Anda di halaman 1dari 10

DISUSUN OLEH :

Sri Maningsih 1505170020


Dhestya Veronny 1505170026
Ulvi Wildani 1505170052
Maisyarah 1504170054
Meriani 1505170056
Nana Indah Liani 1505170069
Mendy Ayu Andria 1505170102
Rizki Ayu Nadila 1505170108
Eliska Syiah Putri 1505170154
Asri Ardiana 1505170173
Zulhamdi Nasution 1505170334

KELAS : 5 A AKUNTANSI - MALAM


PENAKSIRAN RISIKO PENGENDALIAN

Penaksiran Risiko Pengendalian adalah proses evaluasi


efektivitas desain dan operasi kebijakan dan prosedur struktur
pengendalian intern entitas dalam rangka pencegahan atau pendeteksian
salah saji material di dalam laporan keuangan.

Tahap-tahap penaksiran risiko pengendalian adalah


sebagai berikut :
1. Pertimbangan pengetahuan yang diperoleh dari pemahaman atas
struktur pengendalian intern.
2. Lakukan identifikasi salah saji potensial yang dapat terjadi dalam
asersi entitas
3. Lakukan identifikasi pengendalian yang diperlukan untuk
mencegah atau mendeteksi salah saji
4. Lakukan pengujian pengendalian terhadap pengendalian yang
diperlukan, untuk menentukan efektivitas desain dan operasi
struktur pengendalian intern.
5. Lakukan evaluasi terhadap bukti dan buat taksiran risiko
pengendalian
Adapun bukti yang dikumpulakan bisa berupa :
a. Bukti dokumenter
b. Bukti elektronik
c. Bukti matematik
d. Bukti lisan
e. Bukti fisik
Bukti tersebut sangat mempengaruhi keyakinan auditor.

PENGUJIAN PENGENDALIAN

Pengujian pengendalian adalah prosedur audit yang dilaksanakan


untuk menentukan efektivitas desain dan / atau operasi kebijakan dan prosedur
struktur pengendalian intern.
Pengujian pengendalian dapat diterapkan terhadap pengendalian
golongan besar transaksi dan / atau suatu saldo akun. Tujuan dari pengendalian
mencakup :

 Keandalan pelaporan keuangan


 Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
 Efektivitas dan efisiensi operasi.
Pengujian pengendalian diterapkan dalam kedua strategi audit yaitu :
 Pendekatan terutama substantif
 Pendekatan risiko pengendalian rendah

Pengujian Pengendalian persamaan

Pengujian ini dilaksanakan oleh auditor bersamaan waktunya dengan


usaha pemerolehan pemahaman atas struktur pengendalian intern. Pengujian
ini dilakukan baik dalam kedua strategi audit.

Pengujian Pengendalian Tambahan atau pengujian pengendalian yang


direncanakan

Pengujian pengendalian dilaksanakan oleh auditor dalam pekerjaan


lapangan. Pengujian pengendalian ini dapat memberikan bukti tengtang
penerapan semestinya kebijakan dan prosedur pengendalian secara konsisten
sepanjang tahun yang diaudit.
PERANCANGAN PENGUJIAN PENGENDALIAN
Jenis pengujian pengendalian dapat dipilih auditor dalam pelaksanaan
pengujian pengendalian adalah :
1. Permintaan keterangan
2. Pengamatan
3. Inspeksi
4. Pelaksanaan kembali

Lingkup pengujian audit


Semakin luas lingkup pengujian akan dapat mengumpulkan bukti lebih
banyak mengenai efektivitas struktur pengendalian intern. Semakin banyak orang
yg dimintai keterangan semakin banyak bukti yang terkumpul untuk menilai
efektivitas struktur pengendalian intern.

KERJASAMA DENGAN AUDITOR INTERN DALAM PENGUJIAN


PENGENDALIAN

Bilamana auditor independen melakukan audit atas laporan keuangan


entitas yang memiliki fungsi audit intern, auditor independent dapat :
1. Melakukan koordinasi pekerjaan auditnya dengan auditor intern
2. Menggunakan auditro intern untuk menyediakan bantuan langsung dalam
audit.
PENGUJIAN DENGAN TUJUAN GANDA

Di hampir semua audit, pengujian pengendalian tambahan


dilaksanakan oleh auditor terutama dalam pekerjaan interim, sedangkan
pengujian substantif dilaksanakan terutama pada akhir tahun untuk diaudit.

PENENTUAN RISIKO TERDETEKSI

Dalam tahap audit penentuan risiko terletak pada tahap auditor


mendesain pengujian substantif. Risiko deteksi adalah risiko auditor tidak akan
mendeteksi salah saji material yang ada dalam suatu asersi.
Rumus risiko deteksi :
RD = RA
RB x RP
RD = risiko deteksi
RA = risiko audit
RB = risiko bawaan
RP = risiko pengendalian
Risiko deteksi yang direncakan merupakan dasar untuk menentukan tingkat
pengujian substantif yang direncanakan.
Evaluasi terhadap tingkat pengujian substantif yang
direncanakan.
Setelah memperoleh pemahaman atas kebijakan dan prosedur struktur
pengendalian intern yang relevan dengan pelaporan keuangan dan setelah
menaksir risiko pengendalian untuk suatu asersi laporan keuangan, auditor
harus membandingkan tingkat risiko pengendalian sesungguhnya atau final
dengan tingkat risiko pengendalian yang direncanakan untuk asersi tersebut.

DESAIN PENGUJIAN SUBSTANTIF

Pengujian substantif menghasilkan bukti audit tengtang kewajaran


setiap asersi laporan keuangan signifikan. Pengujian ini dapat mengungkapkan
kekeliruan atau salah saji moneter dalam pencatatan dan pelaporan transaksi
dan saldo akun.
Desain pengujian substantif mencakup:

 Penentuan sifat
 Lingkup pengujian yang diperlukan untuk memenuhi tingkat risiko deteksi
setiap asersi
Sifat Pengujian Substantif

Sifat pengujian ini meliputi jenis dan efektivitas prosedur audit


yang dilakukan oleh auditor Jika tingkat risiko deteksi yang dapat
diterima rendah auditor menggunakan prosedur audit yg lebih efektif
dan biasanya memerlukan biaya tinggi. Jika tingkat risiko tinggi maka
auditor menggunakan prosedur yang kurang efektif dan biasanya
memerlukan biaya rendah.

Auditor dapat menggunakan jenis pengujian substantif berikut


ini:
a. Prosedur analitik
b. Pengujian terhadap transaksi rinci
c. Pengujian terhadap saldo akun rinci
Pengembangan Program Audit Untuk Pengujian
Substansif
Laporan keuangan berisi lima golongan asersi:
1) Keberadaan dan keterjadian
2) Kelengkapan
3) Hak dan kewajiban
4) Penilaian atau alokasi
5) Penyajian dan pengungkapan

Dalam pengembangan program audit untuk pengujian


substantif, kerangka umum yang dipakai sebagai acuan disajikan
sebagai berikut :
a. Tentukan prosedur audit awal.
b. Tentukan prosedur analitik yang perlu dilaksanakan
c. Tentukan pengujian terhadap transaksi rinci
d. Tentukan pengujian terhadap akun rinci
SEKIAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai