Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENAFSIRAN RESIKO DAN DESAIN PENGUJIAN

NAMA KELOMPOK 2

1. PUTRIYANI FOENALE

2. RISKI JAYVINKY TALLO

3. SALMAWATI NASRUN

4. SITI NABILA

5. TEODOSIA ITU

POLITEKNIK NEGERI KUPANG

2022
KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat serta
karuniaNYA, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Penatausahaan keuangan
desa”. kepada segenap pihak yang telah memberikan bimbingan serta arahan selama penulisan
makalah ini. Penulis sadar karya tulis ini jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penulis minta
maaf atas segala kekurangannya. Penulis minta kritik dan saran yang membangun. Agar penulis
dapat memperbaiki karya tulis ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
pembaca. Terima kasih.
DAFTAR ISI

BAB I...............................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang Masalah....................................................................................................4
1.3 Rumusan Masalah.............................................................................................................4
1.4 Tujuan...............................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................5
2.1 Penaksiran Risiko..............................................................................................................5
2.2 Pengujian Pengendalian....................................................................................................5
2.3 Perancangan Pengendalian Pengujian...............................................................................7
2.4 Kerjasama Dengan Auditor Intern Dalam Pengujian Pengendalian.................................8
2.3 Pengujian Dengan Tujuan ganda......................................................................................9
2.4 Penentuan Risiko Deteksi.................................................................................................9
2.5 Desain Pengujian.............................................................................................................10
BAB III..........................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Suatu tahap penting dari setiap perikatan audit adalah perencanaan. Perencanaan
menyajikan tujuan yang sama dalam audit seperti dalam perencanaan pribadi untuk
kuliah atau dalam perencanaan bisnis untuk pengembangan produk baru sepertikomputer
personal. Dalam setiap hal, perencanaan menghasilkan peraturan atas urutan dari bagian-
bagian atau langkah-langkah untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam perencanaan
audit, terdapat lima langkah penting dalam merencanakan audit,yaitu memperoleh
pemahaman tentang bisnis dan industri klien, melaksanakan prosedur analitis, membuat
pertimbangan awal tentang tingkat materialitas, mempertimbangkan risiko audit,
mengembangkan strategi audit awal untuk asersi signifikan, dan memperoleh pemahaman
tentang pengendalian intern. Dalam makalah ini akan dibahaslebih rinci mengenai dua
langkah pertama dalam perencanaan audit.

1.3 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Penaksiran Risiko?


2. Jelaskan Pengujian Pengendalian?
3. Bagaimana Perancangan Pengujian Pengendalian?
4. Bagaimana Kerjasama Dengan Auditor Intern Dalam Pengujian Pengendalian?
5. Bagaimana cara Menentukan Risiko Deteksi?
6. Apa yang dimaksud dengan Desain Pengujian?

1.4 Tujuan

1. Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Audit Komputerisasi


2. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Penaksiran Risiko dan Desain
Pengujian

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penaksiran Risiko

Penaksiran risiko pengendalian adalah proses evaluasi efektivitas desain dan operasi
pengendalian intern entitas dalam rangka pencegahan atau pendeteksian salah saji material dalam
laporan keuangan. Tahap – tahapnya adalah sebagai berikut:

1. Pertimbangan pengetahuan yang diperoleh dari pemahaman atas pengendalian intern.


2. akukan identifikasi salah saji potensial yang dapat terjadi dalam asersi entitas.
3. Lakukan identifikasi pengendalian yang diperlukan untuk mencegah atau mendeteksi
salah saji.
4. Lakukan pengujian pengendalian terhadap pengendalian yang diperlukan untuk
menentukan efektivitas desain dan operasi pengendalian intern.
5. Lakukan evaluasi terhadap bukti dan buat taksiran resiko pengendalian. Penaksiran
risiko pengendalian dapat dilakukan oleh auditor dalam bentuk kuantitatif atau kualitatif.
Penaksiran resiko pengendalian untuk suatu asersi merupakan faktor penentu tingkat
resiko deteksi yang dapat diterima untuk suatu asersi, yang pada gilirannya akan
berdampak terhadap tingkat pengujian substantif yang direncanakan yang harus
dilakukan untuk menyelesaikan audit. Jika resiko pengendalian ditaksir telalu rendah,
resiko deteksi dapat terlalu tinggi ditetapkan dan auditor dapat melaksanakan pengujian
substantif yang tidak memadahi sehingga auditnya tidak efektif, begitu juga sebaliknya.

2.2 Pengujian Pengendalian


Pengujian pengendalian adalah prosedur audit yang dilaksanakan untuk menentukan
efektivitas desain dan operasi pengendalian intern. Pengujian pengendalian oleh auditor
berkaitan dengan apakah kebijakan dan prosedur telah didesain secara memadahi untuk
mencegah atau mendeteksi salah saji material dalam asersi tertentu dalam laporan
keuangan. Pengujian pengendalian dilaksanakan oleh auditor selama perencanaan audit
dan dalam pekerjaan intermin. Pengujian pengendalian juga dapat diterapkan dalam dua
strategi audit yaitu, pendekatan terutama substantif dan pendekatan resiko pengendalian
rendah. Tujuan dari pengendalian intern adalah sebagai berikut:
1. Keandalan pelaporan keuangan
2. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
3. Afektivitas dan efisiensi operasi
 Pengujian Pengendalian Bersama
Pengujian pengendalian bersama dilaksanakan oleh auditor bersamaan waktunya dengen
usaha pemerolehan pemahaman atas pengendalian intern. Pengujian ini dilakukan oleh
auditor, baik dalam strategi pendekatan utama substantif maupun dalam pendekatan
resiko pengendalian rendah. Pengujian pengendalian bersama terdiri dari prosedur untuk
memeroleh pemahaman dan sekaligus untuk mendapatkan bukti efektivitas pengendalian
intern. Bukti yang diperoleh dari pengujian pengendalian bersama umumnya hanya
menghasilkan taksiran tingkat resiko pengendalian sedikit dibawah maksimum sampaii
ke tingkat yang tinggi.
 Pengujian Pengendalian Tambahan atau yang direncanakan
Pengujian pengendalian ini dilaksanakan oleh auditor dalam pekerjaan lapangan.
Pengujian pengendalian ini dapat memberikan bukti tentang penerapan semestinya
kebijakan dan prosedur pengendalian secara konsisten sepanjang tahun yang diaudit.
Kalau pengujian pengendalian tambahan hanya dilaksanakan bilamana dengan tambahan
bukti tentang efektivitas pengendalian intern, auditor akan mendapat taksiran awal
tingkat resiko pengendalian yang rendah dan biaya untuk mendapatkan bukti tersbut
efisien. Jika pengujian pengendalian ini dilaksanakan dalam strategi untuk mendapatkan
taksiran awal tingkat resiko pengendalian rendah, maka pengujian pengendalian ini
disebut pengujian pengendalian yang direncanakan.

2.3 Perancangan Pengendalian Pengujian


 Jenis Pengujian Pengendalian
Jenis-jenis pengujian pengendalian yang dapat dipilih auditor dalam pelaksanaan
pengujian adalah sebagai berikut:
1. Permintaan keterangan
2. Pengamatan
3. Inspeksi
4. Pelaksanaan kembali
 Waktu Pelaksanaan Pengujian Pengendalian
Hal ini berkaitan dengan kapan prosedur tersebut dilaksanakan dan bagian periode
akuntansi mana prosedur tersebut berhubungan.pengujian pengendalian ini hanya
memberikan bukti efektivitas pengendalian intern dalam periode sejak tanggal
awal tahun yang diaudit sampai tanggal pengujian. Tapi menurut standar audit
yang ditetapkan IAI auditor diharuskan mengumpulkan bukti efektifitas
pengendalian intern sepanjang tahun yang diaudit, tetapi dengan pertimbangan
efisiensi maka pengujian pengendalian dilaksanakan pada akhir tahun yang
diaudit.
 Lingkup Pengujian Pengendalian
Semakin luas lingkup pengujian pengendalian, akan dikumpulkan bukti lebih
banyak mengenai efektivitas pengendalian intern. Lingkup pengujian intern
secara langsung dipengaruhi oleh taksiran tingkat resiko pengendalian yang
direncanakan.

2.4 Kerjasama Dengan Auditor Intern Dalam Pengujian Pengendalian


1. Bilamana auditor independen melakukan audit atas laporan keuangan entitas yang
memiliki fungsi audit intern, maka auditor independen dapat :
 Melakukan koordinasi pekerjaan auditnya dengan auditor intern Auditor
dapat melakukan koordinasi pekerjaan dengan auditor intern dan
mngurangi jumlah lokasi atau divisi perusahaan yang akan diterapi
pengujian pengendalian. Auditor independen harus menguji pekerjaan
auditor intern dan menentukan apakah:
Lingkup pekerjaan auditor intern memadai untuk memenuhi tujuan
pekerjaannya.
 Program audit memadai untuk mencapai tujuan auditnya.
 Kertas kerja yang dibuat memadai untuk mendokumentasikan pekerjaan
yang telah dilaksanakan, termasuk mencerminkan adanya supervisi dan
review atas pekerjaan yang telah dilaksanakan.
 Kesimpulan dibuat memadai sesuai dengan keadaan.
 Laporan sesuai dengan pekerjaan yang telah dilaksanakan.
2. Menggunakan auditor intern untuk menyediakan bantuan langung dalam audit
Auditor independen dapat meminta auditor intern untuk memberikan bantuan
langsung yang berkaitan dengan pekerjaan yang secara spesifik diminta oleh
auditor independen dari auditor intern untuk menyelesaikan beberapa aspek
pekerjaan auditor independen. Dan apabila bentuan langsung disediakan maka
auditor harus:
 Menentukan independensi dan objektivitas auditor intern.
 Memberitahu auditor intern mengenai tanggung jawab auditor intern
tersebut tujuan prosedur yang dilaksanakan oleh auditor intern.
 Memberitahu auditor intern bahwa semua masalah akuntansi dan auditing
yang signifikan yang ditemukan selama audit harus diberitahukan kepada
auditor independen.

2.3 Pengujian Dengan Tujuan ganda


Mayoritas dalam audit, pengujian pengendalian tambahan dilaksanakn oleh auditor
terutama dalam pekerjaan intermin, sedangkan pengujian substantif dilaksanakan
terutama pada akhir tahun yang diadit. Tetapi, standar audit yang ditetapkan audit IAI
mengijinkan auditor untuk melakukan pengujian substantif terhadap transaksi rici dalam
periode intermin, untuk mendeteksi kemungkinan kekeliruan moneter dalam akun. Bila
hai ini terjadi maka auditor secara serentak melakukan pengujian pengendalian atas
transaksi yang sama, hal ini yang disebut dengan pengujian dengan tujuan ganda. Auditor
harus mendesain pengujiannya sedemikian rupa supaya informasi yang dibutuhkan dapat
memenuhi informasi tentang efektivitas pengendalian intern dan kekeliruan moneter
dalam akun. Hal ini dilakukan untuk menekan biaya dalam pelaksanaan pengujian.

2.4 Penentuan Risiko Deteksi


Dalam tahap-tahap audit atas laporan keuangan, penentuan risiko deteksi terletak pada
tahap auditor mendesain pengujian substantif. Gambar berikut menggambarkan letak
penentuan risiko deteksi dalam proses audit, sedangkan pengertian dari risiko deteksi
yaitu risiko auditor tidak akan mendeteksi salah saji material yang ada dalam suatu
asersi.Resiko deteksi dapat dihitung dengan rumus:

Resiko deteksi dapat dihitung dengan rumus:


RD = risiko deteksi
RP = Risiko Pengendalian
RA = risiko audit
RB = risiko bawaan
Jika tingkat risiko pengendalian final sama dengan yang direncanakan. Auditor dapat
melanjutkan untuk mendesain pengujian substantif khusus berdsarkan tingkat pengujian
substantif yang telah direncanakan. Namun jika tingkat risiko pengendalian final tidak sama
dengan yang direncanakan, auditor harus mengubahtingkat pengujian substantif sebelum auditor
mendesain pengujian substantif khusus untuk menampung tingkat risiko deteksi yang dapat
diterima.

2.5 Desain Pengujian


Desain pengujian substantif sangat ditentuan oleh resiko deteksi yang ditetapkan
oleh auditor. Desain pengujian substantif mencakup penentuaan sifat, saat, dan lingkup
pengujian yang diperlukan untuk memenuhi tingkat resiko deteksi setiap asersi.
Pengujian substantif dapat dilaksanakan sebelum tanggal neraca dan pada atau mendekati
tanggal neraca, tergantung resiko deteksi yang sudah ditetapkan. Auditor dapat
menggunakan jenis pengujian substantif berikut ini:
 Prosedur analitik
 Pengujian terhadap transaksi rinci
 Pengujian terhadap saldo rinci

Pengujian substantif menghasilkan bukti audit tentang kewajaran setiap asersi laporan keuangan
signifikan. Desain pengujian substantif mencakup:

1. Sifat Pengujian Substantif


Sifat pengujian substantif mencakup jenis dan efektivitas prosedur audit yang
dilakukan oleh auditor. Jika tingkat risiko deteksi yang dapat diterima adalah
rendah, auditor harus menggunakan prosedut audit yang lebih efektif dan
biasanya memerlukan biaya yang lebih tinggi. Sebaliknya jika tingkat risiko
deteksi yang dapat diterima adalah tinggi, auditor dapat menggunakan prosedur
audit yang kurang efektif yang relatif murah.
2. Saat Pengujian
Tingkat risiko deteksi yang dapat diterima berdampak terhadap saat pelaksanaan
pengujian substantif. Jika risiko deteksi adalah tinggi, pengujian substantif dapat
dilaksanakan beberapa bulan sebelum akhir tahun yang diaudit. Sebaliknya, jika
risiko deteksi untuk asersi tertentu adalah rendah, pengujian substantif biasanya
dilaksanakan oleh auditor pada atau mendekati tanggal neraca.
3. Lingkup Pengujian
Bukti audit diperlukan lebih banyak untuk mencapai tingkat risiko deteksi rendah
bila dibandingkan dengan tingkat risiko deteksi tinggi. Auditor dapat mengubah
jumlah bukti audit yang dikumpulkan dengan mangubah lingkup pengujian
substantif yang dilaksanakan. Lingkup pengujian substantif menunjukkan jumlah
pos atau besarnya sampel yang diuji. Auditor dapat menggunakan pendekatan
statistik untuk meng- kuantifikasikan pertimbangan profesionalnya dalam
menentukan besarnya sampel untk mencapai tingkat risiko deteksi tertentu.

BAB III
PENUTUP

Penaksiran risiko pengendalian adalah proses evaluasi efektivitas desain dan operasi kebijakan
dan prosedur struktur pengendalian intern. Berbagai pengujian pengendalian yang dapat dipilih
oleh auditor dalam pelaksanaan auditnya antara lain:

Pengujian Pengendalian Bersamaan (Current test of control) yang terdiri dari prosedur
pemerolehan pemahaman atas struktur pengendalian intern Pengujian Pengendalian yang
Direncanakan. yang tujuannya yakni untuk menentukan taksiran awal risiko pengendalian
moderat atau rendah sesuai dengan tingkat pengujian substantif yang direncanakan. Pengujian
Pengendalian Tambahan, yang merupakan pengujian yang dilaksanakan oleh auditor jika
berdasarkan hasil pengujian pengendalian bersamaan yang memperlihatkan pengendalian intern
yang efektif. Pengujian dengan tujuan ganda yang merupakan pengujian yang didesain
sedemikian rupa sehingga auditor dapat mengumpulkan bukti tentang efektivitas struktur
pengendalan intern. Adapun rerangka umum pengembangan program audit untk pengujian
substantive adalah sebagai berikut: Tentukan Prosedur Awal Audit, Tentukan prosedur analitik
yang perlu dilaksanakan, Tentukan pengujian terhadap transaksi rinci dan Tentukan pengujian
terhadap akun rinci.

DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/38131218/._PENAKSIRAN_RESIKO_DAN_DESAIN_PENGUJIAN_2

https://www.scribd.com/doc/143593345/AUDITING-Penaksiran-Resiko-Dan-Desain-Pengujian

Anda mungkin juga menyukai