Anda di halaman 1dari 24

Bentuk Pusat Laba dan Pusat Investasi

Kelompok 7 :
• Anissa Apriliani R –
• Zefanya oktavia –
• Rani Dwi Anggraeni –
• Iqbal S N –
 Pusat laba (profit center) merupakan pusat pertanggungjawaban
yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan biaya-biaya
dan menghasilkan pendapatan tetapi tidak memiliki
kewenangan untuk mengambil keputusan tentang investasi.
Pusat laba hanya bertanggungjawab terhadap tingkat laba yang
harus dicapai

 Laba merupakan ukuran kinerja yang berguna karena laba


memungkinkan manajemen senior untuk dapat menggunakan
satu indicator yg komprehensif, dibandingkan jika harus
menggunakan beberapa indicator. Banyak keputusan
manajemen melibatkan usulan untuk meningkatkan beban
dengan harapan bahwa hal itu akan menghasilkan peningkatan
yang lebih besar dalam peningkatan penjualan keputusan
semacam ini disebut sebagai pertimbangan biaya/pendapatan
(expense/revenue trade-off).
 Untuk dapat mendelegasikan keputusan trade-off
semacam ini dengan aman ke tingkat manajer yang
lebih rendah, maka ada dua kondisi yang harus
dipenuhi.
1. Manajer harus memiliki akses ke informasi relevan yang
dibutuhkan dalam membuat keputusan serupa.
2. Harus ada semacam cara untuk mengukur efektifitasnya
suatu trade-off yang dibuat oleh manajer.
 Unit Bisnis (divisi) sebagai pusat laba
 Unit-unit Fungsional sebagai pusat laba
 Organisasi lainnya sebagai pusat laba
 Manajer unit bisnis bertanggungjawab, mempunyai
kebijakan dan kendali terhadap pengembangan
produk, proses produksi, pemasaran serta perolehan
produk, oleh karena itu ia dapat mempengaruhi
pendapatan dan biaya yang berakibat terhadap laba
bersihnya. Proses tersebut menciptakan suatu unit
usaha yang bertanggungjawab terhadap manufaktur
dan pemasaran suatu produk, sehingga manajer unit
dapat ditetapkan sebagai manajer pusat laba.
 Walaupun demikian, terdapat masalah yang terjadi
yaitu menyangkut :
 Hubungan dengan unit bisinis lainnya
 Keputusan produk yaitu barang dan jasa yang
harus dijjual
 Keputusan pemasaran untuk menjawab
bagaimana, dimana dan berapa jumlah
barang yang harus dijual
 Keputusan perolehan untuk menjawab
bagaimana mendapatkan dan memproduksi
barang yang dijual.
 Hubungan dengan manajemen korporat
 Batasan yang timbul dari pertimbangan-pertimbangan strategis,
misalnya keputusan financial masih di korporat sehingga timbul
masalah pada saat ada investasi baru.
 Batasan yang timbul karena adanya keperluan keseragaman antar
unit di perusahaan. Hal ini mengharuskan setiap unit untuk
menyesuaikan diri dengan sistem pengendalian dan akuntansi
korporat (perusahaan). Masalah akan timbul kalau terdapat unit
bisnis yang baru diakuisisi. Hal ini menyebabkan diperlukan biaya
penyeragaman pada kebijakan personalia, etika, dan sebagainya.
 Batasan yang timbul karena nilai ekonomis sentralisasi. Pada kasus
tertentu, unit bisnis harus membeli barang/jasa dari dalam
perusahaan (melalui transfer antar unit), padahal barang/jasa yang
sama dapat lebih murah jika diperoleh dari luar perusahaan
 A. Fungsional Pemasaran yang menjalankan aktivitas
pemasaran dapat dijadikan sebagai pusat laba
 B. Fungsional manufaktur sebagai pusat laba.
 C. Unit-unit Fungsional Pendukung dan Support
sebagai pusat laba
 Organisasi ini meliputi organisasi cabang pada area
geografis tertentu yang manajernya tidak mempunyai
tanggungjawab manufaktur atau pembelian. Pada
organisasi ini dan profitabilitasnya merupakan satu-
satunya ukuran kinerjanya. Contohnya : took-toko
rantai ritel, restaurant-restaurant cepat saji (fast food
chain) dan hotel-hotel pada rantai hotel. Manfaat
pengukuran laba yaitu untuk memotivasi manajernya.
 Ada 2 (dua) jenis profitabilitas yang digunakan untuk
mengevaluasi suatu pusat laba, yaitu :
 Pengukuran kinerja manajer yaitu pengukuran kinerja
yang berfokus pada penilaian hasil kerja manajer yang
diukur sesuai dengan wewenang dan
tanggungjawabnya, hal ini digunakan untuk menyusun
perencanaan dan koordinasi serta pengendalian pusat
laba sehari-hari untuk memberikan motivasi yang tepat
bagi manajer.
 Pengukuran kinerja ekonomis, yaitu pengukuran kinerja
yang berfokus pada kinerja pusat laba sebagai entitas
ekonomi yang dilakukan berdasarkan kemampuan
mencapai atau memenuhi anggarannya.
 Kedua jenis pengukuran profitabilitas diatas memiliki
perbedaan. Sebagai contoh :
 Laporan kinerja manajemen suatu tokocabang, dapat
menunjukkan bahwa kinerjanya sangat baik.
 Laporan kinerja ekonomis toko cabang tersebut
menunjukkan bahwa kehilangan posisinya di pasar dan
harus ditutup karena adanya kondisi persaingan dan
ekonomi di lokasi tersebut.
 Pusat laba diukur prestasinya berdasarkan laba yang
diperoleh (menjadi tanggungjawabnya). Tipe-tipe
pengukuran profitabilitas untuk mengukur kinerja
manajer pusat laba yang biasa dipergunakan adalah :
 Marjin Kontribusi (Contribution Margin)
 Laba Langsung (Direct Profit)
 Laba yang dapat dikendalikan (Controllable profit)
 Laba Sebelum Pajak (Income Before Tax)
 Laba Bersih (Net Income)
 Pusat inestasi merupakan pusat pertanggungjawaban
yang bertugas untuk mengatur investasi guna
mencapai laba yang seoptimal mungkin. Kewenangna
pusat investasi adalah menyangkut pengelolaan laba (
yang terdiri atas pendapatan dan biaya) serta
mengelola asset yang dipergunakan untuk
memperoleh laba
 Tujuan pengukuran prestasi suatu pusat investasi
adalah:
 Menyediakan infomasi yang bermanfaat dalam
mengambil keputusan mengenai investasi yang
dignakan oleh manajer divisi dan motivasi mereka
untuk melakukan keputusan yang tepat
 Mengukur prestasi divisi sebagai kesatuan usaha yang
berdiri sendiri
 Menyediakan alat perbandigan prestasi antara divisi
untuk [enentuan alokasi sumber ekonomi
 Informasi dari pusat investasi dapat digunakan
memotivasi manajer divisi dalam:
 Menghasilkan laba yang memadai dengan wewenag
mengambil keputusan tentang sumber ekonomi dan
fasilitas fisik yang digunakan
 Mengambil keputusan untuk menambah investasi bila
investasi tersebut memberikan kembalian(return)
 Mengambil keputusan untuk melepas/mengurangi
investasi yang tidak memberikan kembalian(return)
 Bentuk pusat investasi adalah kantor pusat
perusahaan atau unit bisnis strategis maupun divisi
yang diberi wewenang atau kebijakan maksimum
dalam menentukan keputusan,opersi yang tidak
hanya berjangka pendek, tetapi juga tingkat(besarnya)
dan tipe (jenis) investasi
 Masalah yang timbul pada pusat investasi adalah:
 Pada umunya tujuan manajer unit usaha adalah memperoleh
laba yang memasukan dari investasi yang ditanamkan.
 Laba yang diperoleh,bersal dari modal yang ditanam untuk
memperoleh lata.
 Makin besar modal yang ditanam belum tentu makin besar
pula labanya.
 Terdapat dua metode dalam mengukur prestasi Pusat
Investasi. Pertama, Pusat Investasi diukur prestasinya
dengan menghitung laba yang diperoleh dengan
Investasinya. Perhitungan ini disebut dengan Return on
Investment atau ROI. Kedua, pengukuran prestasi
dilakukan dengan menghitung Economic Value Added
(EVA) yang disebut juga dengan Residual Income.
 Keuntungan ROI :
 Mendorong manajer untuk memeberikan perhatian yang
lebih luas terhadap hubunga antara penjualan,biaya dan
investasi yang seharusya menjadi focus bagi manajer
investasi.
 Mendorong efisiensi biaya
 Bisa mengurangi investasi yang berlebihan
 Kelemahan ROI:
 Manajer pusat investasi cenderung menolak investasi yang
bisa menurunkan ROI pusat pertanggung jawabannya,
walaupu akan menigkatkan profitabilitas perusahaan secara
keseluruhan
 Terdorong manajer pusat investasi hanya berpikiran jangka
pendek tanpa memperhatikan kepentingan jangka panjang
 Kelebihan Residual Income
 Aktiva Tidak Berwujud adalah biasanya perusahaan yang
melakukan litbang dan pemasaran dengan biaya yang cukup
besar kemudian mengkapitalisasikan biaya litbang ini sebagai
investasi jangka panjang yang dinamakan aktiva tidak berwujud
kemudian di amortisasi setiap tahunnya.
 Kewajiabn Tidak Lancar adalah dana-dana yang diperoleh
kantor pusat diperoleh dari internal dan eksternal
 Beban Modal adalah tarip beban modal ditentukan oleh kantor
pusat yang lebih besar dari tarip pendanaan dengan hutang.
Sedangkan dengan total dana yang diunakan adalah campuran
(hutang ditambah modal berbiaya tinggi).
 Kelemahan Residual Income adalah seperti halnya
dengan ROI, Residual Income mendorong hanya
pencapaian jangka pendek tanpa memperhatikan
pencapaian jangka panjang.
 Kas
Pengendalian kas secara terpusat cenderung
menginginkan saldo kas yang lebih kecil dari pada
yang ingin dipegang oleh manajer unit usaha
 Piutang
Manajer Unit Usaha dapat mempengaruhi tingkat
piutang secara tidak langsung, melalui kemampuan
melakukan penjulan dan memberikan batas kredit
dan pengihannya dilakukan oelh Unit Penagihan.
 Persediaan
Perlakuannya sama dengan piutang yaitu dicatat
pada akhir periode dengan metode yang dipilih untuk
tujuan akuntansi keuangan.
 Modal Kerja Secara Umum
Perlakuannya sangat bervariasi,tetapi yang
diperlukan bahwa modal kerja(aktiva lancer) adalah
untuk memenuhi kewajiban lancer, sehingga manajer
unit usaha bertanggung jawaba untuk mengawai
hutang tersebut.
 Properti,Pabrik dan Peralatan (Aktiva Tetap)
Aktiva tetap dicatat dengan harga perolehan dan
didepresiasi sepanjang umur ekonomisnya.

Anda mungkin juga menyukai