SUBSTANTIF
Makalah Kelompok
Tugas ini dikerjakan untuk memenuhi tugas mata kuliah Audit & Assurance
Yang diampu oleh Dr. R. Wedi Rusmawan Kusumah, Dr., S.E., M.Si., Ak, CA
Oleh :
Dwita Ninzi Maiviza NPM 51622220013
Angga Pujaprayoga NPM 51622220042
Aulia Hafiizh NPM 51622220051
Camila Adistyawati NPM 231631026
MAGISTER AKUNTANSI
UNIVERSITAS WIDYATAMA
BANDUNG
2023
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................................3
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................4
2.1 Definisi dan Tujuan Sampling Audit.............................................................................4
2.2 Sampling Audit...............................................................................................................4
2.2.1 Sampling dan Bukan Sampling dalam Audit........................................................4
2.2.2 Statistical dan Non-Statistical Sampling................................................................6
2.2.3 Sampling dan Risiko Audit....................................................................................11
2.2.4 Jenis Pengujian Audit yang mungkin memerlukan Sampling..........................12
2.3 Sampling dalam Pengujian Pengendalian..................................................................12
2.3.1 Perencanaan Sampling..........................................................................................12
2.3.2 Pemilihan Sampel..................................................................................................15
2.3.3 Kinerja dan Penilaian............................................................................................15
2.3.4 Risiko Sampling.....................................................................................................16
2.3.5 Statistical Sampling yang dilakukan....................................................................17
2.3.6 Non Statistical Sampling yang dilakukan...........................................................19
2.4 Sampling dalam Pengujian Substantif.......................................................................19
2.4.1 Perencanaan Sampling..........................................................................................19
2.4.2 Pemilihan Sampel..................................................................................................22
2.4.3 Kinerja dan Penilaian............................................................................................22
2.4.4 Gambar Risiko Sampling......................................................................................24
2.4.5 Probability Proportional to Size Sampling..........................................................24
2.4.6 Variable Sampling..................................................................................................26
2.4.7 Perbandingan PPS Sampling dan Variable Sampling........................................27
2.5 Contol Kasus Attribute Sampling...............................................................................28
BAB III KESIMPULAN........................................................................................................28
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam pemeriksaan akuntansi, pengujian pengendalian dan pengujian substantif
merupakan suatu bagian dari pembahasan terkait sampling audit. Setelah auditor memutuskan
jenis prosedur pengujian apa yang akan dilakukan, auditor perlu menentukan jumlah item
yang tepat sebagai sampel dari suatu populasi untuk pengujian tersebut. Disamping itu, audit
juga harus menentukan bagian populasi mana saja yang dipilih dan akan digunakan sebagai
sampel dalam proses audit.
Auditor melakukan pemilihan sampel dengan tujuan untuk memperoleh bagian dari
populasi ang representatif dalam menggambarkan keseluruhan populasi. Adapun sampel yang
dikatakan representatif yaitu sampel yang mempunyai karakteristik dari populasi yang
diaudit. Seperti contoh, auditor menemukan kesalahan sebesar 2% atas faktur penjualan.
Seandainya auditor melakukan inspeksi atas seluruh faktur penjualan. Diperoleh lah 100 buah
faktur penjualan sebagai sampel dari suatu populasi, maka sampel tersebut dapat dikatakan
sebagai sampel yang representatif apabila auditor mampu menemukan 2 buah faktur yang
mengandung kesalahan. Disamping itu, sampel juga harus mengandung stabilitas, yaitu
apabila jumlah sampel ditambah maupun dikurangi maka hasilnya haruslah sama dan tidak
berubah.
Namun pada kenyataan nya, auditor tidak dapat mengetahui apakah sampel yang diambil
merupakan sampel yang representatif meskipun auditor telah selesai melaksanakan seluruh
pengujian. Maksimalnya, auditor hanya dapat meningkatkan kualitas pengambilan sampel
menjadi mendekati kualitas sampel yang representatif. Hal tersebut dapat dilaksanakan oleh
auditor dengan merancang dan melakukan seleksi sampel, serta mengevaluasi hasil sampel
secara cermat dan teliti.
BAB II
PEMBAHASAN
“penerapan prosedur sudit terhadap kurang dari 100% unsur dalam suatu
populasi audit yang relevan sedemikian rupa sehingga semua unit sampling
memiliki peluang yang sama untuk dipilih untuk memberikan basis memadai
bagi auditor untuk menarik kesimpulan tentang populasi secara keseluruhan”.
Auditor seringkali mengetahui dimana saldo akun dan transaksi yang mungkin
mengandung salah saji. Audtor mempertimbangan pengetahuan tersebut dalam
perencanaan posedur audit nya, termasuk sampling audit. Auditor biasanya tidak
memiliki pengetahuan khusus mengenai saldo akun atau transaksi lainnya yang menurut
pertimbangannya perlu diuji untuk memenuhi tujuan auditnya. Dalah hal ini sampling
audit sangatlah berguna.
Sampling audit dapat diterapkan baik untuk melakukan pengujian pengendalian,
maupun pengujian substantif. Sampling audit dapat banyak diterapkan auditor dalam
prosedur pengujian yang berupa vouching, tracing, dan konfirmasi. Sampling audit ika
diterapkan dengan semestinya akan dapat menghasilkan bukti audit yang cukup sesuai
dengan yang diinginkan standar pekerjaan lapangan.
Adapun unit-unit yang memengaruhi sampling yaitu :
a. Unit populasi, adalah banyaknya satuan anggota populasi.
b. Standar deviasi adalah angka yang menunjukkan jarak antara nilai rata-rata
populasi dengan para anggotanya secara umum, sekaligus menunjukkan tingkat
heterogenitas atau homogenitas data dalam populasi. Standar deviasi diberi symbol
σ, dihitung dengan memperhatikan jarak individual antara masing-masing anggota
populasi (Xi) dengan rata-ratanya (μ) berdasarkan rumus sebagai berikut:
σ=
√ ∑ (X i −μ)2
n
Semakin banyak sampel yang diambil, semakin banyak waktu dan biaya yang
diperlukan. Auditor juga mengakui adanya konsekuensi negatif dari kemungkinan
kesalahan pengambilan keputusan yang didasarkan atas kesimpulan hasil audit terhadap
data sampel semata. Apabila auditor ingin mengurangi kemungkinan kesalahan
keputusan tersebut, auditor harus menambah jumlah sampel. Hal ini mengakibatkan
peningkatan biaya dan waktu yang diperlukan. Sebaliknya, apabila auditor ingin
mengurangi biaya dan waktu untuk melakukan pemeriksaan, maka auditor harus
mengurangi jumlah sampel. Hal ini akan memperbesar kemungkinan kesalahan
pengambilan keputusan yang didasarkan atas kesimpulan hasil audit terhadap data
sampel tersebut.
3. Discovery Sampling
Umumnya kondisi yang diperlukan sebagai dasar penggunaan discovery
sampling adalah:
1. Jika auditor memperkirakan tingkat kesalahan dalam populas sebesar nol atau
mendekati nol persen
2. Jika auditor mencari karakteristik yang sangat kritis, yang jika hal ini
ditemukan, merupakan petunjuk adanya ketidakberesan yang lebih luas atau
kesalahan yang serius dalam laporan keuangan.
Discovery sampling digunakan pula oleh auditor dalam pengujian substantif. Jika
tujuan audit untuk menemukan paling tidak satu kesalahan yang mempunyai dampak
potensial terhadap suatu akun, discovery sampling umumnya dipakai untuk tujuan
tersebut. Prosedur pengambilan sampel dalam discovery sampling adalah sebagai
berikut :
- Tentukan attribute yang akan diperiksa
- Tentukan populasi dan besar populasi yang akan diambil sampelnya
- Tentukan tingkat keandalan
- Tentukan desired upper precision limit
- Tentukan besarnya sampel
- Periksa attribute sampel
- Evaluasi hasil pemeriksaan terhadap karakteristik sampel
b. Variable Sampling
Sampling ini digunakan untuk menguji nilai rupiah yang tercantum dalam
akun, digunakan dalam pengujian substantif. Variable sampling tepat untuk diterapkan
auditor, antara lain pada :
1. Observasi dan penilaian persediaan
2. Konfirmasi piutang dagang
3. Cadangan untuk piutang tak tertagih
4. Cadangan persediaan yang rusak
5. Menilai persediaan dalam proses
6. Menilai aktiva tetap dalam public utility company
7. Penilaian umur piutang
Ada tiga teknik yang dapat digunakan dalam variabel sampling, yaitu :
1. Mean-per-unit (MPU)
Langkah-langkah dalam perencanaan estimasi MPU, meliputi :
a. Menentukan tujuan rencana sampling
b. Mendefinisikan kondisi kesalahan
c. Mendefinisikan populasi dan unit sampling
d. Menentukan ukuran sampel
e. Menentukan metode pemilihan sampel
f. Melaksanakan rencana sampling
g. Mengevaluasi hasil sampel
2. Difference estimation
Dalam sampling estimasi perbedaan ini, perbedaan dihitung untuk setiap item
sampel yang sama dengan nilai audit item tersebut dikurangi nilai bukunya. Auditor
kemudian menggunakan rata-rata perbedaan untuk menghimpun estimasi nilai
populasi total. Variabilitas perbedaan tersebut digunakan untuk menentukan (achieved
precision) atau cadangan (allowance) yang dapat diterima oleh risiko sampling.
Ada empat hal yang harus dipenuhi untuk menggunakan tehnik sampling ini,
yaitu:
a. Nilai buku setiap item populasi harus dapat diketahui auditor
b. Total nilai buku populasi harus diketahui auditor
c. Jumlah keseluruhan dari nilai buku item populasi harus sama dengan total nilai
buku populasi
d. Harus ada perbedaan antara nilai audit dan nilai buku yang dapat diharapkan
b. Control risk, suatu salah saji material yang dapat terjadi dalam suatu asersi
tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian intern
entitas.
c. Detection risk, auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang dapat
terjadi dalam suatu asersi.
b. Risiko non samplig, meliputi semua aspek risiko audit yang tidak berkaitan
dengan sampling. Risiko ini tidak penah dapat diukur secara matematis. Risiko
non sampling timbul karena :
1. Kesalahan manusia seperti gagal mengakui kesalahan dalam dokumen.
2. Kesalahan pemilihan maupun penerapan prosedur audit yang tidak
sesuai dengan tujuan audit.
Risiko keliru menolak dan risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang
terlalu tinggi, berkaitan dengan efisiensi audit. sebagai contoh, jika penilaian auditor
atas sampel audit menuntunnya pada kesimpulan awal yang keliru bahwa suatu saldo
telah salah saji secara material, padahal kenyataannya tidak demikian, penerapan
prosedur tambahan dan pertimbangan atas bukti-bukti audit yang lain biasanya akan
menuntun auditor ke kesimpulan yang benar. Sama halnya, jika penilaian auditor atas
sampel menuntunnya pada penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi,
maka biasanya auditor akan memperluas lingkup pengujian substantif untuk
mengkompensasi anggapannya atas ketidakefektivan pengendalian. Walaupun audit
dilaksanakan kurang efisien dalam kondisi tersebut namun tetap efektif.
Risiko keliru menerima dan risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang
terlalu rendah, berkaitan dengan efektivitas audit dalam pendeteksian terhadap ada
atau tidaknya salah saji yang material.
4. Menguji sampel dan mengestimasi keadaan populasi, misalnya dari 30 sampel ada
satu kegiatan pengadaan yang melebihi anggaran. Sampling deviation rate adalah 1/30
= 3,3%.
5. Membuat simpulan hasil audit. Simpulan dibuat berdasarkan perbandingan SDR dan
TDR. SDR > TDR berarti pengendalian pagu anggaran pengadaan lemah.
2.4 Sampling dalam Pengujian Substantif
2.4.1 Perencanaan Sampling
Perencanaan meliputi pengembangan strategi untuk melaksanakan audit atas
laporan keuangan. Untuk panduan umum perencanaan, lihat SA Seksi 311 (PSA No.
05) Perencanaan dan Supervisi.
Dalam perencanaan sampel untuk pengujian substantif rinci, auditor harus
mempertimbangkan :
a. Hubungan antara sampel dan tujuan audit yang relevan. Lihat SA Seksi 326 (PSA
No. 07) Bukti Audit.
b. Pertimbangan pendahuluan atas tingkat materialitas.
c. Tingkat risiko keliru menerima yang dapat diterima (allowable risk of incorrect
acceptance).
d. Karakteristik populasi, yaitu unsur yang membentuk saldo akun atau kelompok
transaksi yang menjadi perhatian.
Dalam perencanaan sampel tertentu, auditor wajib mempertimbangkan tujuan
audit tertentu yang harus dicapai dan wajib menentukan apakah prosedur atau
kombinasi prosedur audit yang akan diterapkan akan mencapai tujuan tersebut. Auditor
wajib menentukan apakah populasi yang menjadi asal suatu sampel adalah memadai
untuk suatu tujuan audit. Sebagai contoh, auditor tidak akan dapat mendeteksi
penyajian akun yang terlalu rendah karena adanya unsur yang dihilangkan, dengan
melakukan sampling atas catatan. Rencana sampling semestinya untuk pendeteksian
penyajian yang terlalu rendah tersebut melibatkan pemilihan sumber data yang
mengikut sertakan unsur yang dihilangkan. Sebagai gambaran, pengeluaran kas
kemudian mungkin perlu diambil sampelnya untuk menguji apakah utang dagang telah
disajikan terlalu rendah karena tidak dicatatnya transaksi pembelian. Atau dokumen
pengiriman mungkin diambil sampelnya untuk mendeteksi penyajian penjualan yang
terlalu rendah karena pengiriman yang telah dilakukan belum dicatat sebagai penjualan.
Penilaian dalam satuan moneter atas hasil sampel untuk pengujian substantif
rincian akan memberikan manfaat secara langsung bagi auditor, karena penilaian
seperti itu dapat dihubungkan dengan pertimbangan auditor atas jumlah salah saji
moneter yang mungkin material. Dalam perencanaan sampel untuk pengujian substantif
rinci, auditor wajib mempertimbangkan berapa besar salah saji moneter yang dapat
terkandung dalam saldo akun atau kelompok transaksi yang bersangkutan tanpa
mengakibatkan laporan keuangan menjadi salah saji secara material. Salah saji moneter
maksimum pada saldo atau kelompok ini disebut salah saji yangdapat diterima
(tolerable misstatement) pada sampel. Salah saji yang dapat diterima adalah suatu
konsep perencanaan dan berkaitan dengan pertimbangan pendahuluan auditor atas
tingkat materialitas, yang ditentukan sedemikian rupa sehingga salah saji yang dapat
diterima, dikombinasikan untuk seluruh rencana audit, tidaklah melampaui estimasi
tingkat materialitas tersebut.
Standar pekerjaan lapangan kedua menyatakan, "Pemahaman memadai atas
pengendalian intern harus diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat,
saat, dan lingkup pengujian yangakan dilakukan."Setelah menentukan dan
mempertimbangkan tingkat risiko bawaan dan risiko pengendalian, auditor
melaksanakan pengujian substantif untuk membatasi risiko deteksi pada tingkat yang
dapat diterima. Pada saat tingkat risiko bawaan, risiko pengendalian, dan risiko deteksi
yang telah ditentukan untuk prosedur audit lain yang diarahkan ketujuan audit yang
sama menurun, risiko keliru menerima yang dapat diterima oleh auditor untukpengujian
substantif rinci meningkat, sehingga, ukuran sampel yang diperlukan untuk pengujian
substantif atas rincian tersebut semakin kecil. Sebagai contoh, jika risiko bawaan dan
risiko pengendalian ditentukan pada tingkat maksimum, dan tidak ada pengujian
substantif lain yang diarahkan ke tujuan audit yang sama, auditor harus menerima risiko
keliru menerima dengan tingkat yang rendah untuk pengujian substantif rinci. Dalam
hal ini, auditor memilih ukuran sampel yang lebih besar untuk pengujian atas rincian
daripada jika ia menerima risiko keliru menerima dengan tingkat yang lebih tinggi.
Lampiran Seksi ini menguraikan bagaimana auditor dapat menghubungkan
risiko keliru menerima untuk pengujian substantif atas rincian dengan penentuan risiko
bawaan, risiko pengendalian, dan risiko bahwa prosedur analitik dan pengujian
substantif lain yang relevan akan gagal mendeteksi salah saji material.
Sebagaimana dibahas dalam SA Seksi 326 [PSA No. 07] Bukti Audit,cukup atau
tidaknya pengujian atas rincian saldo akun atau, kelompok transaksi tertentu, berkaitan
dengan penting atau tidaknya unsur yang diuji dan kemungkinan salah saji yang
material. Dalam perencanaan sampel untuk pengujian substantif atas rincian, auditor
menggunakan pertimbangannya untuk menentukan unsur, jika ada, yang harus diuji
tersendiri, dan unsur yang harus disampling. Auditor wajib memeriksa unsur yang,
menurut pertimbangannya, tidak sesuai untuk penerapan risiko sampling. Sebagai
contoh, hal tersebut meliputi unsur yang potensi salah sajinya secara individual dapat
sama atau melebihi salah saji yang dapat diterima. Semua unsur yang telah diputuskan
oleh auditor untuk diperiksa 100% bukan merupakan bagian dari populasi yang
disampling. Unsur lain yang menurut pertimbangan auditor perlu diuji untuk memenuhi
tujuan audit namun tidak perlu diperiksa 100 %, harus disampling.
Auditor mungkin dapat mengurangi ukuran sampel yang disyaratkan dengan
memisahkan unsur yang disampling ke dalam kelompok-kelompok yang relatif
homogen berdasarkan atas beberapa karakteristik yang berkaitan dengan tujuan audit
tertentu. Sebagai contoh, dasar-dasar umum untuk pengelompokan tersebut adalah nilai
buku atau catatan unsur, sifat pengendalian yang terkait dengan pemrosesan unsur, dan
pertimbangan khusus yang berkaitan dengan unsur tertentu. Jumlah unsur memadai
kemudian ditentukan dari masing-masing kelompok.
Untuk menentukan jumlah unsur yang harus dipilih dalam suatu sampel pada
pengujian substantif tertentu, auditor wajib mempertimbangkan salah saji yang dapat
diterima, risiko keliru menerima yang dapat diterima, dan karakteristik populasi.
Auditor menggunakan pertimbangan profesionalnya untuk menghubungkan faktor-
faktor ini dalam penentuan ukuran sampel memadai. Lampiran Seksi ini menguraikan
dampak faktor-faktor ini yang mungkin timbul dalam ukuran sampel.
Risiko Sampling berkaitan dengan pengambilan simpulan atas populasi yang hanya
didasarkan atas pengujian terhadap sampel. Risiko sampling terjadi jika sampel tidak
representative terhadap populasinya.
BV × RF
n=
TM −( AM −EF)
UML = PM + ASR
a. Estimasi Mean Per Unit (MPU), mencakup penentuan nilai audit untuk setiap item dalam
sampel. Rata-rata nilai audit dihitung dan dikalikan dengan jumlah unit dalam populasi
yang ditemukan pada estimasi total nilai populasi. Cadangan risiko sampling yang
berkaitan dengan estimasi ini juga dihitung untuk digunakan dalam mengevaluasi hasil-
hasil sampel tersebut.
b. Estimasi Diferensiasi. Diferensiasi perbedaan dihitung untuk setiap item sampel dari nilai
audit item tersebut dikurangi nilai bukunya. Rata-rata perbedaan digunakan untuk
memperoleh estimasi nilai total populasi, dan variabilitas perbedaan digunakan untuk
menentukan cadangan resiko sampling yang dicapai. Tiga kondisi berikut diperlukan
dalam penggunaan estimasi diferensiasi:
Nilai buku setiap item populasi harus diketahui.
Total nilai buku populasi harus diketahui dan sesuai dengan jumlah nilai buku item-
item secara individual.
Terdapat perbedaan yang besar antara nilai audit dan nilai buku yang diperkirakan.
c. Estimasi Rasio. Dalam sampling estimasi rasio, pertama auditor menentukan nilai audit
untuk setiap item dalam sampel. Berikutnya, rasio dihitung dengan membagi jumlah nilai
audit dengan jumlah nilai buku untuk item sampel tersebut. Rasio ini dikalikan dengan
total nilai buku untuk mendapatkan estimasi nilai populasi total. Cadangan risiko
sampling kemudian dihitung berdasarkan variabilitas rasio nilai audit dan nilai buku item
sampel secara individual.
BAB III
KESIMPULAN
Dalam melaksanakan pemeriksaan, auditor harus merencanakan pelaksanaan audit nya
secara efektif dan edisien. Auditor pun harus dapat mengumpulkan bukti-bukti yang akurat
dengan mempertimbangkan efisiensi biaya juga waktu, yaitu dengan menggunakan Audit
Sampling.
Sampling audit sendiri merupakan penerapan prosedur audit terhadap unsur-unsur saldo
akun atau kelompok transaksi yang kurang dari 100% dengan tujuan untuk menilai beberapa
karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi tersebut. Dilakukannya sampling audit
adalah agar sampel yang diperoleh representatif, dimana sampel memiliki karakteristik yang
sama dengan populasi, yang juga harus memiliki sifat stabilitas.
Sampling audit berkaitan erat dengan ketidakpastian. Auditor menerima ketidakpastian
atas dasar ada nya hubungan antara faktor-faktor biaya dan waktu yang diperlukan untuk
melaksanakan pemeriksaan atas semua data, dengan konsekuensi negatif akibat adanya
kesalahan keputusan yang didasarkan atas kesimpulan yang dihasilkan dari audit terhadap
data sampel semata. Ketidakpastian tersebut meliputi ketidakpastian yang disebabkan
langsung oleh pengguna maupun disebabkan oleh faktor lain selain sampling.
Risiko sampling berkaitan dengan kemungkinan bahwa sampel yang diambil bukanlah
sampel yang representative. Risiko ini dibedakan atas risiko sampling dalam pengujian
substantif atas detail. Dan risiko sampling dalam melaksanak pengujian pengendalian. Bila
dalam pengujian substantive risiko sampling meliputi risiko keleru menerima (risiko beta),
dan risiko keliru menolak (risiko alpha), maka dalam pengujian risiko sampling meliputi
risiko penentuan tingkat risiko pengendalian terlalu tinggi.
Risiko non sampling meliputi semua aspek risiko audit yang tidak berkaitan dengan
sampling. Risiko ini tidak akan pernah di ukur secara matematis, karena timbul akibat hal-hal
seperti kesalahan manusia, salah interprestasi dan lain sebagainya.
Dalam sampling audit terdapat dua pendekatan yaitu sampling statistik, dan sampling
non statistik. Sampling statistik lebih banyak biayanya daripada sampling non statistik,
namun manfaaatnya lebih tinggi daripada sampling non statistik. Ada dua teknik: sampling
statistik yakni attribute sampling dan variable sampling. Attribute sampling digunakan untuk
pengujian pengendalian, dan variable sampling digunakan untuk pengujian substantive.
Sampling non statistik merupakan pengambilan sampel berdasarkan kriteria subjektif.
Demikian pula evaluasinya juga berdasarkan kriteria subjektif.
Variable sampling digunakan untuk memperkirakan saldo akun dan mengusulkan
penyesuaian saldo akun agar sesuai dengan hasil estimasi statistik. Ada tiga tehnik dalam
variable sampling yakni mean per unit, different estimation, dan sampling estimasi rasio.
Attribute sampling digunakan untuk memperkirakan tingkat deviasiatau penyimpangan dari
pengendalian yang ditentukan dalam populasi. Dalam merancang sampel dalam keadaan
tertentu auditor dapat merancang dua jenis tujuan sekaligus, yaitu menentukan risiko
pengendalian dan menguji kebenaran jumlah moneter transaksi yang dicatat. Hal ini dikenal
dengan istilah sampel dengan tujuan ganda.