Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH

KESELURUHAN PERENCANAAN DAN PROGRAM AUDIT


Disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah pemeriksaan akuntansi I
Dosen Pengampu : Aulia Dewi Gizta, S.E.,M.Ak.

Disusun oleh :

Kelompok VI
Akuntansi Malam 3
Nama anggota :

1. Ardy Sulistyo Putra (18622236)


2. April Ananda Yohana (18622285)
3. Jainal Abidin (18622248)
4. Lulu Vriska Rianti (18622253)
5. Nur Apriliyantina (18622260)
6. Putri Dwi Rahmadani (18622125)
7. Sundela Fitri Suryani (18622121)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PEMBANGUNAN
TAHUN AJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur dihaturkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas kelompok makalah
pemeriksaan akuntansi I dengan judul “Keseluruhan Perencanaan dan Program
Audit”. Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Aulia Dewi Gizta,
S.E.,M.Ak. Selaku dosen pengampu atas arahan yang diberikan kepada penulis
serta pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini yang
tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis sebagai penyusun makalah ini menyadari sepenuhnya bahwa dalam
penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan di
masa yang akan datang.
Akhir kata,semoga makalah ini bermanfaat bagi kami selaku penyusun dan
penulis makalah ini pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya sebagai
referensi tambahan di mata kuliah pemeriksaan akuntansi I.

Tanjungpinang, 16 Desember 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 1
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................. 2
1.4 Manfaat Penulisan ............................................................................... 2
BAB II ................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ................................................................................................. 3
2.1 Jenis-Jenis Pengujian........................................................................... 3
2.2 Memilih Jenis Pengujian yang Tepat .................................................. 5
2.3 Dampak Teknologi Terhadap Pengujian Audit ................................. 8
2.4 Bukti Gabungan................................................................................. 10
2.5 Merancang Program Audit ............................................................... 12
2.6 Hubungan Tujuan Audit Terkait Transaksi dengan Tujuan Audit
Terkait Saldo serta Tujuan Audit Terkait Penyajian dan Pengungkapan 20
2.7 Ikhtisar Istilah Penting yang Berkaitan dengan Bukti .................... 25
2.8 Ikhtisar Proses Audit ......................................................................... 28
BAB III ............................................................................................................. 35
PENUTUP ........................................................................................................ 35
3.1 Kesimpulan ........................................................................................ 35
3.2 Saran .................................................................................................. 35
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 36

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Keseluruhan perencanaan dan program audit merupakan langkah terakhir
dalam tahap perencanaan audit. Langkah yang kritis ini menetapkan seluruh
program audit yang rencananya akan diikuti oleh auditor, meliputi semua
prosedur audit, ukuran sampel, pos yang dipilih, dan penetapan waktu.
Hal ini bersangkutan dengan pentingnya membuat keputusan yang benar
dalam menyusun rencana audit secara keseluruhan dan mengembangkan
program audit yang terinci, yang mempertimbangkan baik efektivitas bukti
maupun efisiensi audit.
Untuk itu dibutuhkan pemahaman yang baik mengenai rencana audit secara
keseluruhan. Yang berarti memilih bauran dari lima jenis pengujian yang akan
menghasilkan audit yang efisien dan efektif. Topik ini meliputi pembahsan
tentang trade-off diantaranya jenis pengujian, termasuk pertimbangan biaya dari
setiap jenis pengujian. Setelah memutuskan bauran jenis-jenis pengujian yang
paling hemat biaya, auditor merancang suatu program audit yang terinci juga
akan membahasa bagaimana tahap satu yang mencakup semua langkah-langkah
perencanaan audit, berkaitan dengan ketiga tahap audit lainnya.
Berdasarkan masalah di atas penulis tertarik untuk membahas lebih detail
mengenai rencana audit dan program audit secara keseluruhan. Untuk itu
penulis mengambil judul makalah ini yaitu “Keseluruhan Perencanaan dan
Program Audit”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian masalah di atas, penulis merumuskan masalah yaitu :
1. Apa sajakah jenis-jenis pengujian itu?
2. Bagaimana memilih jenis pengujian yang tepat?
3. Apa pengaruh dari teknologi terhadap pengujian audit?
4. Bagaimana bukti gabungan itu?
5. Bagaimana cara merancang program audit?
6. Apa hubungan tujuan audit terkait transaski dengan tujuan audit
terkait saldo serta tujuan audit terkait penyajian dan pengungkapan?

1
2

7. Apa sajakah istilah-istilah penting terkait bukti?


8. Bagaimana proses audit?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu :
1. Mengetahui jenis-jenis pengujian.
2. Memahami cara memilih jenis pengujian yang tepat.
3. Mengetahui pengaruh dari teknologi terhadap pengujian audit.
4. Memahami bukti gabungan.
5. Mampu merancang program audit.
6. Mengetahui hubungan tujuan audit terkait transaski dengan tujuan
audit terkait saldo serta tujuan audit terkait penyajian dan
pengungkapan.
7. Mengetahui istilah-istilah penting terkait bukti.
8. Mampu memahami proses audit?
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini mengembangkan pengetahuan di bidang
pemeriksaan akuntansi I, memberikan sumbangan referensi bagi
pengembangan ilmu rencana audit dan program audit secara keseluruhan. Di
samping itu, memberikan sumbangan pemikiran dan wacana yang luas bagi
para pihak yang berkepentingan dalam penelitian ini.
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Jenis-Jenis Pengujian
Dalam mengembangkan suatu rencana audit secara keseluruhan, auditor
menggunakan lima jenis pengujian untuk menentukan apakah laporan keuangan
telah disajikan secara wajar.
1. Prosedur Penilaian Risiko. Penilaian ini dilaksanakan untuk menilai risiko
salah saji yang material dalam laporan keuangan. Auditor melaksanakan
pengujian pengendalian, pengujian substantif atas transaksi, prosedur
analitis, dan pengujian atas rincian saldo sebagai respons terhadap penilaian
auditor atas risiko salah saji yang material. Sebagian besar prosedur
penilaian risiko auditor dilakukan untuk memahami pengendalian internal.
2. Pengujian Pengendalian. Pemahaman auditor atas pengendalian internal
digunakan untuk menilai resiko pengendalian bagi setiap tujuan audit yang
berkaitan dengan transaksi. Apabila kebijakan dan prosedur pengendalian
dianggap telah dirancang secara efektif, auditor akan menilai risiko
pengendalian pada tingkat yang mencerminkan keefektifan relatif
pengendalian tersebut. Untuk mendapatkan bukti tepat yang mencukupi
guna mendukung penilain itu, auditor melaksanakan pengujian
pengendalian. Pengujian pengendalian, baik secara manual maupun
terotomatisasi, dapat mencakup jenis-jenis bukti berikut: meminta
keterangan dari personil klien yang tepat; memeriksa dokumen, catatan, dan
laporan; mengamati aktivitas yang berkaitan dengan pengendalian; dan
melaksanakan-ulang prosedur klien. Auditor melaksanakan walkthrough
sistem sebagai bagian dari prosedur untuk mendapatkan pemahaman guna
membantunya menentukan apakah pengendalian telah berjalan dengan
semestinya. Pengujian pengendalian juga digunakan untuk menentukan
apakah pengendalian tersebut efektif dan biasanya meliputi pengujian atas
sampel transaksi. Prosedur untuk memahami pengendalian internal
biasanya tidak memberikan bukti yang tepat yang mencukupi bahwa
pengendalian telah beroperasi secara efektif. Suatu pengecualian dapat

3
4

diberlakukan untuk pengendalian yang terotomatisasi karena kinerjanya


sudah konsisten.
3. Pengujian Substansial atas Transaksi. Pengujian substantif adalah prosedur
yang dirancang untuk menguji salah saji dolar (salah saji moneter) yang
secara langsung mempengaruhi kebenaran saldo laporan keuangan. Auditor
dapat mengandalkan pada tiga jenis pengujian substantif: pengujian
substantif atas transaksi; prosedur analitis; dan pengujian rincian saldo.
Pengujian substantif atas transaksi, digunakan untuk menentukan apakah
keenam tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi telah dipenuhi bagi
setiap kelas transaksi. Dua dari tujuan untuk transaksi penjualan itu adalah
ada transaksi penjualan (tujuan keterjadian) dan transaksi penjualan yang
ada telah dicatat (tujuan kelengkapan). Jika yakin bahwa semua transaksi
telah dicatat dengan benar dalam jurnal dan diposting dengan benar, dengan
mempertimbangkan keenam tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi,
auditor dapat yakin bahwa total buku besar sudah benar. Auditor dapat
melaksanakan pengujian pengendalian secara terpisah dari semua pengujian
lainnya, tetapi sering kali lebih efesien melakukannya secara bersamaan
dengan pengujian substantif atas transaksi.
4. Prosedur analitis melibatkan perbandingan jumlah yang tercatat dengan
harapan yang dikembangkan oleh auditor. Dua tujuan paling penting dari
prosedur ini dalam mengaudit saldo akun adalah: menunjukkan salah saji
yang mungkin dalam laporan keuangan; dan memberikan bukti substantif.
Apabila auditor mengembangkan ekspektasi dengan menggunakan
prosedur analitis dan menyimpulkan bahwa saldo akhir akun tertentu
mungkin diabaikan atau ukuran sampel dikurangi. Standar auditing
menyatakan bahwa prosedur analitis merupakan jenis pengujian substantif,
apabila dilaksanakan untuk memberikan bukti tentang saldo akun.
5. Pengujian rincian saldo berfokus pada saldo akhir buku besar baik untuk
akun neraca maupun laporan laba-rugi. Penekanan utamanya dalam
sebagian besar pengujian rincian saldo adalah pada neraca. Pengujian atas
saldo akhir ini sangat oenting karena bukti-bukti biasanya diperoleh dari
sumber independen dengan klien, dan dianggap sangat dapat dipercaya.
5

Pengujian rincian saldo dapat membantu dalam menetapkan kebenaran


moneter akun-akun yang berhubungan dan karenanya merupakan pengujian
substantif.
6. Ikhtisar jenis-jenis pengujian.
Pengujian pengendalian membantu auditor dalam mengevaluasi apakah
pengendalianterhadap transaksi dalam siklus tersebut telah cukup efektif
untukmendukung pengurangan penilaian risiko pengendalian, sehingga memu
ngkinkan pengurangan pengujian substantif. Pengujian pengendalian
juga membentuk dasar laporan auditoratas pengendalian internal terhadap
laporan keuangan untuk klien-klien yangmerupakan perusahaan publik.Dengan
menggabungkan jenis pengujian audit, auditor mendaapatkan
keyakianankeseluruhan yang lebih tinggi untuk transaksi dan akun dalam siklus
penjualan dan penagihan dibandingkan dengan keyakinan yang didapatkan dari
setiap pengujian lainnya.
2.2 Memilih Jenis Pengujian yang Tepat
Biasanya, auditor menggunakan kelima jenis pengujian ketika melakukan
audit atas laporan keuangan, namun beberapa jenis pengujian mendapatkan
penekanan yang lebih dibandingkan dengan yang lain, bergantung pada kondisi.
Ingat kembali bahwa prosedur analitis diharuskan dalam semua audit untuk
menilai resiko salah saji majerial sementara keempat jenis pengujian lainnya
dilakukan untuk menghadapi resiko yang teridentifikasi untuk memberikan
dasar bagi opini auditor. Perlu dicatat bahwa hanya prosedur penilaian resiko,
khususnya prosedur untuk mendapatkan pemahaman pengendalian, dan
pengujian pengendalian digunakan dalam audit pengendalian internal laporan
keuangan.
Beberapa faktor yang memengaruhi pilihan auditor terhadap jenis pengujian
yang dipilih, termasuk untuk kesediian kedelapan bukti audit, biaya relatif
untuk setiap pengujian, efektifitas pengendalian internal serta risiko bawaan.
Hanya dua faktor pertama yang akan dibahas lebih lanjut karena dua sisanya
telah dibahas pada bab-bab sebelumnya.
1. Ketersediaan jenis bukti prosedur audit lanjutan.
6

Masing-masing dari empat jenis prosedur audit lanjutan hanya melibatkan


beberapa jenis bukti audit (konfirmasi, dokumentasi dan seterusnya ).
mengikhtisarkan hubungan antara prosedur audit lanjutan dengan jenis bukti
audit.
a. Makin banyak jenis audit, yang jumlah totalnya adalah enam, digunakan
untuk menguji peperincian saldo di bandingkan untuk setiap jenis
pengujian lainnya.
b. Hanya pengujian terperinci saldo yang melibatkan pemeriksaan fisik dan
konfirmasi.
c. Tanya jawab dengan klien dilakukan untuk setiap jenis pengujian.
d. Dokumentasi digunakan disetiap jenis pengujian kecuali prosedur analitis,
dengans atu pengecualin. Ketika auditor memeriksa dokumentasi sebagai
bagian dari penelusuran atas transaksi untuk mendapatkan pemahaman
atas pengendalian internal, auditor sering kali “mengerjakan ulang”
pengendalian untuk meyakinkan bahwa pengendalian telah diterapkan.
e. Perhitungan ulang digunakan untuk memverifikasi akurasi matematis atas
transaksi ketika melakukan pengujian subtantif transaksi dan saldo akun
ketikan melakukan pengujian atas perincian saldo.
2. Biaya-biaya Relatif
Ketika auditor harus memutuskan jenis pengujian apakah yang harus dipilih
untuk mendapatkan bukti yang tepat, biaya bukti tersebut penting untuk
dipertimbangkan. Jenis-jenis pengjian yang disusun dalam daftar berikut
berdasarkan urutan biaya yang terendah ke yang tertinggi.
1. Prosedur analitis
Prosedur analitis memakan biaya yang paling rendah karena relatif lebih
mudah untuk membuat perhitungan dan perbandingan-perbandingan. Sering
kali, informasi yang penting mengenai kemungkinan salah saji dapat diperoleh
hanya dengan membandingkan dua atau tiga angka.
2. Prosedur penilaian resiko, termasuk prosedur untuk mendapatkan
pemahaman atas pengendalian internal.

Prosedur penilaian risiko, termasuk prosedur untuk mendapatkan


pemahaman atas pengendalian internal, tidak semahal pengujian audit lainnnya
7

karena auditor dapat denagn mudah melakukan tanya jawab dan pengamatan
serta melakukan perencanaan prosedur analisis. Juga, pengujian terhadap
sesuatu seperti dokumen yang mengikhtisarkan kegiatan operasi bisnis dan
manajemen klien serta struktur tata kelolanya relatif lebih mudah dibandingkan
dengan pengujian audit lainnya.
3. Pengujian pengendalian
Karena pengujian pengendalian juga melibatkan tanya jawab, pengamatan
dan pemeriksaaan, biaya relatifnya juag rendah dibandingkan dengan pengujian
subtantif. Namun demikian, pengujian pengendalian juga lebih mahal
dibandingkan dengan prosedur penilaian resiko karena lebih luas dari pada
pengujian yang diharuskan untuk mendapatkan bukti bahwa pengendalian telah
berjalan dengan efektif, khususnya ketika pengujian pnegendalian internal
tersebut melibatkan pengerjaan ulang. Seringkali auditor dapat melakukan
sejumlah besar pengujian pengendalian dengan cepat menggunakan perangkat
lunak audit. Perangkat lunak semacam itu dapat menguji pengendalian dalam
sistem akuntasni komputerisasi yang secara otomatis mengesahkan penjualan
kepada pelanggan yang ada dengan membandingkan jumlah penjualan yang
diminta dan saldo piutang dagang yang ada dengan batas kredit pelanggan.
4. Pengujian subtantif transaksi
Pengujian subtantif transaksi lebih mahal dibandingkan dengan pengujian
pengendalian yang tidak melibatkan pengerjaan ulang, karena yang sebelumnya
sering kali melibatkan perhitungan ulang dan penelusuran. Namun, dalam
lingkungan yang terkomputerisasi, auditor sering kali dapat melakukan
pengujian subtantif transaksi dengan cepat untuk suatu sampel transaksi yang
besar.
5. Pengujian terperinci saldo
Pengujian terperinci saldo hampir selalu lebih mahal di bandingkan dengan
jenis prosedur lainnya karena biaya prosedur seperti pengiriman konfirmasi dan
perhitungan persediaan. Karena biaya yang tinggi untuk menguji perincian
saldo, auditor biasanya mencoba untuk membuat perencanaan audit dengan
meminimalkan penggunaan kedua prosedur tersebut.
8

Biasanya, biaya untuik setiap jenis bukti berbeda dalam situasi yang
berbeda. Sebagai contoh, biaya yang dikeluarkan auditor untuk menguji
perhitungan persediaan (pengujian subtantif perincian saldo persediaan) sering
kali bergantung pada jenis dan jumlah rupiah persediaan tersebut, lokasinya,
serta banyaknya jenis-jenis persediaan.
2.3 Dampak Teknologi Terhadap Pengujian Audit

1. Pengaruh Pengendalian Umum Terhadap Risiko Pengendalian


a. Pengaruh pengendalian umum terhadap aplikasi sistem. Pengendalian
umum yang tidak efektif akan menimbulkan potensi salah saji material
pada semua aplikasi sistem, tanpa memperhatikan mutu dari setiap
pengendalian aplikasi. Jika pengendalian umum dianggap sudah
efektif, auditor akan sangat bergantung pada pengendalian aplikasi.
Kemudian auditor dapat menguji pengendalian aplikasi menyangkut
keefektifan operasinya dan mengandalkan hasilnya untuk mengurangi
pengujian substantif.
b. Pengaruh pengendalian umum terhadap perubahan perangkat lunak.
Ketika klien mengganti perangkat lunak, auditor harus mengevaluasi
apakah diperlukan pengujian tambahan. Jika pengendalian umumnya
efektif, auditor dapat dengan mudah mengidentifikasi kapan
perubahan perangkat lunak itu dilakukan.
c. Memahami pengendalian umu klien. Biasanya auditor memperoleh
informasi tentang pengendalian umum dan aplikasi melalui cara-cara
berikut:
• Wawancara dengan personil TI dan para pemakai kunci
• Memeriksa dokumentasi sistem seperti bagan arus, manual
pemakai, permintaan perubahan program, dan hasil pengujian
• Mereview kuesioner terinci yang diselesaikan oleh staf TI
2. Pengaruh Pengendalian TI terhadap Risiko Pengendalian dan Pengujian
Substantif
a. Mengaitkan pengendalian TI dengan tujuan audit yang berkaitan
dengan transaksi. Karena pengendalian umum mempengaruhi tujuan
audit dalam beberapa siklus, maka jika pengendalian umumnya tidak
9

efektif, kemampuan auditor dalam menggunakan pengendalian


aplikasi untuk mengurangi risiko pengendalian pada semua siklus akan
berkurang. Auditor dapat menggunakan matriks risiko pengendalian
guna membantunya mengidentifikasi pengendallian manual maupun
pengendalian aplikasi yang terotomatisasidan defisiensi pengendalian
bagi setiap tujuan audit yang terkait.
b. Pengaruh pengendalian TI terhadap pengujian substantif. Setelah
mengidentifikasi pengendalian aplikasi khusus yang dapat digunakan
untuk mengurangi risiko pengendalian, auditor lalu mengurangi
pengujian substantif. Karena pengendalian aplikasi yang
terotomatisasi bersifat sistematis, hal itu akan memungkinkan auditor
mengurangi ukuran sampel yang digunakan untuk menguji
pengendalian tersebut baik dalam audit laporan keuangan maupun
audit pengendalian internal atas pelaporan keuangan.
3. Auditing dalam lingkungan TI yang kurang kompleks. Banyak organisasi
yang memiliki lingkungan TI yang tidak rumit sering kali sangat
bergantung pada mikrokomputer untuk melakukan fungsi-fungsi sistem
akuntansi. Penggunaan mikrikomputer dapat menimbulkan pertimbangan
audit berikut ini:
a. Ketergantungan yang terbatas pada pengendalian yang
terotomatisasi
b. Akses ke file induk.apabila klien menggunakan mikrokomputer,
auditor harus memperhatikan akses ke file induk oleh orang-orang
yang tidak berwenang.
c. Risiko virus komputer
4. Auditing dalam lingkungan TI yang lebih kompleks. Auditor
menggunakan tiga kategori pendekatan pengujian ketika mengaudit
melalui komputer:
a. Pendekatan Data Pengujian. Dalam pendekatan ini auditor memroses
sata pengujiannya sendiri dengan menggunakan sistem komputer klien
dan program aplikasi untuk menentukan apakah pengendalian yang
terotomatisasi memroses dengan tepat data pengujian itu. Auditor
10

merancang data pengujian dengan menyertakan transaksi yang harus


diterima atau ditolak oleh sistem klien. Setelah data pengujian diproses
pada sistem klien, auditor membandingkan output aktual dengan
output yang diharapkan untuk menilai keefektifan pengendalian
program aplikasi yang terotomatisasi tersebut.
b. Simulasi Paralel. Auditor sering kali menggunakan perangkat lunak
yang dikendalikan auditor untuk melaksanakan operasi yang sama
dengan yang dilaksaksanakan oleh perangkat lunak klien, dengan
menggunakan file data yang juga sama. Tujuannya adalah untuk
menentukan keefektifan pengendalian yang terotomatisasi dan untuk
mendapatkan bukti tentang saldo akun elektronik. Pendekatan
pengujian ini disebut pengujian simulasi paralel. Biasanya auditor
melakukan pengujian simulasi paralel dengan menggunakan perangkat
lunak audir tergeneralisasi (GAS) yaitu program yang dirancang
khusus untuk tujuan audit.
c. Pendekatan Modul Audit Tertanam. Ketika menggunakan pendekatan
ini, auditor menyisipkan modul audit dalam sistem aplikasi klien untuk
mengidentifikasi jenis transaksi tertentu. Pendekatan modul audit
tertanam memungkinkan auditor untuk terus mengaudit transaksi
dengan mengidentifikasi transaksi aktual yang diproses oleh klien
yang dibandingkan dengan data pengujian dan pendekatan simulasi
paralel, yang hanya memperkenankan pengujian sela.
2.4 Bukti Gabungan
Memilih jenis pengujian mana yang akan digunakan dan seberapa ektensif
pengujian itu harus dilaksanakan dapat sangat bervariasi di antara audit dengan
tingkat efektivitas pengendalian internal dan risiko inheren yang berbeda.
Bahkan dalam audit tertentu, variasi dapat terjadi dari satu siklus ke siklus lain.
Untuk mendapatkan bukti yang tepat yang mencukupi sebagai respons terhadap
risiko yang diidentifikasi melalui prosedur penilaian risiko, auditor
menggunakan kombinasi dari empat jenis pengendalian selanjutnya. Kombinasi
ini sering kali disebut bauran bukti (evidence mix).
11

Berdasarkan table di atas, terbagi empat audit yang berbeda. Dalam setiap
kasus, akan di asumsikan bahwa bukti yang tepat yang mencukupi sudah
terkumpul. Berikut beberapa kombinasi dan konsep dari bauran bukti :
A. Analisis Audit 1
Klien ini adalah sebuah perusahaan besar yang memiliki pengendalian
internal yang canggih dan risiko inheren yang rendah. Karena itu, auditor
melaksanakan pengujian pengendalian yang ekstensif dan sangat
mengandalkan pada pengendalian internal klien untuk mengurangi pengujian
substantif. Prosedur analisis substantif yang ekstensif juga dilaksanakan untuk
mengurangi pengujian substantif lainnya. Jadi Pengujian substantif atas
transaksi dan pengujian rincian saldo dapat diminimalkan. Karena menekankan
pada pengujian pengendalian dan prosedur analitis substantive, audit ini dapat
dilakukan relatif murah. Audit ini cenderung menyajikan bauran bukti yang
digunakan dalam audit terpadu terhadap laporan keuangan sebuah perusahaan
publik dan pengendalian internal atas pelaporan keuangan.
B. Analisis Audit 2
Perusahaan ini berukuran sedang, yang memiliki sejumlah pengendalian
dan beberapa risiko inheren. Auditor telah memutuskan untuk melakukan
pengujian dalam jumlah sedang bagi semua jenis pengujian kecuali prosedur
analitis substantif, yang akan dilaksanakan secara ekstensif. Pengujian yang
lebih ekstensif akan diperlukan jika ditemukan risiko inheren yang spesifik.
C. Analisis Audit 3
Perusahaan ini berukuran sedang tetapi mempunyai segelintir pengendalian
yang efektif dan risiko inheren yang signifikan. Manajemen mungkin telah
memutuskan bahwa memiliki pengendalian internal yang lebih baik tidak
efektif dari segi biaya. Karena tidak memiliki pengendalian internal yang
efektif, kita dapat mengasumsikan bahwa perusahaan ini mungkin sebuah
12

perusahaan nonpublik. Tidak ada pengujian pengendalian yang dilakukan


karena ketergantungan pada pengendalian internal dianggap tidak tepat apabila
pengendalian itu tidak mencukupi bagi sebuah perusahaan non publik. Auditor
menekankan pada pengujian rincian saldo dan pengujian substantif atas
transaksi, tetapi beberapa prosedur analitis substantif juga dilakukan. Prosedur
analitis substantif bisanya dilakukan untuk mengurangi pengujian substantif
lainnya karena prosedur itu memberikan bukti tentang kemungkinan salah saji
yang material. Jika auditor sudah berharap menemukan salah saji yang material
dalam saldo akun, prosedur analitis tambahan tidak efektif dari segi biaya.
Biaya audir ini cenderung tinggi karena diperlukan jumlah pengujian
substantive yang terinci.
D. Analisis Audit 4
Rencana awal pada audit ini adalah mengikuti pendekatan yang digunakan
dalam audit 2. Namun, auditor mungkin menemukan penyimpangan pengujian
pengendalian yang ekstensif dan salah saji yang signifikan meskipun
melakukan pengujian substantif atas transaksi dan prosedur analitis substantif.
Karena itu, auditor menyimpulkan bahwa pengendalian internal tidak efektif.
Pengujian rincian saldo yang ekstensif dilakukan untuk mengoffset hasil
pengujian lain yang tidak dapat diterima. Biaya audit ini lebih tinggi karena
pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi telah dilakukan
tetapi tidak dapat digunakan untuk mengurangi pengujian rincian saldo.
2.5 Merancang Program Audit
Setelah bauran bukti disetujui, auditor langsung menyusun program audit
agar memenuhi semua tujuan audit dengan mempertimbangkan hal-hal seperti
matrealistis, bauran bukti, risiko inheren, risiko pengendalian,dan setiap risiko
kecurangan yang diidentifikasi serta kebutuhan akan audit yang terintegrasi
bagi sebuah perusahaan publik. Auditor cenderung mendapatkan persetujuan
dari manajer sebelum melaksanakan prosedur audit atau mendelegasikan
tugasnya kepada asisten.
Pada perancangan program audit untuk memenuhi tujuan audit yang
berkaitan dengan saldo dan yang berkaitan dengan transaksi. Auditor juga akan
merancang program audit untuk memenuhi tujuan audit yang berkaitan dengan
13

penyajian dan pengungkapan. Selain pada bagian program audit yang berisi
prosedur penilaian risiko yang dilaksanakan selama tahap perencanaan,
program audit juga dirancang dalam tiga bagian tambahan : pengujian
pengendalian dan pengujian substantif atas transaski, prosdur analitis substantif,
dan pengujian rincian saldo.
Setiap siklus transaksi mungkin akan dievaluasi dengan menggunakan
serangkaian program sub-audit yang terpisah. Dalam siklus penjualan dan
penagihan, misalnya, auditor dapat menggunakan :
a. Program audit pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas
transaksi untuk penjualan dan penerimaan kas
b. Program audit prosedur analitis substantif untuk keseluruhan siklus
c. Program audit pengujian rincian saldo untuk kas, piutang usaha, beban
piutang tak tertagih, penyisihan untuk piutang tak tertagih, dan piutang
usaha rupa-rupa
Program audit pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas
transaski biasanya meliputi bagian deskriptif yang mendokumentasikan
pemahaman atas pengendalian internal yang diperoleh selama pelaksanaan
prosedur penilaian risiko. Program itu juga mungkin menyertakan suatu uraian
tentang prosedur yang dilaksanakan untuk memperoleh pemahaman atas
pengendalian internal dan penilaian tingkat risiko pengendalian. Auditor
mrnggunakan informasi ini untuk mengembangkan program audit pengujian
pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi. Prosedur audit tersebut
meliputi pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi yang
bervariasi tergantung pada penilaian risiko pengendalian. Apabila pengendalian
sudah efektif dan risiko pengendalian dinilai rendah, auditor akan sangat
menekankan pada pengujin pengendalian.
Metodologi untuk merancang pengujian pengendalian dan pengujian
substantif atas transaksi
14

*luas pengujian pengendalin ditentukan oleh ketergantungan yang


direncanakan pada pengendalian. Untuk perusahaan publik, pengujian harus
mencukupi untuk mengeluarkan pendapat tentang pengendalian internal atas
pelaporan keuangan.
Prosedur Audit Ketika pengendalian pengujian dan pengujian substantif
atas transaksi, auditor menekankan pada pemenuhan tujuan audit yang
berkaitan dengan transaksi yang dikembangkan. Auditor mengikuti pendekatan
langkah untuk mengurangi risiko pengendalian yang diperkirakan.
1. Memberlakukan tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi pada
kelas transaksi yang diuji, seperti penjualan.
2. Mengembangkan pengendalian yang dapat mengurangi risiko
pengendalian untuk setiap tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi,
3. Mengembangkan pengujian yang tepat bagi semua pengendalian
internal yang digunakan untuk mengurangi risiko pengendalian risiko.
kunci.
4. Untuk jenis salah saji potensial yang berkaitan dengan setiap tujuan
audit yang berkaitan dengan transaksi, rancanglah pengujian substantif
atas transaksi yang tepat, dengan mempertimbangkan defisiensi dalam
pengendalian internal dan hasil yang diharapkan dari pengujian
pengendalian pada langkah 3.
15

Prosedur Analitis. Karena relatif murah, banyak auditor melaksanakan


analitis pada semua audit. Prosedur analitis yang dilaksanakan selama
pengujian substantif, seperti akuisisi audit, biasanya lebih terfokus dan lebih
area yang dilakukan sebagai bagian dari perencanaan. Selama tahap
perencanaan, auditor dapat mengkalkulasi proporsi marjin kotor untuk total
penjualan, selama pengujian substantif atas usaha piutang, auditor dapat
mengkalkulasi proporsi marjin kotor per bulan atau per lini bisnis, atau
mungkin mungkin. Prosedur analitis yang dihitung dengan menggunakan
jumlah bulanan biasanya akan lebih efektif dalam penanggulangan makanan
yang dihitung dengan menggunakan jumlah tahunan, dan perbandingan per lini
bisnis biasanya akan lebih efektif jika perbandingan seluruh perusahaan.
Misalnya, jika penjualan dan piutang usaha pada hubungan yang dapat
diprediksi dengan data nonkeuangan, auditor kali menggunakan informasi itu
untuk melakukan prosedur analitis. Demikian pula, jika penagihan pendapatan
berdasarkan jumlah jam kerja profesional yang dibebankan kepada klien,
seperti dalam biro hukum dan organisasi lainnya yang menyediakan jasa,
auditor dapat mengestimasi total pendapatan dengan mengalikan jam kerja
yang ditagihkan dengan tarif rata-rata penagihan. "Ketika auditor
menggunakan prosedur analitis untuk memberikan keyakinan substantif
tentang saldo akun, data yang digunakan dalam kalkulasi harus dipandang
cukup dapat diandalkan. Ini cocok untuk semua data, terutama data
nonkeuangan. Sebagai contoh, jika auditor mengestimasi total pendapatan
dengan menggunakan jam kerja yang ditagihkan dan rata-rata tarif penagihan,
auditor harus yakin bahwa kedua angka itu dapat diandalkan secara layak.
16

Gambar di atas menunjukkan metodologi yang harus diikuti auditor dalam


merancang pengujian atas rincian saldo pengujian atas rincian saldo yang
tepat bagi yang tepat bagi piutang usaha. Metodologi ini behubungan langsung
dengan kertas kerja perencanaan bukti Bukti yang tepat akan diperoleh dari
pengujian atas rincian saldo berdasarkan tujuan per tujuan. Contoh: auditor
harus mengevaluasi potensi tejadinya kecurangan dan mempertimbangkan
17

risiko bawaan yang bisa saja bervariasi menurut tujuannnya. Auditor juga harus
mempertimbangkan hasil pengujian substantive atas penjualan dan atas
penjualan dan penerimaan kas.
Dalam merancang pengujian auditor harus memenuhi masing-masing dari
delapan tujuan audit. Jika diterapkan secara khusus pada piutang usaha, hal
tersebut disebut sebagai tujuan audit yang berkaitan dengan saldo piutang
usaha sebagai berikut:
1. Piutang usaha dalam daftar umur piutang cocok dengan jumlah
dalam master file yang bersangkutan dan penjumlahannya sudah
benar dan cocok dengan saldo di buku besar (kecocokan saldo).
2. Piutang yang tercantum dalam pembukuan sungguh sungguh ada
(ke uh ada (keberadaan).
3. Semua piutang yang ada telah dicatat dalam pembukuan
(kelengkapan)
4. Piutang usaha telah dicatat dengan akurat (ketelitian)
5. Piutang usaha telah diklasifikasikan dengan benar. (klasifikasi)
6. Pisah batas atas piutang usaha ditetapkan dengan benar. (pisah
batas)
7. Piutang usaha dinyatakan sebesar nilai y nilai yang bisa direalisasi.
(nilai bisa direalisasi)
8. Klien memiliki hak atas piutang usaha. (hak)
Kolom dalam kertas kerja perencanaan harus mencantumkan tujuan audit
yang berkaitan dengan saldo. Auditor menggunakan faktor-faktor tersebut
untuk menilai risiko deteksi yang direncanakan bagi piutang usaha menurut
tujuannya.
Mengidentifikasi Risiko Bisnis Klien yang Berhubungan Piutang Usaha
(Tahap I)
Pemahaman mengenai industry dan lingkungan eksternal klien serta
mengevaluasi tujuan manajemen digunakan tujuan manajemen digunakan
untuk mengidentifikasi risiko bisnis klien yang signifikan, yang dapat
mempengaruhi laporan keuangan termasuk piutang usaha. Maka oleh karena
18

itu auditor harus melaksanakan prosedur analitis untuk menunjukkan kenaikan


risiko salah saji piutang usaha.
Ketika mengevaluasi risiko inheren dan bukti yang direncanakan dalam
piutang usaha, auditor mengembangkan risiko yang mempengaruhi piutang
usaha. Contoh : auditor dapat meningkatkan risiko bawaan untuk nilai realisasi
bersih piutang usaha.
Menetapkan Kesalahan Penyajian yang Dapat Ditoleransi dan Menilai
Risiko Inheren (Tahap I)
Auditor harus memutuskan pertimbangan pendahuluan mengenai
materialitas laporan keuangan secara keseluruhan dan kemudian
mengalokasikan jumlah pertimbangan pendahuluan ke setiap akun neraca yang
signifikan, termasuk piutang usaha. Secara khusus piutang usaha merupakan
salah satu akun yang paling material, bahkan untuk saldo piutang yang paling
kecil sekalipun, transaksi dalam silkus penjualan dan penagihan yang
mempengaruhi saldo piutang usaha hampir sangat signifikan.
Auditor harus mengidentifikasi secara formal risiko kecurangan tertentu
menyangkut pengakuan pendapatan. Hal ini akan mempengaruhi penilaian
risiko inheren oleh auditor untuk tujuan-tujuan berikut: keberadaan atau
eksistensi, pisah batas penjualan, serta pisah batas retur dan pengurangan
penjualan. Jadi sudah biasa bagi klien untuk menyalahsajikan pisah batas baik
karena kesalahan maupun karena kecurangan. Juga sudah biasa bagi klien
untuk menyalahsajikan secara biasa bagi klien untuk menyalahsajikan secara
tidak sengaja atau secara sengaja penyisihan piutang tak tertagih (nilai
realisasi) karena sulit menentukan saldo yang benar.
Menilai Risiko Pengendalian untuk Siklus Penjualan dan Penagihan
(Tahap I)
Pengendalian internal terhadap penjualan dan penerimaan kas serta piutang
usaha terkait setidaknya harus cukup efektif karena manajemen sangat
menginginkan catatan yang akurat untuk mempertahankan hubungan baik
dengan pelanggan. Auditor harus memperhatikan tiga aspek pengendalian
internal:
1. Pengendalian yang mencegah atau mendeteksi penggelapan
19

2. Pengendalian terhadap pisah batas


3. Pengendalian yang terkait dengan penyisihan piutang tak tertagih
Auditor harus menghubungkan risiko pengendalian untuk tujuan audit yang
berkaitan dengan transaksi saldo dalam memutuskan risiko deteksi yang
direncanakan dan bukti yang direncanakan bagi pengujian atas rincian saldo.
Contoh : auditor menyimpulkan bahwa risiko pengendalian untuk transaksi
penjualan maupun penerimaan kas adalah rendah bagi tujuan audit yang
berkaitan dengan transaksi keakuratan. Karena itu, auditor dapat
menyimpulkan bahwa pengendalian bagi tujuan audit yang berkaitan dengan
saldo keakuratan untuk piutang usaha sudah efektif karena satu- satunya
transaksi yang mempengaruhi. piutang usaha adalah penjualan dan penerimaan
kas. Jika retur dan retur pengurangan penjualan serta penghapusan piutang
usaha tak tertagih berjumlah signifikan, penilaian risiko pengendalian juga
harus dipertimbangkan untuk kedua kelas transaksi tersebut.
Merancang dan Melaksanakan Pengujian Pengendalian dan Pengujian
Substantif atas Transaksi untuk Siklus Penjualan dan Penagihan
Pengujian dan pengujian substansi atas transaksi yang dirancang dengan
harapan hasil-hasil tertentu akan diperoleh. Hasil yang diproduksi tersebut
akan mempengaruhi perancangan pengujian rincian saldo. Sebagai contoh,
biasanya auditor merencanakan untuk melaksanakan pengujian pengendalian
yang ekstensif apabila risiko pengendalian dinilai rendah. Ini akan
memungkinkan dilakukannya pengujian substansif yang kurang ekstensif atas
saldo piutang usaha.
Merancang dan Melaksanakan Prosedur Analitis untuk Saldo Piutang
Usaha
Auditor melaksanakan prosedur analitis substantif atas akun-akun seperti
hutang usaha demi dua tujuan: untuk mengidentifikasi kemungkinan salah saji
dalam saldo akun dan untuk mengurangi pengujian audit yang terinci. Hasil
dari prosedur analitis substantif secara langsung akan mempengaruhi luas
pengujian rincian saldo.
Merancang Rincian Saldo Piutang Usaha untuk Memenuhi Tujuan Audit
yang Berkaitan dengan Saldo
20

Pengujian rincian saldo yang telah direncanakan termasuk prosedur audit,


ukuran sampel, item yang dipilih, dan penetapan waktu. Prosedur ini harus
dipilih dan dirancang untuk setiap akun serta setiap tujuan audit yang berkaitan
dengan saldo pada setiap akun tersebut.
Kesulitan yang dihadapi auditor dalam penguji rincian adalah prediksi hasil
dari pengujian pengendalian , pengujian substantif atas transaksi, dan prosedur
analitis sebelum hal itu dilaksanakan. Prediksi ini diperlukan karena auditor
harus merancang pengujian rincian saldo selama tahap perencanaan, tetapi
rancangan yang tepat tergantung pada hasil dari pengujian lainnya. Ketika
merencanakan pengujian rincian saldo, biasanya auditor memprediksikan
bahwa akan ada beberapa atau tidak ada pengecualian dalam melakukan
pengujian pengendalian, pengujian substantif atas transaksi, dan prosedur
analitis. Jika hasil dari pengujian pengendalian, pengujian substantif atas
transaksi, dan prosedur analitis tidak sejalan dengan prediksinya, auditor harus
mengubah pengujian rincian saldo ketika audit sedang berlangsung.
Tingkat Disagregasi Aktivitas Perencanaan
Tingkat berkisar dari audit secara keseluruhan hingga tujuan audit yang
berkaitan dengan saldo bagi setiap akun. Sebagai contoh, prosedur penilaian
risiko berkaitan dengan memperoleh informasi tentang latar belakang bisnis
dan industri klien yang bersangkutan dengan audit secara keseluruhan.
Program Audit Ilustratif
Standar auditing mengharuskan auditor untuk menggunakan program audit
tertulis. Program audit dikembangkan setelah mempertimbangkan semua faktor
yang mempengaruhi pengujian rincian saldo dan didasarkan pada beberapa
asumsi tentang risiko inheren, risiko pengendalian, dan hasil dari pengujian
pengendalian, pengujian substantif atas transaksi, serta prosedur analitis
substantif. Program audit sering kali terkomputerisasi.

2.6 Hubungan Tujuan Audit Terkait Transaksi dengan Tujuan Audit


Terkait Saldo serta Tujuan Audit Terkait Penyajian dan
Pengungkapan
21

Tujuan audit adalah menguraikan mengapa auditor memperoleeh kombinasi


kepastian dengan mengaudit kelas transaksi serta saldo terakhir akun-akun
mencakup juga penyajian dan pengungkapan. Secara umum cara yang paling
efisien dan efektif untuk melakukan audit adalah dengan memperoleh beberapa
kombinasi kepastian bagi setiap kelas transaksi dan saldo akhir pada akun yang
terkait.
A. Tujuan Audit terkait Transaksi
Tujuan audit terkait transaksi dimaksudkan untuk memberikan kerangka
untuk membantu auditor dalam mengumpulkan bahan bukti audit yang
memadai yang diharuskan oleh standar ketiga pekerjaan lapangan dan untuk
memutuskan bukti yang tepat untuk dikumpulkan bagi setiap kelompok
transaksi, sesuai dengan kontrak kerja tersebut. Tujuan tersebut tetap sama dari
setiap audit ke audit yang lain, namun bahan buktinya dapat bervariasi,
tergantung dari kondisi yang ada.
1. Tujuan Umum Audit Terkait Transaksi adalah Keterjadian - Transaksi yang
Dicatat Benar-benar Ada. Tujuan ini terkait dengan apakah transaksi yang
dicatat telah benar-benar terjadi. Memasukkan penjualan dalam jurnal
penjualan ketika tidak ada transaksi yang terjadi merupakan pelanggaran
terhadap tujuan keberadaan.
2. Kelengkapan-Transaksi yang Ada Telah Dicatat. Tujuan ini terkait dengan
semua transaksi yang harus dimasukkan dalam jurnal telah benar-benar
dimasukkan. Tujuan ini merupakan penyeimbang dari asersi manajemen
mengenai kelengkapan untuk kelompok-kelompok transaksi.
3. Akurasi - Transaksi yang Dicatat Disajikan dalam Jumlah yang
Benar. Tujuan terkait dengan akurasi informasi atas transaksi-transaksi dan
merupakan salah satu bagian dari asersi manajemen untuk kelompok-
kelompok transaksi. Untuk transaksi penjualan, tujuan ini akan dilanggar
jika kuantitas dari barang yang dikirimkan ternyata berbeda dengan kuantitas
barang yang ditagih dalam faktur penjualan.
4. Pemindahbukuan dan Pengikhtisaran - Transaksi yang Dicatat Telah
Dimasukkan dalam Arsip Utama dengan Tepat dan Telah Diikhtisarkan
dengan Benar. Tujuan ini terkait dengan akurasi pemindahan informasi dari
22

transaksi yang dicatat di jurnal ke buku besar utama dan buku pembantu.
Karena pemindahbukuan transaksi dari jurnal ke buku pembantu, buku bear,
dan arsip utama lainnya biasanya dilakukan secara otomatis oleh sistem
akuntansi terkomputerisasi, risiko acak atas kesalahan manusia dalam
pemindahbukuan menjadi sangat minimal.
5. Klasifikasi - Transaksi yang Dimasukkan dalam Jurnal Klien Telah
Diklasifikasikan dengan Tepat. Tujuan ini terkait dengan apakah transaksi-
transaksi telah dimasukkan ke dalam akun yang tepat, dan merupakan
penyeimbang dari asersi manajemen terhadap klasifikasi untuk kelompok-
kelompok transaksi. Penetapan Waktu-Transaksi Dicatat pada Tanggal yang
Benar. Tujuan penetapan waktu transaksi merupakan penyeimbang asersi
pisah batas manajemen. Setelah tujuan audit terkait transaksi ditentukan,
tujuan khusus audit terkait transaksi untuk setiap kelompok transaksi yang
penting dapat dikembangkan.
6. Hubungan di Antara Asersi Manajemen dengan Tujuan Audit Terkait
Transaksi. Asersi Manajemen Tentang Kelompok-Kelompok transaksi dan
Kejadian-Kejadian Tujuan Audit Umum Terkait Transaksi dan Tujuan Audit
Khusus Terkait Transaksi Penjualan.
7. Keterjadian Keterjadian Penjualan yang dicatat adalah untuk pengiriman
kepada konsumen yang bukan fiktif. Kelengkapan Kelengkapan Transaksi
penjualan yang ada telah dicatat Akurasi Akurasi Penjualan yang dicatat
adalah untuk sejumlah barang yang dikirim dan telah dicatat dan ditagih
dengan benar. Pemindahbukuan dan Pengikhtisaran Transaksi penjualan
telah dimasukkan ke dalam arsip utama dengan benar dan telah di ikhtisarkan
dengan benar. Klasifikasi Klasifikasi Transaksi penjualan telah
diklasifikasikan dengan benar. Pisah Batas Penetapan Waktu Transaksi
penjualan dicatat pada tanggal yang benar.
B. Tujuan Audit terkait Saldo
Tujuan audit ini juga mengikuti dari asersi manajemen dan memberikan
kerangka kerja untuk membantu auditor untuk mengumpulkan bahan bukti yang
memadai terkait saldo akun. Tujuan audit terkait saldo ada yang bersifat umum
dan ada juga yang bersifat khusus. Ada dua perbedaan antara tujuan audit terkait
saldo dan terkait transaksi, yaitu :
23

1. Dilihat dari istilahnya, tujuan terkait saldo diterapkan untuk saldo akun
seperti piutang dagang atau persediaan dan bukan pada kelas-kelas transaksi
seperti transaksi penjualan dan pembelian persediaan.
2. Ada delapan tujuan audit terkait saldo, dibandingkan dengan enam tujuan
audit terkait transaksi.
Ketika menggunakan tujuan audit terkait saldo terhadap audit saldo akun,
auditor mengumpulkan bahan bukti untuk menguji rincian yang mendukung
saldo akun, daripada menguji saldo akun itu sendiri.
Delapan tujuan umum audit terkait saldo mengacu pada daftar yang
disediakan klien atau data elektronik. Berikut merupakan tujuan umum audit
terkait saldo .
1. Keberadaan-Jumlah yang Dicatat Memang Benar-Benar Ada. Tujuan ini
terkait dengan apakah jumlah yang dimasukkan dalam laporan keuangan
memang semestinya dimasukkan ke dalam laporan keuangan tersebut.
Tujuan ini merupakan pelengkap dari asersi manajemen terhadap
keberadaan untuk saldo akun.
2. Kelengkapan-Jumlah yang Ada Telah Dicatat. Tujuan ini terkait dengan
apakah semua jumlah yang semestinya dimasukkan, sudah benar-benar
dimasukkan. Tujuan ini merupakan pelengkap dari asersi manajemen
terhadap kelengkapan untuk saldo akun.
3. Akurasi-Jumlah yang Dimasukkan Dinyatakan dalam Jumlah yang
Benar. Tujuan akurasi mengacu pada jumlah yang dimasukkan pada
perhitungan matematis yang benar. Akurasi adalah salah satu bagian dari
asersi penilaian dan alokasi untuk saldo akun.
4. Klasifikasi-Jumlah yang Dimasukkan pada Daftar Milik Klien Telah
Diklasifikasikan dengan Benar. Klasifikasi melibatkan penentuan apakah
yang dimasukkan pada daftar milik klien dimasukkan dengan benar ke
dalam akun buku besar. Klasifikasi juga bagian dari asersi penilaian dan
alokasi klasifikasi tujuan audit terkait saldo terkait era dengan tujuan audit
terkait penyajian dan pengungkapan, tapi berhubungan dengan bagaimana
saldo-saldo diklasifikasikan di dalam buku besar sehingga mereka bisa
disajikan dan diungkapkan dengan benar dalam laporan keuangan.
24

5. Pisah Batas-Transaksi Mendekati Tanggal Neraca Dicatat dalam Periode


yang Benar. Untuk menguji pisah batas saldo akun, tujuan auditor adalah
menentukan apakah transaksi dicatat dan dimasukkan ke dalam saldo akun
pada periode yang benar. Uji pisah batas dapat dianggap sebagai bagian dari
pengujian akun-akun neraca atau transaksi terkait lainnya, namun untuk
tujuan kemudahan, auditor biasanya melakukan hal itu sebagai bagian dari
pengauditan atas akun-akun neraca. Tujuan penetapan waktu untuk
transaksi terkait dengan waktu yang tepat dalam pencatatan transaksi di
sepanjang tahun, sedangkan tujuan pisah batas untuk tujuan audit terkait
saldo hanya berhubungan dengan transaksi-transaksi yang mendekati akhir
tahun.
6. Keterikatan Perincian Saldo Akun Sesuai dengan Jumlah di Arsip Utama
yang Tekait, Sesuai dengan Jumlah Total Saldo Akun dan Sesuai dengan
Jumlah Total di Buku Besar. Tujuan keterikatan rincian menekankan bahwa
rincian dalam daftar telah disusun secara akurat, dijumlahkan dengan benar,
dan sama dengan buku besar. Keterikatan rincian adalah juga bagian dari
asersi penilaian dan alokasi untuk saldo akun.
7. Nilai Terealisasi-Aset Dicatat pada Estimasi Jumlah yang Dapat
Terealisasi. Tujuan ini menekankan apakah saldo akun sudah dikurangi
dengan penurunan biaya historis ke nilai terealisasi bersih. Tujuan ini hanya
diterapkan pada akun-akun aset dan juga menjadi bagian dari asersi
penilaian dan alokasi untuk saldo akun.
8. Hak dan Kewajiban. Selain eksistensi, kebanyakan aset harus dimiliki
sebelum dapat diterima untuk dimasukkan ke dalam laporan keuangan.
Demikian pula, liabilitas harus merupakan kewajiban entitas. Hak selalu
dihubungkan dengan aset dan kewajiban dengan liabilitas. Tujuan ini adalah
pelengkap asersi manajemen tentang hak dan kewajiban untuk saldo akun.
Sekurangnya satu tujuan khusus audit terkait saldo dimasukkan ke dalam
setiap tujuan umum audit terkait saldo, kecuali jika auditor yakin bahwa tujuan
umum audit terkait saldo tidak relevan atau tidak penting untuk saldo akun yang
sedang dinilai. Ada lebih dari satu tujuan khusus terkait saldo untuk sebuah
tujuan umum audit terkait saldo.
25

Hubungan Antara Asersi Manajemen dengan Tujuan Audit Terkait Saldo


yaitu, Penilaian dan asersi lokal memiliki tujuan ganda karena masalah
kompleksitas dari penilaian dan kebutuhan untuk menyediakan paduan
tambahan untuk menguji penilaian bagi auditor.
C. Tujuan Audit terkait Penyajian dan Pengungkapan
Berikut merupakan Asersi Manajemen dan Tujuan Audit yang Terkait yang
Diterapkan untuk Persediaan.
1. Asersi Manajemen Saldo - Saldo Akun
Tujuan Umum Audit Terkait Saldo Tujuan Khusus Audit Terkait Saldo
yang Diterapkan untuk Persediaan. Keberadaan Keberadaan Semua
persediaan yang dicatat ada pada tanggal neraca.
2. Kelengkapan Kelengkapan Semua persediaan yang ada sudah dihitung dan
dimasukkan dalam ringkasan persediaan.
3. Penilaian dan Alokasi Akurasi Jumlah persediaan pada catatan perpetual
milik klien sama dengan persediaan yang ada di gudang.
4. Harga yang dipakai untuk menilai persediaan adalah benar. Klasifikasi
Persediaan telah diklasifikasikan dengan benar sebagai bahan baku, barang
dalam proses dan barang jadi.
5. Hak dan Kewajiban Pisah Batas
6. Keterikatan Rincian
7. Nilai Terealisasikan
8. Hak dan Kewajiban Pisah batas pembelian di akhir tahun sudah benar.
9. Pisah batas penjualan pisah batas di akhir tahun sudah benar.
10. Total persediaan sama dengan jumlah total persediaan di buku besar.
11. Nilai persediaan sudah diturunkan ketika terjadi penurunan atas nilai
realisasi bersih.
12. Perusahaan memiliki hak atas seluruh persediaan yang ada dalam daftar.
13. Persediaan tidak dijadikan sebagai jaminan.
2.7 Ikhtisar Istilah Penting yang Berkaitan dengan Bukti
Guna membantu anda dalam membedakan dan memahami setiap istilah
yang berkaitan dengan bukti. kami mengikhtisarkannya dalam bentuk tabel 13-
6 dan berikut beberapa istilah singkat tentang setiap istilah penting yang
berkaitan dengan bukti itu.
26

a. Fase proses audit (Phase Of The Audit Process), dalam fase proses audit
terdapat 4 cara utama audit itu diorganisasi, Tabel 13-9 menunjukan
komponen penting dari keempat fase proses audit tersebut.
b. Tujuan audit (Audit Objectives), ini merupakan tujuan audit yang harus
dipenuhi sebelum auditor dapat menyimpulkan bahwa suatu kelas transaksi
atau saldo tertentu talh dinyatakan secara wajar. Ada enam saldo, serta
empat yang berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan, yang semuanya
tercantum dalam Tabel 13-6. Perhatikan bahwa semua tujuan audit yang
berkaitan dengan transaksi ditangani dalam fase II, tujuan audit yang
berkaitan dengan saldo pada fase III, serta tujuan audit yang berkaitan
dengan penyajian dan pengungkapan dalam fase IV.
c. Jenis pengujian (Types Of Test), lima jenis pengujian audit, yang akan
dibahas sebelumnya dalam bab ini, yang digunakan auditor untuk
menentukan apakah laporan keuangan telah dinyatakan secara wajar
disajikan dalam kolom ketiga Tabel 13-6. Perhatikan bahwa prosedur
analitis yang digunakan dalam fase III dan fase IV. Ingatlah bahwa
perencanaan prosedur analitis juga dilaksanakan sebagai sebagai sebagai
bagian dari prosedur penilaian resiko dalam Fase I. Ingat kembali bahwa
prosedur analitis juga diperlukan pada saat menyelesaikan audit, yang
menjadi sebab mengapa hal itu dimasukkan dalam Fase IV. Mungkin
tampak biasa menyertakan pengujian rincian saldo dalam Fase IV. Kami
akan menjelaskan sifat prosedur yang digunakan auditor selama
penyelesaian audit, termasuk pemenuhan tujuan yang berkaitan dengan
penyajian dan pengungkapan dalam Bab 24 (di jilid 2).
d. Keputusan bukti (Evidence Decisions), empat subkategori keputusan
yang dibuat auditor dalam mengumpulkan bukti audit disajikan dalam
kolom keempat Tabel 13-6. Kecuali untuk prosedur analitis, keempat
keputusan bukti berlaku untuk setiap jenis pengujian.
e. Jenis bukti (Types Of Evidence), delapan kategori bukti yang
dikumpulkan auditor disajikan dalam kolom terakhir pada Tabel 13-6.
Tabel Hubungan Antara Kelima Istilah Penting yang Berkaitan dengan
Bukti. Tabel 13.6
27

Fase Proses Jenis Keputusan


Tujuan Audit Jenis Bukti
Audit Pengujian Bukti
Merencanakan Prosedur • Prosedur • Dokumentasi
dan penilaian risiko audit • Tanya jawab
merancang • Prosedur • Penetapan dengan klien
Pendekatan untuk waktu • Prosedur
Audit memahami analitis
(Fase I) bisnis dan
industri klien
• Prosedur
untuk
memahami
pengendalian
internal
• Perencanaan
prosedur
analitis

Melaksanakan Berkaitan dengan • Prosedur • Prosedur • Dokumentasi


Pengujian transaksi untuk mem- audit • Pengamatan
Pengendalian • Keterjadian peroleh • Ukuran • Tanya jawab
dan Penguji-an • Kelengkapan pema-haman sampel dengan klien
Substantif atas • Keakuratan dan • Item yang • Pencapaian
transaksi • Posting dan pengujian di pilih kembali
(Fase II) Ikhtisar pengendalian • Penetapan (Rekalkulasi)
• Klasifikasi waktu.
• Penetapan • Pengujian
Waktu substantif
atas • Prosedur
transaksi audit
• Ukuran
sampel
• Item yang
dipilih
• Penetapan
waktu
28

Melaksanakan Berkaitan dengan • Prosedur • Prosedur • Pemeriksaan


Prosedur saldo analitis audit fisik
Analitis dan • Eksistensi • Penetapan • Konfirmasi
pengujian • Kelengkapan waktu. • Dokumentasi
rincian saldo • Keakuratan
(Fase III) • Klasifikasi • Pengujian • Prosedur • Tanya jawab
• Cut off rincian saldo audit dengan klien
• Rincian • Ukuran • Pelaksanaan
keterkaitan sampel ulang
(tie-in) • Item yang • Prosedur
• Nilai yang dipilih analitis
dapat • Penetapan rekalkulasi
direalisasikan waktu

• Hak dan
Kewajiban

Menyelesaikan Berkaitan dengan • Prosedur • Prosedur • Prosedur


Audit dan penyajian data analitis audit analitis
Menge- dan • Penetapan • Dokumentasi
luarkan pengungkapan waktu • Tanya jawab
Laporan Audit • Keterjadian dengan klien
(Fase IV) serta hak dan
kewajiban

• Kelengkapan • Pengujian • Prosedur


• Keakuratan rincian saldo audit
dan penilaian • Ukuran
• Klasifikasi sampel
dan dapat • Item yang
dipahami dipilih
• Penetapan
waktu

2.8 Ikhtisar Proses Audit


Gambar 13-9 menunjukkan keempat fase di bagi keseluruhan proses audit,
dan tabel 13-7 menunjukkan penetapan waktu pengujian dalam setiap fase
untuk audit dengan tanggal neraca 31 desember.
29

Auditor menggunaakan informasi yang diperoleh dari prosedur penilaian


risiko yang berkaitan dengan penerimaan klien dan perecanaan awal,
pemahaman bisnis dan industri klien, penilian risiko bisnis klien, dan
pelaksanaan prosedur analitis pendahuluan terutama untuk menilai risiko inhere
dan risiko audit yang dapat diterima.
Pada fase akhir fase I, auditor harus memiliki rencana audit yang disusun
dengan baik dan program audit khusus untuk keseluruhan audit.
Auditor melaksanakan pengjian pengendalian dan pengujian substantif atas
transaksi selama fase ini. Tujuan dari fase II adalah untuk :
1. Memperroleh bukti untuk menduduk pengendalian khusus yang
berkontribusi pada penilaian risiko pengendalian oleh auditor (yaitu, bila
dikurangi dibawah maksimum) bagi audit laporan keuangan dan audit
pengendalian internal atas pelaporan keuangan perusahaan publik.
2. Memperoleh bukti untuk mendukung ketepatan moneter transaksi.
Tujuan pertama dipenuhi dengan melakukan pengujian pengendalian, dan
tujuan kedua dipenuhi dengan melakukan pengujian substansif atas transaksi.
Apabila pengendalian dianggap tidak efektif atau bila auditor menemukan
penyimpangan,pengujian substansif dapat diperluas dalam fase ini atau dalam
fase III, dengan mempertimbangkan implikasi bagi laporan auditor tentang
pengendalian internal atas laporan keuangan.
Karena hasil dari pengujian pengendalian dan pengujian substansif atas
transaksi merupakan determinan utama dari luas pengujian rincian saldo,
pengujian itu sering kali dilakukan 2 atau 3 bulan sebelum tanggal neraca.
Pendekatan ini juga digunakan dalam audit atas perusahaan publik agar
memungkinkan menajemen mempunyai kesempatan auditor untuk
memperbaiki defisiensi pengendalian pada waktunya guna memungkinkan
auditor melakukan pengujian atas pengendalian yang baru diimplementasikan
sebelumakhir tahun.
Untuk sistem akuntansi terkomputerisasi, sering kali auditor melaksanakan
pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi selama tahun
berjalan untuk mengidentifakasi transaksi yang tidak biasa atau signifikan, dan
menentukan apakah telah dilakukan perubahan pada program komputer
30

klien.pendekatan ini sering kali disebut sebagai audit yang berlanjut dan sering
digunakan dalam audit yang terintegrasi atas laporan keuangan dan
pengendalian internal perusahaan publik
Gambar 13-9 Ikhtisar Proses Audit
Menerima klien dan melaksanakan perencanaan awal

Memahami bisnis dan industri klien

Menilai risiko bisnis klien

Melaksanakan prosedur analitis pendahuluan

Fase I Menetapkan meterialitas dan menilai risiko audit yang


dapat diterima serta risiko inheren
Merencanakan
dan merencang Memahami pengendalian internal dan menilai risiko
pengendalian
Pendekatan audit
Mengumpulkan informsi untuk menilai risiko
kecurangan

Mengembangkan rencana audit dan program audit


secara keseluruhan

Merancang untuk
mengurangi
penilian tingkar
risiko pengendalian

Fase II
Melaksanakan
Melaksanakan pengujian pengendalian*
pengujian
pengendalian dan Melaksanakan pengujian substansif atas transaksi
pengujian substansif
atas transaksi Menilai kemungkinan salah saji dalam laporan
keuangan

Rendah, Sedang, Tinggi, atau Tidak diketehui

Melaksanakan prosedur analitis

Melaksanakan pengujian rincian saldo tambahan

Menyelesaikan audit dan mengeluarkan laporan audit


31

Fase III
Melakukan Prosedur
analitis dan
Pengujian rincian
saldo Mengumpulkan bukti akhir

Mengvaluasi hasil
Fase IV
Melaksanakan Mengeluarkan laporan audit
pengujian atas
Mengomunikasikan kepada komite audit dan
pos-pos yang manajemen
penting
Tabel Penetepan waktu pengujian
13-7
Fase I Merencanakan dan merancang pendekatan 8-31-
audit. Memperbarui pemahaman atas 07
pengendalian internal. Memperbarui program
audit. Melaksanakan prosedur analitis
pendahuluan
Fase II Melaksanakan pengujian pengendalian dan 9-30-
pengujian substansif atas transaksi untuk 9 07
bulan pertama tahun berjalan.
Fase Menginformasikan piutang usaha.mengamati 10-31-
III persediaan. 07 Tgl neraca
Menghilakan kas. Melaksanakan pengujian 12-31- Pembukuan
cutoff.meminta berbagai konfirmasi lain. 07 ditutup
Melaksanakan prosedur analitis,
menyelesaikan pengujian pengendalian dan 1-7-08
pengujian substansif atas transaksi, serta
menyelesaikan sebagian besar pengujian
rincian saldo.
Fase Melaksanakan prosedur untuk mendukung 2-15- Tgl
IV tujuan audit yang berkaitan dengan penyajian 08 terakhir
32

dan pengungkapan, mengikhtisarkan hasil, pekerjaan


mengumpulkan bukti akhir, dan lapangan
menyelesaikan audit.
Mengeluarkan laporan audit 2-25-
08

Tujuan dari fase III adalah untuk memperoleh bukti tambahan yang
mencukupi guna menentukan apakah saldo akhir dan catatan kaki atas laporan
keuangan telag dinyatakan secara wajar. Sifat dan luas pekerjaan akan sangat
tergantung pada temuan dari dua fase sebelumnya.
Dua kategori umum dari prosedur fase III adalah :
1. Prosedur analitis substantif yang menilai kelayakan transaksi dan saldo
secara keseluruhan.
2. Pengujian rincian saldo, yang merupakan prosedur audit untuk menguji
salah satu moneter dalam saldo laporan keuangan.
Tabel 13-7 memperlihatkan prosedur analitis yang dilaksakan baik sebelum
maupun setelah tanggal neraca. Kerena biayanya rendah, prosedur analitis bisa
digunakan apabila hai itu relevan. Namun manfaat terbesar dari menghitung
rasio dan melakukan perbandingan baru diperoleh setelah klien selesai
menyusun laporan keuangannya. Prosedur itu juga digunakan sebagai bagian
dari pelaksanaan pengujian saldo dan selama tahap penyelesaian audit.
Tabel 13-7 juga menunjukan bahwa pengujian rincian saldo biasnya
dilaksanakan terakhir. Pada beberapa audit, semuanya dilaksanakan setelah
tanggal neraca. Apabila klien ingin mengeluarkan laporan segera setelag
tanggal neraca, pengujian rincian saldo yang lebih memakan waktu akan
dilaksanakan pada tanggal interim sebelum akhir tahun, dengan pekerjaan
tambahan dilakukan untuk “me-roll-forward” saldo tanggal-interim yang telah
diaudit ke akhir-tahun.
Setelah tiga fase pertama diselesaikan, auditor harus mengumpulkan bukti
tambahan yang bersangkutan dengan tujuan audit yang berkaitan dengan
penyajian dan pengungkapan,mengikhtisarkan hasilnya, mengeluarkan laporan
33

audit, dan melaksanakan bentuk komunikasi lainnya. Seperti yang diperlihatkan


dalam gambar 13-9, fase ini mempunyai baeberapa bagian.
Melaksanakan Pengujian Tambahan Untuk Penyajian Dan
Pengungkapan ingatlah dari pembahasan pada bab 6 bahwa auditor
mengumpulkan bukti bersangkutan dengan tujuan audit yang berkaitan dengan
penyajian dan pengungkapan. Prosedur yang dilaksanakan auditor untuk
mendukung empat tujuan audit yang berkaitan dengan penyajian dan
pengungkapan serupa dengan prosedur audit yang dilaksanakan untuk
mendukung tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi dan yang berkaitan
dengan saldo. Auditor juga melaksanakan pengujian substansif untuk
mendapatkan bukti yang tepat yang mencukupi bahwa informasi yang
diungkapkan dalam catatan kaki menceriminkan transaksi dan saldo aktual telah
terjadi, dan merupakan kewajiban klien untuk mendukung tujuan keterjadian
serta hak dan kewajiban.
Selama fase terakhir ini, auditor melaksanakan prosedur audit yang
berkaitan dengan kewajiban kontinjen dan peristiwa setelah tanggal neraca.
Auditor harus memastikan bahwa pengungkapannya lengkap dan akurat.
Peristiwa setelah tanggal neraca, tetapi sebelum dikeluarkannya laporan
keuangan dan laporan auditor, yang memperngaruhi laporan keuangan.
Prosedur review khusus dirancang agar perhatian auditor tertuju oada peristiwa
setelah tanggal neraca yang mempengaruhi laporan keuangan.
Mengumpulkan Bukti Akhir Selain bukti yang diperoleh untuk masing-
masing siklus selama fase I dan III, dan untuk masing-masing akun selama fase
III, auditor harus mengumpulkan bukti berikut untuk laporan keuangan secara
keseluruhan selama fase penyelesaian :
• Melaksanakan prosedur analitis terakhir
• Mengevaluasikan asumsi going-concern
• Mendapatkan surat representasi klien
• Membaca informasi dalam laporan keuangan tahunan untuk memastikan
bahwa hal itu konsisten dengan laporan keuangan.
34

Mengeluarkan Laporan Audit Jenis laporan audit yang akan dikeluarkan


tergantung pada bukti yang dikumpulkan dan temuan audit. Laporan yang tepat
untuk situasi yang berbeda telah dipelakari dalam Bab 3.
Berkomunikasi dengan Komite Audit dan Manajemen Auditor
diwajibkan untuk mengomunikasikan defisiesnsi yang signifikan dalam
pengendalian internal kepada komite audit atau manajemen senior. Standart
auditing juga mengaharuskan auditor untuk mengomunikasikan berbagai hal
tertentu lainnya kepada pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola, seperti
komite audit atau badan serupa yang ditunjuk setelah penyelesaian audit, atau
lebih cepat. Meskipun tidak diharuskan, auditor sering juga memberi saran
kepada manajemen untuk meningkatkan kinerja bisnis.
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Fase dariproses audit
a. Keempat aspek dari audit lengkap : 1) merencanakan dan merancang
suatu pendekatan audit, 2) menjalankan tes pengendalian dan
pengujian substantif atas transaksi, 3) menjalankan prosedur analitis
dan pengujian rincian saldo, 4) melengkapi audit dan mennerbitkan
suatu laporan.
2. Jenis pengujian
a. Kelima jenis pengujian audit yang digunakan auditor untuk
menentukan apakah laporan keuangan dapat dinyatakan secara
wajar yaitu : prosedur untuk memperoleh pemahaman atas
prosedur pengukuran risiko,pengujian atas pengendalian, pengujian
substantif atas transaksi, prosedur analitis, dan pengujian terinci atas
saldo.
3. Jenis bukti
a. Ketujuh jenis atau kategori besar dari bukti yang digunakan oleh
auditor
b. Yaitu pemeriksaan fisik, konfirmasi, dokumentasi, prosedur
c. analitis, pengamatan, pemeriksaan klien dan pelaksanaan
ulang.
3.2 Saran

Dengan membaca makalah ini, pembaca disarankan agar dapat menambah


pengetahuan berkaitan dengan keseluruhan perencanaan dan program audit.
Tak lupa, kami meminta saran dan kritik atas tulisan kami demi melengkapi
dan menjadi bahan pertimbangan pada penulisan-penulisan berikutnya

35
DAFTAR PUSTAKA

Arens, Alvin A., Randal J. Elder., dan Mark S. Beasley. 2006. Auditing dan Jasa
Assurance. Jakarta : Erlangga
https://dokumen.tips/documents/audit-bab-11-keseluruhan-perencanaan-dan
program-audit.html (Online) Diakses 13 Desember 2020.

36

Anda mungkin juga menyukai