Disusun Oleh:
KELOMPOK 13
KELAS AK/D
Lasan te
Lasan te
KATA PENGANTAR
Penulis
1Lasan te111111111111qtqtqtq 1
DAFTAR ISI
Lasan te 2
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Standar pekerjaan lapangan kedua dan ketiga mengindikasikan pengakuan adanya
ketidakpastian dalam audit. Dalam pekerjaan profesionalnya auditor juga mengakui
adanya faktor-faktor biaya dan waktu yang diperlukan untuk melakukan pemeriksaan
baik atas sampel data maupun seluruh data. Pada dasarnya ada trade off dan auditor
memilih sampling bila biaya dan waktu untuk melakukan pemeriksaan atas semua data
lebih besar daripada konsekuensi negatif akibat kemungkinan kesalahan pemberian
pendapat auditor dari pemeriksaan terhadap sampel semata (Halim, 2001).
Bukti harus bisa dipertanggungjawabkan secara formal. Auditor harus
menghimpun evidential matter (hal-hal yang bersifat membuktikan). Tidak sekedar
menghimpun evident (bukti konkrit) saja, terutama dalam kaitan pemberian
pendapat atas laporan keuangan. Sampling audit jika diterapkan dengan semestinya
akan dapat menghasilkan bukti yang cukup sesuai dengan standar pekerjaan lapangan
yang ketiga.
Hal yang membedakan penggunaan sampling antara akuntan publik dengan
auditor Bank Indonesia yakni penggunaan bukti sampling. Akuntan publik terutama
menggunakan sampling untuk memberikan ketenangan dan perlindungan opininya atas
dasar kewajaran laporan keuangan.
Agar pemeriksaan dapat dilakukan secara sistematis, akuntan publik harus
merencanakan pemeriksaannya sebelum proses pemeriksaan dimulai, dengan membuat
apa yang disebut rencana pemeriksaan ( audit plan ). Dalam audit plan antara lain
dicantumkan kapan pemeriksaan dimulai, berapa lama jangka waktu pemeriksaan
diperkirakan, kapan laporan harus selesai, berapa orang audit staf yang ditugaskan,
masalah-maslah yang diperkirakan akan dihadapi di bidang auditing, akuntansi
(accounting), perpajakan dan lain-lain. Selain itu dalam audit plan , akuntan public harus
menetapkan batas materialitas dan memperhitungkan resiko audit.
Lasan te 3
Selain audit plan, terdapat jenis audit lain seperti audit program, audit procedures
dan audit teknik, serta resiko audit dan materialitas. Audit program membantu auditor
dalam memberikan perintah kepada asisten mengenai pekerjaan yang harus
dilaksanakan.
Kertas kerja (working paper) merupakan mata rantai yang menghubungkan
catatan klien dengan laporan audit. Oleh karena itu, kertas kerja merupakan alat penting
dalam profesi akuntan publik. Dalam proses auditnya, auditor harus mengkumpulkan atau
membuat berbagai tipe bukti. Untuk mendukung simpulan dan pendapatnya atas laporan
keuangan auditan. Untuk kepentingan pengumpulan dan pembuatan bukti itulah auditor
membuat kertas kerja. SA 339 kertas kerja memberikan panduan bagi auditor dalam
penyusunan kertas kerja dalam audit atas laporan keuangan atau perikatan audit lainnya,
berdasarkan seluruh standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia.
ASB(Auditing Standards Board) mengeluarkan Statement on Auditing
Standards(SAS) Nomor 82 yang berjudul Consideration of Fraud in a Financial
StatementAudit guna mengklarifikasi tanggung jawab auditor dalam mendeteksi
dan melaporkan kecurangan (fraud) yang terjadi dalam laporan keuangan.
Sebenarnya kecurangan semacam ini sudahsering terjadi jauh sebelumnya. Contoh klasik
adalah kecurangan padamckesson-Robbins yang melukiskan bahwa kecurangan
pelaporan keuangan bukan kejadian yang baru terjadi akhir-akhir ini saja. Setelah kasus
itu terjadi profesi auditing di Amerika Serikatmenanggapinya dengan membuat standar
yang formal untuk prosedur pengauditan. Standar auditinternasional yang diadopsi oleh
IAPI juga mengatur tentang hal yang sama SAS 240 (Tanggung jawab Auditor Terkait
dengan Kecurangan dalamSuatu Audit atas Laporan Keuangan).
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian sampling audit dan hal hal yang terkait dengan sampling audit?
2. Apa pengertian audit plan?
3. Apa pengertian audit program?
4. Apa pengertian audit prosedur?
5. Apa pengertian audit teknik?
6. Bagaimana penjelasan tentang kertas kerja audit ?
Lasan te 4
7. Apa saja kecurangan dalam audit?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian sampling audit dan hal hal yang terkait dengan
sampling audit.
2. Mengetahui pengertian audit plan.
3. Mengetahui pengertian audit program.
4. Untuk mengetahui pengertian audit prosedur.
5. Untuk mengetahui pengertian audit teknik.
6. Untuk mengetahui penjelasan tentang kertas kerja audit.
7. Mengetahui apa saja kecurangan dalam audit.
Lasan te 5
BAB II
PEMBAHASAN
A. SAMPLING AUDIT
Lasan te 6
Dalam setiap pelaksanaan audit baik keuangan maupun operasional, auditor selalu
dihadapkan dengan banyaknya bukti-bukti transaksi yang harus diaudit dengan waktu
audit yang sangat terbatas. Sesuai dengan tanggung jawab profesionalnya, auditor
berkepentingan dengan keabsahan simpulan dan pendapatnya terhadap keseluruhan isi
laporan dan/atau kegiatan yang diauditnya. Mengingat tanggung jawab ini, maka auditor
hanya akan dapat menerbitkan laporan yang sepenuhnya benar, jika dia memeriksa
seluruh bukti transaksi. Namun demikian, hal ini tidak mungkin dilakukan. Pertama, dari
segi waktu dan biaya hal ini akan memerlukan sumberdaya yang sangat besar. Kedua,
dari segi konsep, audit memang tidak dirancang untuk memberikan jaminan mutlak
bahwa hasil audit 100% sesuai dengan kondisinya. Karena itulah sampling perlu
dilakukan agar dapat menghemat biaya dan memudahkan auditor melakukan pekerjaan.
Lasan te 7
adalah sampel yang memiliki karakteristik yang hampir sama dengan populasi.
Hal ini berarti bahwa unsur sampel serupa dengan unsur yang tidak diikut sertakan dalam
sampel. Satu-satunya cara untuk mengetahui apakah suatu sampel representatif atau tidak
adalah dengan melakukan audit terhadap keseluruhan populasi. Suatu hasil sampel bisa
menjadi tidak representatif karena kesalahan non-sampling dan kesalahan sampling.
Risiko dari terjadinya kedua jenis kesalahan ini disebut resiko non-sampling dan resiko
sampling.
b. Resiko non-sampling
adalah resiko bahwa suatu pengujian audit tidak dapat mengungkapkan adanya
penyimpangan dalam sampel. Dua penyebab risiko non-sampling adalah: auditor gagal
untuk mengetahui adanya penyimpangan dan tidak tepat atau tidak efektifnya prosedur
audit.
Risiko non sampling meliputi semua aspek risiko audit yang tidak berkaitan
dengan sampling. Risiko ini tidak penah dapat diukur secara matematis. Risiko non
sampling timbul karena :
Kesalahan manusia seperti gagal mengakui kesalahan dalam dokumen.
Kesalahan pemilihan maupun penerapan prosedur audit yang tidak sesuai dengan
tujuan audit.
Salah interpretasi hasil sampel
a. Haphazard sampling
Auditor memilih sampel yang diharapkan representatif terhadap populasi lebih
berdasar judgement individu tanpa menggunakan perandom probabilistik
(misalnya semacam tabel bilangan random).
b. Block sampling
Menggunakan seleksi satu atau lebih kelompok elemen populasi secara berurut.
Satu item dalam blok terpilih maka secara berurut item-item berikutnya dalam
blok terpilih dengan otomatis. (Guy dan Carmichael,
Lasan te 8
2001).
c. Systematic sampling
Menggunakan start point yang ditentukan secara judgement dan setelah itu
memilih tiap elemen populasi ke n. Sampel dipilih berdasarkan interval. Interval
ditentukan dari pembagian jumlah unit dalam populasi dengan jumlah sampel.
d. Directed sampling
Menggunakan seleksi berdasarkan judgement elemen bernilai (high value) atau
elemen yang diyakini mengandung error. Pemilihan sampel berdasarkan
kriteria yang telah disusun oleh auditor. Auditor tidak mendasarkan pada
pemilihan yang mempunyai kesempatan sama (probabilistik), namun lebih
menitikberatkan pemilihan berdasarkan kriteria. Kriteria-kriteria yang telah
ditetapkan bisa berkaitan dengan representiveness bisa juga tidak. Kriteria yang
biasa digunakan umumnya adalah:
Item-item yang paling mungkin mengandung salah saji.
Item-item yang memiliki karakteristik populasi tertentu.
Item yang mempunyai nilai tinggi (large dollar coverage).
Banyak situasi yang membuat judgement sampling lebih sesuai daripada sampling
statistik. Harus dicatat bahwa sampling statistik merupakan alat yang berguna untuk
sebagian, tidak semua situasi. Apakah sampling statistik harus digunakan, tergantung dari
keputusan dan tujuan audit, pertimbangan kos diferensial (dibandingkan dengan
judgement sampling) serta trade-offs antara biaya dan manfaat yang didapat dalam
pengauditan.
c. Risiko sampling
adalah risiko auditor mencapai suatu kesimpulan yang keliru karena sampel tidak
mencermikan populasi. Risiko sampling adalah bagian inheren dari sampling yang
disebabkan karena pengujian tidak dilakukan terhadap keseluruhan populasi.
Lasan te 9
Tingkat risiko sampling mempunyai hubungan yang terbalik dengan ukuran sampel.
Semakin kecil ukuran sampel, semakin tinggi risiko samplingnya. Sebaliknya, semakin
besar ukuran sampel, semakin rendah risiko samplingnya. Risiko sampling dapat
dibedakan atas :
a) Risiko sampling dalam pengujian substantive atas detail atau rincian.
Auditor memperhatikan dua aspek penting dari risiko sampling, yang meliputi :
Risiko keliru menerima (risk of incorrect acceptance)
Risiko keliru menolak (risk of incorrect rejection)
b) Risiko sampling dalam melaksanakan pengujian pengendalian
Auditor memperhatikan dua aspek penting dalam risiko sampling, yang meliputi :
Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu rendah (risk of
assessing control risk too low)
Risiko penentuan tingkat risiko pengendalian yang terlalu tinggi (risk of assessing
control risk too high)
Ada dua syarat yang harus dipenuhi agar suatu prosedur audit bisa dikategorikan
sebagai sampling statistik. Pertama, sampel harus dipilih secara random. Kedua, hasil
sampel harus bisa dievaluasi secara matematis. Jika salah satu syarat ini tidak terpenuhi
maka tidak bisa disebut sebagai sampling statistik.
Untuk memilih sampel secara random ada beberapa metode yang bisa digunakan:
a. Simple Random Sampling
Menggunakan pemilihan random untuk memastikan bahwa tiap elemen
populasi mempunyai peluang yang sama dalam pemilihan. Tabel bilangan acak
dapat dipakai untuk mecapai kerandoman (randomness)
Lasan te 10
size) yang dibutuhkan. Jika sampel yang homogen dikelompokkan keefektifan
dan keefisienan sampel bisa ditingkatkan
c. Systematic Sampling
Menggunakan random strart point dan setelah itu memilih tiap populasi ke
n. Kelebihan yang utama dari metode ini adalah penggunaannya yang mudah.
Namun problem utamanya adalah kemungkinan masih timbulnya sampel yang
bias (Guy, 1981).
d. Sampling Probability Proportional to Size (Dollar Unit Sampling)
Memilih sampel secara random sehingga probabilitas pilihan langsung
terkait dengan nilai (size). Dengan metode ini unit yang memiliki nilai tercatat
besar secara proporsional akan memiliki lebih banyak kesempatan untuk terpilih
daripada unit yang nilai tercatatnya kecil.
1) Sampling Statistik
Sampling statistik lebih banyak memerlukan biaya daripada sampling non
statistik. Namun, tingginya biaya dapat dikompensasi dengan tingginya manfaat yang
dapat diperoleh melalui pelaksanaan sampling statistik. Sampling statistik
menguntungkan manajemen dalam tiga hal berikut :
a. Perencanaan sampel yang efisien
b. Pengukuran kecukupan bukti yang dihimpun
c. Pengevaluasian hasil sampel
Lasan te 11
Disamping itu, sampling statistik mendukung auditor untuk mengkuantufikasi dan
mengendalikan risiko sampling. Ada dua macam tehnik sampling statistik, yaitu :
a. Attribute sampling
b. Variables sampling
7. Variabel Sampling
Variable sampling tepat untuk diterapkan auditor, antara lain pada :
Observasi dan penilaian persediaan
Konfirmasi piutang dagang
Cadangan untuk piutang tak tertagih
Lasan te 12
Cadangan persediaan yang rusak
Menilai persediaan dalam proses
Menilai aktiva tetap dalam public utility company
Penilaian umur piutang
Ada tiga tehnik yang dapat digunakan dalam variable sampling, yaitu :
1. Mean-per-unit (MPU)
Langkah-langkah dalam perencanaan estimasi MPU, meliputi :
1. Menentukan tujuan rencana sampling
2. Mendefinisikan kondisi kesalahan
3. Mendefinisikan populasi dan unit sampling
4. Menentukan ukuran sampel
5. Menentukan metode pemilihan sampel
6. Melaksanakan rencana sampling
7. Mengevaluasi hasil sampel
2. Difference estimation
Dalam sampling estimasi perbedaan ini, perbedaan dihitung untuk setiap item
sampel yang sama dengan nilai audit item tersebut dikurangi nilai bukunya. Auditor
kemudian menggunakan rata-rata perbedaan untuk menghimpun estimasi nilai populasi
total. Variabilitas perbedaan tersebut digunakan untuk menentukan (achieved precision)
atau cadangan (allowance) yang dapat diterima oleh risiko sampling.
Ada empat hal yang harus dipenuhi untuk menggunakan tehnik sampling ini, yaitu :
a. Nilai buku setiap item populasi harus dapat diketahui auditor
b. Total nilai buku populasi harus diketahui auditor
c. Jumlah keseluruhan dari nilai buku item populasi harus sama dengan total nilai
buku populasi
d. Harus ada perbedaan antara nilai audit dan nilai buku yang dapat diharapkan
Lasan te 13
buku item sampel. Rasio tersebut kemudian dikalikan dengan nilai buku total untuk
menghasilkan nilai populasi yang diestimasikan.
Sama dengan estimasi perbedaan, ada empat hal yang harus dipenuhi untuk
menggunakan tehnik sampling ini.
9. Atribute Sampling
Tehnik ini digunakan dalam pengujian pengendalian. Kegunaannya adalah untuk
memperkirakan tingkat deviasi atau penyimpangan dari pengendalian yang ditentukan
dalam populasi.
Sampling atribut untuk pengujian pengendalian, meliputi tahap berikut :
1. Menentukan tujuan pengujian audit
2. Menspesifikasi atribut yang akan diperiksa dan kondisi penyimpangan
3. Mendefinisikan populasi dan unit sampling
4. Menspesifikasikan tingkat penyimpangan yang dapat diterima
5. Menspesifikasikan risk of assessing control risk too low yang dapat diterima atau
acceptable risk of over reliance
6. Mengestimasi tingkat penyimpangan populasi
7. Menentukan ukuran sampel
8. Menentukan metode pemilihan sampel
9. Melaksanakan prosedur audit
10. Mengevaluasi hasil sampel
Lasan te 14
Tingkat penyimpangan yang dapat diterima sering disebut dengan tolerable
deviation rate (TDR). TDR mencerminkan tingkat penyimpangan dalam populasi yang
dapat diterima auditor. TDR mempunyai pengaruh yang signifikan atas ukuran sampel.
TDR mempunyai hubungan terbalik dengan besar kecilnya sampel. Semakin rendah
TDR, semakin besar jumlah sampel yang diperlukan auditor.
Aceptable risk of over reliance (ARO) merupakan risiko bahwa auditor menilai
suatu pengendalian berjalan efektif, padahal pada kenyataannya tingkat deviasi populasi
lebih tinggi daripada ARO. Auditor harus menggunakan pertimbangan profesionalnya
dalam pemilihan ARO yang tepat untuk situasi tertentu. Besarnya ARO tergantung
dengan keekstensifan rencana auditor untuk mengurangi tingkat risiko pengendalian yang
ditetapkan. ARO dipengaruhi planned assessed level of control risk atau tingkat risiko
pengendalian yang ditetapkan yang direncanakan, ARO mempunyai hubungan searah
dengan planned assessed level of control risk.Semakin tinggi Planned assessed level of
control risk, semakin tinggi ARO.
Apabila penilaian aspek kuantitatif dan kualitatif atas hasil sampel mendukung
kesimpulan bahwa ada penyimpangan pengendalian, maka auditor harus menggunakan
pertimbangan profesional untuk menentukan tindakan yang tepat. Jika auditor
menyimpulkan bahwa hasil sampel tidak mendukung tingkat risiko pengendallian yang
direncanakan atas suatu asersi, maka dia harus mennilai kembali sifat, waktu, dan luas
prosedur pengujian substantive.
Lasan te 15
B. AUDIT PLAN (PERENCANAAN PEMERIKSAAN)
Lasan te 16
9. Membuat jadwal pekerjaan audit.
Lasan te 17
2. Hal-hal yang mempengaruhi klien
Bisa didapat dari majalah—majalah ekonomi/ surat kabar.
3. Rencana kerja auditor
Hal-hal penting antara lain :
a. Staffing
b. Waktu Pemeriksaan
c. Jenis Jasa yang Diberikan
Hal-hal tambahan :
d. Bantuan-bantuan yang Dapat Diberikan Klien
e. Time Schedule
Lasan te 18
C. AUDIT PROGRAM
Setelah audit plan disusun, tetapi sebelum pemeriksaan lapangan dimulai, auditor
harus menyusun audit program yang merupakan kumpulan dari prosedur audit yang akan
dijalankan dan dibuat secara tertulis.
SA 300 – Perencanaan Suatu Audit Atas Laporan Keuangan
Audit program membantu auditor dalam memberikan perintah kepada asisten
mengenai pekerjaan yang harus dilaksanakan.
Audit program harus menggariskan dengan rinci, prosedur audit yang menurut keyakinan
auditor diperlukan untuk mencapai tujuan audit.
Audit program yang baik harus mencantumkan:
Tujuan pemeriksaan
Prosedur audit yang akan dijalankan
Kesimpulan pemeriksaan
Sebagian KAP menggunakan audit program yang sudah distandarisasi dan
digunakan di setiap kliennya, sebagian lagi menggunakan audit program yang disusun
sesuai kondisi dan situasi di perusahaan (tailor made). Akan lebih baik jika audit program
dibuat terpisah untuk Compliance test dan substantive test.
D. AUDIT PROSEDUR
Audit Procedures adalah langkah-langkah yang harus dijalankan oleh auditor
dalam melaksanakan pemeriksaannya dan sangat di perlukan oleh asisten agar tidak
melakukan penyimpangan dan dapat bekerja secar efisien dan efektif.
Audit procedures dilakukan dalam rangka mendapatkan bahan-bahan bukti (audit
avidence) yang cukup untuk mendukung pendapat auditor atas kewajaran laporan
keuangan.Untuk itu di perlukan audit teknik, yaitu cara-cara untuk memperoleh audit
evidence seperti : konfirmasi, observasi, inspeksi, Tanya jawab (inquiry) dan lain- lain.
E. AUDIT TEKNIK
Teknik audit adalah cara yang dipergunakan oleh auditor untuk memperoleh
bukti, berikut adalah teknik yang umum di gunakan oleh auditor : analisis,
observasi/pengamatan, permintaan informasi, evaluasi, investigasi, verifikasi, cek,
Lasan te 19
uji/tes, footing, cross footing, vouching, trasir, scanning, rekonsiliasi, konfirmasi,
bandingkan, inventarisasi, inspeksi.
1. Teknik-teknik audit yang dapat digunakan untuk pengujian fisik adalah :
Observasi/pengamatan adalah peninjauan dan pengamatan atas suatu objek secara
hati- hati, ilmiah, dan berkesinambungan selama kurun waktu tertentu untuk
membuktikan suatu keadaan atau masalah.
Inventarisasi/opname adalah pemeriksaan fisik dengan menghitung fisik barang,
menilai kondisinya dan membandingkan dengan saldo menurut buku, kemudian
mencari sebab-sebab terjadinya perbedaan apabila ada. hasil opname biasanya dituangkan
dalam suatu berita acara.
Inspeksi adalah meneliti secara langsung ketempat kejadian, yang lazim pula disebut on
the spot inspection, yang dilakukan secara rinci dan teliti.
2. Teknik audit untuk bukti dokumen.
Teknik audit yang digunakan untuk mengumpulkan bukti dokumen adalah :
Verifikasi Adalah pengujian secara rinci dan teliti tentang kebenaran, ketelitian
perhitungan, kesahihan, pembukuan, kepemilikan, dan eksistensi suatu dokumen.
Cek adalah menguji kebenaran atau keberadaan sesuatu, dengan teliti.
Uji/Test uji test adalah penelitian secara mendalam terhadap hal-hal secara esensial atau
penting.
Footing Adalah menguji kebenaran penjumlahan subtotal dan total dari atas ke bawah,
footing dilakukan terhadap data yang disediakan auditi, tujuan teknik footing adalah
untuk menentukan apakah data atau laporan yang disediakan auditi dpat diyakini
ketepatan perhitungannya.
Vouching adalah menelusuri suatu informasi/data dalam suatu dokumen dari pencatatan
menuju kepada adanya bukti pendukung, atau menelusuri mengikuti prosedur yang
berlaku dari ahasil menuju awal kegiatan.
Trasir/telusur adalah teknik audit dengan menelusuri suatu bukti transaksi/kejadian
menuju ke penyajian dalam suatu dokumen.
Lasan te 20
` Scanning adalah penelaahan secara umum dan dilakukan dengan cepat tetapi teliti, untuk
menemukan hal-hal yang tidak lazim atas suatu informasi. contoh scanning terhadap
pengeluaran kas yang lebih besar dari Rp. 10.000.000
Rekonsiliasi mencocokan dua data yang terpisah, mengenai hal yang sama dikerjakan
oleh bagian yang berbeda.
3. Teknik audit untuk bukti analisis.
Teknik-teknik audit yang dapat digunakan untuk mengumpulkan bukti analisis adalah :
Analisis memecah atau mengurai data informasi ke dalam unsur-unsur yang lebih kecil
atau bagian-bagian, sehingga dapat diketahui pola hubungan antar unsur atau
unsur penting tersembunyi, analisis terdapat beberapa diantaranya : analisis rasio
biasanya dilakukan atas laporan keuangan, analisis statistik berfungsi untuk
perhitungan statistik melihat rata-rata, korelasi, kecenderungan maupun kesimpulan
lainnya, perbandingan dengan bagian lain atau unit kerja lain yang diketahui oleh
auditor. teknik ini sering disebut bencmarking membandingkan dengan unit lain
yang sejenis misal nilai kelulusan SD A dengan SD-SD lainnya.
Evaluasi merupakan cara memperoleh suatu kesimpulan dengan mencari pola hubungan
atau dengan menghubungkan atau merakit berbagai informasi yang telah
diperoleh baik bukti intern maupun ekstern.
Investigasi adalah suatu upaya untuk mengupas secara intensif suatu permasalahan
melalui penjabaran, penguraian, atau penelitian secara mendalam. tujuan yaitu
memastikan apakah indikasi yang diperoleh dari teknik audit yang lainnya
dilakukanmemang benar terjadi.
Pembandingan yaitu membandingkan data dari satu unit kerja dengan unit kerja lain,
atas hal sama dan periode yang sama atau hal yang sama dengan periode yang
berbeda kemudian ditarik kesimpulan.
4. Teknik audit untuk bukti keterangan
Teknik audit untuk mengumpulkan bukti keterangan adalah :
Konfirmasi : adalah memperoleh bukti sebagai kepastian bagi auditor, dengan cara
mendapatkan mendapatkan informasi yang sah dari pihak luar auditi. konfirmasi
terdapat konfirmasi positif yaitu konfirmasi yang harus dijawab secara tertulis oleh
Lasan te 21
pihak luar dan konfirmasi negatifmerupakan konfirmasi yang meminta jawaban tertulis bila data
yang dikonfirmasi berbeda.
Permintaan informasi : Permintaan informasi yang dilakukan dengan tujuan menggali
informasi tertentu berbagai pihak yang berkopeten. hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu
sumber informasi.
3) Telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan ketiga yaitu bukti audit telah
diperoleh, prosedur audit telah ditetapkan, dan pengujian telah dilaksanakan ,
yang memberikan bukti kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan.
Lasan te 22
Empat tujuan penting pembuatan kertas kerja adalah untuk:
Kertas kerja dapat digunakan oleh auditor untuk mendukung pendapatnya, dan
merupakan bukti bahwa auditor telah melaksanakan audit yang memadai.
Auditor dapat kembali memeriksa kertas kerja yang telah dibuat dalam auditnya, jika di
kemudian hari ada pihak-pihak yang memerlukan penjelasan mengenai simpulan
atau pertimbangan yang telah dibuat oleh auditor dalam auditnya.
Audit yang dilaksanakan oleh auditor terdiri dari berbagai tahap audit yang dilaksanakan
dalam berbagai waktu, tempat, dan pelaksana. Setiap audit tersebut menghasilkan
berbagai macam bukti yang membentuk kertas kerja. Pengkordinasian dan
pengorganisasian berbagai tahap audit tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan
kertas kerja.
Dari Kertas Kerja dapat diperoleh informasi yang sangat bermanfaat untuk audit
berikutnya jika dilakukan audit yang berulang terhadap klien yang sama dalam periode
akuntansi yang berlainan, auditor memerlukan informasi mengenai sifat usaha
klien, catatan dan ank e akuntansi klien, pengendaian intern klien, dan rekomendasi
perbaikan yang diajukan kepada klien dalam audit yang lalu, jurnal-
jurnal adjustment yang disarankan untuk menyajikan secara wajar laporn keuangan
yang lalu.
SA Seksi 339 Kertas Kerja paragraph 06 mengatur bahwa kertas kerja adalah
milik kantor akuntan publik, bukan milik klien atau milik pribadi. Namun, hak
Lasan te 23
kepemilikan kertas kerja oleh kantor akuntan publik masih tunduk pada pembatasan-
pembatasan yang diatur dalam Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik yang berlaku,
ntuk meghindarkan penggunaan hal-hal yag bersifat rahasia oleh auditor untuk tujuan
yangtidak semestinya.
Kertas keja yang bersifat rahasia berdasarkan SA Seksi 339 paragraf 08 mengatur bahwa
auditor harus menerapkan prosedur memadai untuk menjaga keamanan kertas kerja dan
harus menyimpannya sekurang-kurangnya 10 tahun.
Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik memuat aturan yang berkaitan dengan
kerahasiaan kertas kerja. Aturan Etika 301 berbunyi sebagai berikut:
Hal-hal yang ank membuat auditor dapat memberikan informasi tentang klien kepada
pihak lain adalah :
Lasan te 24
Kecakapan teknis dan keahlian professional seorang auditor independen akan
tercermin pada kertas kerja yang dibuatnya. Auditor yang kompeten adalah auditor yang
mampu menghasilkan kertas kerja yang benar-benar bermanfaat. Ada lima ank e yang
harus diperhatikan untuk memenuhi tujuan ini:
1. Lengkap
Kertas kerja harus lengkap dalam arti:
Isi ketas kerja meliputi semua informasi yang dikumpulan dan dibuat oleh auditor
dalam auditnya. Kertas kerja terdiri dari berbagai macam yang secara garis besar dapat
dikelompokkan ke dalam 5 tipe kertas kerja berikut ini :
Lasan te 25
1. Program audit (audit program)
2. Working trial balance
3. Ringkasan jurnal adjustment
4. Skedul utama (lead schedule atau top schedule)
5. Skedul pendukung (supporting schedule)
G. AUDIT KECURANGAN
Fraud auditing atau audit kecurangan adalah upaya untuk mendeteksi dan
mencegah kecurangan dalam transaksi-transaksi komersial. Untuk dapat
melakukan audit kecurangan terhadap pembukuan dan transaksi komersial memerlukan
gabungan dua keterampilan, yaitu sebagai auditor yang terlatih dan kriminal investigator.
Lasan te 26
e) Penetapan final apakah kecurangan terjadi merupakan tanggung jawab pengadilan
(hakim), bukan pemeriksanya.
f) Prinsip-prinsip audit kecurangan.
g) Investigasi adalah tindakan mencari kebenaran.
h) Kegiatan investigasi mencakup pemanfaatan sumber-sumber bukti yang
dapat mendukung fakta yang dipermasalahkan.
i) Semakin kecil selang antara waktu terjadinya tindak kejahatan dengan waktu untuk
‘merespons’ maka kemungkinan bahwa suatu tindak kejahatan dapat terungkap akan
semakin besar.
j) Auditor mengumpulkan fakta-fakta sehingga bukti-bukti yang diperolehnya tersebut
dapat memberikan kesimpulan sendiri/bercerita,.
k) Bukti fisik merupakan bukti nyata. Bukti tersebut sampai kapanpun akan selalu
mengungkapkan hal yang sama.
l) Informasi yang diperoleh dari hasil wawancara dengan saksi akan sangat dipengaruhi
oleh kelemahan manusia.
m) Jika auditor mengajukan pertanyaan yang cukup kepada sejumlah orang yang cukup,
maka akhirnya akan mendapatkan jawaban yang benar.
n) Informasi merupakan nafas dan darahnya investigasi.
Kategori Kecurangan
Lasan te 27
c) Pencurian aset yang tidak tampak pada buku, dan tidak akan dapat dideteksi melalui
pengujian transaksi akuntansi “yang dibukukan”, seperti:
pencurian uang pembayaran piutang dagang yang telah dihapusbukukan/di-write-off
(fraud off-the books, paling sulit untuk ditemukan)
2. Berdasarkan frekuensi.
Pengklasifikasian kecurangan dapat dilakukan berdasarkan frekuensi terjadinya:
a) Tidak berulang (non-repeating fraud). Dalam kecurangan yang tidak berulang,
tindakan kecurangan — walaupun terjadi beberapa kali — pada dasarnya bersifat
tunggal. Dalam arti, hal ini terjadi disebabkan oleh adanya pelaku setiap saat (misal:
pembayaran cek mingguan karyawan memerlukan kartu kerja mingguan untuk melakukan
pembayaran cek yang tidak benar).
b) Berulang (repeating fraud). Dalam kecurangan berulang, tindakan yang menyimpang
terjadi beberapa kali dan hanya diinisiasi/diawali sekali saja. Selanjutnya kecurangan
terjadi terus-menerus sampai dihentikan. Misalnya, cek pembayaran gaji bulanan yang
dihasilkan secara otomatis tanpa harus melakukan penginputan setiap saat. Penerbitan
cek terus berlangsung sampai diberikan perintah untuk menghentikannya. Bagi auditor,
signifikansi dari berulang atau tidaknya suatu kecurangan tergantung kepada dimana ia
akan mencari bukti. Misalnya, auditor harus mereview program aplikasi komputer untuk
memperoleh bukti terjadinya tindakan kecurangan pembulatan ke bawah saldo tabungan
nasabah dan pengalihan selisih pembulatan tersebut ke suatu rekening tertentu.
3. Berdasarkan konspirasi.
Kecurangan dapat diklasifikasikan sebagai: terjadi konspirasi atau kolusi, tidak terdapat
konspirasi, dan terdapat konspirasi parsial. Pada umumnya kecurangan terjadi karena
adanya konspirasi, baik bona fide maupun pseudo. Dalam bona fide conspiracy, semua
pihak sadar akan adanya kecurangan; sedangkan dalam pseudo conspiracy, ada pihak-
pihak yang tidak mengetahui terjadinya kecurangan.
4. Berdasarkan keunikan .
Kecurangan berdasarkan keunikannya dapat dikelompokkan sebagai berikut:
a. Kecurangan khusus (specialized fraud), yang terjadi secara unik pada orang-orang
yang bekerja pada operasi bisnis tertentu. Contoh: (1) pengambilan aset yang disimpan
Lasan te 28
deposan pada lembaga-lembaga keuangan, seperti: bank, dana pensiun, reksa dana
(disebut juga custodial fraud) dan (2) klaim asuransi yang tidak benar.
b. Kecurangan umum (garden varieties of fraud) yang semua orang mungkin hadapi
dalam operasi bisnis secara umum. Misal: kickback, penetapan harga yang tidak benar,
pesanan pembelian/kontrak yang lebih tinggi dari kebutuhan yang sebenarnya,
pembuatan kontrak ulang atas pekerjaan yang telah selesai, pembayaran ganda, dan
pengiriman barang yang tidak benar.
Lasan te 29
Contoh Kasus
Profil PT Karina Utama Tbk
PT Karina Utama Tbk didirikan di Indonesia pada tanggal 20 Juni 1997
berdasarkan akta notaris Miryam Magdalena Indriani Wiardi, S.H Nomor 88. Akta
pendirian tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam
Surat Keputusan Nomor C2-10.522.HT.01.01TH.1997 tanggal 8 Oktober 1997 dan telah
diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia Nomor 24 tanggal 23 Maret 1999.
Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan
akta Notaris Leolin Jayayanti, S.H Nomor 1 tanggal 2 Desember 2008, antara lain
sehubungan dengan rencana penawaran umum saham perusahaan kepada masyarakat,
perubahan nama perusahaan menjadi PT Katarina Utama Tbk, perubahan nilai nominal
saham dan perubahan beberapa pasal dalam anggaran dasar. Akta perubahan tersebut
telah mendapatkan pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia dengan Surat Kerputusan Nomor AHU-94117.AH.01.02 tahun 2008 tanggal 5
Desember 2008.
PT Karina Utma Tbk merupakan perusahaan yang bergerak pada bidang
perdagangan dan jasa konsultsi manajemen di bidang telekomunikasi serta pemasangan,
pengujian, dan uji kelayakan berbagai jenis produk dan peralatan telekomunikasi . PT
Karina Utama Tbk memperoleh surat pernyataan efektif dari BAPEPAM-LK untuk
melakukan penawaran umum perdana (IPO) atas 210 juta saham atau setara 25,95% dari
modal disetor kepada public dengan nilai nominal Rp 100 per saham dan harga
penawaran Rp 160 per saham. Dari hasil penawaran umum tersebut PT Katarina Utama
Tbk mendapatkan dana Rp 33,6 miliar.
PEMBAHASAN
Lasan te 30
PT Karina Utama sebelum melakukan IPO sudah dicurigai tela memanipulasi
laporan keuangan tahun 2008. Dalam dokumen laporan keuangan 2008 nilai asset
perseroan terlihat naik hampir 10 kali lipat dari Rp 7,9 miliar pada 2007 menjadi Rp 76
miliar pada 2008. Adapun ekuitas perseroan tercatat naik 16 kali lipat menjadi Rp 64,3
dari Rp 4,49 miliar. Sama halnya dengan tahun 2008, laporan keuangan tahun 2009
juga diduga penuh angka-angka fiktif. Dalam laporan keuangan audit 2009, Katarina
mencantumkan ada piutang usaha dari MIG sebesar Rp 8,606 miliar dan pendapatan
dari MIG sebesar Rp 6,773 miliar, selain itu PT Katarina Utama Tbk melakukan
penggelembungan asset dengan memasukan sejumlah proyek fiktif senilai Rp 29,6
miliar. Rinciannya adalah piutang proyek dari PT Bahtiar Mastura Omar Rp 10,1 miliar,
PT Ejey Indonesia Rp 10 miliar dan PT Inti Bahana Mandiri Rp 9,5 miliar
Setahun pasca listing dugaan penyelewengan dana IPO mulai tercium otoritas
bursa dan pasar modal atas laporan pemegang saham dan Forum Komunikasi Pekerja
Katarina (FKPK). PT Katarina Utama Tbk diduga melakukan penyalahgunaan dana hasil
IPO sebesar Rp 28,971 miliar dari total yang diperoleh sebesar Rp 33,60 miliar. Realisasi
dana IPO diperkirakan hanya sebesar Rp 4,629 miliar. Dugaan penyelewengan tersebut
dipicu oleh laporan keuangan perseroan yang menunjukan angka-angka yang tidak normal.
Pada 2010, jumlah asset terlihat menyusut drastic dari Rp 105,1 miliar pada 2009, menjadi
Rp 26,8 miliar. Ekuitas anjlok dari Rp 97,96 miliar menjadi Rp 20,43 miliar. Adapun
pendapatan yang tadinya sebesar Rp 29,9 miliar, hanya tercatat Rp 3,7 miliar. Perseroan
pun menderita kerugian sebesar Rp 77miliar dari periode sebelumnya yang memperoleh
laba Rp 55 miliar.
Pada 1 September 2010 saham PT Katarina Utama Tbk (RINA) disuspensi oleh
Bursa Efek Indonesia. Audit yang dilakukan oleh KAP Akhyadi Wadisono memberikan
opini disclaimer selama tahun 2010 dan 2011. Tanggal 1 Oktober 2012 otoritas bursa
memberikan sanksi administartif dan melakukan delisting atas saham PT Katarina Utama
tbk.
Lasan te 31
Penyalahgunaan dana penawaran umum disebabkan karena adanya kelemahan
dalam pengendalian internan PT Katarina Utama. Akibat lemahnya pengendalian internal
tersebut pihak menajemen hanya merealisasikan sebagian kecil dana hasil penawaran
umum, sedangkan selebihnya diduga diselewengkan oleh pihak manajemen.Manipulasi
laporan keuangan disebabkan oleh pihak internal yang dengan sengaja melakukan
manipulasi guna mempercantik angka-angka dalam laporan keuangan agar menarik
investor yang akan membeli saham PT Katarina Utama. Meskipun belum ada pernyataan
dari otoritas bursa mengenai keterlibatan pihak yang mengaudit laporan keuangan 2008,
namun kuat dugaan adanya keterlibatan pihak auditor. Hal ini karena hasil audit yang
dikeluarkan KAP Budiman, Wawan, Pamudji dan Rekan justru menyatakan opini wajar
padahal ada dugaan laporan keuangan tersebut telah dimanipulasi. Dugaan keterlibatan
pihak auditor semakin kuat setelah KAP Akhyadi Wadisono melakukan audit atas
laporan keuangan 2010 dan memberikan opini disclaimer karena tidak dapat melakukan
konfirmasi atas transaksi yang ada. Praktik pelanggaran penggunaan dana penawaran
umum oleh PT Katarina Utama Tbk jelas merupakan pelanggaran prinsip keterbukaan
informasi dari perusahaan public. Akibatnya pemegang saham dirugikan karena tidak
mengetahui kondisi perusahaan yang sesungguhnya karena adanya manipulasi laporan
keuangan.
Lasan te 32
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) masih melakukan
pemeriksaan terhadap adanya dugaan penyelewengan dana penawaran saham perdana
(initial public offering/IPO) yang dilakukan PT Katarina Utama Tbk (RINA).
Kasus tersebut sudah ditangani oleh Biro Pemeriksaan dan Penyidikan Bapepam-
LK.“Surat pemeriksaannya sudah dikeluarkan. Latar belakang isi surat pemeriksaan
ini adalah adanya dugaan penyalahgunaan dana IPO oleh Katarina,” ujar Kepala Biro
Pemeriksaan dan Penyidikan Bapepam-LK Sardjito. Setelah dilakukan pemeriksaan dan
penyidikan, ternyata PT Katarina Utma Tbk terbukti melakukan hal tersebut. akhirnya
PT Katarina Utama Tbk diberikan Sanksi oleh Bapepam yaitu pemberian sanksi
administratif oleh otoritas bursa sesuai dengan UU No. 8 Tahun 1995 Tentang Pasar
Modal dan delistingdari bursa efek Indonesia, setelah selama 2 tahun sebelumnya
saham PT Katarina Utama Tbk yang berkode RINA disuspensi dan tidak akan
diperdagangkan kembali
Kesimpulan
PT Karina Utama Tbk (RINA) telah melakukan perbuatan yang bertentangan den
gan prinsip Good Corporate Governance hal tersebut dapat di lihat dari banyaknya tindak
kejahatan yang dilakukan mulai dari penyimpangan dana yang merugikan pemegang
saham, manipulasi laporan keuangan yang melibatkan pihak eksternal hingga tidak
Lasan te 33
dibayarkan hak-hak karyawan mereka.seharusnya sebagai perusahaan yang go
public seharusnya PT Karina Utama Tbk memberikan laporan keuangan dengan lebih
jujur. Sebagaimana UU yang mengatur dalam perdagangan di bursa, tentunya hal ini
melibatkan banyak shareholdernya yang mengharapkan keuntungan dari perseroan
tersebut.
Lasan te 34