dari pembelian, pemisahan penanganan penerimaan barang dengan fungsi lainya,

pencatatan tepat waktu dan penelusuran transaksi secara independen, dan otorisasi

pembayaran kepada vendor. Apabila pengendalian yang memengaruhi kas terkait


transaksi operasional dinilai efektif, maka resiko pengendalian berkurang sebagaimana

pengujian audit untuk rekonsiliasi bank akhir tahun.

Menurut Arens, Elder, dan Beasley (2016), rekonsiliasi bank dilakukan secara

hati hati oleh pihak klien dengan melakukan beberapa hal berikut, yaitu :

a. Membandingkan cek yang dibatalkan dengan catatan pengeluaran kas atas

tanggalnya, dibayarkan kepada siapa, dan berapa jumlahnya.

b. Memeriksa tanda tangan, otorisasi personel, dan pembatalan atas cek yang

dibatalkan.

c. Membandingkan setoran ke bank dengan tanggal, pelanggan, dan jumlah pada

pencatatan setoran kas.

d. Memeriksa urutan nomor pada cek dan memeriksa jika ada yang hilang.

e. Merekonsiliasi seluruh bagian yang menyebabkan perbedaan antara saldo buku

dengan saldo bank dan memeriksa kewajaranya untuk bisnis klien.

f. Merekonsiliasi total debet pada rekening koran dengan total catatan pengeluaran

kas.

g. Merekonsiliasi total kredit pada rekening koran dengan total catatan penerimaan

kas.

h. Menindaklanjuti cek beredar dan peringatan penghentian pembayaran.

Fase 2 :

i. Merancang dan melakukan uji pengendalian (test of control) dan uji substantif atas

transaski (substantive test of transactions):


Arens, Elder, dan Beasley (2010) menyatakan bahwa uji pengendalian

merupakan suatu prosedur yang digunakan untuk menguji efektivitas dari

pengendalian internal dalam rangka untuk mengurangi penilaian resiko pengendalian

(control risk). Sedangkan uji substantif merupakan prosedur yang dirancang untuk

menguji salah saji moneter (rupiah/dollar) yang secara langsung berpengaruh pada

ketepatan saldo laporan keuangan. Terdapat tiga jenis pengujian substantif, yaitu :

a. Uji substantif atas transaksi,

b. Prosedur analitis,

c. Uji terperinci atas saldo.

Secara umum, terdapat dua pengendalian atas kas, yaitu penerimaan dan

pengeluaran kas. Menurut Arens, Elder, & Beasley (2016), auditor harus mengikuti

beberapa proses berikut dalam melakukan uji pengendalian dan uji substantif atas

transaksi untuk penerimaan kas berdasarkan tujuan audit terkait transaksi, yaitu :

a. Menentukan pengendalian internal utama untuk setiap tujuan audit.

b. Merancang uji pengendalian untuk setiap pengendalian yang digunakan untuk

mengurangi resiko pengendalian

c. Merancang uji substantif atas transaksi untuk menguji salah saji material dari

setiap tujuan audit.


Tabel 2.2

Tujuan Audit Terkait Pengendalian Uji Uji Substantif Atas

Transaksi Internal Pengendalian Transaksi

Utama
Penerimaan kas yang Akuntan secara Observasi Kaji ulang jurnal

dicatat adalah untuk independent apakah akuntan penerimaan kas untuk

sejumlah dana yang merekonsiliasi merekonsiliasi transaksi dan jumlah

benar-benar diterima rekening koran. rekening bank yang tidak biasa.

perusahaan Telusuri ayat jurnal

(occurrence). penerimaan kas dari

jurnal penerimaan kas

ke rekening koran.
Penerimaan kas dicatat Daftar awal Observasi Dapatkan daftar awal

didalam jurnal penerimaan kas daftar awal penerimaan kas dan

penerimaan kas telah disiapkan penerimaan telusuri jumlahnya ke

(completeness) Cek disahkan kas. jurnal penerimaan kas

dengan sangat Observasi untuk diuji nama,

ketat. pengesahan jumlah, dan tanggalnya.

cek yang

masuk.
Kas yang diterima Akuntan secara Observasi Dapatkan daftar awal

disetorkan dan dicatat independent apakah akuntan penerimaan kas dan

sejumlah uang yang merekonsiliasi telah telusuri jumlahnya ke

diterima (accuracy) rekening koran. merekonsiliasi jurnal penerimaan kas

rekening untuk diuji nama, julah


koran. dan tanggalnya.
Transaksi penerimaan Transaksi Periksa bukti Periksa daftar awal

kas telah penerimaan kas yang penerimaan kas untuk

diklasifikasikan dengan diverifikasi menunjukkan menetukan klasifikasi

benar (classification). secara internal. adanya akun yang tepat.

pengendalian

internal.
Penerimaan kas dicatat Prosedur Observasi kas Bandingkan tanggal

pada periode/tanggal mengharuskan yang tidak setoran di rekening

yang tepat (timing) kas untuk dicatat pada koran dengan tanggal di

dicatat setiap waktu tertentu. jurnal penerimaan kas

hari. dan daftar awal

penerimaan kas.
Tabel 2.2 – Ilstrasi uji pengendalian dan uji substantive atas transaksi untuk penerimaan kas

berdasarkan tujuan audit terkait transaksi (Arens, Elder dan Beasley, 2010).

Arens, Elder dan Beasley (2010) menjelaskan bahwa uji pengendalian dan uji

sustantif atas transaksi untuk siklus akuisisi dan pengeluaan dibagi menjadi dua area,

yaitu :

1. Pengujian atas akuisisi, dimana menakankan pada 3 atau 4 fungsi bisnis : 1).

Memproses purchase order ; 2). menerima barang dan jasa, dan 3). pengakuan

kewajiban.

2. Pengujian atas pembayaran, dimana lebih menakankan pada fungsi bisnis yang ke 4,

yaitu memproses dan mencatat pengeluaran kas.


Arens, Elder, dan Beasley (2010) menjelaskan bahwa pengendalian yang

paling penting atas pengeluaran kas (fungsi bisnis yang ke 4) adalah otorisasi dari

pengeluaran kas tersebut. Otorisasi atas pengeluaran kas tersebut meliputi:

1. Cek yang telah ditandatangani oleh individu / pihak yang mempunyai otoritas

yang cukup atas cek tersebut.

2. Pemisahan tanggung jawab dalam penandatanganan cek serta pelaksanaan

fungsi kewajiban (accounts payable function).

3. Pemeriksaan secara hati-hati terhadap dokumen-dokumen pendukung oleh

pihak yang menandatangani cek tersebut pada saat cek ditandatangani.

Tujuan Audit Terkait Pengendalian Uji Uji Substantif Atas

Transaksi Internal Utama Pengendalian Transkasi


Pencatatan pengeluaran Terdapat Mendiskusikan Menelusuri jurnal

kas untuk barang dan jasa pemisahan tugas dengan pegawai engeluaran kas, buku

benar-benar diterima antara utang dan amati besar, dan berkas

(occurrence). dagang dan aktivitasnya. utang dagang atas

pihak pemegang Mendiskusikan jumlah yang tidak

cek. dengan pegawai lazim.

Dokumen dan amati

pendukung aktivitasnya.

diperiksa Memeriksa

sebelum cek indikasi adanya

ditandatangani. persetujuan.
Transaksi penegluaran kas Cek diberi Memeriksa Membandingkan cek

sudah dicatat dengan nomor urut dan indikasi adanya yang dibatalkan

lengkap (completeness). dihitung. verifikasi dengan jurnal

Rekonsiliasi internal. akuisisi terkait dan

bang dilakukan Memeriksa jurnal pengeluaran


bulana oleh rekonsiliasi bank kas.

karyawan yang dan mengamati

bebas dari fungsi proses

penegluaran kas pembuatannya.

atau

penyimpanan

asset.
Pencatatan transaksi Perhitungan dan Memeriksa Membandingkan cek

pengeluaran kas jumlah indikasi adanya yang dibatalkan

dilakuakn dengan akurat diverifikasi verifikasi dengan jurnal

(accuracy). secara internal. internal. akuisisi terkait dan

Rekonsiliasi Memeriksa jurnal oengeluaran

bank dibuat rekonsiliasi bank kas.

bulanan oleh dan mengamati

orang yang proses

independent. pembuatannya
Transaksi pengeluaran kas Digunakannya Memeriksa Membandingkan

diklasifikasikan dengan bagan akun yang prosedur manual klasifikasi dengan

benar (classification) memadai. dan began akun began akun, merujk

Klasifikasi akun serta memeriksa faktur vendor dan

diverifikasi indikasi adanya jurnal akuisisi.

secara internal. verifikasi

internal.
Transaksi pengeluaran kas Prosedur yang Memeriksa Membandingkan

dicatat pada periode yang membutuhkan prosedur manual tanggal pada cek

tepat (timing). pencatatan dan cek yang yang dibatalkan

transaksi belum dicatat. dengan jurnal

dilakukan segera Memeriksa pengeluaran kas.

setelah cek indikasi adanya Membandingkan


ditanda tangani. verisikasi tanggal pada cek

Tanggal internal. yang dibatalkan

diverifikasi dengan tanggal

secara internal. pembatalan bank.


Tabel 2.3 – Ilustrasi uji pengendalian dan uji substantive atas transaksi untuk pengeluaran kas

berdasarkan tujuan audit terkait transaksi (Arens, Elder dan Beasley, 2010).

Fase 3:

1. Merancang dan melakukan prosedur analitis :

Menurut Arens, Elder, dan Beasley (2010), auditor biasanya membandingkan saldo

akhir pada rekonsiliasi bank, setoran dalam perjalanan, cek beredar, dan jenis

rekonsiliasi lainya dengan rekonsiliasi yang dilakukan pada bulan sebelumnya.

Prosedur analitis dapat digunakan untuk menemukan salah saji pada kas.

2. Merancang uji terperinci saldo kas (tests of details of cash balance)

Menurut Arens, Elder, dan Beasley (2010), Terdapat tiga prosedur penting dalam

melakukan uji detil atas saldo kas khususnya untuk kas di bank, yaitu :

a. Permintaan atas konfirmasi bank.

Auditor biasanya meminta konfirmasi dari setiap bank atau institusi

keuangan lainya yang berbisnis dengan klien, kecuali jika terdapat sejumlah akun

yang tidak aktif. Apabila pihak bank tidak menjawab permintaan konfirmasi,

maka auditor perlu mengirimkan permintaan kedua atau meminta klien

mengkomunikasikanya dengan bank untuk meminta mereka melengkapi dan

mengembalikan konfirmasi kepada auditor.

Setelah auditor menerima konfirmasi bank secara lengkap, saldo dalam

akun bank yang dikonfirmasi oleh bank harus ditelusuri ke saldo yang tertera
dalam konfirmasi bank. Apabila konfirmasi bank tidak sesuai dengan skedul

audit, maka auditor harus memeriksa selisihnya.

b. Permintaan atas cutoff bank statement.

Tujuan dari permintaan cutoff rekening koran ini adalah untuk

memberikan verifikasi bagian yang direkonsiliasi pada rekonsiliasi bank klien di

akhir tahun dengan bukti yang tidak dapat diakses oleh klien. Untuk tujuan ini,

biasanya auditor meminta klien agar bank mengirimkan rekening koran langsung

kepada auditor dalam waktu 7-10 hari setelah tanggal neraca. Auditor biasanya

melakukan beberapa verifikasi dalam bulan setelah tanggal neraca, yaitu :

1) Memeriksa saldo seluruh cek yang dibatalkan, memo debet, setoran, dan memo

kredit.

2) Memverifikasi saldo pada rekening koran ketika menghitung jumlah

keseluruhan.

3) Menelaah item-item dalam perhitungan untuk meyakinkan bahwa semua item

tersebut telah dibatalkan oleh bank pada periode yang sesuai dan tidak ada

perubahan dan penghapusan pada jumlah tersebut.

4) Pengujian rekonsiliasi bank :

Dalam verifikasi rekonsiliasi, auditor menggunakan informasi dalam cutoff

rekening koran untuk melakukan verifikasi kewajaran rekonsiliasi. Verifikasi

auditor dalam rekonsiliasi meliputi beberapa prosedur, yaitu :

5) Verifikasi rekonsiliasi bank klien sudah dihitung dengan akurat secara

sistematis.
6) Menelusuri saldo konfirmasi bank dan/atau saldo awal pada cutoff bank

statement ke saldo per bank pada rekonsiliasi bank untuk memastikan

jumlahnya sama.

7) Menelusuri cek yang ditulis dan dicatat sebelum akhir tahun dan dimasukkan

ke cutoff bank statement ke daftar cek beredar ada rekonsiliasi bank dan juga

ke jurnal pengeluaran kas dalam periode neraca atau periode sebelumnya.

8) Memeriksa seluruh cek yang jumlahnya besar dan yang termasuk ke dalam

daftar cek beredar yang belum dikliring oleh pihak bank pada cutoff bank

statement.

9) Menelusuri setoran dalam perjalan (deposit in transit) ke dalam cutoff bank

statement.

10) Melakukan verifikasi pada seluruh bagian rekonsiliasi dalam rekonsiliasi bank

akhir tahun dari jurnal rekonsiliasi bank bulan sebelumnya dan bulan akhir

tahun yang belum dikliring ke bank.

Tujuan Audit Terkait Prosedur Umum Pengujian Rinci Pendapat

Saldi (Balance Related atas Saldo (Test of Details of

Audit Objective) Balance)


Kas di bank  Menjumlahkan daftar cek Pengujian ini

sebagaimana dinyatakan beredar dan setoran dalam dilakukan

dalam rekonsiliasi perjalanan. seluruhnya dalam

dicocokkan dan sesuai  Mebuktikan penambahan dan ekonsiliasi bank,

dengan buku besar pengurangan dalam tanpa referensi ke

(detail tie-in). rekonsiliasi bank termasuk dokumen atau

semua bagian yang pencatatan lain


direkonsiliasi. kecuali buku

besar.
Kas di bank  Melakukan pengujian atas Terdapat tiga

sebagaimana dinyatakan konfirmasi bank tujuan utama

pada rekonsiliasi betul-  Melakukan pengujian atas dalam kas di bank.

betul ada (existence). cutoff bank statement. Prosedur ini

Kas di bank sudah  Melakukan pengujian atas digabungkan

dicatat dengan lengkap rekonsiliasi bank. ketergantungannya

(completeness). Kas di  Melakukan pengujian satu sama lain.

bank sebagaimana tambahan untuk rekonsiliasi Tiga prosedur

dinyatakan pada bank. berikutnya hanya

rekonsiliasi sudah akurat  Melakukan pembuktian kas dilakukan bila

(accuracy). (proof of cash). diperkirakan

 Melakukan pengujian untuk penegndalian

mendeteksi kecurangan. internal dinilai

kurang.
Transaksi penerimaan Penerimaan kas: Saat penerimaan

kas dan pengeluaran kas  Menghitung kas yang ada kas yang diterima

dicatat pada periode pada hari terakhir tahun setelah akhir tahun

yang benar (cutoff). berjalan dan menelusuri dimasukkan ke

setoran dalam perjalanan dalam jurnal,

sesudah tanggal neraca dan posisi kas menjadi

jurnal penerimaan kas. lebih baik.

 Menelusuri setoran dalam Prosedur awal


perjalan ke rekening koran yang terdapat

pada periode sesudah tanggal dalam pengujian

neraca (cutoff bank cutoff untuk

statement). pengeluaran dan

Pengeluaran kas: penerimaan kas

 Mencatat nomor cek terakhir membutuhkan

yang digunakan pada hari kehadiran auditor

terakhir tahun berjalan dan pada hari terakhir

setelah itu ditelusuri ke cek tahun berjalan.

beredar dan jurnal

pengeluaran kas.
Tabel 2.4 – Ilustrasi tujuan audit terkait saldo (balance-related audit objective) dan uji

terperinci (test of details of balances) atas kas umum di bank.

BAB III

HASIL KEGIATAN

3.1 Gambaran Umum Institusi Magang


Kantor Akuntan Publik (KAP) lembaga yang memiliki izin dari Menteri Keuangan

sebagai wadah bagi akuntan publik dalam menjalankan pekerjaannya yang diatur dalam SK.

Menkeu No.43/KMK.017/1997 tertanggal 27 Januari 1997 sebagaimana diubah dengan SK.

Menkeu No. 470/KMK.017/1999 tertanggal 4 Oktober 1999.

Selama periode magang berlangsung, penulis ditempatkan di Kantor Akuntan Publik Aria

Kanaka dan Rekan yang merupakan afiliasi dari Mazars Indonesia. Penulis dialokasikan di divisi

Audit Sebagai Asisstant Auditor I, yang beralamat di Sona Topas Tower 7 th Floor, Jl. Jend.

Sudirman Kav.26, Jakarta, 12920.

Kantor Akuntan Publik Aria Kanaka adalah kantor akuntan publik member Mazars

Indonesia yang memberikan jasa audit. Untuk jasa accounting, tax, advisory dan jasa lainnya

berada pada services dari PT. Mazars Consulting Indonesia. Kantor Akuntan Publik Aria Kanaka

menyediakan layanan yang berfokus pada industri untuk klien perusahaan publik maupun

swasta, sebagai berikut:

1. Jasa Audit dan Assurance

a. Audit Laporan Keuangan, yaitu memberikan opini yang independen atas kewajaran

laporan keuangan sesuai dengan standar pelaporan yang berlaku.

b. Review informasi keuangan historis, yaitu untuk memberikan keyakinan terbatas, bahwa

laporan keuangan telah disajikan secara wajar sesuai dengan standar pelaporan yang

berlaku.

c. Review atas informasi keuangan prospektif, yaitu untuk memberikan keyakinan terbatas

bahwa informasi keuangan prospektif telah disajikan secara wajar sesuai dengan asumsi-

asumsi dan estimasi terbaik dan konsisten dengan laporan keuangan historis, serta dengan

menggunakan standar akuntansi yang tepat.


d. Assurance selain audit atau review atas informasi keuangan historis, yaitu menilai

kesesuaian informasi keuangan atau suatu aktivitas dengan standar atau kriteria tertentu

yang mendasarinya.

e. Jasa Assurance lainnnya, yaitu terdiri dari :

1) Audit khusus/special audit, yaitu audit atas hal-hal khusus sesuai dengan kebutuhan

manajemen atau pihak-pihak tertentu untuk tujuan tertentu.

2) Audit kepatuhan (compliance audit), yaitu menilai kepatuhan suatu entitas terhadap

peraturan perundang-undangan tertentu atau pengendalian intern.

3) Profesi penunjang pasar modal, yaitu membantu manajemen dalam bidang keuangan

dan akuntansi pada proses IPO (go public)/ penerbitan saham (right issue)/penerbitan

obligasi (bond issue).

4) Uji Tuntas Bisnis dan Keuangan (Bussines and Financial Due Diligence), yaitu

melaksanakan prosedur yang telah disepakati untuk memberikan simpulan yang

independen mengenai kinerja keuangan dalam suatu entitas atau aktivitas tertentu.

f. Jasa atestasi lainnnya, yaitu terdiri dari :

1) Perikatan untuk melaksanakan prosedur yang disepakati, yaitu untuk memberikan

temuan (fact finding) sesuai dengan prosedur/kriteria/ tujuan yang disepakati.

2) Jasa atestasi atas Laporan Kegiatan Penerapan Prinsip Kehati-hatian (KPPK) sesuai

dengan Surat Edaran Bank Indonesia No. 17/3/DSta tanggal 6 Maret 2015.

g. Jasa non-atestasi lainnnya, yaitu terdiri dari :

1) Jasa kompilasi atas laporan keuangan, yaitu membantu manajemen dalam

penyusunan dan penyajian informasi keuangan historis.


2) Jasa kompilasi laporan keuangan proforma, yaitu membantu manajemen dalam

penyusunan dan penyajian informasi keuangan proforma.

3.2 Gambaran Khusus Unit Tempat Magang

Berikut gambaran struktur organisasi KAP Aria Kanaka dan Rekan:

Partner

Manager

Assistant Manager

Senior Auditor III

Senior Auditor II

Senior Auditor I

Asisstant Auditor II

Asisstant Auditor I

Gambar 3.1 Struktur Organisasi

Fungsi Unit Kerja Dalam Perusahaan

Berikut adalah fungsi dari unit kerja dalam perikatan audit dalam Kantor Akuntan Publik
Aria Kanaka dan Rekan :
1. Partner
Partner merupakan jabatan tertinggi dalam kantor akuntan publik, bertanggung jawab
atas hubungan dengan klien, bertanggung jawab secara menyeluruh mengenai proses audit.
Partner menandatangani laporan audit dan management letter dan bertanggung jawab
terhadap penagihan fee audit dari klien.
2. Manager
Manajer bertindak sebagai pengawas audit; bertugas untuk membantu auditor senior
dalam merencanakan program audit dan waktu audit; mereview kertas kerja, laporan audit
dan management letter. Biasanya manajer melakukan pengawasan terhadap pekerjaan
beberapa auditor senior. Pekerjaan manajer tidak berada di kantor klien melainkan di kantor
auditor dalam bentuk pengawasan terhadap pekerjaan yang dilaksanakan para auditor senior.
3. Senior Auditor
Auditor senior bertugas untuk melaksanakan audit, bertanggung jawab untuk
mengusahakan biaya audit dan waktu audit sesuai dengan rencana, bertugas untuk
mengarahkan dan mereview pekerjaan assistant auditor. Biasanya, auditor senior akan
menetap di kantor klien sepanjang prosedur audit dilaksanakan.
4. Asisstant Auditor
Asisstant Auditor melaksanakan prosedur audit secara rinci, membuat kertas kerja
untuk mendokumentasikan pekerjaan audit yang telah dilaksanakan, dan disini penulis
memegang jabatan sebagai asisstant auditor.

Metodologi Audit
KAP Aria Kanaka dalam hal kegiatan audit masih menggunakan Microsoft Office dalam
membuat kertas kerja audit hingga menjadi laporan keuangan. KAP Aria Kanaka dan Rekan
memiliki indeks untuk penyusunan kertas kerja audit sehingga mempermudah dalam pembuatan
dan penyusunan kertas kerja Dalam hal pemberian jasa auditing kepada klien, KAP Aria Kanaka
dan Rekan memiliki metodologi audit sendiri dimana tetap berpedoman pada Standar Audit.
Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Profesional
Akuntan Publik Institut Akuntan Publik Indonesia (DSPAP IAPI). Dalam tahap pendekatan audit
tersebut terdapat 5 tahapan yang dilakukan dalam proses audit:
1. Penerimaan Perikatan Audit
Pada tahapan ini auditor dituntut untuk memahami latar belakang dari klien yang
akan diaudit dan mengevaluasi kembali seluruh kejadian – kejadian, serta berbagai risiko
klien yang dapat mempengaruhi perikatan antara auditor dengan klien.
2. Perencanaan Audit
Pada tahapan ini auditor dituntut untuk memahami bisnis klien, melakukan beberapa
prosedur analitik, mempertimbangkan nilai materialitas, mempertimbangkan beberapa risiko
bawaan, mempertimbangkan beberapa faktor yang berpengaruh pada saldo awal klien dan
memahami pengendalian internal klien.
3. Pelaksanaan Pengujian Audit
Pada tahapan ini auditor melakukan beberapa hal seperti: pengujian pengendalian
internal, konfirmasi, pemeriksaan fisik, pengujian atas konsistensi kebijakan akuntansi,
pengujian terhadap isu going concern, kepatuhan terhadap hukum dan peraturan, litigasi, dan
klaim serta komitmen dan kontijensi.
4. Pelaporan Audit
Pada tahapan ini auditor mengevaluasi temuan-temuan setelah dilakukan prosedur
audit dan selanjutnya akan dilakukan subsequent event periode setelah tanggal neraca
berakhir dan sebelum laporan audit diterbitkan dan pada tahapan ini juga laporan audit
diterbitkan.

3.3 Kegiatan Magang


Pada kegiatan magang ini, penulis ditugaskan untuk mengaudit pos kas dan setara kas.
Penulis mengikuti prosedur yang telah ditetapkan oleh KAP Aria Kanaka, diantaranya sebagai
berikut :
1. Mendapatkan daftar kas dan setara kas
Prosedur awal dalam melakukan audit kas setara kas adalah meminta daftar kas dan
setara kas PT XYZ per 31 Desember 2018, setelah itu penulis mencocokkan saldo tersebut
dengan buku besar kemudian membandingkan saldo tersebut dengan saldo audit tahun
sebelumnya dan memeriksa apakah terdapat akun yang tidak lazim (misalnya bersaldo kredit,
tidak ada mutasi, bank yang sudah tidak beroperasi) dan perubahan yang signifikan dengan
tahun sebelumnya.
2. Cash opname
Prosedur berikut adalah mempertimbangkan untuk melakukan kas opname atau
observasi kas opname yang dilakukan PT XYZ jika saldo kas material. Pastikan lokasi,
pemegang kas dan jumlah kas yang akan dilakukan kas opname (termasuk cek mundur, bon
sementara dll yang termasuk akun kas). Apabila auditor tidak melakukan kas opname atau
observasi kas opname, periksa hasil kas opname pada akhir tanggal tutup buku. Pastikan
perbedaan yang material, jika ada, telah dibukukan pada periode yang benar.
3. Konfirmasi saldo kas dan setara kas
Dalam hal ini Penulis meminta daftar rekening koran semua bank (termasuk yang
ditutup di tahun berjalan). Setelah itu, penulis mengirim surat konfirmasi atas semua saldo
kas dan setara kas. Hasil konfirmasi tersebut dicocokkan dengan saldo di buku besar, jika
terdapat selisih penulis minta kepada manajemen untuk melakukan rekonsiliasi atas selisih
hasil konfirmasi tersebut. Terkait konfirmasi yang tidak dibalas, penulis mengirimkan
kembali surat konfirmasi tersebut dan minta manajemen untuk menindaklanjuti konfirmasi
yang belum diterima.
4. Bank rekonsiliasi
Prosedur bank rekonsiliasi mewajibkan penulis untuk mencocokkan saldo buku besar,
rekening koran dan juga balasan konfirmasi. Jika terdapat selisish antara buku besar dengan
rekening koran atau balasan konfirmasi, penulis melakukan uji akurasi matematis atas bank
rekonsiliasi yang diberikan oleh manajemen. Penulis diharuskan memeriksa outstanding
cheques ke buku kas dan rekening bank periode berikutnya. Untuk cek-cek yang masih
beredar (outstanding) sampai tanggal review, pastikan kebenaran penyajiannya. Pastikan
tidak ada cek dengan nomor lebih kecil daripada nomor terakhir pada rekonsiliasi bank yang
tercantum pada rekening koran periode berikutnya.
5. Cek Penerimaan dan Pengeluaran kas
Prosedur penerimaan dan pengeluaran kas ini bertujuan untuk melihat ada tidaknya
transaksi yang tidak lazim selama tahun berjalan serta memeriksa transaksi 5 hari sebelum
dan 5 hari sesudah tanggal tutup buku.
Untuk melengkapi prosedur yang telah ditetapkan oleh KAP Aria Kanaka dan Rekan,
Penulis membuat kertas kerja terkait kas dan setara kas dengan indeks D. Kas dan Setara Kas.
Berikut dibawah ini penjelasan kertas kerja terkait indeks D yang telah ditetapkan oleh KAP
Kanaka Puradiredja Suhartono:
1. E.10 Lead Schedule
Untuk mengisi E.10 ini penulis menggunakan referensi data rincian kas dan setara kas tahun
2018 yang telah diberikan oleh klien. Langkah-langkah yang penulis lakukan untuk mengisi E.10
adalah:
a. Membuka file rincian kas dan setara kas yang telah diberikan oleh klien
b. Mengisi angka saldo kas dan setara kas yang diberikan oleh klien ke dalam sheet E.10
yang terdiri dari cash on hand dan cash in bank.
c. Memeriksa apabila diperlukan adanya penyesuaian atau reklasifikasi pada akun kas dan
setara kas tersebut. Untuk itu, penulis memasukkan angka penyesuaian pada kolom
Client Adjustment Journal Entry (CAJE)/Proposed Adjustment Journal Entry (PAJE)
pada E.10.
d. Setelah melakukan penyesuaian, penulis mendapatkan angka akun kas dan setara kas
untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2018 yang telah diaudit dan
membandingkannya dengan angka akun kas dan setara kas untuk tahun yang berakhir
pada tanggal 31 Desember 2017 untuk megetahui kenaikan ataupun penurunan dalam
bentuk angka dan presentase.
e. Penulis mencari kenaikan dan penurunan yang dinilai seignifikan untuk kemudian
disimpulkan apa yang menyebabkan hal tersebut dapat terjadi (analytical review).
Adapun tujuan dari pengerjaan E.10 ini antara lain adalah :
a. Untuk meyakinkan bahwa kas dan setara kas pada tahun yang berakhir pada tanggal 31
Desember 2018 betul-betul ada (existence).
b. Untuk meyakinkan bahwa kas dan setara kas yang didenominasi pada mata uang asing
(USD) telah dicatat pada jumlah yang tepat (valuation).
c. Untuk meyakinkan bahwa semua aspek atas kas dan setara kas yang harus dilaporkan
telah betul-betul dilaporkan (presentation and disclosure).

2. E.11 Cash Count Report


Pada saat memasukkan angka cash on hand dalam E.11 diketahui bahwa PT XYZ hanya
memiliki 1 (satu) kas kecil yang dicatat dalam laporan keuangannya, sehingga penulis langsung
mengajukan untuk melakukan kas opname terhadap akun cash on hand yang dimiliki oleh PT
XYZ. Adapun berikut ini langkah-langkah penulis dalam melakukan kas opname (cash count):
a. Menanyakan kepada klien dimana lokasi kas dan siapa pemegang kas kecil tersebut.
b. Meminta buku kas kecil untuk melihat jumlah kas kecil yang tersedia
c. Melakukan perhitungan fisik kas kecil yang tersisa pada saat tanggal pemeriksaan kas.
d. Memperhitungkan bon sementara yang ada.
e. Membuat Berita Acara Pemeriksaan Kas yang menjelaskan jumlah fisik kas yang tersedia
dan bon sementara serta mencocokkan jumlah saldo tersebut dengan saldo yang terdapat
pada buku kas kecil yang telah diberikan.
Adapun tujuan dari pemeriksaan ini untuk mengetahui bahwa saldo kas kecil tersebut
benar-benar ada (existence).

3. E.11.1 Cash on hand roll back


Prosedur ini dilakukan jika kas opname (cash count) dilakukan setelah melewati tanggal
neraca, berikut ini akan saya jelaskan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk melengkapi
prosedur ini:
a. Meminta buku kas klien dari tanggal neraca sampai dengan tanggal pemeriksaan.
b. Memeriksa transaksi-transaksi yang terjadi setelah tanggal neraca.
c. Meminta bukti-bukti kas masuk dan keluar atas transaksi tersebut.
d. Kalkulasi tarik mundur berdasarkan bukti-bukti tersebut dari tanggal pemeriksaan hingga
tanggal neraca.
Tujuan dari pemeriksaan ini untuk mengetahui bahwa saldo kas kecil tersebut benar-
benar ada (existence), lengkap (completeness), dan telah disajikan serta diungkapkan
(presentation and disclosure) dalam laporan keuangan.

3. E.12 Confirmation Review and Monitoring – Cash in Banks


Konfirmasi bank dilakukan untuk memperoleh bukti audit dari pihak ketiga, sebagaimana
dijelaskan dalam Standar Audit 505 (SA 505) tahun 2013. Konfirmasi eksternal adalah bukti
audit yang diperoleh sebagai suatu respons tertulis langsung kepada auditor dari pihak ketiga
(pihak yang dikonfirmasi), baik dalam bentuk kertas, atau secara elektronik atau media lainnya.
Berikut ini adalah langkah-langkan yang harus dilakukan dalam membuat daftar konfirmasi
bank:
a. Dapatkan daftar semua rekening bank, periksa akurasi matematis dan setujui saldo
dengan neraca saldo dan buku besar.
b. Mempersiapkan dan mengirim surat konfirmasi ke semua bank dan lembaga keuangan
lainnya.
c. Setelah menerima konfirmasi bank:
i. Periksa hasil konfirmasi dengan saldo yang tercatat dalam buka besar
ii. Jika terdapat selisih, minta rekonsiliasi atas akun bank tersebut.
iii. Pastikan bahwa hal-hal lain dikonfirmasi (yaitu, wesel bayar, aset yang dijanjikan
sebagai keamanan, ketersediaan saldo di bawah batasan atau hak gadai, bunga yang
masih harus dibayar, dll.) Dicatat dengan benar dan diungkapkan.
iv. Minta voucher-voucher transaksi untuk akun bank yang tidak membalas surat
konfirmasi yang telah dikirim.
v. Evaluasi hasil pengujian
Tujuan dari pemeriksaan ini untuk mengetahui bahwa saldo bank tersebut benar-benar
ada (existence) dan lengkap (completencess).
4. E.13 Bank Reconciliation
Tujuan dari audit prosedur bank reconciliation adalah untuk memverifikasi keberadaan
akun bank dan kelengkapan akun bank. Prosedur yang dilakukan untuk bank reconciliation
adalah:
1) Mendapatkan bank rekonsiliasi dari perusahaan pada tanggal pelaporan.
2) Verifikasi perubahan nilai mata uang.
3) Verifikasi bahwa penerimaan dan pengeluaran kas dicatat pada bank rekonsiliasi
pada bank statement.
4) Verifikasi bahwa deposit dan disbursements tercatat pada bank statement yang
dikonsiliasi ke pencatatan.
5) Analisa setiap item rekonsiliasi yang umurnya lebih dari 1 bulan.
6) Memeriksa dokumen rekonsiliasi selama periode tersebut.
5. E.14 Time Deposits – Detail of Time Deposit
Tujuan dari Details of Time Deposit ini untuk memverifikasi existance dan completeness
dari time deposit. Memverifikasi existance dan completeness dari interest income. Prosedur yang
dilakukan adalah :
1) Mendapatkan dokumen time deposit sampai tanggal tahun audit.
2) Mendapatkan list time deposit selama tahun berjalan
3) Verifikasi posisi time deposit ke bank statement
4) Verifikasi interest income ke bank statement

3.4 Identifikasi Masalah


Dari latar belakang yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya, penulis tertarik untuk
membahas tentang prosedur-prosedur dan kendala-kendala dalam proses audit kas dan setara kas
pada PT XYZ. Identifikasi masalah yang dapat dijadikan dalam penulisan laporan magang ini
sebagai berikut :
1. Bagaimana proses uji pengendalian atas uang masuk dan uang keluar yang diterapkan
oleh KAP Aria Kanaka dan Rekan?
2. Bagaimana kendala dalam proses audit kas dan setara kas serta uji pengendalian uang
masuk dan uang keluar?
3. Bagaimana proses audit kas dan setara kas yang diterapkan oleh KAP Aria Kanaka dan
Rekan?

Anda mungkin juga menyukai