Kelompok 11
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas bimbingan-Nya, penyusun dapat menyelesaikan makalah “Pengambilan Sampel
Audit Untuk Pengujian Perincian Saldo”. Penyusun mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Diharapkan makalah ini dapat menambah wawasan penyusun maupun
pembaca mengenai topik makalah ini. Penyusun juga mengharapkan saran dan kritik
untuk perkembangan pengetahuan dalam topik ini.
Demikian makalah ini disusun, penyusun memohon maaf apabila ada
kesalahan dalam penulisan makalah ini.
Kelompok 11
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul.............................................................................................................1
Kata Pengantar............................................................................................................ii
Daftar Isi.....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan Pembahasan.....................................................................................2
BAB 1I PEMBAHASAN.............................................................................................3
A. Pengambilan Sampel Audit Untuk Pengujian Perincian Saldo................3
B. Pengambilan Sampel Nonstatistik...............................................................4
C. Pengambilan Sampel Unit Moneter............................................................5
D. Pengambilan Sampel Variabel...................................................................11
E. Estimasi Perbedaan dalam Pengujian Perincian Saldo...........................11
BAB III PENUTUP...................................................................................................12
A. Kesimpulan..................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sampling adalah proses menerapkan prosedur-prosedur audit pada sampel
yang merupakan bagian dari keseluruhan populasi guna mengambil kesimpulan
mengenai total populasi. Teori sampling mengasumsikan bahwa kualitas yang dimilki
sampel yang representatif bisa diperhitungkan ke populasi.
Sampling, pada hakikatnya, adalah proses mempelajari keseluruhan dengan
menelaah hanya sedikit. Pada yang sama, dengan sampling auditor harus menerima
risiko bahwa sampel yang dipilih tidak benar-benar mencerminkan populasi, yakni,
bahwa karakteristik yang diproyeksikan dari sampel tidak sama dengan yang akan
ditemukan. Jika keseluruhan populasi atau sampel dalam jumlah yang lebih besar
diaudit.
Sampling, bukanlah akhir tujuan itu sendiri, justru hanya merupakan sarana
untuk mencapai tujuan. Sampel dan hasil sampel hanyalah data mentah data yang
harus diberi bobot dan dipelajari. Data tersebut harus dianalisis materialitasnya,
alasan, penyebab, dan dampak aktual atau potensial. Jadi sampel yang diambil
merupakan langkah pertama untuk memberikan opini audit.
Dengan meningkatnya penggunaan teknologi informasi, auditor harus
memutuskan apakah sampling merupakan cara yang paling efisien dan efektif untuk
mendapatkan bukti. Dengan adanya piranti lunak (software) yang bisa digunakan di
keseluruhan perusahaan dan piranti lunak terintegritas lainnya, seorang auditor bisa
memutuskan untuk tidak mengambil sampel dari populasi melainkan mengaudit 100
persen populasi.
1
sampel dan mengaudit sampel tersebut. Hal ini khususnya bisa terjadi bila suatu
entitas tidak lagi menggunakan dokumen-dokumen manual.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang membedakan pengambilan sampling audit untuk pengujian atas
rincian saldo dan pengujian pengendalian serta pengujian subtansif atas
taransaksi?
2. Apa saja penerapan dalam sampling non-statistik untuk pengujian atas rincian
saldo?
3. Apa saja penerapan dalam sampling unit moneter?
4. Apa itu sampling variabel?
5. Penggunaan seperti apa dalam estimasi yang berbeda dalam pengujian atas
rincian saldo?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk dapat membedakan pengambilan sampling audit untuk pengujian atas
rincian saldo dan pengujian pengendalian serta pengujian subtantif atas
transaksi
2. Untuk mengetahui penerapkan sampling nonstatistik untuk pengujian atas
rincian saldo
3. Untuk mengetahui penerapkan sampling unit moneter
4. Untuk mengetahui penguraian sampling variable
5. Untuk mengetahui penggunaan estimasi yang berbeda dalam pengujian atas
rincian saldo
2
BAB 1I
PEMBAHASAN
3
pengambilan sampel unit moneter (monetary unit sampling), dan pengambilan
sampel variabel (variables sampling).
4
jumlah resiko keyakinan yang diinginkan auditor atas suatu saldo
akun.
8. Mengestimasi salah saji dalam populasi, ukuran sampel yang
direncanakan akan meningkat apabila jumlah salah saji yang
diharapkan dalam populasi mendekati salah saji yang dapat ditoleransi.
9. Menentukan ukuran sampel awal, jika menggunakan sampling non
statistik, auditor menentukan ukuran sampel awal dengan
mempertimbangkan beberapa faktor.
b. Memilih sampel dan melakukan prosedur audit
10. Memilih sampel.
11. Melaksanakan prosedur audit, dengan menerapkan prosedur yang
tepat pada setiap item sampel untuk menentukan apakah item tersebut
mengandung salah saji.
c. Mengevaluasi sampel
12. Menggeneralisasi dari sampel ke populasi, dengan memproyeksikan
salah saji dari hasil sampel ke populasi dan mempertimbangkan
kesalahan sampling serta resiko (ARIA).
13. Menganalisis salah saji, auditor harus mengevaluasi sifat dan
penyebab salah saji yang ditemukan dalam pengujian, serta
menganilisis salah saji untuk memutuskan apakah setiap modifikasi
model resiko audit memang diperlukan.
14. Memutuskan akseptabilitas populasi.
5
pengambilan sampel unit rupiah, pengambilan sampel nilai moneter kumulatif,
dan pengambilan sampel dengan proporsi probabilitas.
Perbedaan antara MUS dengan Pengambilan Sampel Nonstatistik. MUS
sama dengan penggunaan pengambilan sampel non-statistik, Ada 14 langkah
yang sama dengan penggunaan sampling non statistik yang harus dilakukan
MUS, namun ada beberapa langkah dilakukan dengan cara yang berbeda, seperti:
1. Definisi unit sampling adalah suatu dolar individual dalam saldo akun,
secara otomatis MUS akan menekankan unit fisik yang memiliki saldo
tercatat yang lebih besar.
2. Ukuran populasi adalah populasi dolar yang tercatat.
3. Penggunaan pertimbangan pendahuluan mengenai materialitas digunakan
untuk setiap akun dan bukan salah saji yang dapat ditoleransi.
4. Ukuran sampel ditentukan dengan menggunakan rumus statistik
5. Aturan keputusan formal digunakan untuk memutuskan akuntabilitas
populasi dalam MUS sama dengan yang digunakan untuk sampling non
statistik, yang berbeda pada pembahasan tentang keunggulan.
6. Pemilihan sampel dilakukan dengan menggunakan probabilitas yang
proposional bagi pemilihan ukuran sampel (probability proposional to size
sampel selection = PPS).
Pemahaman atas perbedaan tersebut merupakan kunci dari pemahaman MUS.
6
1. MUS secara otomatis meningkatkan kemungkinan memilih item dolar
yang tinggi dari populasi yang sedang diaudit.
2. MUS dapat mengurangi biaya pelaksanaan pengujian audit karena item
sampel akan diuji sekaligus.
3. MUS mudah diterapkan.
4. MUS menghasilkan kesimpulan statistik dan bukan kesimpulan non
statistik.
Namun MUS juga memiliki kekurangan,yaitu :
1. Total batas salah saji yang dihasilkan saat ditemukan salah saji mungkin
terlalu tinggi sehingga tidak dapat digunakan auditor.
2. Sulit dalam memilih sampel PPS dari populasi besar tanpa bantuan
komputer.
7
sampel yang lebih kecil jika dibandingkan dengan setiap metode lainnya dan
relatif lebih mudah digunakan.
2. Estimasi rasio, serupa dengan estimasi perbedaan kecuali auditor menghitung
rasio antara salah saji dan nilai tercatatnya serta memproyeksikan hal ini
dengan populasi untuk mengestimasi total salah saji populasi.
3. Estimasi rata-rata per unit, auditor berfokus pada nilai yang diaudit dan bukan
pada jumlah salah saji setiap item dalam sampel.
8
Jumlah salah saji yang bersedia diterima auditor merupakan pertanyaan tentang
materialitas.
7. Menetapkan Risiko yang Dapat Diterima
Auditor menetepkan dua risiko :
a. Risiko yang dapat diterima atas penerimaan yang salah ( ARIA ), ARIA
dipengaruhi oleh risiko audit yang dapat diterima, hasil pengujian
pengendalian dan pengujian substansif atas transaksi, prosedur analitis, dan
signifikansi relative piutang usaha dalam laporan keuangan.
b. Risiko yang dapat diterima atas penolakan yang salah ( ARIR ), ARIR
dipengaruhi oleh biaya tambahan resampling
8. Mengestimasi Salah Saji dalam Populasi
Estimasi ini memiliki dua bagian :
a. Estimasi titik estimasi yang diharapkan. Auditor memerlukan estimasi
dimuka atas titik estimasi populasi bagi estimasi perbedaan, seperti ketika
mereka memerlukan estimasi tingkat pengecualian populasi untuk sampling
atribut.
b. Melakukan estimasi deviasi standar populasi dimuka – variabilitis populasi.
Untuk menentukan ukuran sampel awal, auditor memerlukan estimasi di
muka atas variasi salah saji dalam populasi seperti yang diukur oleh deviasi
standar populasi.
9. Menghitung Ukuran Sampel Awal
Ukuran sampel awal dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut :
9
12. Menggeneralisasi dari Sampel ke Populasi
Secara konseptual, estimasi nonstatistik dan estimasi perbedaan akan melakukan
hal yang sama – menggeneralisasi dari sampel ke populasi. Meskipun kedua
metode itu mengukur kemungkinan salah saji populasi berdasarkan hasil sampel,
estimasi perbedaan menggunakan pengukuran statistic untuk menghitung batas
keyakinan. Emapat langkah menggambarkan perhitungan batas keyakinan ;
1. Menghitung titik estimasi total salah saji. Titik estimasi adalah ekstrapolasi
langsung dari salah saji dalam sampel kesalah saji dalam produksi.
2. Menghitung estimasi deviasi standar populasi. Deviasi standar populasi
adalah ukuran statistic dari variabilitas nilai setiap item dalam populasi. Jika
ada sejumlah besar variasi dalam nilai item populasi, deviasi standar akan
lebih besar dibandingkan jika variasinya kecil. Deviasi standar memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap interval presisi yang dihitung
3. Menghitunng interval presisi. Interval presisi dihitung dengan menggunakan
rumus statistic. Hasilnya adalah berupa ukuran dolar dari ketidakmampuan
memprediksi salah saji populasi yang sebenarnya karena pengujian
didasarkan pada sampel, bukan pada populasi secara keseluruhan.
Pengaruh perubahan setiap factor meskipun factor-faktor lainnya tetap
konstan yaitu :
Jenis Perubahan Pengaruhnya terhadap Interval Presisi
yang Dihitung
Meningkatkan ARIA Menurun
Meningkatkan titik estimasi salah saji Meningkat
Meningkatkan deviasi standar Meningkat
Meningkatkan ukuran sampel Menurun
4. Menghitung batas keyakinan. Auditor menghitung batas keyakinan, yang
mendefinisikan interval keyakinan, dengan mengombinasikan titik estimasi
dari total salah saji dan interval presisi yang dihitung pada tingkat keyakinan
yang diinginkan.
13. Menganalisis Salah Saji
Auditor harus mengevaluasi salah saji untuk menentukan penyebab setiap salah
saji dan memutuskan apakah perlu memodifikasi model risiko audit.
14. Memutuskan Akseptabilitas Populasi
10
Jika menggunakan metode statistic, maka untuk memutuskan apakah suatu
populasi dapat diterima auditor bergantung pada aturan keputusan sebagai
berikut :
a. Jika interval keyakinan dua sisi untuk salah saji sepenuhnya berada dalam
salah saji yang dapat ditoleransi berupa plus dan minus, terima hipotesis bahwa
nilai buku tidak disalahsajikan dalam jumlah yang material.
b. Jika terjadi sebaliknya, terima hipotesis bahwa nilai buku disalahsajikan
dalam jumlah yang material.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perbedaan utama antara pengujian pengendalian, pengujian substantif
atas transaksi, dan pengujian atas rincian saldo terletak pada apa yang ingin
diukur oleh auditor. Pada pengujian pengendalian auditor mengukur keefektifan
operasi pengendalian internal, sedangkan pada pengujian substantif atas transaksi
auditor mengukur tidak hanya keefektifan pengendalian namun juga kebenaran
moneter transaksi dalam sistem akuntansi. Dan pada pengujian atas rincian saldo
apa yang diukur adalah apakah jumlah saldo akun mengandung salah saji yang
material.
Terdapat 14 langkah dalam sampling non statistik untuk pengujian atas
rincian saldo. Bagi kebanyakan populasi, auditor memisahkan populasi ke dalam
dua atau lebih subpopulasi sebelum menerapkan sampling audit atau disebut
sampling berstratifikasi ( stratified sampling ). Ketika melaksanakan sampling
audit nonstatistik, auditor menggunakan pertimbangan untuk menggeneralisasi
dari sampel ke populasi guna menentukan apakah sampel dapat diterima.
Sampling unit moneter adalah metode statistik yang paling umum untuk
pengujian atas rincian saldo. Metode ini mendefinisikan unit sampling sebagai
setiapndolar dalam saldo akun yang tercatat, dan akibatnya, akun yang lebih
besar lebih mungkin dimasukkan dalam sampel. Metode sampling statistik
variabel mencakup estimasi perbedaan, estimasi rasio, dan estimasi rata-rata per
unit. Metode-metode tersebut membandingkan nilai sampel yang diambil dengan
nilai tercatat untuk mengembangkan estimasi salah saji nilai akun. Penggunaan
sampling variabel diilustrasikan dengan menggunakan estimasi perbedaan.
12
DAFTAR PUSTAKA
Arens, Alvin A., Elder,Randal J., Beasley,Mark S.,Auditing and Issurance Service:An
Integrated Approach, Ninth Edition, New Jersey : Prentince Hall, 2006.
13