PENDAHULUAN
Pelaksanaan kegiatan magang merupakan salah mata kuliah prasyarat kelulusan bagi
mahasiswa Program Profesi Akuntansi (PPAk) Universitas Trisakti. Dalam pelaksanaan
kegiatan magang ini, para mahasiswa dibebaskan untuk memilih perusahaan tempat
kegiatan magang yang minimal dilaksanakan selama tiga bulan. Kantor Akuntan Publik
merupakan tempat pembelajaran yang baik bagi mahasiswa akuntasi khususnya dalam
mendalami dan mengimplementasikan ilmu-ilmu yang telah di pelajari selama bangku
kuliah. Penulis merasa bersyukur karena dapat diterima di Kntor Akuntan Publik Aria
Kanaka dan Rekan sebagai tempat penulis melaksanakan kegiatan magang. Pelaksanaan
kegiatan magang juga dinilai bermanfaat bagi perusahaan karena dapat menambah jumlah
pegawai yang bersifat temporer untuk mempermudah penyelesaian suatu pekerjaan
khususnya proses audit secara efesien serta perusahaan dapat mencari calon pegawai yang
berkualitas dengan melihat performa anak magang secara langsung dalam mengerjakan
jenis pekerjaan yang relevan.
Penulis merasa bersyukur kepada Tuhan YME, karena atas rahmat dan hidayah-Nya
lah, penulis dapat diterima di Kantor Akuntan Publik yang merupakan afiliasi dari Mazars
Indonesia sebagai tempat penulis menjalankan kegiatan magang. Pada pelaksanaan
kegiatan magang, penulis ditugaskan untuk mengaudit laporan keuangan tahunan PT.XYZ
yang bergerak dalam bidang Manufacture. Dalam pelaksanaanya, penulis hanya
ditugaskan untuk melakukan audit atas beberapa akun dan salah satunya yaitu kas dan
setara kas.
Proses audit atas PT.XYZ bertujuan untuk memberikan opini terhadap laporan
keuangan akhir tahun beserta laporan auditor independen periode 31 Desember 2018. Atas
berbagai pertimbangan, penulis memilih untuk membahas proses audit kas dan setara kas
pada PT.XYZ karena dinilai mempunyai kecukupan isu untuk dibahas secara
komprehensif.
Atas dasar pemikiran di atas, maka penulis bermaksud membahas mengenai kas dan
setara kas dengan menyusun laporan magang yang diberi judul ”AUDIT KAS DAN
SETARA KAS PT. XYZ’’
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Auditing
2.1.1 Pengertian Auditing
akumulasi dan evaluasi atas bukti-bukti informasi guna menentukan serta melaporkan
Audit harus dilakukan oleh orang yang mempunyai kompetensi dan indepedensi atas
Auditing adalah salah satu jasa yang diberikan oleh akuntan publik yang sangat
sehingga laporan keuangan suatu entitas yang diaudit dapat lebih dipercaya oleh pihak-
pihak yang terkait (stakeholders). Dikutip dari buku Theodorus M. Tuanakotta, dari
ISA 2015, “Tujuan suatu audit ialah mengangkat tingkat kepercayaan dari pemakai
laporan keuangan yang dituju, terhadap laporan keuangan itu. Tujuan itu dicapai
dengan pemberian opini oleh auditor mengenai apakah laporan disusun, dalam segala
hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. Pada
umumnya, dalam kerangka pelaporan keuangan dengan tujuan umum, opini tersebut
menyatakan apakah laporan keuangan disajikan secara wajar, dalam segala hal yang
material, atau memberikan gambaran yang benar dan wajar sesuai kerangka pelaporan
etika keuangan. Suatu audit yang dillaksanakan sesuai dengan ISA dan persyaratan
keuangan yang telah disusun oleh manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan
dilakukan oleh pihak yang independen, yaitu akuntan publik berasal dari luar
perusahaan dan tidak memiliki kepentingan tertentu di dalam perusahaan. Tujuan dari
Menurut Arens, Beasley, & Elder (2016), terdapat tiga jenis audit yang dapat
keuangan suatu perusahaan atau entitas sudah disajikan secara wajar sesuai dengan
yang berlaku umum adalah mengacu pada PSAK, sedangkan dalam cakupan global
tingkat efisiensi dan efektivitas dari prosedur dan metode operasional suatu
organisasi. Pada saat penyelesaian audit operasional, manajemen perusahaan
prosedur, peraturan, atau regulasi spesifik yang telah diatur oleh otoritas
berpengaruh. Beberapa jenis dari audit kepatuhan untuk bisnis swasta adalah,
bersifat legal.
berbasis pada resiko. Indonesia sendiri mulai menggunakan ISA pada awal tahun
2013. Dalam audit berbasis resiko, auditor menggunakan kearifan profesional dalam
2013).
ketentuan-ketentuan dan pedoman utama yang harus diikuti oleh Akuntan Publik
dalam melaksanakan penugasan audit. Kepatuhan terhadap PSA yang diterbitkan oleh
IAPI ini bersifat wajib bagi seluruh anggota IAPI. Termasuk di dalam PSA adalah
yang dikeluarkan oleh IAPI terhadap ketentuan-ketentuan yang diterbitkan oleh IAPI
dalam PSA. Dengan demikian, IPSA memberikan jawaban atas pernyataan atau
keraguan dalam penafsiran ketentuan- ketentuan yang dimuat dalam PSA sehingga
merupakan perlausan lebih lanjut berbagai ketentuan dalam PSA. Tafsiran resmi ini
bersifat mengikat bagi seluruh anggota IAPI, sehingga pelaksanaannya bersifat wajib.
Tabel 2.1
IS Mengatur Tentang
A
200 Tujuan Keseluruhan Auditor Independen dan Pelaksanaan Audit
Laporan Keuangan
260 Komunikasi dengan Pihak yang Bertanggung Jawab atas Tata Kelola
265 Pengkomunikasian Defisiensi dalam Pengendalian Internal Kepada Pihak
Organisasi Jasa
450 Pengevaluasian atas Kesalahan Penyajian yang Diidentifikasi Selama Audit
500 Bukti Audit
501 Bukti Audit – Petimbangan Spesifik atas Unsur Pilihan
510 Perikatan Audit Tahun Pertama – Slado Awal
520 Prosedur Analitis
530 Sampling Audit
540 Audit atas Estimasi Akuntansi. Termasuk Estimasi Nilai Wajar, dan
Auditor Independen
710 Informasi Komparatif – Angka Korespondensi dan Laporan Keuangan
Komparatif
720 Tanggungjawab Auditor Atas Informasi Lain dalam Dokumen yang Berisi
adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran laporan keuangan, dalam semua hal
yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum Indonesia. Kewajaran
laporan keuangan dinilai berdasarkan asersi yang terkandung dalam setiap unsur yang
disajikan dalam laporan keuangan. Adapun bentuk opini auditor terdiri atas 2 yaitu:
700.15). Auditor wajib memberikan opini yang tidak dimodifikasi (WTP) ketika
auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan dibuat, dalam segala hal yang
wajar, pendapat auditor harus, kecuali ditetapkan lain oleh ketentuan perundang-
a) Laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material,
b) Laporan keuangan memberikan gambaran yang benar dan wajar sesuai dengan
wajar, tidak mencapai penyajian agar wajar, auditor wajib membahas ini dengan
berlaku dan bagaimana masalah itu diselesaikan, auditor wajib menentukan apakah
perlu memodifikasi opini sesuai dengan ISA 705. Opini modifikasi terdiri dari 3
jenis yaitu:
b) Auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat yang
a) Auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat
b) Dalam kondisi yang sangat jarang terjadi dan melibatkan lebih dari satu
bukt audit yang cukup dan tepat tentang setiap ketidakpastian tersebut,
laporan keuangan.
iv. Mengetahui tujuan audit umum untuk kelas transaksi, akun dan
pengungkapan
pengungkapan
disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia dan jika
terbatas pada yang diperolehnya melalui audit. Oleh karena itu, penyajian secara wajar
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia merupakan bagian
yang tersirat dan terpadu dalam tanggung jawab manajemen. Auditor independen
dapat memberikan saran tentang bentuk dan sisi laporan keuangan atau membuat draft
dalam pelaksanaan audit. Namun, tanggung jawab auditor atas laporan keuangan
Menurut ISA 315 alinea 4 (a), asersi adalah representasi oleh manajemen,
secara eksplisit (dalam bentuk pernyataan) maupun implisit (tersirat) yang terkandung
memperhatikan berbagai salah saji dalam laporan keuangan yang mungkin terjadi.
manajemen kepada auditor, yang paling umum dikenal adalah laporan keuangan secara
menyeluruh disajikan secara wajar sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang
berlaku. Pernyataan tersebut dapat bersifat implisit atau eksplisit serta dapat
ISA 315 tahun 2015 juga menjelaskan bahwa asersi tentang keberadaan atau
keterjadian berhubungan dengan apakah aktiva atau utang entitas ada pada tanggal
tertentu dan apakah transaksi yang dicatat telah terjadi selama periode tertentu.
Sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa sediaan produk jadi yang
tercantum dalam neraca adalah tersedia untuk dijual. Begitu pula manajemen membuat
asersi bahwa penjualan dalam laporan laba-rugi menunjukkan pertukaran barang atau
jasa dengan kas atau aktiva bentuk lain (misalnya piutang) dengan pelanggan.
barang dan jasa dicatat dan dicantumkan dalam laporan keuangan. Demikian pula,
manajemen membuat asersi bahwa utang usaha di neraca telah mencakup semua
kewajiban entitas.
merupakan hak entitas dan utang merupakan kewajiban perusahaan pada tanggal
tertentu. Sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa jumlah sewa guna usaha
(leased) yang dikapitalisasi di neraca mencerminkan nilai pemerolehan hak entitas atas
kekayaan yang disewa-guna-usahakan (leased) dan utang sewa guna usaha yang
komponen aktiva, kewajiban, pendapatan dan biaya sudah dicantumkan dalam laporan
keuangan pada jumlah yang semestinya. Sebagai contoh, manajemen membuat asersi
semestinya. Demikian pula, manajemen membuat asersi bahwa piutang usaha yang
kewajiban yang diklasifikasikan sebagai utang jangka panjang di neraca tidak akan
jatuh tempo dalam waktu satu tahun. Demikian pula, manajemen membuat asersi
bahwa jumlah yang disajikan sebagai pos luar biasa dalam laporan laba rugi
Arens, Elder dan Beasley (2016) menyatakan bahwa terdapat lima asersi
manajemen yang terkait dengan jenis transaksi dan keterjadian, empat asersi
manajemen terkait dengan saldo akun, dan empat asersi manajemen terkait dengan
penyajian dan pelaporan. Beberapa asersi terkait dengan jenis transaksi dan kejadian
adalah :
yang tepat.
d. Classification, terkait dengan apakah transaksi yang telah dicatat sesuai dengan
jenis akunya.
e. Cutoff, terkait dengan apakah transaksi telah dicatat sesuai dengan periode
berjalan.
Asersi yang terkait dengan saldo akun pada akhir tahun adalah :
a. Existence, terkait dengan apakah aset, kewajiban, dan ekuitas yang ada di
c. Valuation and Allocation, terkait dengan apakah aset, kewajiban, dan ekuitas
d. Rights and Obligations, terkait dengan apakah perusahaan mempunyai hak dan
a. Occurrence and Rights and Obligations, terkait dengan apakah kejadian yang
perusahaan.
dengan akunya, serta deskripsi saldo dan penyajian yang terkait dapat
(2013: 15), pengertian pengendalian internal adalah sebuah proses yang dipengaruhi oleh
dewan direksi, manajemen, dan personil lainnya dalam entitas, yang dirancang untuk
(COSO) (2013: 15), Pengendalian Internal mempunyai tiga kategori tujuan yaitu:
1. Tujuan Operasi
Tujuan ini berkaitan dengan efektivitas dan efisiensi operasi entitas, termasuk
tujuan kinerja operasional dan keuangan, dan menjaga aset terhadap kerugian.
2. Tujuan Pelaporan
Tujuan ini berkaitan dengan pelaporan keuangan dan pelaporan non-keuangan,
transparansi, atau persyaratan lain yang ditetapkan oleh regulator, persyaratan yang
3. Tujuan Kepatuhan
Tujuan ini berhubungan dengan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang
a. Struktur organisasi
Struktur organisasi ini harus disajikan secara eksplisit dalam bentuk grafis agar
menekankan pada integritas dan nilai-nilai etika. Perilaku etis dan tidak etis ini
akan menciptakan suasana suasana yang dapat mempengaruhi validitas proses
pelaporan keuangan.
yang dinamis saat ini. Oleh karena itu, penting bagi bagian personalia untuk
Manajemen harus mempunyai peraturan dan kode etik secara tertulis agar
karyawan mengetahui aktivitas yang boleh dan aktivitas tidak boleh dilakukan.
Otoritas adalah hak yang dimiliki karena posisi formal seseorang untuk
hasil yang dicapai. Penetapan otoritas dan tanggung jawab ini nampak dalam
deskripsi pekerjaan (jobdesk). Oleh karena itu, penting bagi sebuah organisasi
2. Penilaian Risiko
internal. Risiko didefinisikan sebagai kemungkinan suatu peristiwa akan terjadi dan
dan berulang untuk mengidentifikasi dan menilai risiko terhadap pencapaian tujuan.
Risiko terhadap pencapaian tujuan dianggap ‘relatif’ atau tergantung pada toleransi
risiko yang ditetapkan entitas. Dengan demikian, penilaian risiko (Risk Assessment)
prasyarat untuk penilaian risiko (Risk Assessment) adalah pembentukan tujuan, terkait
pada tingkat yang berbeda dari entitas. Manajemen menentukan tujuan dalam kategori
yang berkaitan dengan operasi, pelaporan, dan kepatuhan dengan kejelasan yang
cukup untuk dapat mengidentifikasi dan menganalisa risiko untuk tujuan tersebut.
perubahan dalam lingkungan eksternal dan dalam lingkungan internal yang mungkin
terdiri dari:
a) Personil baru yang memiliki pemahaman berbeda atau tidak memadahi atas
pengendalian internal
b) Sistem informasi dan teknologi yang baru atau yang diperbarui mempengaruhi
pemrosesan transaksi
c) Produk dan aktivitas baru yang tidak dimengerti oleh karyawan akan
d) Bencana alam atau kerusuhan politik, seperti kebakaran, banjir, gempa bumi,
melalui kebijakan dan prosedur yang membantu memastikan arahan manajemen untuk
(Control Activities) dilakukan di semua tingkat entitas, pada berbagai tahap dalam
dapat mencakup berbagai kegiatan manual maupun otomatis, seperti otorisasi dan
memuat tempat untuk tanda tangan bagi mereka yang berwenang untuk
maka perlu ada kolom untuk tanda tangan dan nama terang penerima. Dokumen
perlu bernomor urut tercetak sebagai wujud pertanggungjawaban penggunakan
dokumen.
b. Pemisahan tugas
manajer memberi wewenang kepada kasir untuk menerima uang dari konsumen.
Otorisasi ini diwujudkan dalam bentuk tanda tangan atau paraf dalam dokumen
untuk pengeluaran kas kurang dari satu juta harus dilakukan dengan tanda tangan
kepala bagian. Sedangkan untuk pengeluaran kas di atas satu juta, harus dengan
Ketika orang berpikir tentang aset, mereka sering kali berpikir tentang kas
dan aset fisik seperti persediaan dan perlengkapan. Akan tetapi di masa sekarang
ini, informasi atau catatan perusahaan juga merupakan salah satu aset penting bagi
ii. Menjaga catatan dan dokumen dengan menyimpan catatan dan dokumen
dalam lemari yang terkunci, serta dengan membuat back-up yang memadai.
iii. Pembatasan akses terhadap ruang komputer dan terhadap file perusahaan
benar ada.
b) Prinsip double entry book keeping. Prinsip bahwa total debet akan sama dengan
karyawan menerima pesan yang jelas dari manajer senior yang mengontrol tanggung
jawab. Komunikasi eksternal adalah dua kali lipat dari komunikasi internal:
valid. Misalnya perusahaan harus mencatat semua pengeluaran dan penerimaan kas
dalam suatu periode. Jika ada pengeluaran dan penerimaan kas yang tidak tercatat
diklasifikasikan secara tidak tepat sebagai aset, maka aset dan pemasukan bersih
tepat.
evaluasi terpisah, atau beberapa kombinasi dari keduanya yang digunakan untuk
dan berfungsi. Evaluasi berkelanjutan, dibangun dalam proses bisnis pada tingkat
yang berbeda dari entitas, memberikan informasi yang tepat waktu. Sedangkan
evaluasi terpisah, dilakukan secara periodik, akan bervariasi dalam lingkup dan
yang ditetapkan oleh regulator, kriteria yang diakui badan penetapan standar atau
dan dewan direksi yang sesuai. Aktivitas Pemantauan (Monitoring Activities) terdiri
dari:
cukup memadahi.
Arens, Beasley, & Elder (2016) menjelaskan bahwa kas merupakan satu- satunya akun
yang termasuk ke dalam semua bisnis proses perusahaan kecuali persediaan dan warehousing.
Dalam mengaudit kas dan setara kas, auditor harus membedakan antara verifikasi rekonsiliasi
pada saldo rekening koran oleh klien dengan saldo yang terdapat pada buku besar perusahaan,
dan verifikasi bahwa pencatatan kas dalam buku besar telah merefleksikan seluruh transaksi
Menurut Arens, Beasley, dan Elder (2016), beberapa salah saji yang tidak ditemui
pada rekonsiliasi bank namun dapat menghasilkan kesalahan dalam pembayaran atau
2. Pencurian kas dengan menghambat pembayaran kas dari pelanggan sebelum dicatat,
Apabila salah saji tersebut tidak dapat ditemukan dalam pelaksanaan audit, maka salah
saji tersebut dapat ditemukan dalam proses uji pengendalian (test of control) dan pengujian
substantif atas transaksi. Jenis salah saji di atas dapat ditemui melalui proses uji pengendalian
dan pengujian substantif atas transaksi yang dilakukan pada siklus penjualan dan penagihan,
siklus akuisisi dan pembayaran, siklus akuisisi modal dan pembayaran kembali, serta siklus
Menurut Arens, Beasley, & Elder (2016), seluruh jenis salah saji biasanya ditemukan
1. Kesalahan dalam memasukan cek yang tidak dicairkan di dalam daftar cek beredar,
2. Kas yang diterima oleh klien masih dalam perjalanan pada tanggal neraca, tetapi sudah
3. Setoran dicatat sebagai penerimaaan kas mendekati akhir tahun, disetorkan ke bank
pada bulan yang sama, dan dimasukan ke dalam rekonsiliasi bank sebagai setoran
dalam perjalanan.
4. Pembayaran atas wesel bayar (notes payable) di debet langsung ke saldo bank oleh
Berdasarkan PSAK 2 (revisi 2013), kas terdiri dari atas saldo kas (cash on hand) dan
rekening giro (demand deposits). Sedangkan setara kas (cash equivalent) merupakan investasi
yang sifatnya sangat likuid, berjangka pendek, dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas
dalam jumlah yang dapat ditentukan dan memiliki resiko perubahan nilai yang tidak
signifikan.
transaksi. Sebelum malaksanakan proses audit, auditor harus memelajari terlebih dahulu. Jenis
Arens, Elder, & Beasley (2016) menjelaskan beberapa jenis akun kas yang biasa
Jenis akun kas ini merupakan fokus utama dari kebanyakan kas perusahaan. Hal ini
disebabkan karena setiap penerimaan dan pengeluaran kas perusahaan pada umumnya akan
mengalir melalui akun ini. Sebagai contoh, pengeluaran kas pada siklus akusisi dan
pembayaran biasanya dibayar melalui akun kas umum, dan penerimaan kas dalam siklus
Perusahaan yang beroperasi di berbagai lokasi biasanya memiliki saldo bank terpisah
di setiap lokasinya. Oleh karena itu, perusahaan tersebut membuat akun bank cabang untuk
membangun relasi antar bank dalam komunitas lokal serta dapat membuat kegiatan
penyetoran dan pengeluaran untuk setiap cabang dibuat dalam akun yang berbeda. Kelebihan
kas secara periodik dikirimkan ke akun bank umum pada kantor pusat. Akun cabang dalam
hal ini diperlakukan seperti akun kas umum, tetapi pada tingkat cabang.
Berbeda dengan akun kas di bank, akun kas kecil merupakan bentuk kas dalam jumlah
yang lebih simpel yang dapat digunakan untuk pengeluaran yang bersifat dadakan. Akun ini
juga digunakan untuk pengeluaran kas dalam jumlah kecil yang lebih mudah dibayarkan jika
menggunakan uang tunai dibandingkan cek, atau untuk memudahkan pegawai dalam
mencairkan cek gaji atau uang pribadi. Akun kas impres dibentuk dengan dasar yang sama
dengan akun bank cabang impress, yaitu menggunakan jumlah cadangan yang sudah
ditetapkan (fixed amount is reseved) dan akan diisi kembali pada akhir periode jika
diperlukan. Akun kas kecil digunakan untuk pengeluaran yang lebih kecil, misalnya seperti
untuk peralatan kecil kantor, stempel, dan donasi berjumlah kecil. Akun kas kecil biasanya
tidak melebihi beberapa ratus ribu rupiah dan hanya diisi kembali sekali atau dua kali dalam
sebulan.
Setara kas merupakan bentuk investasi kelebihan akumulasi kas dalam bagian tertentu
dari suatu siklus di mana kas tersebut akan diperlukan dalam waktu dekat. Jenis kas ini
biasanya meliputi deposito berjangka, sertifikat deposito, dan pasar uang. Setara kas akan
dimasukan ke dalam komponen laporan keuangan sebagai bagian dari akun kas dalam jumlah
yang cukup material apabila setara kas tersebut adalah investasi jangka pendek yang sudah
siap dikonversikan menjadi kas dalam jumlah yang pasti, dan juga terdapat resiko yang tidak
investasi berbunga dengan jangka waktu lebih panjang (long- term interest-bearing
Arens, Elder, dan Beasley (2016) menjelaskan bahwa dalam melakukan pengujian
saldo akhir tahun atas akun kas umum, auditor harus mengumpulkan bukti yang cukup untuk
mengevaluasi apakah kas yang telah dicatat dalam neraca, dinyatakan dan diungkapkan
dengan wajar sesuai dengan lima dari delapan balance-related audit objectives yang
digunakan untuk semua test of details of balances, yaitu keberadaan, kelengkapan, akurasi,
pisah batas, dan kecocokan perincian (existence, completeness, accuracy, cutoff, and detail
tie-in).
Menurut Arens, Elder, & Beasley (2016), metodologi dalam mengaudit kas akhir
Fase 1 :
memengaruhi saldo kas. Namun, resiko bisnis klien dapat muncul dari kebijakan
manajemen kas yang tidak memadai atau penanganan dana yang disimpan untuk pihak
luar.
Resiko bisnis klien lebih banyak muncul dari setara kas dan jenis investasi lainya.
Biasanya, perusahaan tidak memiliki resiko bisnis klien yang besar pada akun kas, namun
resiko bisnis bisa muncul apabila perusahaan kurang menerapkan kebijakan manajemen
kas serta menaruh kepercayaan berlebih terhadap kas yang ditangani oleh pihak luar.
2. Menetapkan salah saji yang dapat diterima (tolerable misstatement) dan menilai resiko
Kas merupakan aset likuid yang rentan dicuri oleh pihak luar. Oleh karena itu,
resiko bawaan untuk tujuan keberadaan, kelengkapan, dan akurasi bisa menjadi cukup
tinggi. Tujuan ini biasanya akan berfokus pada audit saldo kas. Resiko bawaan relatif kecil
Menurut Arens, Elder & Beasley (2016), pengendalian internal atas saldo kas akhir
tahun dalam akun kas umum (general account) dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu :
a. Pengendalian atas siklus transaksi yang memengaruhi pencatatan penerimaan kas dan
pengeluaran kas
pencatatan tepat waktu dan penelusuran transaksi secara independen, dan otorisasi
Menurut Arens, Elder, dan Beasley (2016), rekonsiliasi bank dilakukan secara
hati hati oleh pihak klien dengan melakukan beberapa hal berikut, yaitu :
b. Memeriksa tanda tangan, otorisasi personel, dan pembatalan atas cek yang
dibatalkan.
d. Memeriksa urutan nomor pada cek dan memeriksa jika ada yang hilang.
f. Merekonsiliasi total debet pada rekening koran dengan total catatan pengeluaran
kas.
g. Merekonsiliasi total kredit pada rekening koran dengan total catatan penerimaan
kas.
Fase 2 :
i. Merancang dan melakukan uji pengendalian (test of control) dan uji substantif atas
(control risk). Sedangkan uji substantif merupakan prosedur yang dirancang untuk
menguji salah saji moneter (rupiah/dollar) yang secara langsung berpengaruh pada
ketepatan saldo laporan keuangan. Terdapat tiga jenis pengujian substantif, yaitu :
b. Prosedur analitis,
Secara umum, terdapat dua pengendalian atas kas, yaitu penerimaan dan
pengeluaran kas. Menurut Arens, Elder, & Beasley (2016), auditor harus mengikuti
beberapa proses berikut dalam melakukan uji pengendalian dan uji substantif atas
transaksi untuk penerimaan kas berdasarkan tujuan audit terkait transaksi, yaitu :
c. Merancang uji substantif atas transaksi untuk menguji salah saji material dari
Utama
Penerimaan kas yang Akuntan secara Observasi Kaji ulang jurnal
ke rekening koran.
Penerimaan kas dicatat Daftar awal Observasi Dapatkan daftar awal
cek yang
masuk.
Kas yang diterima Akuntan secara Observasi Dapatkan daftar awal
pengendalian
internal.
Penerimaan kas dicatat Prosedur Observasi kas Bandingkan tanggal
yang tepat (timing) kas untuk dicatat pada koran dengan tanggal di
penerimaan kas.
Tabel 2.2 – Ilstrasi uji pengendalian dan uji substantive atas transaksi untuk penerimaan kas
berdasarkan tujuan audit terkait transaksi (Arens, Elder dan Beasley, 2010).
Arens, Elder dan Beasley (2010) menjelaskan bahwa uji pengendalian dan uji
sustantif atas transaksi untuk siklus akuisisi dan pengeluaan dibagi menjadi dua area,
yaitu :
1. Pengujian atas akuisisi, dimana menakankan pada 3 atau 4 fungsi bisnis : 1).
Memproses purchase order ; 2). menerima barang dan jasa, dan 3). pengakuan
kewajiban.
2. Pengujian atas pembayaran, dimana lebih menakankan pada fungsi bisnis yang ke 4,
paling penting atas pengeluaran kas (fungsi bisnis yang ke 4) adalah otorisasi dari
1. Cek yang telah ditandatangani oleh individu / pihak yang mempunyai otoritas
kas untuk barang dan jasa pemisahan tugas dengan pegawai engeluaran kas, buku
pendukung aktivitasnya.
diperiksa Memeriksa
ditandatangani. persetujuan.
Transaksi penegluaran kas Cek diberi Memeriksa Membandingkan cek
sudah dicatat dengan nomor urut dan indikasi adanya yang dibatalkan
atau
penyimpanan
asset.
Pencatatan transaksi Perhitungan dan Memeriksa Membandingkan cek
independent. pembuatannya
Transaksi pengeluaran kas Digunakannya Memeriksa Membandingkan
internal.
Transaksi pengeluaran kas Prosedur yang Memeriksa Membandingkan
dicatat pada periode yang membutuhkan prosedur manual tanggal pada cek
berdasarkan tujuan audit terkait transaksi (Arens, Elder dan Beasley, 2010).
Fase 3:
Menurut Arens, Elder, dan Beasley (2010), auditor biasanya membandingkan saldo
akhir pada rekonsiliasi bank, setoran dalam perjalanan, cek beredar, dan jenis
Prosedur analitis dapat digunakan untuk menemukan salah saji pada kas.
Menurut Arens, Elder, dan Beasley (2010), Terdapat tiga prosedur penting dalam
melakukan uji detil atas saldo kas khususnya untuk kas di bank, yaitu :
keuangan lainya yang berbisnis dengan klien, kecuali jika terdapat sejumlah akun
yang tidak aktif. Apabila pihak bank tidak menjawab permintaan konfirmasi,
akun bank yang dikonfirmasi oleh bank harus ditelusuri ke saldo yang tertera
dalam konfirmasi bank. Apabila konfirmasi bank tidak sesuai dengan skedul
akhir tahun dengan bukti yang tidak dapat diakses oleh klien. Untuk tujuan ini,
biasanya auditor meminta klien agar bank mengirimkan rekening koran langsung
kepada auditor dalam waktu 7-10 hari setelah tanggal neraca. Auditor biasanya
1) Memeriksa saldo seluruh cek yang dibatalkan, memo debet, setoran, dan memo
kredit.
keseluruhan.
tersebut telah dibatalkan oleh bank pada periode yang sesuai dan tidak ada
sistematis.
6) Menelusuri saldo konfirmasi bank dan/atau saldo awal pada cutoff bank
jumlahnya sama.
7) Menelusuri cek yang ditulis dan dicatat sebelum akhir tahun dan dimasukkan
ke cutoff bank statement ke daftar cek beredar ada rekonsiliasi bank dan juga
8) Memeriksa seluruh cek yang jumlahnya besar dan yang termasuk ke dalam
daftar cek beredar yang belum dikliring oleh pihak bank pada cutoff bank
statement.
statement.
10) Melakukan verifikasi pada seluruh bagian rekonsiliasi dalam rekonsiliasi bank
akhir tahun dari jurnal rekonsiliasi bank bulan sebelumnya dan bulan akhir
besar.
Kas di bank Melakukan pengujian atas Terdapat tiga
kurang.
Transaksi penerimaan Penerimaan kas: Saat penerimaan
kas dan pengeluaran kas Menghitung kas yang ada kas yang diterima
dicatat pada periode pada hari terakhir tahun setelah akhir tahun
pengeluaran kas.
Tabel 2.4 – Ilustrasi tujuan audit terkait saldo (balance-related audit objective) dan uji
BAB III
HASIL KEGIATAN
sebagai wadah bagi akuntan publik dalam menjalankan pekerjaannya yang diatur dalam SK.
Selama periode magang berlangsung, penulis ditempatkan di Kantor Akuntan Publik Aria
Kanaka dan Rekan yang merupakan afiliasi dari Mazars Indonesia. Penulis dialokasikan di divisi
Audit Sebagai Asisstant Auditor I, yang beralamat di Sona Topas Tower 7 th Floor, Jl. Jend.
Kantor Akuntan Publik Aria Kanaka adalah kantor akuntan publik member Mazars
Indonesia yang memberikan jasa audit. Untuk jasa accounting, tax, advisory dan jasa lainnya
berada pada services dari PT. Mazars Consulting Indonesia. Kantor Akuntan Publik Aria Kanaka
menyediakan layanan yang berfokus pada industri untuk klien perusahaan publik maupun
a. Audit Laporan Keuangan, yaitu memberikan opini yang independen atas kewajaran
b. Review informasi keuangan historis, yaitu untuk memberikan keyakinan terbatas, bahwa
laporan keuangan telah disajikan secara wajar sesuai dengan standar pelaporan yang
berlaku.
c. Review atas informasi keuangan prospektif, yaitu untuk memberikan keyakinan terbatas
bahwa informasi keuangan prospektif telah disajikan secara wajar sesuai dengan asumsi-
asumsi dan estimasi terbaik dan konsisten dengan laporan keuangan historis, serta dengan
kesesuaian informasi keuangan atau suatu aktivitas dengan standar atau kriteria tertentu
yang mendasarinya.
1) Audit khusus/special audit, yaitu audit atas hal-hal khusus sesuai dengan kebutuhan
2) Audit kepatuhan (compliance audit), yaitu menilai kepatuhan suatu entitas terhadap
3) Profesi penunjang pasar modal, yaitu membantu manajemen dalam bidang keuangan
dan akuntansi pada proses IPO (go public)/ penerbitan saham (right issue)/penerbitan
4) Uji Tuntas Bisnis dan Keuangan (Bussines and Financial Due Diligence), yaitu
independen mengenai kinerja keuangan dalam suatu entitas atau aktivitas tertentu.
2) Jasa atestasi atas Laporan Kegiatan Penerapan Prinsip Kehati-hatian (KPPK) sesuai
dengan Surat Edaran Bank Indonesia No. 17/3/DSta tanggal 6 Maret 2015.
Partner
Manager
Assistant Manager
Senior Auditor II
Senior Auditor I
Asisstant Auditor II
Asisstant Auditor I
Berikut adalah fungsi dari unit kerja dalam perikatan audit dalam Kantor Akuntan Publik
Aria Kanaka dan Rekan :
1. Partner
Partner merupakan jabatan tertinggi dalam kantor akuntan publik, bertanggung jawab
atas hubungan dengan klien, bertanggung jawab secara menyeluruh mengenai proses audit.
Partner menandatangani laporan audit dan management letter dan bertanggung jawab
terhadap penagihan fee audit dari klien.
2. Manager
Manajer bertindak sebagai pengawas audit; bertugas untuk membantu auditor senior
dalam merencanakan program audit dan waktu audit; mereview kertas kerja, laporan audit
dan management letter. Biasanya manajer melakukan pengawasan terhadap pekerjaan
beberapa auditor senior. Pekerjaan manajer tidak berada di kantor klien melainkan di kantor
auditor dalam bentuk pengawasan terhadap pekerjaan yang dilaksanakan para auditor senior.
3. Senior Auditor
Auditor senior bertugas untuk melaksanakan audit, bertanggung jawab untuk
mengusahakan biaya audit dan waktu audit sesuai dengan rencana, bertugas untuk
mengarahkan dan mereview pekerjaan assistant auditor. Biasanya, auditor senior akan
menetap di kantor klien sepanjang prosedur audit dilaksanakan.
4. Asisstant Auditor
Asisstant Auditor melaksanakan prosedur audit secara rinci, membuat kertas kerja
untuk mendokumentasikan pekerjaan audit yang telah dilaksanakan, dan disini penulis
memegang jabatan sebagai asisstant auditor.
Metodologi Audit
KAP Aria Kanaka dalam hal kegiatan audit masih menggunakan Microsoft Office dalam
membuat kertas kerja audit hingga menjadi laporan keuangan. KAP Aria Kanaka dan Rekan
memiliki indeks untuk penyusunan kertas kerja audit sehingga mempermudah dalam pembuatan
dan penyusunan kertas kerja Dalam hal pemberian jasa auditing kepada klien, KAP Aria Kanaka
dan Rekan memiliki metodologi audit sendiri dimana tetap berpedoman pada Standar Audit.
Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Profesional
Akuntan Publik Institut Akuntan Publik Indonesia (DSPAP IAPI). Dalam tahap pendekatan audit
tersebut terdapat 5 tahapan yang dilakukan dalam proses audit:
1. Penerimaan Perikatan Audit
Pada tahapan ini auditor dituntut untuk memahami latar belakang dari klien yang
akan diaudit dan mengevaluasi kembali seluruh kejadian – kejadian, serta berbagai risiko
klien yang dapat mempengaruhi perikatan antara auditor dengan klien.
2. Perencanaan Audit
Pada tahapan ini auditor dituntut untuk memahami bisnis klien, melakukan beberapa
prosedur analitik, mempertimbangkan nilai materialitas, mempertimbangkan beberapa risiko
bawaan, mempertimbangkan beberapa faktor yang berpengaruh pada saldo awal klien dan
memahami pengendalian internal klien.
3. Pelaksanaan Pengujian Audit
Pada tahapan ini auditor melakukan beberapa hal seperti: pengujian pengendalian
internal, konfirmasi, pemeriksaan fisik, pengujian atas konsistensi kebijakan akuntansi,
pengujian terhadap isu going concern, kepatuhan terhadap hukum dan peraturan, litigasi, dan
klaim serta komitmen dan kontijensi.
4. Pelaporan Audit
Pada tahapan ini auditor mengevaluasi temuan-temuan setelah dilakukan prosedur
audit dan selanjutnya akan dilakukan subsequent event periode setelah tanggal neraca
berakhir dan sebelum laporan audit diterbitkan dan pada tahapan ini juga laporan audit
diterbitkan.