Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

STRATEGI AUDIT AWAL


Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Auditing I
Dosen Pengampu : Heidi Siddiqa, SE.,Ak.,MM.CA.

Disusun Oleh :

Kelompok 7
 Afsya Muarizni Aulia ( 2019.02.021 )
 Imelia Azizah ( 2019.02.002 )

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS CIPASUNG TASIKMALAYA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak
memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya atas suatu laporan keuangan yang
mengandung salah saji material. Semakin pasti auditor dalam menyatakan pendapatnya,
semakin rendah resiko audit yang auditor bersedia menanggung nya.
Tujuan akhir auditor dalam perencanaan dan pelakasanaan proses audit adalah
mengurangi risiko audit ke tingkat yang cukup rendah untuk mendukung pendapatnya.
Tujuan ini dicapai dengan mengumpulkan bukti audit tentang asersi yang terdapat dalam
laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen.
Oleh karena itu pentingnya strategi audit awal guna memeperlancar tugas seorang
auditor serta sebagai bahan pertimbangannya untuk selanjutnya akan dibahas pada bab
II makalah ini.
BAB II
PEMBAHASAN

Pengertian Strategi Audit Awal

Tujuan utama auditor dalam perencanaan dan pelaksanaan audit adalah untuk mengurangi
risiko audit hingga tingkat rendah yang sesuai untuk mendukung suatu pendapat apakah
laporan keuangan telah disajikan secara wajar dalam segala hal yang material. Hal ini
dicapai dengan mengumpulkan dan mengevaluasi bukti berkenaan dengan asersi-asersi
yang terdapat dalam laporan keuangan. Karena adanya hubungan timbal balik antara
bukti materialitas, risiko audit, dan bukti audit, auditor dapat memilih strategi audit awal
dalam perencanaan audit atas asersi individual atau sekelompok asersi.
Strategi audit awal (preliminary audit strategy) merupakan strategi yang
merepresentasikan pertimbangan pendahuluan auditor mengenai suatu pendekatan audit
dan didasarkan pada asumsi-asumsi tertentu mengenai pelaksanaan audit. Strategi audit
ini bukan merupakan spesifikasi mendetail dari prosedur audit yang akan dilaksanakan
dalam menyelesaikan audit. Dalam audit awal, misalnya, auditor mengembangkan
kesimpulan sementara mengenai penekanan relatif yang akan diberikan pada berbagai
jenis pengujian audit. Dalam perikatan yang berulang, spesifikasi dari berbagai komponen
strategi audit awal mungkin termasuk suatu anggapan oleh auditor bahwa prosedur
analitis, pengujian pengendalian, atau pengujian terinci yang digunakan pada tahun
sebelumnya akan sesuai untuk tahun berjalan. Keputusan akhir mengenai hal-hal tersebut
dibuat sejalan dengan dilaksankannya audit.

Komponen Strategi Audit Awal


Dalam mengembangkan strategi audit awal untuk asersi-asersi, auditor menspesifikasikan
empat komponen sebagai berikut:
1. Tingkat risiko bawaan yang dinilai.
2. Tingkat risiko pengendalian yang direncanakan untuk dinilai dengan
mempertimbangkan:
a. Luas pemahaman mengenai pengendalian intern yang diperoleh.
b. Pengujian pengendalian yang dilaksanakan dalam mengukur risiko pengendalian.
3. Tingkat risiko prosedur analitis yang direncanakan untuk dinilai dengan
mempertimbangkan:
a. Luas pemahaman tentang bisnis dan industri yang diperoleh.
b. Prosedur analitis yang akan dilaksanakan menyediakan bukti mengenai penyajian
wajar dari suatu asersi.
4. Tingkat pengujian rincian yang direncanakan, apabila dikombinasikan dengan prosedur
lain, mengurangi risiko audit hingga tingkat rendah yang sesuai. Pedoman audit AICPA
mengenai Consideration of Internal Control Strucutre in a Financial Statement Audit
memperkenalkan dua strategi audit utama yang ekuivalen dengan (1) suatu pendekatan
substantif utama yang menekankan pengujian rincian dan (2) suatu tingkat risiko
pengendalian yang dinilai lebih rendah. Strategi audit awal dibagi menjadi dua macam,
yaitu pendekatan substantif utama (primarily substantive approach), dan pendekatan
tingkat risiko pengendalian yang lebih rendah (lower assessed level of control risk
approach). Kedua strategi audit yang pertama berada pada akhir yang berlawanan dari
suatu rankaian kemungkinan keputusan mengenai: 1. 2. 3. 4.

Tingkat risiko pengendalian yang direncanakan untuk dinilai Luasnya pemahaman


mengenai pengendalian intern Keyakinan yang diinginkan dari pengujian pengendalian
Tingkat pengujian substantif yang direncanakan akan dilaksankan untuk mengurangi
risiko audit hingga suatu tingkat rendah yang sesuai

2.1.1 Unsur Strategi Audit Awal

Dalam mengembangkan strategi audit awal untuk suatu asersi, auditor menetapkan
empat unsur berikut ini:

1) Tingkat risiko pengendalian taksiran yang direncanakan.


2) Luasnya pemahaman atas pengendalian intern yang harus diperoleh.
3) Pengujian pengendalian yang harus dilaksanakan untuk menaksir risiko
pengendalian.
4) Tingkat pengujian substantif yang direncakan untuk mengurangi risiko audit ke
tingkat yang cukup rendah

Dalam menentukan strategi audit awal, auditor pada dasarnya menentukan titik berat
pengujian yang akan dilaksanakan oleh auditor: terutama pada pengujian substantif
atau terutama pada pengujian pengendalian.
2.1.2 Jenis – Jenis Strategi Audit

Dua alternatif strategi audit mungkin dikembangkan untuk asersi terkait saldo akun
yang signifikan atau penggolongan transaksi.

1) Primarily substantive approach ( Pendekatan Terutama Substantif )

Auditor mengumpulkan hampir semua bukti audit, dan hampir atau sama sekali
tidak mempercayai Internal Control. Pada dasarnya ada tiga alasan auditor
menggunakan pendekatan ini :

(1) Hanya ada sedikit (jika ada) kebijakan dan prosedur pengendalian internal
yang relevan dengan perikatan audit atas Laporan Keuangan.
(2) Kebijakan dan prosedur pengendalian internal yang berkaitan dengan asersi
untuk akun dan golongan transaksi signifikan tidak efektif.
(3) Peletakan kepercayaan besar terhadap pengujian substantif lebih efisien untuk
asersi tertentu.

2) Lower control risk approach ( Pendekatan tingkat risiko pengendalian taksiran


rendah)

Auditor meletakkan kepercayaan moderat atau tingkat kepercayaan penuh


terhadap pengendalian internal, akibatnya audit hanya sedikit melaksanakan
pengujian substantif.

Dalam memilih alternatif strategi audit tersebut, auditor mempertimbangkan


faktor-faktor sebagai berikut:

(1) Planned assessed level of control risk


(2) Luas pemahaman auditor terhadap struktur pengendalian interal yang
dihimpun
(3) Test of control yang dilaksanakan dalam menentukan risiko pengendalian
(4) Planned assessed level of substantive test yang dilaksanakan auditor untuk
mengurangi risiko audit pada test yang dilaksanakan auditor untuk
mengurangi risiko audit pada tingkat serendah mungkin

Perbandingan Dua Strategi Audit Tersebut

Pendekatan Terutama Substantif Pendekatan Risiko Pengendalian Rendah

1. Auditor merencanakan taksiran 1. Auditor merencanakan taksiran


risiko pengendalian pada tingkat risiko pengendalian pada tingkat
maksimum atau mendekati moderat atau tingkat rendah
maksimum
2. Auditor merencanakan prosedur 2. Auditor merencanakan prosedur
yang kurang ekstentif untuk yang lebih ekstentif untuk memperoleh
memperoleh pemahaman atas pemahaman atas pengendalian intern
pengendalian intern
3. Auditor merencanakan sedikit, jika 3.Auditor merencanakan pengujian
ada, pengujian pengendalian pengendalian secara luas
4. Auditor merencanakan akan 4.Auditor merencanakan akan
melakukan pengujian substantif membatasi penggunaan pengujian
secara luas substantif

Pengujian Audit

Terdapat 2 jenis pengujian audit :

1. Pengujian Pengendalian

Pengujian Pengendalian adalah pengujian yang dilakukan untuk menilai efektifitas Dari
pengendalian intern yang dimiliki oleh perusahaan klien. Pengujian ini dilakukan untuk
mendukung Pengurangan penilaian risiko pengendalian.

Contoh pengujian pengendalian atas efektifitas pelaksanaan proses persetujuan kredit,


prosedur yang dilakukan :
Meminta keterangan dari manajemen perusahaan pd karyawan yang tepat
Memeriksan dokumen, catatan, dan laporan keuangan
Mengamati aktivitas yang berkaitan dengan pengendalian
Jumlah bukti tergantung pada :
Luas bukti audit
Pengurangan risiko pengendalian yang direncanakan

2. Pengujian Substantif

Pengujian Substantif adalah prosedur yang dirancang untuk menguji salah saji moneter
yang secara langsung mempengaruhi kebenaran saldo laporan keuangan.

Ada tiga jenis pengujian substantif :


a. Pengujian substantif atas transaksi, yaitu pengujian yang digunakan untuk menentukan
apakah tujuan audit atas asersi yang berkaitan dengan transaksi telah dipenuhi. Contoh :
membuktikan apakah transaksi penjualan benar terjadi dan ada pada tanggal neraca
(asersi keterjadian dan keberadaan) dan membuktikan apakah semua transaksi penjualan
telah di catat dengan benar (asersi kelengkapan)
b. Pengujian rincian saldo adalah pengujian yang berfokus pada saldo akhir buku besar,
baik akun laporan posisi keuangan atau laporan laba rugi. Contoh konfirmasi saldo
pelanggan menyangkut piutang usaha dan melaksanakan stock opname pada persediaan.
c. Prosedur analitis substantif adalah prosedur yang memperlihatkan perbandingan jumlah
yang tercatat dengan harapan yang dikembangkan oleh auditor. Fungsinya:
- Menilai kemampuan perusahaan dalam menjaga kelangsungan usahanya
- Mendeteksi kemungkinan adanya kesalahan yang berdampak material pada laporan
keuangan perusahaan klien
- Menentukan dapat tidaknya dilakukan pengurangan pengujian rincian saldo

Pengujian Terinci Menurut pendekatan substantif utama yang menekankan pada


pengujian terinci (primarily substantive approach emphasizing tests of details), auditor
menspesifikasikan komponen-komponen strategi audit sebagai berikut:

1. Gunakan tingkat risiko prosedur analitis yang direncanakan untuk dinilai pada tingkat
yang tinggi.
2. Gunakan tingkat risiko pengendalian yang direncanakan untuk dinilai pada tingkat
yang maksimum.
3. Rencanakan untuk memperoleh pemahaman minimum mengenai bagian-bagian yang
relevan dari pengendalian intern.
4. Rencanakan sedikit, jika ada, pengujian pengendalian.
5. Rencanakan pengujian substantif yang luas atas transaksi dan saldo berdasarkan pada
tingkat risiko deteksi yang direncanakan dapat diterima yang rendah.
Auditor dapat memilih pendekatan ini ketika ia mengetahui bahwa dari awal, mungkin
dari pengalaman masa lalu berhadapan dengan klien atau dari langkah perencanaan awal,
bahwa pengendalian intern yang berkaitn dengan asersi tidak ada atau tidak efektif.
Strategi tersebut juga dapat dipilih ketika auditor menyimpulkan bahwa biaya
melaksanakan prosedur tambahan untuk memperoleh suatu pemahaman yang lebih
mendalam mengenai pengendalian intern dan pengujian pengendalian untuk mendukung
tingkat risiko pengendalian yang lebih rendah akan melebihi biaya pelaksanaan pengujian
substantif yang lebih luas. Kondisi tersebut dapat berhubungan dengan asersi untuk akun-
akun yang memiliki populasi relatif kecil atau transaksi yang tidak sering terjadi.
Misalnya termasuk asersi yang berhubungan dengan aktiva tetap, hutang obligasi, atau
modal saham. Strategi audit ini menekankan pada pengujian bottom-up dari suatu asersi.
Pendekatan substantif utama juga dapat digunakan untuk lebih banyak asersi pada audit
awal daripada pada audit yang berulang. Pengujian Rinci atas Kelas Transaksi, Saldo
Akun, dan pengungkapan. Pengujian substantif atas transaksi menguji kekeliruan atau
kecurangan dalam transaksi individual. Sebagai contoh, auditor dapat memeriksa
pembelian besar persediaan dengan menguji bahwa harga pokok penjualan yang termasuk
dalam faktur dari vendor telah dicatat dengan benar dalam akun persediaan dan utang
dagang. Hal ini memberi auditor bukti mengenai asersi keterjadian, kelengkapan, dan
keakuratan.

Pengujian rinci atas saldo akun dan pengungkapan memfokuskan pada hal-hal yang
terdapat di saldo akun laporan keuangan. Sebagai contoh, auditor mungkin ingin menguji
utang dagang. Untuk melakukan pengujian rinci atas akun utang dagang, auditor dapat
memeriksa sampel faktur vendor individual yang merupakan bagian dari saldo akhir di
utang dagang. Dalam memeriksa dokumentasi ini, auditor berkepentingan untuk menguji
asersi keberadaan dan penilaian. Selain itu auditor dapat mengirimkan konfirmasi kepada
pemasok dengan saldo nol dalam akunnya dalam rangka menguji asersi kelengkapan.

Suatu Tingkat Risiko Pengendalian yang Dinilai Lebih Rendah Berdasarkan pendekatan
tingkat risiko pengendalian yang dinilai lebih rendah (lower assessed level of control
risk), auditor menspesifikasikan komponen-komponen dari strategi audit berikut:
1. Gunakan tingkat risiko prosedur analitis yang direncanakan untuk dinilai pada tingkat
yang tinggi.
2. Gunakan tingkat risiko pengendalian yang direncanakan untuk dinilai pada tingkat
sedang atau rendah
3. Rencanakan pengujian pengendalian, mungkin pengujian pengendalian komputer yang
berada dalam sistem klien.
4. Rencanakan pengujian substantif atas transaksi atau saldo yang terbatas berdasarkan
tingkat risiko deteksi yang direncanakan untuk diterima pada tingkat sedang atau tinggi.
Auditor dapat memilih strategi ini ketika ia percaya bahwa pengendalian yang
berhubungan dengan suatu asersi telah dirancang dengan baik dan berjalan dengan sangat
efektif. Selain itu, auditor harus percaya bahwa biaya pelaksanaan prosedur yang lebih
luas untuk memperoleh pemahaman mengenai pengendalian intern, termasuk aspek
komputer dari pengendalian intern, dan untuk menguji pengendalian akan lebih besar
daripada yang diimbangi oleh penghematan biaya dari pelaksanaan pengujian substantif
atas transaksi dan saldo yang lebih sempit. Hal ini sering terjadi pada asersi yang
berkenaan dengan akun-akun yang dipengaruhi oleh volume transaksi rutin yang tinggi
seperti penjualan, piutang usaha, persediaan, pembelian, utang usaha, dan beban gaji.
Strategi audit ini juga mempresentasikan suatu penekanan yang kuat terhadap prosedur
audit bottom up, dengan menguji pengendalian terhadap pencatatan transaksi dan
transaksi itu sendiri.

Strategi Audit Tambahan


Tantangan yang dihadapi oleh auditor dalam merencanakan strategi audit adalah bahwa
model risiko audit bukan model yang memiliki dua dimensi. Pilihan auditor tidak hanya
bergantung pada pengendalian intern atau untuk melakukan pengujian secara substantif.
Komponen model risiko audit yang penting lainnya melibatkan prosedur analitis. Tujuan
keseluruhan auditor adalah untuk mengembangkan suatu strategi yang meminimalkan
biaya potensial dalam melaksanakan pengujian audit, sementara membatasi risiko audit
pada tingkat rendah yang sesuai. Strategi tersebut melibatkan suatu pendekatan substantif
utama yang menekankan pada prosedut analitis.

Pendekatan Substantif Utama yang Menekankan Pada Prosedur Analitis Berdasarkan


pendekatan substantif utama yang menekankan pada prosedur analitis (a primarily
substantive approach emphasizing analytical procedures), auditor menspesifikasikan
komponen-komponen strategi audit sebagai berikut:
1. Memperoleh pengetahuan yang luas mengenai proses bisnis klien yang relevan dengan
asersi.
2. Auditor mengantisipasi bahwa dia dapat memperoleh bukti kompeten dari prosedur
analitis untuk mendukung suatu penilaian risiko sedang atau rendah dari bukti tersebut.
3. Gunakan suatu tingkat risiko pengendalian yang direncanakan untuk dinilai pada
tingkat yang maksimum.
4. Rencanakan untuk memperoleh suatu pemahaman minimum mengenai bagian relevan
dari pengendalian intern.
5. Rencana sedikit, jika ada, pengujian pengendalian.
6. Rencanakan pengujian substantif atas transaksi dan saldo yang lebih sempit sebagai
akibat dari pengurangan risiko yang diberikan prosedur analitis.
Auditor dapat memilih pendekatan ini jika ia memiliki keahliann dan pengetahuan
mengenai bisnis dan industri untuk mengembangkan prediksi yang akurat mengenai saldo
laporan keuangan. Sebagai contoh, pengetahuan auditor mengenai tujuan dan sumberdaya
klien, pasar dan lingkungan persaingan, proses inti, serta siklus operasi mungkin akan
memudahkan auditor untuk memprediksi secara akurat volume penjualan perusahaan dan
tingkat piutang yang diharapkan. Pertimbangkan suatu warahlaba olahraga yang telah
berhasil melalui sejumlah musim penjualan habis secara berturut-turut, atau suatu
maskapai penerbangan yang memiliki kinerja yang dapat diprediksi secara relatif dengan
kapasitasnya. Pengetahuan mengenai bisnis baik mengenai perusahaan jasa tersebut, serta
hubungan antara kapasitas dan pendapatan, dapat memudahkan auditor untuk menilai
secara akurat penyajian yang wajar dari totoal pendapatan terutama dengan menggunakan
prosedur analitis, dan auditor akan dapat membatasi luas pengujian substantif terinci.
Auditor juga dapat mengantisipasi aktivitas investasi perusahaan dengan pengetahuan
mengenai aktivitas pembiayaan. Sebagai contoh,jika auditor mengetahui bahwa klien
baru saja menerbitkan obligasi pendapatan industri, ia akan mampu secara akurat
memprediksi jumlah dan sifat penambahan terhadap aktiva tetap konsisten dengan
ekspektasi, auditor dapat membatasi tingkat pengujian substantif terinci dengan tepat.
Strategi audit ini merepresentasikan suatu bauran yang seimbang secara relatif dari
prosedur audit top-down dan bottom-up. Oleh karena penekanan dalam penggunaan
pengetahuan auditor mengenai bisnis dan industri untuk mendukung prosedur analitis,
strategi ini menempatkan auditor dalam banyak prosedur yang mendukung pemberian
jasa bernilai tambah lainnya. Contohnya, prosedur yang dilaksanakan untuk memahami
tujuan penjualan manajemen dan menilai risiko bisnis yang akan membawa manajemen
mencapai tujuan tersebut akan membuat auditor untuk :
(1) memperoleh keyakinan mengenai kewajaran penyajian penjualan dan
(2) menasihati klien mengenai kemungkinan risiko pasar yang tidak terlihat.

Pertimbangkan spektrum penuh dari strategi audit yang tersedia bagi auditor yang
melibatkan berbagai penekanan pada pemahaman mengenai pengendalian intern dan
pengujian pengendalian, pemahaman bisnis dan industri serta pengujian substantif terinci
detil substantif. Di bawah ini adalah gambar yang mengikhtisarkan empat strategi audit
umum yang sering dilakukan ketika mengaudit berbagai asersi. Gambar tersebut juga
mendeskripsikan sejumlah kombinasi yang dapat dipertimbangkan oleh auditor.
Asumsikan bahwa setiap pendekatan akan membatasi risiko audit hingga tingkat rendah
yang sesuai, auditor biasanya akan menentukan pendekatan audit berdasarkan kesesuaian
dari strategi untuk klien yang akan meminimalkan keseluruhan biaya.

Pendekatan pada Risiko Bawaan dan Prosedur Analitis Penekanan pada risiko bawaan
dan prosedur analitis (emphasis on onherent risk and analytical procedures)
mengasumsikan bahwa prosedur analitis lebih murah daripada prosedur audit lainnya.
Maka dari itu, menurut pendekatan audit ini auditor menspesifikasikan komponen-
komponen strategi audit sebagai berikut:
1. Risiko bawaan dinilai pada tingkat di bawah maksimum.
2. Gunakan tingkat risiko prosedur analitis yang direncanakan untuk dinilai, serendah
mungkin.
3. Gunakan tingkat risiko pengendalian yang direncanakan untuk dinilai pada tingkat
yang tinggi atau maksimum.
4. Rencanakan untuk memperoleh pemahaman minimum mengenai bagian yang relevan
dari pengendalian intern.
5. Rencanakan sedikit, jika ada, pengujian pengendalian.
6. Rencanakan pengujian substantif atas transaksi dan saldo yang lebih sempit sebagai
akibat dari pengurangan risiko yang diperoleh dari risiko bawaan dan prosedur analitis
yang lebih rendah. Auditor dapat memilih strategi ini ketika risiko bawaan berada di
bawah maksimum dan auditor dapat mengembangkan ekspektasi yang dapat diandalkan
berkenaan dengan saldo akun. Auditor seringkali memperoleh pemahaman yang
signifikan mengenai bisnis dan pemicu ekonomi yang mendasari bisnis tersebut ketika
memperoleh pemahaman tentang bisnis dan industri. Auditor sering menggunakan
informasi tersebut ketika mengembangkan ekspektasi berkenaan dengan saldo akun.
Keyakinan yang tersisa yang diperlukan untuk membatasi risiko audit pada tingkat rendah
dengan tepat seringkali diperoleh dari pengujian substantif atas transaksi dan saldo yang
biasanya lebih murah daripada pengujian pengendalian intern. Strategi ini menempatkan
penekanan yang luas pada prosedut audit top-down.

Hubungan Antara Strategi dan Siklus Transaksi


Seringkali suatu strategi yang serupa diterapkan pada sekelompok asersi yang
dipengaruhi oleh golongan transaksi (transaction class) dalam suatu siklus transaksi
(transaction cycle). Logikanya adalah bahwa banyak pengendalian
intern berfokus pada pemrosesan satu jenis transaksi dalam satu siklus. Meskipun, kantor
akuntan menggunakan nama yang berbeda untuk golongan transaksi, dan dalam beberapa
kasus bahkan berbeda dalam menspesifikasikan golongan transaksi mana yang masuk
dalam siklus tertentu. Kerangka kerja berikut yang digunakan dalam menggambarkan
praktik:
- Siklus golongan transaksi utama
- Pendapatan
- Penjualan,penerimaan kas ,penyesuaian
- Pengeluaran
- Pembelian dan pengeluaran kas
- Jasa personil
- Penggajian
- Produksi
- Memproses persediaan
- Investasi
- Investasi dalam aktiva tetap
- Pembiayaan
- Pembiayaan dari hutang jangka panjang dan hutang jangka panjang dan modal saham

Berikut adalah contoh yang mengilustrasikan bagaimana kerangka kerja tersebut


digunakan dalam perencanaan dan penorganisasian audit. Dua akun yang hampir selalu
memiliki dampak yang sinifikan pada laporan keuangan adalah penjualan dalam laporan
laba-rugi serta piutang usaha dalam neraca. Akun-akun tersebut merupakan salah satu
dari sekelompok akun yang biasanya diidentifikasi dengan siklus pendapatan. Saldo akun
untuk penjualan dan piutang usaha dinaikkan oleh transaksi penjualan yang seringkali
bersifat rutin dan banyak. Kebanyakan masalah dengan penjualan berkisar mengenai
penjualan yang belum dikumpulkan. Oleh karena itu, asersi keberadaan atau keterjadian
untuk kedua akun dipengaruhi oleh asersi keberadaan atau keterjadian untuk golongan
transaksi penjualan. Tentu saja ekpektasi auditor mengenai efektivitas dan pengendalian
intern yang berhubungan dengan pemrosesan transaksi penjualan dipertimbangkan dalam
menspesifikasi tingkat risiko pengendalian yang direncanakan untuk dinilai untuk
penjualan. Karena transaksi penerimaan
kas dan penyesuaian penjualan dan juga transaksi penjualan memperngaruhi saldo
piutang usaha, maka eskpektasi auditor mengenai efetivitas pengendalian untuk ketiga
golongan transaksi dipertimbangkan dalam mengembangkan strategi audit awal untuk
asersi piutang usaha.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tujuan akhir auditor dalam perencanaan dan pelakasanaan proses audit adalah
mengurangi risiko audit ke tingkat yang cukup rendah untuk mendukung pendapatnya.
Tujuan ini dicapai dengan mengumpulkan bukti audit tentang asersi yang terdapat dalam
laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen. Oleh karena itu pentingnya strategi
audit awal guna memeperlancar tugas seorang auditor serta sebagai bahan
pertimbangannya
B. Saran
Dalam bab ini dijelaskan strategi awal audit , setelah mempelajari bab ini pembaca
diharapkan dapat mengetahui dan mempelajari tentang auditing. Demikian materi yang
dapat kami jabarkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini,
tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan
dan referensi yang ada hubungan nya dengan materi ini makalah ini. Semoga makalah ini
berguna bagi penulis pada khususnya juga pembaca yang budiman pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA

https://yuvinella.wordpress.com/2012/10/21/materialitas-resiko-dan-strategi-audit-awal/
Mulyadi, 2002. Auditing edisi 6. Jakarta: Salemba Empat.
https://auditing1.wordpress.com/strategi-audit-awal/

Anda mungkin juga menyukai