Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

AUDITING I

SAMPLING AUDIT DAN SUBSTANTIF

Disusun oleh:

Neneng Pilawati (19110160)


Agnia Juliyanti (18110121)
Adelia Febriyanti (19110114)
Niko Ardiantoro (19110093)
Fika Ariana (19110034)
Meidina Ayuning Tyas (19110030)
Rizky Ardiyanto (19110094)
Rohma Disria (19110124)

Dosen Pengampu:
DIDIK RIYANTO, ST., M.Ak

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Pertiwi

2020

1
Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
kami panjatkan segala puji dan rasa syukur kehadirat – Nya yang senantiasa memberikan
kita kehidupan, jasmani dan rohani yang sehat dan tak lupa pula kepada Nabi kita Nabi
Besar Muhammad SAW yang mana telah membawa kita dari alam kebodohan ke alam yang
penuh dengan ilmu pengetahuan, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang
AUDIT SAMPLING DAN SUBSTANTIF ini tepat pada waktunya. Makalah ini kami buat
untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Auditing I.

Makalah ini kami susun dengan semaksimal mungkin dan mendapat banyak bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. untuk itu pada
kesempatan ini tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen Mata Kuliah Auditing I
dan semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari itu semua kami menyadari sepenuhnya bahwasannya makalah ini belum
dapat dikatakana dan dikategorikan sempurna, seperti yang kita ketahui tidak ada yang
sempurna di dunia ini melainkan hanya milik Allah SWT, baik dari segi susunan, kalimat,
materi, bahasa maupun sistematika pembahasannya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaannya di
masa yang akan datang.

Akhir kata kami berharap semoga dengan adanya makalah ini sedikit banyaknya
dapat memberikan manfaat maupun inspirasi kepada kita semua.

Karawang, Oktober 2020

Penulis

ii
Daftar Isi

Halaman Judul........................................................................................................

Kata Pengantar.......................................................................................................ii

Daftar Isi................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.....................................................................................1-2

B. Perumusan Masalah...........................................................................................2

C. Tujuan Makalah..................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Sampling Audit.......................................................................................3

B. Ketidakpastian Dan Sampling Audit....................................................................3-4

C. Pendekatan Sampling Audit...............................................................................4-5

D. Sampling Dalam Pengujian Substantif...............................................................5-10

E. Variable Sampling..............................................................................................10-11

F. Sampling Dalam Pengujian Pengendalian..........................................................11

G. Atribut Sampling.................................................................................................12-13

H. Sample Dengan Tujuan Ganda..........................................................................14

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.........................................................................................................15

B. Saran.................................................................................................................. 15

Daftar Pustaka........................................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG


Audit merupakan proses sistematis mendapatkan dan mengevaluasi bukti-bukti secara
objektif sehubungan dengan asersi atas tindakan dan peristiwa ekenomi untuk memastikan
tingkat kesesuaian antara asersi-asersi tersebut dan menetapkan kriteria serta
mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan (Mulyadi, 2002).
Dalam menyampaikan opini, auditor harus mendapatkan bukti yang cukup.
Sebagaimana yang dicantumkan dalam standar audit pekerjaan lapangan yang ketiga yaitu
bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan
keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas
laporan keuangan yang diaudit. Makna cukup menunjukkan tidak semua bukti audit harus
dikumpulkan, melainkan dapat menggunakan sebagian bukti audit yang disebut dengan
sampel.
Sampling merupakan prosedur yang umum digunakan oleh auditor. IAI melalui
Standar Profesional Akuntan Publik Seksi 350 mendefinisikan sampling sebagai penerapan
prosedur audit terhadap unsur-unsur suatu saldo akun atau kelompok transaksi yang kurang
dari seratus persen dengan tujuan untuk menilai beberapa karakteristik saldo akun atau
kelompok transaksi tersebut.
Sampling audit dapat diterapkan baik untuk melakukan pengujian pengendalian
maupun pengujian substantive. Meskipun demikian, auditor biasanya tidak menerapkan
sampling audit dalam prosedur pengujian yang berupa pengajuan pertanyaan atau tanya
jawab, observasi, dan prosedur analitis. Sampling audit banyak diterapkan auditor dalam
prosedur pengujian yang berupa Jaminan,catatan dan konfirmasi. Sampling audit, jika
diterapkan dengan semestinya akan dapat menghasilkan bukti audit yang cukup, sesuai
dengan yang diinginkan standar pekerjaan lapangan yang ketiga.
Untuk memperoleh bukti yang memadai, auditor tidak harus memeriksa seluruh
transaksi yang ada. Dalam setiap pemeriksaan auditor harus mempertimbangkan manfaat dan
biaya karena pertimbangan ini kemudian dalam profesi dikenal secara luas bahwa sebagian
besar bukti diperoleh melalui sampel.
Untuk menentukan teknik pengambilan sampel, auditor dapat menggunakan sampling
non statistical atau pertimbangan (nonstatistical or judgement sampling). Dalam hal ini
auditor tidak menggunakan teknik statistik untuk menentukan ukuran sampel, pemilihan

1
sampel dan atau pengukuran risiko sampling pada saat mengevaluasi hasil sampel. Selain
sampel nonstatistical auditor dapat juga menggunakan sampling statistik (statisticalsampling).
Dalam metode ini auditor menggunakan hukum probabilitas untuk menghitung ukuran
sampel dan mengevaluasi hasil sampel, dengan demikian memungkinkan auditor untuk
menggunakan ukuran sampel yang paling efisien dan mengkuantifikasi hasilnya, sehingga
dapat mengambil kesimpulan yang lebih akurat.

B.     RUMUSAN MASALAH


1.      Apa definisi sampling dan tujuan sampling?
2.      Apa yang dimaksud dengan Sampling dalam pengujian substantive ?

C.    TUJUAN RUMUSAN MASALAH


1.      Mengetahui definisi sampling dan tujuan sampling?
2.      Mengetahui Apa yang dimaksud dengan Sampling dalam pengujian
substantive ?

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI SAMPLING AUDIT


Menurut PSA No. 26 Sampling audit adalah penerapan prosedur audit terhadap
kurang dari seratus persen unsur dalam suatu saldo akun atau kelompok transaksi dengan
tujuan untuk menilai beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi tersebut.
Terdapat dua pendekatan yang dapat digunakan dalam audit sampling yaitu non statistical
dan statistik. Pada nonstatistik untuk menentukan ukuran sampel, pemilihan sampel dan atau
pengukuran risiko sampling pada saat mengevaluasi hasil sampel. Sedangkan sampel statistik
(statistical sampling) menggunakan hukum probabilitas untuk menghitung ukuran sampel dan
mengevaluasi hasil sampel, dengan demikian memungkinkan auditor untuk menggunakan
ukuran sampel yang paling efisien dan mengkuantifikasi risiko sampling untuk tujuan
mencapai kesimpulan statistik atas populasi. Kedua pendekatan tersebut mengharuskan
auditor menggunakan pertimbangan profesionalnya dalam perencanaan. Pelaksanaan dan
pengevaluasian bukti sampel.
Menurut Messier, Glover dan Prawitt (2006 : 374) keuntungan utama dari sampling
statistik adalah membantu auditor dalam (1) merancang ukuran sampel yang efisien, (2)
mengukur kecukupan dari bukti yang diperoleh, dan (3) mengkuantifikasi risiko sampling.
Kerugian dari sampling statistik di antaranya adalah adanya tambahan biaya untuk (1)
pelatihan auditor dalam menggunakan tehnik sampling yang memadai, (2) perancangan dan
pelaksanaan penerapan sampling, dan (3) kurangnya konsistensi penerapan antara tim audit
karena kompleksitas dari konsep yang mendasarinya.

B. KETIDAKPASTIAN DAN SAMPLING AUDIT


Semakin banyak sampel yang diambil, semakin banyak waktu dan biaya yang
diperlukan. Auditor juga mengakui adanya konsekuensi negative dari kemungkinan
kesalahan pengambilan keputusan yang didasarkan atas kesimpulan hasil audit terhadap data
sampel semata. Apabila auditor ingin mengurangi kemungkinan kesalahan keputusan
tersebut, auditor harus menambah jumlah sampel. Hal ini mengakibatkan peningkatan biaya
dan waktu yang diperlukan. Sebaliknya, apabila auditor ingin mengurangi biaya dan waktu
untuk melakukan pemeriksaan, maka auditor harus mengurangi jumlah sampel. Hal ini akan
memperbesar kemungkinan kesalahan pengambilan keputusan yang didasarkan atas
kesimpulan hasil audit terhadap data sampel tersebut.

3
Ketidakpastian meliputi :
a. Ketidakpastian yang disebabkan langsung oleh penggunaan sampling (resiko
sampling),
b. Ketidakpastian yang disebabkan faktor selain sampling (resiko non sampling).
1. Risiko Sampling
Tingkat risiko sampling mempunyai hubungan yang terbalik dengan ukuran sampel.
Semakin kecil ukuran sampel, semakin tinggi risiko samplingnya. Sebaliknya, semakin
besar ukuran sampel, semakin rendah risiko samplingnya.
Risiko sampling dapt dibedakan atas :
a. Risiko sampling dalam pengujian substantive atas detail atau rincian.
Auditor memperhatikan dua aspek penting dari risiko sampling, yang meliputi
1. Risiko keliru menerima (risk of incorrect acceptance)
2. Risiko keliru menolak (risk of incorrect rejection)
b. Risiko sampling dalam melaksanakan pengujian pengendalian
Auditor memperhatikan dua aspek penting dalam risiko sampling, yang meliputi :
1. Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu rendah (risk of
assessing control risk too low)
2. Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi (risk of
assessing control risk too high)
2. Risiko Non Sampling
Risiko non sampling meliputi semua aspek risiko audit yang tidak berkaitan dengan
sampling. Risiko ini tidak penah dapat diukur secara matematis. Risiko non sampling
timbul karena :
a. Kesalahan manusia seperti gagal mengakui kesalahan dalam dokumen.
b. Kesalahan pemilihan maupun penerapan prosedur audit yang tidak sesuai dengan
tujuan audit.
c. Salah interpretasi hasil sampel

C. PENDEKATAN SAMPLING AUDIT


Standar Profesional Akuntan Publik pada Standar pekerjaan lapangan ketiga
menyatakan bahwa:
“Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan
pendapat atas laporan keuangan auditan”

4
Ada dua pendekatan umum dalam sampling audit yang dapat dipilih auditor
untuk memperoleh bukti audit kompeten yang cukup. Kedua pendekatan tersebut adalah
1. Sampling Statistik
Sampling statistik lebih banyak memerlukan biaya daripada sampling non statistik.
Namun, tingginya biaya dapat dikompensasi dengan tingginya manfaat yang dapat
diperoleh melalui pelaksanaan sampling statistik.
Sampling statistik menguntungkan manajemen dalam tiga hal berikut :
a. Perencanaan sampel yang efisien
b. Pengukuran kecukupan bukti yang dihimpun
c. Pengevaluasian hasil sampel
Disamping itu, sampling statistik mendukung auditor untuk mengkuantufikasi dan
mengendalikan risiko sampling. Ada dua macam tehnik sampling statistik, yaitu
attribute sampling dan variables sampling
2. Sampling Non Statistik
Sampling non statistik merupakan sampel yang dilakukan berdasarkan kriteria
subyektif. Auditor dapat menentukan besarnya sampel yang diambil dalam sampling
non statistik, dengan melakukan pertimbangan subyektif berdasarkan
pengalamanannya. Pelaksaan evaluasi atas sampel juga dilakukan berdasar kriteria
subyektif dan pengalaman auditor yang bersangkutan.

D. SAMPLING DALAM PENGUJIAN SUBSTANTIF


1. Perencanaan Sampel
Perencanaan meliputi pengembangan strategi untuk melaksanakan audit atas
laporan keuangan. Untuk panduan umum perencanaan, lihat SA Seksi 311 (PSA No.
05) Perencanaan dan Supervisi.
Dalam perencanaan sampel untuk pengujian substantif rinci, auditor harus
mempertimbangkan :
a. Hubungan antara sampel dan tujuan audit yang relevan. Lihat SA Seksi 326 (PSA
No. 07) Bukti Audit.
b. Pertimbangan pendahuluan atas tingkat materialitas.
c. Tingkat risiko keliru menerima yang dapat diterima (allowable risk of incorrect
acceptance).
d. Karakteristik populasi, yaitu unsur yang membentuk saldo akun atau kelompok
transaksi yang menjadi perhatian.

5
Dalam perencanaan sampel tertentu, auditor wajib mempertimbangkan tujuan
audittertentu yang hares dicapai dan wajib menentukan apakah prosedur atau
kombinasi proseduraudit yang akan diterapkan akan mencapai tujuan tersebut.
Auditor wajib menentukanapakah populasi yang menjadi asal suatu sampel adalah
memadai untuk suatu tujuan audit.Sebagacontoh, auditor tidak akan dapat mendeteksi
penyajian akun yang terlalu rendah karena adanyaunsur yang dihilangkan, dengan
melakukan sampling atas catatan. Rencana sampling semestinyauntuk pendeteksian
penyajian yang terlalu rendah tersebut melibatkan pemilihan sumber datayang
mengikutsertakan unsur yang dihilangkan. Sebagai gambaran, pengeluaran kas
kemudianmungkin perlu diambil sampelnya untuk menguji apakah utang dagang telah
disajikan terlalu rendahkarena tidak dicatatnya transaksi pembelian. Atau dokumen
pengiriman mungkin diambil sampelnya untukmendeteksi penyajian penjualan yang
terlalu rendah karena pengiriman yang telah dilakukan belumdicatat sebagai
penjualan.
Penilaian dalam satuan moneter atas hasil sampel untuk pengujian substantif
rincian akanmemberikan manfaat secara langsung bagi auditor, karena penilaian
seperti itu dapatdihubungkan dengan pertimbangan auditor atas jumlah salah saji
moneter yang mungkinmaterial. Dalam perencanaan sampel untuk penguj ian
substantif rinci, auditor wajibmempertimbangkanberapa besar salah saji moneter yang
dapat terkandung dalam saldo akun ataukelompok transaksi yang bersangkutan tanpa
mengakibatkan laporan keuangan menjadi salah sajisecara material. Salah saji
moneter maksimum pada saldo atau kelompok ini disebut salah saji yangdapat
diterima (tolerable misstatement) pada sampel. Salah saji yang dapat diterima adalah
suatukonsep perencanaan dan berkaitan dengan pertimbangan pendahuluanauditor
atas tingkatmaterialitas, yang ditentukan sedemikian rupa sehingga salah saji yang
dapat diterima,dikombinasikan untuk seluruh rencana audit, tidaklah melampaui
estimasi tingkat materialitastersebut.
Standar pekerjaan lapangan kedua menyatakan, "Pemahaman memadai
ataspengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan
sifat, saat, danlingkup pengujian yangakan dilakukan."Setelah menentukan dan
mempertimbangkan tingkat risikobawaan dan risiko pengendalian, auditor
melaksanakan pengujian substantif untukmembatasirisiko deteksi pada tingkat yang
dapat diterima. Pada saat tingkatrisiko bawaan, risikopengendalian, dan risiko deteksi
yang telah ditentukan untuk prosedur audit lain yang diarahkan ketujuan audit yang

6
sama menurun, risiko keliru menerima yang dapat diterima oleh auditor
untukpengujian substantif rinci meningkat, sehingga, ukuran sampel yang diperlukan
untuk pengujiansubstantif atas rincian tersebut semakin kecil. Sebagai contoh, jika
risiko bawaan dan risikopengendalian ditentukan pada tingkat maksimum, dan tidak
ada pengujiansubstantif lain yang diarahkan ke tujuan audit yang sama, auditor harus
menerima risiko kelirumenerima dengan tingkat yang rendah untuk pengujian
substantif rinci. Dalam hal ini, auditormemilih ukuran sampel yang lebih besar untuk
pengujian atas rincian daripada jika ia menerima risikokeliru menerima dengan
tingkat yang lebih tinggi.
Lampiran Seksi ini menguraikan bagaimana auditor dapat menghubungkan
risiko kelirumenerima untuk pengujian substantif atas rincian dengan penentuan risiko
bawaan, risikopengendalian, dan risiko bahwa prosedur analitik dan pengujian
substantif lain yang relevan akangagal mendeteksi salah saji material.
Sebagaimana dibahas dalam SA Seksi 326 [PSA No. 07] Bukti Audit,cukup
atau tidaknyapengujian atas rincian saldo akun atau, kelompok transaksi tertentu,
berkaitan dengan penting atautidaknya unsur yang diuji dan kemungkinan salah saji
yang material. Dalam perencanaan sampeluntuk pengujian substantif atas rincian,
auditor menggunakan pertimbangannyauntukmenentukan unsur, jika ada, yang harus
diuji tersendiri, dan unsur yang harus disampling. Auditorwajib memeriksa unsur
yang, menurut pertimbangannya, tidak sesuai untuk penerapan risikosampling.
Sebagai contoh, hal tersebut meliputi unsur yang potensi salah sajinya secara
individualdapat sama atau melebihi salah saji yang dapat diterima. Semua unsur yang
telah diputuskan olehauditor untuk diperiksa 100% bukan merupakan bagian dari
populasi yang disampling. Unsur lainyang, menurut pertimbangan auditor, perlu diuji
untuk memenuhi tujuan audit namun tidak perludiperiksa 100 %, harus disampling.
Auditor mungkin dapat mengurangi ukuran sampel yang disyaratkan dengan
memisahkanunsur yang disampling ke dalam kelompok-kelompok yang relatif
homogen berdasarkan atas beberapakarakteristik yang berkaitan dengan tujuan audit
tertentu. Sebagai contoh, dasar-dasar umum untukpengelompokan tersebut adalah
nilai buku atau catatan unsur, sifat pengendalian yang terkaitdengan pemrosesan
unsur, dan pert imbangan khusus yang berkaitan dengan unsur tertentu.Jumlah unsur
memadai kemudian ditentukan dari masing-masing kelompok.
Untuk menentukan jumlah unsur yang harus dipilih dalam suatu sampel pada
pengujiansubstantif tertentu, auditor wajib mempertimbangkan salah saji yang dapat

7
diterima, risiko kelirumenerima yang dapat diterima,dan karakteristik populasi.
Auditor menggunakan pertimbanganprofesionalnya untuk menghubungkan faktor-
faktor ini dalam penentuanukuran sampel memadai.Lampiran Seksi ini menguraikan
dampak faktor-faktor ini yang mungkin timbul dalam ukuran sampel.
2. Pemilihan Sampel
Unsur sampel harus dipilih sedemikian rupa sehingga sampelnya dapat
diharapkan mewakili populasi. Oleh karena itu, semua unsur dalam populasi harus
memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih. Sebagai contoh, pemilihan secara acak
atas unsur merupakan suatu cara memperoleh sampel yang mewakili.
3. Kinerja dan Penilaian
Prosedur audit memadai untuk suatu tujuan audit tertentu harus diterapkan
terhadap setiap unsur sampel. Dalam beberapa situasi, auditor mungkin tidak dapat
menerapkan prosedur audit yang direncanakan terhadap unsur sampel yang terpilih
karena, misalnya, dokumentasipendukungnya hilang. Perlakuan auditor terhadap
unsur yang tidak diperiksa ini akan tergantung pada dampak unsur tersebut terhadap
penilaian hasil sampel.Jika penilaian auditor terhadap hasilsampel tidak berubah
dengan dipertimbangkannya unsur yang tidak diperiksa sebagai salah saji,maka tidak
perlu dilakukan pemeriksaan terhadap unsur tersebut. Namun, jika
setelahmempertimbangkan unsur yangtidak diperiksa ternyata auditor berkesimpulan
bahwa saldoatau kelompok transaksi berisi salah saji yang material, ia wajib
mempertimbangkan proseduralternatif yang dapat memberikan bukti yang cukup
untuk mengambil kesimpulan. Auditorberkewajiban pula untuk mempertimbangkan
apakah alasan-alasan yang mendasari tentang tidakdapat diperiksanya unsur tersebut
memiliki implikasi terhadap penentuan tingkat risiko pengendalian yang telah
direncanakan, atau seberapa jauh ia dapat menaruh kepercayaan kepada representasi
klien.
Auditor wajib memproyeksikan salah saji hasil sampel terhadap unsur dalam
populasi yang menjadi asal sampel yang dipilih. Ada beberapa cara yang dapat
diterima untuk memproyeksikansalah saji dari suatu sampel.Sebagai contoh, auditor
mungkin telah memilih sebuah sampel dari setiapunsur yang keduapuluh (50 unsur)
dari suatu populasi yang terdiri dari 1000 unsur. Jika auditormenemukan lebih saji
(overstatement) sebesar Rp 600.000 dalam sampel tersebut, maka auditordapat
memproyeksikan lebih saji sebesar Rp 12.000.000 dengan membagi jumlah lebih saji
dalamsampel tersebut dengan pecahan antara total sampel dengan total populasi.

8
Auditorharusmenambahkan proyeksi tersebut ke salah saji yang ditemukan dalam
unsur yang diperiksa 100%.Total salah saji projeksian tersebut harus dibandingkan
dengan salah saji saldo akun atau kelompoktransaksi yang dapat diterima, dan
pertimbanganmemadai harus dilakukan terhadap risiko sampling. Jika total salah saji
projeksian lebih kecil daripadasalah saji yang dapat diterima untuk saldo akun atau
kelompok transaksi, auditor harusmempertimbangkan pula risiko bahwa hasil
semacam ini mungkin masih diperoleh, walaupun salahsaji moneter yang
sesungguhnya dalam populasi melebihi salah saji yang dapat diterima. Sebaliknya,
jika total salah saji projeksian mendekati salah saji yang dapat diterima, auditor dapat
menyimpulkan adanya risiko yang sangat tinggi bahwa salah saji moneter yang
sesungguhnya dalampopulasi melebihi salah saji yang dapat diterima.Auditor
menggunakan pertimbanganprofesionalnya dalam membuat penilaian tersebut.
Sebagai tambahan terhadap penilaian atas frekuensi dan jumlah moneter suatu
salah saji,auditor harus mempertimbangkan aspek kualitatif suatu salah saji. Hal ini
meliputi (a) sifat danpenyebab salah saji, sepertiapakah salah saji disebabkan oleh
perbedaan secara prinsip atauperbedaan dalam penerapan, apakah disebabkan oleh
kekeliruan atau ketidakberesan,danapakah disebabkan oleh tidak dipahaminya
instruksi atau kecerobohan, dan (b) kemungkinanhubungan antara salah saji dengan
tahapan audit yang lain. Penemuan adanya ketidakberesan biasanya memerlukan
pertimbanganyang lebih luas atas kemungkinan implikasinya daripadapenemuan
adanya kekeliruan.
Jika hasil sampel menunjukkan bahwa asumsi perencanaan auditor tidak
benar, maka iaharus mengambil tindakan yang dipandang perlu.Sebagai contoh, jika
salah saji moneterditemukan dalam pengujian substantif atas rincian jumlah atau
frekuensi, yang lebih besar dari tingkatrisiko bawaan dan risiko pengendalian yang
telah ditentukan, maka auditorharus mengubah tingkatrisiko yang ditentukan
sebelumnya. Auditor harus juga mempertimbangkan apakah ia akanmemodifikasi
pengujian audit yang lain yang telah dirancang atas dasar tingkat risiko bawaan dan
risikopengendalian sebelumnya. Sebagai contoh, sejumlah besar salah sajiditemukan
dalam konfirmasipiutang mungkin merupakan indikasi perlu dipertimbangkannya
kembali tingkat risiko pengendalian yangtelah ditentukan dikaitkan dengan asersi
yang berdampak terhadap desainpengujian substantif ataspenjualan atau penerimaan
kas.

9
Auditor harus mengaitkan penilaian atas sampel dengan bukti audit lain yang
relevan dalampenarikan kesimpulan atas saldo-saldo akun ataukelompok transaksi
yang berkaitan.Hasil proyeksi salah saji untuk penerapan sampling audit dan
penerapan nonsampling harusdipertimbangkan secara total, bersama-sama dengan
bukti audit lain yang relevan, dalam rangkapenilaian auditor terhadap apakah laporan
keuangan secara keseluruhantelah salah saji secaramaterial.Standar Profesional
Akuntan Publik 350. Par 16 menyebutkan berbagai faktor yang harus
dipertimbangkan auditor dalam perencanaan sampel atas pengujian substantive.
Faktor-faktor tersebut meliputi :
a. Hubungan antara sampel dengan tujuan audit yang relevan yang harus dicapai.
b. Pertimbangan pendahuluan atas tingkat tingkat materialitas.
c. Tingkat risiko keliru menerima yang dapat diterima auditor.
d. Karakteristik populasi.
Disamping faktor tersebut diatas auditor harus cermat dalam mempertimbangkan pula
hal-hal berikut :
a. Pemilihan sampel
b. Pelaksanaa evaluasi atas hasil sampel

E. VARIABLE SAMPLING
Variable sampling tepat untuk diterapkan auditor, antara lain pada observasi
dan penilaian persediaan, konfirmasi piutang dagang, cadangan untuk piutang tak tertagih,
cadangan persediaan yang rusak, menilai persediaan dalam proses, menilai aktiva tetap
dalam public utility company, penilaian umur piutang
Ada tiga tehnik yang dapat digunakan dalam variable sampling, yaitu :
1. Mean-per-unit (MPU)
Langkah-langkah dalam perencanaan estimasi MPU, meliputi :
a. Menentukan tujuan rencana sampling
b. Mendefinisikan kondisi kesalahan
c. Mendefinisikan populasi dan unit sampling
d. Menentukan ukuran sampel
e. Menentukan metode pemilihan sampel
f. Melaksanakan rencana sampling
g. Mengevaluasi hasil sampel
2. Difference estimation

10
Dalam sampling estimasi perbedaan ini, perbedaan dihitung untuk setiap item
sampel yang sama dengan nilai audit item tersebut dikurangi nilai bukunya. Auditor
kemudian menggunakan rata-rata perbedaan untuk menghimpun estimasi nilai
populasi total. Variabilitas perbedaan tersebut digunakan untuk menentukan
(achieved precision) atau cadangan (allowance) yang dapat diterima oleh risiko
sampling.
Ada empat hal yang harus dipenuhi untuk menggunakan tehnik sampling ini,
yaitu :
a. Nilai buku setiap item populasi harus dapat diketahui auditor
b. Total nilai buku populasi harus diketahui auditor
c. Jumlah keseluruhan dari nilai buku item populasi harus sama dengan total nilai
buku populasi
d. Harus ada perbedaan antara nilai audit dan nilai buku yang dapat diharapkan
3. Sampling Estimasi Rasio
Dalam sampling ini, auditor menentukan nilai audit untuk setiap item sampel.
Rasio dihitung dengan menghitung hasil pembagian jumlah nilai audit dibagi jumlah
nilai buku item sampel. Rasio tersebut kemudian dikalikan dengan nilai buku total
untuk menghasilkan nilai populasi yang diestimasikan.
Sama dengan estimasi perbedaan, ada empat hal yang harus dipenuhi untuk
menggunakan tehnik sampling ini.

F. SAMPLING DALAM PENGUJIAN PENGENDALIAN


Standar Profesional Akuntan Publik 350 par 31 menyebutkan faktor-faktor
yang harus di pertimbangkan auditor dalam perencanaan sampel atas pengujian
pengendalian. Seperti telah dikemukakan, bahwa dalam menyelenggarakan pengujian
pengendalian, auditor memberiakn dua aspek penting dalam risiko sampling, yang
meliputi risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu rendah (risk of
assessing control risk to low) dan risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang
terlalu tinggi (risk of assessing control risk too high).

11
G. ATTRIBUT SAMPLING
Tehnik ini digunakan dalam pengujian pengendalian. Kegunaannya adalah
untuk memperkirakan tingkat deviasi atau penyimpangan dari pengendalian yang
ditentukan dalam populasi.
Sampling atribut untuk pengujian pengendalian, meliputi tahap berikut :
1. Menentukan tujuan pengujian audit
2. Menspesifikasi atribut yang akan diperiksa dan kondisi penyimpangan
3. Mendefinisikan populasi dan unit sampling
4. Menspesifikasikan tingkat penyimpangan yang dapat diterima
5. Menspesifikasikan risk of assessing control risk too low yang dapat diterima atau
acceptable risk of over reliance
6. Mengestimasi tingkat penyimpangan populasi
7. Menentukan ukuran sampel
8. Menentukan metode pemilihan sampel
9. Melaksanakan prosedur audit
10. Mengevaluasi hasil sampel
Tingkat penyimpangan yang dapat diterima sering disebut dengan tolerable
deviation rate (TDR). TDR mencerminkan tingkat penyimpangan dalam populasi yang
dapat diterima auditor. TDR mempunyai pengaruh yang signifikan atas ukuran sampel.
TDR mempunyai hubungan terbalik dengan besar kecilnya sampel. Semakin rendah
TDR, semakin besar jumlah sampel yang diperlukan auditor.
Aceptable risk of over reliance (ARO) merupakan risiko bahwa auditor
menilai suatu pengendalian berjalan efektif, padahal pada kenyataannya tingkat deviasi
populasi lebih tinggi daripada ARO. Auditor harus menggunakan pertimbangan
profesionalnya dalam pemilihan ARO yang tepat untuk situasi tertentu. Besarnya ARO
tergantung dengan keekstensifan rencana auditor untuk mengurangi tingkat risiko
pengendalian yang ditetapkan. ARO dipengaruhi planned assessed level of control risk
atau tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan yang direncanakan, ARO mempunyai
hubungan searah dengan planned assessed level of control risk.Semakin tinggi Planned
assessed level of control risk, semakin tinggi ARO.
Apabila penilaian aspek kuantitatif dan kualitatif atas hasil sampel mendukung
kesimpulan bahwa ada penyimpangan pengendalian, maka auditor harus menggunakan
pertimbangan profesional untuk menentukan tindakan yang tepat. Jika auditor
menyimpulkan bahwa hasil sampel tidak mendukung tingkat risiko pengendallian yang

12
direncanakan atas suatu asersi, maka dia harus mennilai kembali sifat, waktu, dan luas
prosedur pengujian substantive.
Perlu dibedakan antara TDR dan ARO yang dipilih auditor sebelum tes
dilakukan, dengan UDL, dan ARO hasil perhitungan secara obyektif berdasarkan sampel.
TDR dan ARO yang dipilih auditor sebelum tes dilakukan, merupakan TDR dan ARO
standar. Sebelum populasi dapat diterima, UPL harus lebih kecil atau sama dengan TDR.
Apabila UDL harus lebih besar daripada TDR, maka auditor dapat melakukan empat
alternative tindakan berikut :
1. Merevisi TDR atau ARO. Langkah ini diambil apabila auditor berkesimpulan bahwa
spesifikasi sebelumnya terlalu konservatif.
2. Menambah ukuran atau jumlah sampel. Apabila sampel ternyata tidak representative,
maka auditor dapat menambah sampel dan mengevaluasi kembali hasilnya.
Peningkatan jumlah sampel dan mengevaluasi kembali hasilnya. Peningkatan jumlah
sampel akan mengurangi UDL sehingga terjadi penuruna risiko sampling.
3. Menambah prosedur pengujian substantive.
4. Memberitahu manajemen mengenai masalah struktur pengendalian intern.
Apabila auditor menilai bahwa struktur pengendalian intern tidak berjalan
secara efektif, maka auditor perlu menginformasi hal inni kepada manajemen.Ada tiga
cara yang dapat dilakukan untuk mengestimasi tingkat penyimpangan populasi yang
diharapkan, yang meliputi :
a. Tingkat penyimpangan sampel yang ditemukan dalam audit tahun sebelumnya
terhadap klien yang sama, disesuaikan dengan mempertimbangkan perubahan
efektivitas pengendalian tahun berjalan.
b. Estimasi yang dilakukan berdasarkan tingkat resiko yang ditentukan berdasarkan
bukti efektifitas operasi prosedur dan kebijakan pengendalian tahun berjalan.
c. Auditor menghimpun sampel kecil terlebih dahulu, kemudian berdasarkan nilai audit
item sampel ini, auditor auditor mengestimasi standar deviasi populasi.
Dalam melakukan evaluasi atas sampling atribut, auditor harus menghitung
tingkat penyimpangan sampel, menentukan batas penyimpangan sampel, menentukan
cadangan (allowance) yang direncanakan untuk risiko sampling.

13
H. SAMPEL DENGAN TUJUAN GANDA
Auditor dalam situasi tertentu, dapat merancang sampel yang memenuhi dua
tujuan sekaligus, yaitu :
a. Menentukan risiko pengendalian
b. Menguji kebenaran jumlah moneter ransaksi yang dicatat
Untuk melakukan hal itu, auditor biasanya telah membuat estimasi pendahuluan bahwa
terdapat tingkat risiko yang rendah bahwa penyimpangan dari procedure atau kebijakan
struktur pengendalian intern yang ditetapkan dalam populasi, akan melebihi tingkat
penyimpangan yang dapat diterima.
Ukuran sampel yang dirancang harus merupakan yang terbesar diantara
ukuran-ukuran sampel yang dirancang untuk masing-masing tujuan terpisah. Penilaian
untuk setiap tujuan harus dilakukan secara terpisah dengan menggunakan tingkat risiko
yang sesuai untuk masing-masing tujuan pengujian.

14
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari makalah ini kami menarik kesimpulan sebagai berikut :
“Sampling audit adalah penerapan prosedur audit terhadap unsur-unsur suatu saldo akun
atau kelompok transaksi yang kurang dari seratus persen dengan tujuan untuk menilai
beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi tersebut.Dilakukanya
sampling audit adalah agar sampel yang diperoleh representatif, yakni sampel yang
mempunyai karakteristik yang sama dengan populasi. Sampel haruslah mengandung
stabilitas yang berarti apabila jumlah sampel ditambah hasilnya tidak berubah.”
“Dalam sampling audit terdapat dua pendekatan yaitu sampling statistik, dan
sampling non statistik. Sampling statistiklebih banyak biayanya daripada sampling non
statistik, namun manfaaatnya lebih tinggi daripada sampling non statistik. Ada dua
teknik: sampling statistik yakni attribute sampling dan variable sampling. Attribute
sampling digunakan untuk pengujian pengendalian, dan variable sampling digunakan
untuk pengujian substantive. Sampling non statistik merupakan pengambilan sampel
berdasarkan kriteria subyektif. Demikian pula evaluasinya juga berdasarkan kriteria
subyektif.”

B. SARAN
Dari makalah ini kami menyarankan agar ukuran sampel yang dirancang harus
merupakan yang terbesar diantara ukuran-ukuran sampel yang dirancang untuk masing-
masing tujuan terpisah. Penilaian untuk setiap tujuan harus dilakukan secara terpisah
dengan menggunakan tingkat risiko yang sesuai untuk masing-masing tujuan pengujian.

15
DAFTAR PUSTAKA

Rahayu Siti Kurnia dan Suhayati Elvi.2010, “Auditing Konsep dasar dan Pedoman
Pemeriksaan Akuntansi Publik”. Graha ilmu : Yogyakarta.
Boynton C. William, Johnson N. Raymond, Kell G. Walter.2003,edisi ketujuh, “Modern
Auditing”. Erlangga : Jakarta.
https://www.kompasiana.com/jo_seto/563f05d91eafbd46078cf326/sampling-audit-dalam-
pengujian-substantif
https://accounting.binus.ac.id/2018/11/26/sampling-dalam-audit/
https://www.scribd.com/doc/269803767/SAMPLING-AUDIT-DALAM-PENGUJIAN-
SUBSTANTIF
https://www.slideshare.net/tweety2in/sampling-audit-dalam-pengujian-substantif

16

Anda mungkin juga menyukai