Anda di halaman 1dari 3

Resume Bab IV PELAKSANAAN 

PENUGASAN ASSURANCE

Resume Bab IV PELAKSANAAN PENUGASAN ASSURANCE


A. PENGUJIAN DAN PENGUMPULAN BUKTI
Pada tahap pelaksanaan kegiatan assurance dilakukan pengujian yang telah direncanakan
dalam PKA pada tahap perencanaan. Dalam setiap pengujian yang dilakukan, hasilnya
didokumentasikan ke dalam kertas kerja audit (KKA). KKA adalah catatan (dokumentasi) yang
dibuat oleh auditor mengenai bukti‐bukti yang dikumpulkan, berbagai teknik dan prosedur
audit yang diterapkan, serta simpulan‐simpulan yang dibuat selama melakukan audit.
Tujuan penyusunan KKA adalah:
1. KKA merupakan penghubung antara audit yang dilaksanakan dengan LHA, jadi informasi
dalam LHA harus dapat dirujuk ke KKA.
2. KKA mendokumentasikan seluruh informasi yang diperoleh selama kegiatan audit, mulai dari
kegiatan perencanaan sampai dengan penyusunan konsep LHA.
3. KKA mencakup seluruh masalah yang ditemukan selama pelaksanaan audit, termasuk
perluasan perolehan bukti untuk mendukung temuan audit.
4. KKA akan membantu auditor pada saat pembahasan permasalahan dengan auditi. Dengan
KKA yang lengkap, jika suatu permasalahan disanggah oleh auditi, maka auditor akan dapat
menjelaskan permasalahannya dengan bantuan KKA.
5. KKA dapat digunakan oleh PT sebagai sarana mengawasi, menilai, memonitor, dan menilai
kecukupan teknik dan prosedur audit.
6. KKA dapat menjadi bahan pembuktian dalam hal masalah diajukan ke pengadilan. KKA yang
lengkap dapat menjadi alat untuk membela diri tentang kecukupan prosedur audit yang telah
dijalankan sebagai pendukung pengambilan simpulan.
7. KKA dapat menjadi referensi dalam perencanaan tugas audit atau pelaksanaan audit
periode berikutnya dan referensi dalam memonitor tindak lanjut audit.
8. KKA yang disusun auditor intern dapat digunakan untuk membantu auditor ekstern dalam
mengevaluasi sistem pengendalian intern auditi. KKA juga dapat digunakan oleh auditor ekstern
untuk mengevaluasi pekerjaan auditor intern sebelum auditor ekstern
memutuskan untuk memanfaatkan hasil kerja auditor intern yang terkait dengan
keperluan auditnya.
9. Penyusunan KKA memungkinkan dilakukannya reviu oleh rekan sejawat (peer reviu) atau
oleh lembaga yang berwenang, juga sebagai pertanggungjawaban auditor bahwa audit telah
dilaksanakan sesuai standar audit.

Hubungan PKA dengan KKA


PKA adalah rancangan prosedur dan teknik audit yang akan diikuti/dilaksanakan dan KKA
adalah dokumentasi hasil pelaksanaan PKA. Bagan berikut merupakan contoh yang
memperlihatkan hubungan PKA dan KKA tersebut.

Audit Sampling
Audit sampling adalah penerapan pengujian/prosedur audit kurang dari 100% populasi yang
bertujuan untuk mendapat simpulan kondisi seluruh populasi. Pengujian yang dilakukan atas
seluruh bukti/elemen dinamakan sensus. Idealnya, agar hasil pengujian lebih bisa dipercaya,
seorang Auditor melakukan sensus. Namun karena sesuatu hal Auditor bisa tidak meneliti
keseluruhan bukti, maka yang bisa dilakukannya adalah meneliti sebagian dari keseluruhan
populasi/sampling.

Matriks Risiko dan Pengendalian


Prosedur pengujian yang di PKA yang disusun berdasarkan matriks risiko dan pengendalian
dilakukan untuk memastikan apakah pengendalian kunci yang diterapkan telah didesain dan
diterapkan dapat menekan risiko ke tingkat yang dapat diterima (acceptable level).

B. EVALUASI BUKTI DAN PENGAMBILAN KESIMPULAN


Pelaksanaan prosedur dan teknik audit menghasilkan bukti‐bukti yang membantu auditor untuk
dapat menilai efektifitas pengendalian intern. Beberapa pertanyaan yang harus dijawab auditor
untuk menilai efektifitas pengendalian intern adalah sebagai berikut.

1. Apakah pengendalian kunci telah didesain dengan baik?


2. Apakah pengendalian kunci telah berfungsi dengan baik seperti yang direncanakan?
3. Apakah risiko terkait telah berhasil di tekan pada tingkat yang dapat diterima?
4. Apakah pengendalian yang telah didesain dan diterapkan membantu pencapaian tujuan
organisasi?

Untuk bisa menjawab pertanyaan‐pertanyaan ini, auditor internal harus mengambil kesimpulan
berdasar informasi/bukti yang didapat sejak tahap perencanaan sampai pelaksanaan
penugasan. Simpulan diambil dengan menggunakan judgement dari auditor.

C. PENGEMBANGAN TEMUAN DAN REKOMENDASI


Setelah dilakukan pengujian, pengumpulan bukti, evaluasi bukti, dan menyusun simpulan,
auditor internal harus menyusun temuan (observation/finding). Temuan berpangkal tolak dari
perbandingan kondisi (apa yang sebenarnya terjadi) dengan kriteria (apa yang seharusnya
terjadi), mengungkap akibat yang ditimbulkan dari perbedaan kondisi dan kriteria tersebut
serta mencari penyebabnya. Pengembangan temuan sangat menentukan keberhasilan tugas
audit.
Langkah‐langkah pengembangan temuan adalah sebagai berikut:
1. Kenali secara khusus apa yang kurang dalam hubungan dengan kriteria/tolok ukur yang
lazim.
2. Pada dasarnya dalam suatu audit, auditor membandingkan “apa yang sebenarnya terjadi”
dengan “apa yang seharusnya terjadi”.
3. Kenali batas wewenang dan tanggung jawab pejabat yang terlibat dalam pelaksanaan
kegiatan, program dan fungsi yang diaudit.
4. Auditor perlu mengenali batas wewenang pejabat yang bertanggung jawab langsung
terhadap kegiatan, program dan fungsi yang diaudit dan juga mengetahui pejabat yang
bertanggung jawab pada tingkat yang lebih tinggi untuk mengetahui pada siapa laporan dan
rekomendasi ditujukan.
5. Pastikan sebab kelemahannya.
6. Tentukan apakah kelemahan tersebut merupakan kasus yang berdiri sendiri atau tersebar
luas.
7. Tentukan akibat atau arti pentingnya kelemahan.
8. Mintakan komentar pejabat yang kompeten.
9. Mintakan kesediaan untuk menindaklanjuti.

Anda mungkin juga menyukai