Anda di halaman 1dari 27

PEMILIHAN SAMPEL AUDIT, PENGUJIAN PENGENDALIAN, DAN

PENGUJIAN SUBSTANTIF TRANSAKSI

Dosen Pengampu : Dra. Rasidah M.Si., Ak.

Anggota Kelompok :

1. Annisa Khairani (1810313120048)


2. Amelia Putri (1810313320015)

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
S1 AKUNTANSI
2019
Kata Pengantar
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan
sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini
sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki
sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan
masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Banjarmasin, 25 Desember 2020

Penulis

2
Daftar Isi

BAB I....................................................................................................................................................5
PENDAHULUAN.................................................................................................................................5
I. Latar Belakang...........................................................................................................................5
II. Rumusan Masalah......................................................................................................................5
III. Tujuan Pembahasan...............................................................................................................5
BAB II...................................................................................................................................................6
ISI..........................................................................................................................................................6
I. Definisi Sampling Audit............................................................................................................6
II. Sampling Statistika VS. Sampling Nonstatistik Serta Pemilihan Sampel Probabalistik Dan
Non Probabilistik...............................................................................................................................6
A. Sampling Statistik dan Sampling Non-Statistik.....................................................................6
B. Keunggulan dan Kelemahan Sampling Statistik....................................................................7
C. Pemilihan sampel Probabilistik dan Non-Probabilistik..........................................................8
D. Penerapan Sampling Statistik dan Non-Statistik dalam Praktik serta Metode Pemilihan
Sampel...........................................................................................................................................8
III. Model Sampling Audit.........................................................................................................10
IV. Pemilihan Sampel untuk Tingkat Penyimpangan.................................................................11
V. Langkah – Langkah dalam Merencanakan Sampel..................................................................12
VI. Pemilihan Sampel................................................................................................................14
VII. Distribusi Sampling.............................................................................................................15
VIII. Sampling untuk Pengujian Pengendalian.............................................................................16
IX. Sampling Untuk Pengujian Substantif.................................................................................19
X. Langkah – Langkah Untuk Menerapkan Audit Sampling Dalam Pengujian Pengendalian Dan
Pengujian Substantif........................................................................................................................21
BAB III................................................................................................................................................26
PENUTUP...........................................................................................................................................26
I. Kesimpulan..............................................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................27

3
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Ketika memilih sampel dari populasi auditor berusaha memperoleh sampel
yang representatif, yaitu sampel yang karakteristinya hampir sama dengan yang
dimiliki oleh populasi. Ini berarti item- item yang dipilih yang dijadikan smpel
populasi serupa dengan item- item yang dijadikan sampel.
Ketika memilih sampel dari popuasi, auditor berusaha untuk memperoleh
sampel yang representatif. Sampel representatif (representative sample) adalah
sampel yang karakteristiknya hampir sama dengan yang dimiliki
oleh populasi.ini berarti item item yang dijadikan sampel populasi serupa dengan
item item yang tidak dijadikan sampel. Sedangkan
Dalam praktek ,auditor tidak pernah mengetahuai apakah suatu sampel bersifat
representative atau tidak. Salah satu cara adalah dengan melakukan audit lebih
lanjut atas populasi  secara keseluruhan. Akan tetpi auditor dapat meningkatkan
sampel dianggap representatif dengan menggunakan secara cermat ketika
merancang proses sampling, pemilihan sampel dan evaluasi sampel. Hasil sampel
dapat nonrepresentatif akibat kesalahan nonsampling atau kesalahan  sampling.
Risiko dari kedua jenis kesalahan  yang terjadi tersebut  disebut sebagai risiko
nonsampling dan  risiko sampling. Keduanya dapat dikendalikan.
Auditor yang akan melakukan pengujian harus menentukan ukuran sampel
dan item sampel yang akan dipilih dari populasi untuk setiap sampel prosedur
audit. Banyaknya persentase dari jumlah populasi yang akan dipilh auditor bagi
pengujian untuk membuat kesimpulan mengenai populasi tersebut disebut sebagai
sampling audit.
II. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan sampling representif?
2. Apa yang dimaksud sampling statistik dan sampling nonstatistik?
3. Apa saja metode – metode dalam sampling probabilistik dan nonprobabilistik?
4. Apa saja langkah – langkah dalam merencanakan sampel?
5. Apa yang dimaksud dengan sampel distribusi?
6. Apa yang dimaksud dengan Pegujian Pengendalian?
7. Apa saja yang dimaksud dengan Pengujuan Substantif?
III. Tujuan Pembahasan
4
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan sampel representif
2. Mengetahui maksud dari sampling statistik dan sampling nonstatistik
3. Mengetahui metode 0 metode dalam sampling probabilistik dan
nonprobablistik
4. Mengetahui langkah – langkah dalam merencanakan sampel
5. Memahami mengenai sampling distribusi
6. Mengetahui apa yang dimaksud dengan pengujian pengendalian dan pengujian
substantif

5
BAB II
ISI

I. Definisi Sampling Audit


Sampling audit (audit sampling) merupakan aplikasi dari prosedur audit atas
item-item yang jumlahnya kurang dari 100% dari seluruh item vang ada dalam saldo
akun atau kelompok transaksi, dengan tujuan mengevaluasi beherapa karakteristik
saldo atau kelompok tersebut. Sesuai dengan SAS No. 39, Sampling Audit (AU 350),
terdapat tiga kondisi yang harus dipenuhi yang telah ditetapkan pada sampling audit.
Pertama, jumlah populasi yang harus diuji kurang dari 100%. Kedua., hasil sampel
harus diproyeksikan sebagai karakteristik populasi. Ketiga, proyeksi hasil sampel
harus dibandingkan dengan saldo akun klien yang ada dan telah ditetapkan untuk
menentukan apakah akan menerima atau menolak saldo klien, atau proyeksi hasil
sampel harus digunakan untuk mengevaluasi prosedur pengendalian apakah efektif
atau tidak efektif.

II. Sampling Statistika VS. Sampling Nonstatistik Serta Pemilihan Sampel


Probabalistik Dan Non Probabilistik
A. Sampling Statistik dan Sampling Non-Statistik
Metode sampling audit dapat dibagi menjadi dua golongan besar, yakni sampling
statistik dan sampling non-statistik yang terdiri dari 3 tahapan yaitu:
1. Merencanakan sampel
Tujuan perencanaan sampel adalah untuk memastikan bahwa pengujian audit
dilaksanakan sedemikian rupa sehingga menghasilkan resiko sampling yang
diinginkan dan meminimumkan kemungkinan tejadinya kesalahan non-
sampling.
2. Memilih sampel dan melakukan pengujian;
Pemilihan sampel menyangkut keputusan tentang bagaimana suatu sampel
dipilih dari populasi karena auditor hanya bisa melakukan pengujian audit
setelah unsur sampel dipilih.
3. Mengevalusi hasil
Penilaian hasil diambil dari kesimpulan berdasarkan pengujian audit.

6
Sebelum terbitnya SAS No. 39 (AU 350) pada tahun 1981, pada umumnya
auditor menyebut sampling nonstatistik sebagai sampling pertimbangan (judgment
sampling). SAS No. 39 (AU 350) tidak mendefinisikan sampling nonstatistik sebagai
sampling pertimbangan, karena baik sampling statistik maupun nonstatistik tetap
memerlukan pertimbangan auditor.
A. Sampling Statistik
Sampling statistik (statistical sampling) adalah suatu perencanaan sampling yang
menggunakan hukum probabilitas untuk membuat pernyataan generalisasi tentang
populasi. Pendekatan sampling statistik harus memenuhi dua kondisi berikuu ini :
1. Sampel, yang diproyeksikan sebagai karakteristik populasi, harus memiliki
probabilitas seleksi yang telah diketahui (yaitu, sampel diharapkan mewakili)
2. Hasil sampel harus dievaluasi secara kuantitatif atau matematis.
B. Sampling Nonstatistik
Sebaliknya, sampling nonstatistik (nonstatistical sampling) adalah penentuan
ukuran sampel atau pemilihan item-item sampel dengan menggunakan
pertimbangan kewajaran ketimbang konsep probabilitas. Jika suatu sampel yang
diproyeksikan untuk karakteristik populasi atau generalisasi tidak memenuhi
kedua persyaratan sampling statistik, maka sampling itu didefinisikan sebagai
sampel nonstatistik. Dalam banyak situasi audit, sampling nonstatistik lebih tepat
dibandingkan sampling statistik Jadi, auditor tidak boleh menyimpulkan bahwa
pendekatan sampling nonstatistis kurang diminati pada sampling audit.

B. Keunggulan dan Kelemahan Sampling Statistik


Tiga keunggulan utama dari sampling statistik adalah bahwa hal itu dapat
membantu auditor dalam :
a) Merancang sampel yang efisien
b) Mengukur kecukupan bukti (yaitu kecukupan sampel)
c) Mengevaluasi hasil sampel.
Sampling statistik memperbolehkan auditor mengoptimalkan ukuran sampel
untuk mendapatkan risiko sampling yang dapat diterima. Akibatnya, jika aplikasi
sampling dirancang, dijalankan, dan dievaluasi secara tepat, maka ukuran sampel
akan menjadi tidak terlampau besar (yaitu, efisien) atau tidak terlalu kecil (yaitu.
mencukupi). Dengan menggunakan sampling statistik, auditor secara objektif dapat

7
memproyeksikan penemuan sampel pada populasi sesuai dengan konsep probabilitas
yang diterima.
Sampling statistik juga memperbolehkan auditor untuk menghitung dan me-
ngendalikan risiko ketergantungan pada sampel. Dengan kata lain, sampling statistik
mempermudah perhitungan risiko sampling. Secara konseptual, hal ini merupakan
perbedaan terpenting antara sampling statistik dan sampling nonstatistik.
Tiga kelemahan utama dari sampling statistik adalah bahwa teknik ini :
a) Me-merlukan biaya tambahan untuk pelatihan di kantor akuntan
b) Kadang-kadang memerlukan biaya desain sampel tambahan
c) Kadang-kadang memerluka biaya pemilihan sampel yang lebih mahal.

Auditor pada umumnya setuju dengan anggapan bahwa sampling statistik


berguna dalam berbagai situasi (tetapi tidak semua). Telah dikatakan bahwa sampling
nonstatistik lebih sesuai daripada sampling statistik untuk berbagai situasi penugasan
audit. Dalam kenyataannya, bagian terbesar dari kebanyakan pengujian audit
seringkali dilaksanakan dengan menggunakan sampling nonstatistik atau bahkan
tanpa sampling sama sekali. Hal ini meliputi prosedur audit seperti mengkonfirmasi
saldo kas, menjumlahkan berbagai jurnal, mengkaji ulang catatan, mencari ayat jurnal
yang tidak biasa, serta mendapatkan pernyataan dari manajemen dan pengacara.

C. Pemilihan sampel Probabilistik dan Non-Probabilistik


Pemilihan sampel probabilistik, auditor memilih unsur-unsur sampel secara
acak yang setiap unsur populasinya memiliki probabilitas yang diketahui untuk
dimasukkan dalam sampel. Sedangkan pemilihan sampel non-probabilistik, auditor
memilih unsur sampel menggunakan pertimbangan profesionalnya, tidak
menggunakan metode probabilistik.

D. Penerapan Sampling Statistik dan Non-Statistik dalam Praktik serta


Metode Pemilihan Sampel
Apabila menggunakan sampling statistik, sampel yang digunakan hendaknya
yang probabilistik dan harus digunakan metode evaluasi statistik yang tepat terhadap
hasil sampel untuk menghitung besarnya resiko sampling.
Metode pemilihan sampel non-probabilistik (judgemental) terdiri atas:
1. Pemilihan sampel langsung (directed sample selection)

8
Dalam metode ini, auditor sengaja memilih setiap unsur di dalam sampel berdasarkan
kriteria menurut pertimbangannya sendiri dan tidak secara acak. Ada 3 pendekatan
yang digunakan yaitu:
a. Unsur yang paling mungkin berisi kesalahan penyajian
Auditor serngkali bisa mengidentifikasiunsur populasi mana yang paling mungkin
berisi kesalahan penyajian. Dalam mengevaluasi, auditor biasanya beranggapan
bahwa apabila dari unsur yang dipilih tidak ada kesalahan penyajian, maka
populasi diperkirakan tidak mengandung kesalahan penyajian secara material.
b. Unsur yang berisi karakteristik populasi tertentu
Memilih satu atau lebih unsur yang memiliki karakteristikpopulasi yang berbeda,
auditor mungkin bisa merancang sampel yang representatif.
c. Unsur bernilai rupiah besar
Auditor kadang-kadang dapat memilih suatu sampel yang mencakup sebagian
besar dari nilai total rupiah populasi dan dengan cara itu dapat mengurangi resiko
menarik kesimpulan yang tidak tepat karena tidak memeriksa unsur-unsur yng
kecil.
2. Pemilihan sampel blok (block sample selection)
Dalam pemilihan dampel blok, auditor memilih unsur pertama dalam suatu blok,
dan selanjutnya dipilih secara berurutan. Penggunaan sampel ini biasanya dapat
diterima bila jumlah blok yang digunakan cukup banyak, jika tidak maka probabilitas
untuk mendapatkan satu sampel yang tidak representatif akan terlalu besar terutama
bila ada pergantian pegawai, perubahan sistem akuntansi dan adanya sifat musiman
dalam dunia bisnis.
3. Pemilihan sampel sembarang (haphazard sample selection)
Pemilihan unsur-unsur tanpa suatu bias yang disadari auditor dimana auditor
memilih unsur populasi tanpa mempertimbangkan ukuran, sumber, ataupun
karakteristik pembeda lainnya.

Metode pemilihan sampel probabilistik terdiri dari :


1. Pemilihan sampel acak sederhana (simple random sample selected)
Auditor menggunakan sampling acak sederhana apabila tidak ada kebutuhan untuk
menekankan pada satu atau lebih tipe unsur populasi. Auditor dapat menggunakan
metode ini apabila semua unsur dalam populasi mempunyai kesempatan yang sama
dalam pemilihan. Pemilihan sampel acak sederhana ini menggunakan atau memilih 1

9
nomor acak dari transaksi yang ingin di uji. Nomor-nomor acak tersebut memiliki
probabilitas yang sama untuk terjadi dalam jangka panjang dan tidak memiliki pola
tertentu.
2. Pemilihan sampel sistematik (systematic sample selection)
Auditor menghitung suatu interval dan kemudian memilih unsur-unsur untuk sampel
berdasarkan ukuran interval. Interval ditentukan dengan membagi ukuran populasi
dengan ukuran sampel yang dikehendaki. Keuntungan pemilihan sistematik ada pada
kemudahan penggunaannya, sedangkan kelemahannya ada pada kemungkinan
terjadinya bias.
3. Pemilihan sampel probabilitas proporsional dengan ukuran (probability
proportional to size sample selection)
Mengambil sampel yang kemungkinan terpilih setiap unsur individualnya
proporsional dengan jumlah rupiah di pembukuan dan kemudian di evaluasi dengan
menggunakan sampling non-statistik atau sampling statistik unit moneter.
4. Pemilihan sampel berjenjang (stratified sample selection)
Membagi populasi menjadi subpopulasi, biasanya dengan ukuran rupiah, dan
mengambil sampel yang lebih besar dan di evaluasi dengan menggunakan sampling
non-statistik atau sampling statistik variabel.

III. Model Sampling Audit


Terdapat tiga kategori sampling statistik yang luas yaitu: atribut, variabel, dan
probabilitas yang proporsional terhadap ukuran sampling. Sampling atribut terutama
digunakan untuk menguji pengendalian. (Sampling penemuan, yaitu metode sampling
lainnya yang dibahas di sini, diklasifikasikan sebagai metode sampling atribut).
Sebaliknya, sampling variabel paling sering digunakan untuk menguji nilai moneter
saldo akun atau transaksi. Terakhir, probabilitas yang proporsional terhadap ukuran
sampling (atau sampling unit dolar), yang merupakan modifikasi dari bentuk
sampling atribut, digunakan baik pada pengujian pengendalian maupun pengujian
substantif.
A. Sampling Atribut
Sampling atribut (attribute sampling) merupakan metode sampling statistik
yang digunakan untuk mengestimasi tingkat (persentase) kejadian dengan kualitas

10
(atribut) spesifik dalam suatu populasi. Metode dirancang untuk menjawab pertanyaan
"Berapa banyak?".
Apabila menggunakan sampling atribut untuk menguji pengendalian internal,
auditor menguji untuk menentukan apakah suatu item telah diproses dengan benar
atau tidak. Tidak ada tingkat kesalahan dalam hal ini, yang ada ialah jawaban ya atau
tidak. Item-item yang dijadikan sampel akan diproses atau tidak sesuai dengan yang
telah ditetapkan. Dalam aplikasi sampling atribut, setiap kejadian (atau deviasi)
mendapat perlakuan yang sama dalam evaluasi statistik auditor berkenaan dengan
jumlah dolar item yang mengandung deviasi.
B. Sampling Penemuan
Sampling penemuan (discovery sampling) merupakan jenis khusus dari sampling
atribut. Sampling penemuan biasanya digunakan apabila auditor mengharapkan
kejadian yang sangat sedikit atau hampir tidak terjadi (atau deviasi) bahkan mendekati
nol. Hal ini sering diaplikasikan apabila tujuan audit adalah untuk mencari
kecurangan yang diperkirakan, pengingkaran yang serius atas pengendalian internal
(misalnya, adanya pekerja fiktif dalam daftar gaji dan upah), dengan sengaja
menghindari aturan, atau penyimpangan berat lainnya atau kecurangan. Auditor
kadang-kadang juga menggunakan sampling penemuan untuk melakukan pengujian
substantif dalam situasi di mana diharapkan hanya terjadi sedikit salah saji (sebagai
contoh, audit atas simpanan giro pada suatu bank).
C. Sampling Variabel
Sampling variabel (variable sampling) akan diterapkan apabila auditor ingin
kesimpulan dalam nilai dolar atau yang bersifat kuantitatif tentang populasi. Aplikasi
sampling variabel dirancang untuk menjawab pertanyaan "Berapa nilainya?".
Seperti diharapkan banyak orang, auditor terutama menggunakan sampling
variabel untuk melakukan pengujian substantif. Sebagai teknik statistik untuk
mengestimasi jumlah dolar dari suatu saldo akun, atau beberapa jumlah lainnya,
umumnya auditor memandang teknik ini sebagai alat ukur yang berguna karena hasil
yang diperoleh dinyatakan dalam jumlah moneter bukan dalam persentase frekuensi.

IV. Pemilihan Sampel untuk Tingkat Penyimpangan


Tingkat keterjadian atau tingkat penyimpangan adalah dimana auditor
menggunakan sampel dalam pengujian pengendalian dan pengujian substantif

11
transaksi untuk menaksir presentase unsur-unsur dalam suatu populasi yang berisi
auatu karakteristik atau atribut. Auditor menaruh perhatian pada 3 jenis
penyimpangan dalam populasi data akuntansi yaitu :
1. Penyimpangan dari pengendalian yang ditetapkan klien;
2. Kesalahan penyajian rupiah dalam populasi data transaksi;
3. Kesalahan penyajian rupiah dalam populasi detil saldo akun.

Tingkat penyimpangan didasarkan pada suatu sampel yang terdapat kemungkinan


signifikan bahwa tingkat penyimpangan sampel berbeda dari tingkat penyimpangan
populasi yang sesungguhnya, perbedaan ini disebut dengan kesalahan sampling. Auditor
perlu berhati-hati dengan taksiran kesalahan sampling dan keandalan dari taksiran
tersebut yang disebut resiko sampling. Dalam penggunaan sampling audit untuk tingkat
penyimpangan, auditor ingin mengetahui tingkat penyimpangan yang paling mungkin,
dan bukan lebarnya interval keyakinan, maka dari itu auditor fokus kepada batas atas dari
taksiran interval yang disebut taksiran atau computed upper exception rate (CUER) dalam
pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi.

V. Langkah – Langkah dalam Merencanakan Sampel


Langkah-langkah dalam merencanakan sampel
1. Menetapkan tujuan pengajuan audit. Sama, baik untuk sampling atribut maupun
sampling non-statistik
2. Memastikan apakah sampling audit bisa diterapkan. Sama, baik untuk sampling
atribut maupun sampling non-statistik
3. Merumuskan atribut dan kondisi penyimpangan. Sama, baik untuk sampling
atribut maupun sampling non-statistik
4. Merumuskan populasi. Sama, baik untuk sampling atribut maupun sampling non-
statistik
5. Merumuskan unit sampling. Sama, baik untuk sampling atribut maupun sampling
non-statistik
6. Merumuskan tingkat penyimpangan bisa ditoleransi. Sama, baik untuk sampling
atribut maupun sampling non-statistik
7. Menetapkan risiko bisa diterima untuk penetapan resiko pengendalian terlalu
rendah. Konsep untuk perumusan resiko sama, baik untuk sampling atribut
maupun sampling non-statistik, tetapi metode untuk mengkuantifikasi biasanya

12
berbeda. Untuk sampling nonstatistik, auditor biasanya menggunakan resiko bisa
diterima yang rendah, medium atau tinggi. Dalam metode sampling atribut,
auditor biasanya menetapkan suatu jumlah tertentu. Metode ini berbeda karena
auditor perlu mengevaluasi hasil secara statistik
8. Menaksir tingkat penyimpangan populasi. Sama, baik untuk sampling atribut
maupun sampling non-statistik
9. Menentukan ukuran sampel awal. Ada empat faktor yang menentukan ukuran
sampel awal, baik untuk sampling statistik maupun nonstatistik, yaitu: ukuran
populasi, TER, ARACR, dan EPER. Dalam sampling atribut, auditor menentukan
ukuran sampel dengan menggunakan program komputer atau tabel yang
dikembangkan dari formula statistik.
Memilih sampel dan melaksanakan prosedur audit
10. Memilih sampel. Berbeda dengan metode nonstatistik, pemilihan sampel pada
metode statistika harus menggunakan metode probabilistik. Untuk sampling
atribut bisa digunakan metode sampling acak sederhana atau sampling sistematis.
11. Melaksanakan prosedur audit. Sama, baik untuk sampling atribut maupun
sampling non-statistik
Menilai hasil
12. Generalisasi dari sampel ke populasi. Untuk sampling atribut, auditor menghitung
batas presisi atas (CUER) pada suatu ARACR tertentu dengan menggunakan
program komputer khusus atau menggunakan tabel yang dibangun dari formula
statistika.

Penggunaan tabel untuk menghitung CUER terdiri dari 4 tahapan, yakni:


a. Memilih tabel yang sesuai dengan ARACR yang ditetapkan auditor. ARACR ini
harus sama dengan ARACR yang digunakan untuk menentukan ukuran sampel awal
b. Menentukan lokasi jumlah penyimpangan sesungguhnya yang ditemukan dalam
pengujian audit pada bagian atas tabel
c. Menentukan lokasi ukuransampel sesungguhnya pada kolom paling kiri
d. Baca kolom jumlah penyimpangan sesungguhnya yang sesuai ke bawah sampai
memotong baris ukuran sampel yang sesuai angka yang tercantum pada titik
perpotongan adalah CUER

13
VI. Pemilihan Sampel
Karena tingginya biaya untuk menguji 100% populasi bila dikaitkan dengan
manfaatnya, maka auditor seringkali mau menerima beberapa risiko sampling. Setelah
membuat keputusan untuk melakukan sampling, auditor kemudian akan menghadapi
pertanyaan item-item mana dari populasi tersebut yang harus dipilih sebagal item
sampel.
Populasi
Populasi (population) adalah seluruh bidang dengan beberapa informasi
tertentu yang ingin diketahui auditor. Populasi ini harus didefinisikan terlebih dahulu.
Sebelumnya, auditor harus berpegang pada dua kondisi di bawah ini ketika mendefi-
nisikan suatu populasi:
1) Populasi harus relevan dengan tujuan audit.
2) Definisi populasi harus memungkinkan auditor lainnya untuk menentukan
apakah suatu item termasuk dalam suatu populasi atau tidak.
Kerangka Sampling
Dapat ditambahkan bahwa untuk mendefinisikan populasi dengan sangat
berhati- hati, maka yang terlebih dahulu harus didefinisikan dengan tepat adalah
kerangka sampling. Kerangka sampling (sampling frame) merupakan daftar atau
representasi fisik lainnya dari setiap item dalam populasi yang digunakan untuk
memilih sampel. Sebagai contoh, kerangka sampling untuk piutang usaha adalah
daftar print out yang memuat seluruh piutang usaha pelanggan pada tanggal tertentu.
Untuk menguji persediaan fisik, kerangka sampling dapat berupa persediaan, catatan
persediaan perpetual, atau item-item fisik persediaan. Kerangka sampling sebenarnya
adalak representasi fisik dari populasi. Karena kerangka sampling merupakan sumber
sampel auditor, maka kerangka tersebut dapat mempengaruhi setiap proyeksi sampel.
Jika kerangka sampling dan populasi tidak sama, maka proyeksi auditor dapat
menjadi keliru.
Sampel Representatif

Sampel representatif adalah sampel yang memiliki karakteristik yang hampir


sama dengan karakteristik populasi yang berarti unsur sampel serupa dengan unsur
yang tidak di ikutsertakan dalam sampel. Dalam praktiknya, auditor tidak pernah
mengetahui apakah sampel representatif atau tidak, bahkan setelah pengujian selesai
di kerjakan. Satu-satunya cara untuk mengetahui apakah suatu sampel representatif

14
adalah dengan melakukan audit secara menyeluruh untuk populasi. Namun, auditor
dapat meningkatkan kemungkinan suatu sampel menjadi representatif dengan
meningkatkan kecermatan dalam merancang proses sampling, pemilihan sampel, dan
mengevaluasi hasilnya. Hasil sampel bisa menjadi tidak representatif karena ada
kesalahan non-sampling dan kesalahan sampling, dimana kedua resiko ini dapat
dikendalikan.

a. Risiko non-sampling
Risiko suatu pengujian audit tidak dapat mengungkapkan adanya
penyimpangan dalam sampel. Dua penyebab resiko ini adalah auditor gagal
mengetahui adanya penyimpangan dan tidak tepat atau tidak efektifnya prosedur
audit.
b. Risiko sampling
Risiko auditor mencapai suatu kesimpulan yang keliru karena sampel tidak
mencerminkan populasi. Risiko sampling adalah bagian inheren (berhubungan erat)
dari sampling yang disebabkan karena pengujian tidak dilakukan terhadap
keseluruhan populasi. Ada 2 cara untuk mengontrol risiko sampling yaitu :
1. Mengubah ukuran sampel;
2. Menggunakan metode yang tepat untuk memilih unsur sampel dari
populasi.

VII. Distribusi Sampling


Distribusi sampling adalah frekuensi distribusi hasil dari seluruh sampel yang
mungkin dari suatu ukuran tertentu yang bisa dicapai dari suatu populasi yang berisi
sejumlah karakteristik spesifik. Distribusi sampling memungkinkan auditor untuk
membuat pernyataan probabilitas tentang kemungkinan keterwakilan setiap sampel
yang ada dalam distribusi. Sampling atribut didasarkan pada distribusi binomial, di
mana setiap sampel yang mungkin dalam populasi memiliki satu atau dua
kemungkinan nilai, seperti ya/tidak, hitam/putih, atau deviasi pengendalian/tidak ada
deviasi pengendalian. Setiap tingkat penyimpangan populasi dan ukuran sampel
memiliki distribusi sampling yang unik. Pengetahuan tentang distribusi sampling
memungkinkan auditor untuk secara statistik membuat pernyataan yang valid tentang
populasi. Distribusi sampling ini adalah dasar untuk membuat tabel yang digunakan
auditor untuk sampling atribut

15
VIII. Sampling untuk Pengujian Pengendalian

Risiko sampling muncul dari kemungkinan adanya perbedaan antara


kesimpulan auditor yang yang didasarkan atas sampell dengan yang akan didapat
apabila seluruh populasi ditangani menurut prosedur audit.

Risiko penetapan risiko pengendalian yang terlampau rendah (risk of


assessment control risk too low) adalah risiko bahwa penetapan tingkat risiko
pengendalian yang didasarkan atas sampel lebih rendah dibandingkan dengan
efektifitas pengoperasian prosedur pengendalian yang sebenarnya.

Risiko penetapan risiko pengendalian yang terlampau tinggi ( risk of


assessment control risk too high) adalah risiko bahwa penetapan tingkat risiko
pengendalian yang berdasarkan atas sampel lebih tinggi dibandingkan dengan
efektifitas pengoperasian prosedur pengendalian yang sebenarnya.

Matriks Risiko Sampling Pengujian Pengendalian

Prosedur Pengendalian Internal Klien


Memadai untuk Tingkat Memadai
Merencanakan untuk Merencanakan
Penetapan Tingkat Penetapan Tingkat
Risiko Pengenalian Risiko Pengenalian
Menerima Penetapan Risiko Penetapan
Sampel Pengujian
Tingkat Risiko Keputusan yang Risiko Pengendalian
Pengendalian
Pengendalian yang Benar yang Terlampau
Memberi Indikasi
Direncanakan Rendah
Menerima Penetapan Risiko Penetapan
Tingkat Risiko Risiko Pengendalian Keputusan yang
Pengendalian yang yang Terlampau Benar
Direncanakan Tinggi
Perencanaan Pengujian Pengendalian Sampel
Ketika merencanakan sampel spesifik untuk pengujian pengendalian, auditor
harus mempertimbangkan :
1. Hubungan antara sampel dengan tujuan pengujian pengendalian

16
2. Penetapan tingkat risiko pengendalian yang direncanakan untuk pengendalian internal
yang ditentukan sebelumnya dan yang sedang diuji
3. Tingkat deviasi maksimum dari pengendalian yang telah ditentukan dan dapat
mendukung penetapan tingkat risiko pengendalian yang direncanakan.
4. Risiko yang dapat memungkinkan auditor menetapkan risiko pengendalian yang
terlampau rendah
5. Tingkat deviasi yang paling mungkin atau diharapkan dalam populasi
6. Tingkat kepastian yang diinginkan dari bukti sampel relatif terhadap pengujian
pengendalian nonsampling.

Setelah mengidentifikasipengendalian yang akan diuji dan menentukan apakah


terdapat jejak audit, auditor menetapkan tingkat deviasi maksimum dari pengendalian
yang dapat diterima tanpa mengubah penetapan tingkat risiko pengendalian perencanaan.
SAS No. 39 (AU 350.34) mendefinisikan konsep ini sebagai tingkat yang dapat
ditoleransi (tolerable rate).

Faktor – Faktor yang Dapat Mempengaruhi Besarnya Sampel pada Pengujian


Pengendalian.

Kondisi yang Menimbulkan


Hubungan Dengan
Faktor Ukuran Sampel yang Ukuran Sampel yang
Ukuran Sampel
Kecil Besar
Penetapan tingkat Penetapan tingkat Penetapan tingkat
risiko pengendalian risiko pengendalian risiko pengendalian
Terbaik
yang direncanakan yang direncanakan yang direncanakan
tinggi rendah
Tingkat deiviasi Tingkat deviasi yang Tingkat deviasi yang
maksimum yang dapat ditoleransi dapat ditoleransi
Terbaik
dapat ditoleransi adalah tinggi adalah rendah
(misalnya, 10%) (misalnya, 5%)
Risiko yang Risiko tinggi yang Risiko rendah yang
memungkinkan memungkinkan memungkinkan
penetapan risiko penetapan risiko penetapan risiko
Langsung
pengendalian yang pengendalian yang pengendalian yang
terlampau rendah terlampau rendah terlampau rendah
dapat diterima dapat diperlukan

17
Tingkat deviasi Tingkat deviasi Tingkat deviasi
populasi yang paling dalam populasi yang dalam populasi yang Langsung
mungkin diharapkan rendah diharapkan tinggi
Tingkat jaminan Tingkat kepastian Tingkat kepastian
yang diinginkan dari dari ujian sampel atas dari ujian sampel atas
bukti sampel pengendalian sampel pengendalian sampel
yang rendah yang tinggi
( pengujian (pengujian
Langsung
pengendalian pengendalian
nonsampel nonsampling adalah
memberikan bukti minimal)
yang substantial
tentang efektifitas)
Jumlah yang dalam Tidak berpengaruh terhadap besarnya sampel
populasi kecuali populasinya kecil (yaitu dibawah
500)

Memilih Sampel Pengujian Pengendalian

Paragraf 39 dari SAS No. 39 (AU 350.39) menyatakan : “Idealnya, auditor harus
menggunakan metode pemilihan yang potensial untuk memilih item – item dan seluruh
periode yang sedang diaudit”. Faktor – faktor berikut harus dipertimbangkan apabila
sampel pengujian pengendalian dipilih dari transaksi yang menyajikan kurang dari
seluruh periode yang sedang di audit :

 Signifikasi asersi yang terlibat


 Hasil pengujian pengendalian interim
 Lamanya periode yang tersisa
 Tanggapan klien atas pengujian pengendalian dalam bentuk tanya jawab berkaitan
periode yang tersisa
 Pengujian substantif yang memberikan bukti tentang efektifitas pengendalian pada
periode yang tersisa
 Bukti lainnya tentang sifat dan luas setiap perubahan yang signifikan dalam
pengendalian internal, termasuk kebijakan, prosedur, dan personel yang terjadi
kemudian pada periode interim.

18
IX. Sampling Untuk Pengujian Substantif
Sebagaimana halnya dengan dua aspek risiko sampling yang ada dalam sampe
pengujian pengendalian, maka pada sampel pengujian substantif juga ada dua aspek risiko
sampling. Dua aspek risiko pengujian substantif adalah (1) risiko penenmaan yang tidak
benar dan (2) risiko penolakan yang tidak benar.

Risiko penarikan yang tidak benar (risk of incorrect acceptance) adalah risiko
sampel yang mendukung kesimpulan bahwa saldo akun yang tercatat secara material
tidak mengandung kesalahan meskipun sebenarnya mengandung kesalahan yang material.
Risiko enolakan yang tidak benar (risk of incorrect rejection) adalah risiko sampel yang
mendukung kesimpulan bahwa saldo akun yang tercatat mengandung kesalahan yang
material meskipun sebenarnya tidak mengandung kesalahan yang material.

Matriks Risiko Sampling Pengujian Substantif

Nilai Buku Klien Adalah

Tidak Mengandung
Mengandung Salah
Salah Saji yang
Saji yang Material
Material

Bukti Audit yang


Keputusan yang Resiko penerimaan
Mengindikasikan Menerima
benar yang tidak benar

Risiko penolakan Keputusan yang


Menolak
yang tidak benar benar

Merencanakan Sampel Pengujian Substantif


Auditor harus mempertimbangakan faktor – faktor berikut ini ketika
merencanakan sampel pengujian substantif :

19
1. Hubungan sampel dengan tujuan audit yang relevan
2. Pertimbangan pendahuluan tentang tingkat materialitas
3. Risiko penerimaan yang tidak benar yang diperbolehkan auditor
4. Karakteristik populasi

Ketika merencanakan sampel pengujian substantif, auditor


mempertimbangkan berapa banyak salah saji moneter dalam saldo akun atau
kelompok transaksi yang terjad tanpa menyebabkan laporan keuangan mengandung
salah saji yang material. Salah saji moneter yang maksimum ini disebut sebagai salah
saji yang dapat ditoleransi (tolerable misstatement). Salah saji yang dapat
ditoleransi merupakan konsep perencanaan yang berkaitan dengan estimasi auditor
tentang materialitas laporan keuangan secara keseluruhan. Berdasarkan pertimbangan
yang dilakukan, auditor menentukan materialitas dan mengaitkannya dengan saldo
atau kelompok yang dijadikan sampel. Tingkat materialitas pada saldo akun atau
kelompok transaksi merupakan yang dapat ditoleransi. Auditor tidak perlu
menentukan salah saji yang dapat ditoleransi untuk populasi yang diaudit sama
dengan 100%, karena tidak ada risiko sampling yang terlibat.

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Ukuran Sampel Pengujian Substantif

Kondisi yang Membawa ke Hubungannya


Faktor Ukuran Sampel yang Ukuran Sampel yang dengan Ukuran
Kecil Besar Sampel
Penilaian resiko Penetapan tingkat Penetapan tingkat
bawaan resiko bawaan yang resiko bawaan yang Langsung
rendah tinggi
Penilaian risiko Penetapan tingkat Penetapan tingkat
pengendalian resiko pengendalian resiko pengendalian Langsung
yang rendah yang tinggi
Penilaian risiko atas Pengujian substantif Pengujian substantif Langsung
pengujian substantif lainnya yang lainnya yang
lainnya yang memberikan memberikan
berkaitan dengan keyakinan yang kepastian yang
penugasan yang tinggi rendah
sama untuk saldo
akun atau kelompok

20
transaksi
Ukuran salah saji Ukuran kesalahan Ukuran salah saji
yang dapat penyajian yang dapat yang dapat
Terbaik
ditoleransi untuk ditoleransi adalah ditoleransi adalah
akun tertentu besar kecil
Ukuran dan frekuensi Salah saji yang kecil Salah saji yang kecil
salah saji yang atau frekuensi yang atau frekuensi yang Langsung
diharapkan rendah tinggi
Total populasi Signifikasi moneter Signifikasi moneter
yang kecil terhadap yang besar terhadap Langsung
laporan keuangan laporan keuangan
Variasi risiko audit Risiko audit yang Risiko audit yang
Terbaik
yang diperkenankan diperkenankan tinggi diperkenankan renda

X. Langkah – Langkah Untuk Menerapkan Audit Sampling Dalam


Pengujian Pengendalian Dan Pengujian Substantif
Ada 14 langkah untuk menerapkan audit sampling dalam pengujian
pengendalian dan pengujian substantif transaksi yang kemudian terbagi menjadi 3
bagian yaitu :
Merencanakan sampel
1. Tetapkan tujuan pengujian audit
Tujuan biasanya ditetapkan sesuai dengan siklus transaksi yang akan diuji, biasanya
auditor merumuskan tujuan pengujian pengendallian dan pengujian substantif
transaksi sebagai berikut:
a. Menguji efektivitas operasi pengendalian
b. Menentukan apakah transaksi berisi kesalahan penyajian rupiah
2. Tentukan apakah audit sampling bisa diterapkan
Audit sampling bisa diterapkan apabila auditor merencanakan untuk memperoleh
kesimpulan tentang populasi berdasarkan suatu sampel.
3. Rumuskan atribut dan kondisi penyimpangan
Jika menggunakan sampling audit, auditor harus merumuskan karakteristik atau
atribut yang akan diuji dan kondisi-kondisi penyimpangan. Atribut dan kondisi
penyimpangan untuk sampling audit diambil langsung dari prosedur audit yang
ditetapkan auditor.

21
4. Rumuskan populasi
Populasi adalah unsur-unsur yang ingin digeneralisasi dan hanya bisa melakukan
generalisasi tentang populasi yang telah disampel oleh auditor dan merumuskan
populasi untuk mengikutsertakan setiap unsur yang diinginkan. Auditor harus menguji
kelengkapan populasi dan detil keterkaitan sebelum suatu sampel ditarik untuk
memastikan bahwa semua unsur populasi memiliki kesempatan untuk terpilih.
5. Rumuskan unit sampling
Unit sampling dirumuskan oleh auditor berdasarkan definisi tentang populasi dan
tujuan pengujian audit. Unit sampling adalah unit fisik yang berkaitan dengan nomor-
nomor acak yang biasanya adalah faktur penjualan dan dokumen pengiriman barang
yang akan digeneralisasi oleh auditor yang merupakan langkah awal dalam
melaksanakan pengujian audit.
6. Tetapkan tingkat penyimpangan bisa ditoleransi
TER (tolerable exception rate) atau tingkat penyimpangan bisa ditoleransi
mencerminkan tingkat penyimpangan tertinggi yang bisa diterima auditor dalam suatu
pengendalian yang sedang diuji dan masih dapat disimpulkan bahwa pengendalian
berjalan efektif. TER memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ukuran sampel,
ukuran sampel yang lebih besar akan dibutuhkan TER yang rendah dibandingkan
dengan TER yang tinggi.
7. Tetapkan risiko penetapan risiko pengendalian terlalu rendah yang bisa diterima
Untuk sampling audit dalam pengujian pengendalian dan pengujian substantif
transaksi, resiko tersebut disebut resiko yang bisa diterima untuk penetapan risiko
pengendalian terlalu rendah atau acceptable risk of assesing control risk too low
(ARCR). ARCR yang tingi berarti auditor bersedia untuk mengambil resiko yang
substantial dengan menyimpulkan bahwa pengendalian efektif setelah semua
pengujian selesai, walaupun sesungguhnya tidak efekstif. Untuk sampling non-
statistik, auditor biasanya menggunakan ARCR dengan ukurang tinggi, sedan dan
rendah, bukan dengan presentase, sedangkan untuk sampling statistik biasanya
menggunakan presentase.
8. Taksirlah tingkat penyimpangan populasi
Menaksir di muka tingkat penyimpangan populasi untuk merencanakan ukuran
sampel yang tepat. Apabila taksiran tingkat penyimpangan atau estimated population
exception rate (EPER) rendah, maka ukuran sampel yang relatif kecil akan
memuaskan tingkat penyimpangan yang bisa di toleransi sebagaimana ditetapkan

22
auditor karena hanya diperlukan suatu tingkat ketetapan taksiran yang rendah. Auditor
biasanya menggunakan hasil audit tahun sebelumnya untuk menaksir EPER, jika
tidak ada maka bisa mengambil suatu sampel pendahuluan yang kecil dari populasi
tahun ini untuk tujuan ini.
9. Tentukan ukuran sampel awal
Ada 4 faktor untuk menentukan ukuran sampel awal untuk sampling audit yaitu
ukuran populasi, TER, ARACR, dan EPER. Auditor menggunakan sampling non-
statistik dalam penentuan ukuran sampel apabila ia bermaksud akan menggunakan
pertimbangan profesional, tidak menggunakan formula statistik. Ukuran sampel awal
adalah penyimpangan dalam sampel yang sesungguhnya harus dievaluasi sebelum
auditor memutuskan apaka sampel cukup besar untuk mencapai tujuan pengujian.
Memilih sampel dan melaksanakan prosedur audit
10. Pilihlah sampel
Auditor dapat melakukan pemilihan sampel dengan metide probabilistik atau non-
probabilistik.
11. Laksanakan prosedur audit
Auditor melaksanakan prosedur audit dengan memeriksa unsur-unsur dalam samoel
unruk menentukan apakah unsur tersebut konsisten dengan definisi dari atribut dan
dengan mencatat semua penyimpangan yang ditemukan.
Mengevaluasi hasil
12. Lakukan generalisasi dari sampel ke populasi
Tingkat penyimpangan sampel atau sample exception rate (SER) dapat demhgan
mudah dihitung dari hasil sampel sesungguhnya. SER sama dengan jumlah
penyimpangan sesungguhnya dibagi dengan ukuran sampel sesungguhnya. Tidak
tepat bagi auditor untuk menyimpulkan bahwa tingkat penyimpangan populasi sama
dengan tingkat penyimpangan sampel, karena hanya sekilas saja mereka identik.
Apabila SER lebih besar dari EPER yang digunakan dalam perancangan sampel,
auditor biasanya berkesimpulan bahwa hasil sampel tidak mendukung penetapan
resiko pengendalian pendahuluan
13. Lakukan analisis penyimpangan
Auditor harus menganalisis penyimpangan indiidual untuk menentukan titik lemah
dalam pengendalian interen yang memungkinakan terjadinya penyimpangan.
14. Tentukan akseptabilitas populasi

23
Pada saat melakukan generalisasi dari sampel ke populasi, kebanyakan auditor yang
menggunakan sampling non-statistik mengurangkan SER dari TER dan mengealuasi
apakah selisihnya cukup besar. Apabila auditor berkesimpulan bahwa selisih cukup
besar maka pengendalian yang di uji dapat digunakan untuk mengurangi penetapan
resiko pengendalian yang direncanakan. Apabila TER-SER terlalu kecil maka bisa
disimpulkan bahwa populasi bisa diterima, atau apabila SER > TER maka auditor
harus mengikuti salah satu dari empat tindakan berikut:
a. Merevisi TER atau ARACR
Harus diikuti apabila auditor berkesimpulan spesifikasi aslinya terlalu konservatif
b. Memperbesar Ukuran Sampel
Peningkatan dalam ukuran sampel akan berpengaruh pada penurunan kesalahan
sampling apbila tingkat penyimpangan sampel sesungguhnya tidak meningkat.
c. Merevisi Penetapan Risiko Pengendalian
Apabila hasil pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi tidak
mendukun penetapan resiko pengendalian pendahuluan, auditor harus merevisi
penetapan resiko pengendalian ke atas. Hal ini kemungkinan berakibat auditor
menaikkan pengujian substantif transaksi dan pengujian detil atas saldo.
d. Berkomunikasi dengan Komite Audit atau Manajemen
Komunikasi diperllukan bersamaan dengan salah satu dari ketiga tindakan
sebelumnya bagaimanapun penyimpangannya. Apabila auditor memutuskan
bahwa pengendalian internal tidak berjalan dengan efektif, manajemen harus
diberi informasi secepatnya.

XI. Kebutuhan akan Pertimbangan Profesional


Salah satu kritik terhadap pemakaian sampling statistik adalah bahwa metode
statistik telah mengurangi penggunaan pertimbangan profesional auditor.
Perbandingan 14 tahapan untuk sampling non-statistik dan sampling atribut
menunjukkan bahwa kritik tersebut tidak sepenuhhnya benar. Apabila diterapkan
dengan benar, sampling atribut menuntut auditor utuk menggunakan pertimbangan
profesional pada berbagai tahapan. Untuk memilih ukuran sampel awal, auditor
terutama akan menggantungkan pada TER dan ARACR yang membutuhkan
pertimbangan profesional tingkat tinggi, demikian pula untuk EPER diperlukan
penaksiran yang cermat. Hal yang sama juga terjadi dalam penilaian akhir tentang

24
kecukupan penerapan sampling atribut keseluruhan, termasuk kecukupan ukuran
sampel, juga harus didasarkan pada pertimbangan profesional tingkat tinggi.

25
BAB III
PENUTUP

I. Kesimpulan
Tujuan audit memilih sampel suatu populasi, adalah untuk mendapatkan
sampel yang representatif. Sampel representatif adalah sampel yang
memiliki karakteristik yang sama dengan populasi. Artinya item populasi yang
dimasukan dalam sampel sama dengan item yang tidak dimasukkan dalam
sampel. Dalam praktik, auditor tidak dapat mengetahui apakah suatu sampel
representatif atau tidak, bahkan setelah semua pengujian telah selesai.
Namun auditor dapat meningkatkan kemungkinan suatu sampel menjadi
representatif dengan melakukan langkah langkah sampling audit dengan
benar. Adapun langkah- langkah dari sampling audit yaitu
(1) merencanakan sampel,
(2) memilih sampel,
(3) melaksanakan pengujian, dan
(4) mengevaluasi hasil.
II.

26
DAFTAR PUSTAKA

Jusup, Haryono.2014. Auditing (Pengauditan Berbasis ISA). Yogyakarta : Bagian Penerbitan


Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN

Guy, Dan M. 2001. Auditing. Jakarta : Erlangga

27

Anda mungkin juga menyukai