Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam perjalanan pembenrtukan alam raya ini, munculnya manusia dimuka bumi secara
nisbi masih sangant baru. Oleh sebab itu kita tadk boleh heran bahwa sejak zaman purbakala
hingga sekarang manusia dari berbagai peradaban mencoba menemukan teori terbentuknya bumi
sesuai dengan tingkat pengembangn ilmu pengetahuan dan pemikirannya.
Perkembangan citra manusia mengenai alam raya ini seringkali terikat sangat erat pada
pengetahuan apriori yang diturunkan kepadanya melalui otoritas. Hal ini menyebabkan bahwa
pandangan tentang alam raya sulit diuji kebenarannya melalui pengalaman.
Allah SWT. Menurunkan Al-Quran kepada manusia 14 abad yang lalu. Beberapa fakta
yang baru dapat diungkap dengan teknologi pada abad ke-21, yang telah difirmankan Allah
SWT. didalam Al-Quran 14 abad yang lalu. Didalam Al-Quran terdapat banyak bukti yang
memberikan informasi dasar mengenai beberapa hal seperti penciptaan alam semesta. Kenyataan
bahwa didalam Al-Quran tersebut telah sesuai dengan penemuan terbaru ilmu pengetahuan
modern adalah hal terpenting, karena kesesuaian ini menegaskan bahwa Al-Quran adalah Firman
Allah SWT.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa saja teori-teori pembentukan alam semesta?
b. Bagaimana pembentukan alam semesta dalam perspektif sains?
c. Bagaimana pembentukan alam semesta dalam perspektif Al-Qur’an?
1.3 Tujuan Masalah
a. Mengetahui teori-teori pembentukan alam semesta
b. Mengetahui pembentukan alam semesta dalam perspektif sains
c. Mengetahui pembentukan alam semesta dalam perspektif Al-Qur’an

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Teori-Teori Pembentukan Alam Semesta


A. Teori Kabut

Teori kabut dikemukakan oleh dua orang ilmuan yaitu Imanuel Kant (1724-1804)
seorang ahli filsafat bangsa Jerman dan Piere Simon Laplace (1749-1827) ahli astronomi bangsa
Perancis. Kant mengemukakan teorinya tahun 1755, sedangkan Laplace mengemukakan tahun
1796 dengan nama Nebular Hypothesis.
Pada akhir abad ke-19 teori kabut disanggah oleh beberapa ahli seperti James Clark
Maxwell yang memeberikan kesimpulan bahwa bila bahan pembentuk planet terdistribusi
disekitar matahari membentuk suatu cakram atau suatu piringan, maka gaya yang disebabkan
oleh perbedaan perputaran (kecepatan anguler) akan mencegah terjadinya pembekuan planet.
Pada abad ke-20 percobaan dilakukan untuk membuktikan terbentuknya cincin-cincin Laplace,
menunjukkan bahwa medan magnet dan medan listrik matahari tekah merusak proses
pembekuan batu-batuan. Jadi tidak ada alasan yang kuat un tuk menyatakan bahwa cincin gas
dapat membeku membantuk planet.
B. Teori Planetisimal
Teori planetisimal pertama kali dikemukakan oleh Thomas C. Chamberlain dan Forest R.
Moulton pada tahun 1900. Hipotesis planetisimal mengatakan bahwa tata surya kita terbentuk
akibat adanya bintang lain yang hampir menabrak matahari.
C. Teori Pasang Surut Bintang
Teori pasang surut bintang pertama kali dikemukakan oleh James Jean dan Herold
Jaffries pada tahun 1917. Hipotesis pasang surut bintang sangat mirip dengan hipotesis
planetisimal. Namun perbedaannya terletak pada jumlah awalnya matahari.
D. Teori Kondensasi
Teori kondensasi mulanya dikemukakan oleh astronom Belanda yang bernama G.P.
Kuiper (1905-1973) pada tahun 1950. Hipotesis kondensasi menjelaskan bahwa tata surya
terbentuk dari bola kabut raksasa yang berputar membentuk cakram raksasa.
E. Teori Bintang Kembar
Menurut teori bintang kembar, awalnya ada dua buah bintang yang berdekatan (bintang
kembar), salah satu bintang tersebut meledak dan berkeping-keping. Akibat pengaruh grafitasi
dari bintang kedua, maka kepingan-kepingan itu bergerak mengelilingi bintang tersebut dan
berubah menjadi planet-planet. Sedangkan bintang yang tidak meledak adalah matahari.
F. Teori Ledakan Maha Dahsyat (Big Bang)
Pada awal abad ke-21 muncul teori ledakan maha dahsyat Big Bang, membentuk
keseluruhan alam semesta sekitar 15 milyar tahun yang lalu. Jagat raya tercipta dari suatu
ketaidaan sebagai hasil dari ledakan satu titik tunggal. Pada awalnya alam semesta ini berupa
satu massa maha padat. Massa maha padat ini dapat dianggap suatu atom maha padat dengan
ukuran maha kecil yang kemudian mengalami reaksi radioaktif dan akhirnya mneghasilkan
ledakan maha dahsyat.
2.2 Pembentukan Alam Semesta Dalam Perspektif Sains
Pemahaman manusia tentang alam semesta mempergunakan seluruh pengetahuan di
bumi, berbagai prinsip-prinsip, kepercayaan umum dalam sains (seperti ketidakpastian
Heisenberg tentang pengukuran simultan dimensi ruang dan waktu), serta berbagai aturan untuk
keperluan praktis. Melalui sebuah kerangka besar gagasan yang menghubungkan berbagai
fenomena (teori relativitas umum, teori kinetik materi, teori relativitas khusus) coba
dikemukakan satu penjelasan. Berbagai hipotesa, gagasan awal atau tentatif dikemukakan untuk
menjelaskan fenomena. Tentu gagasan tersebut masih perlu diuji kebenarannya untuk dapat
dikatakan sebuah hukum.
Dunia fisika membahas konsep energi, hukum konservasi, konsep gerak gelombang, dan
konsep medan. Pembahasan Mekanika pun sangat luas, dari Mekanika klasik ke Mekanika
Kuantum Relativistik. Mekanika Kuantum Relativistik mengakomodasi pemecahan persoalan
mekanika semua benda, Mekanika kuantum melayani persoalan mekanika untuk semua massa
yang kecepatannya kurang dari kecepatan cahaya. Mekanika Relativistik memecahkan persoalan
mekanika massa yang lebih besar dari 10-27 kg dan bagi semua kecepatan. Mekanika Newton
(disebut juga mekanika klasik) menjelaskan fenomena benda yang relatif besar, dengan
kecepatan relatif rendah, tapi juga bisa dipergunakan sebagai pendekatan fenomena benda
mikroskopik.
Mekanika statistik (kuantum klasik) adalah suatu teknik statistik untuk interaksi benda
dalam jumlah besar untuk menjelaskan fenomena yang besar, teori kinetik dan termodinamik.
Dalam penjelajahan akal manusia di dunia elektromagnet dikenal persamaan Maxwell untuk
mendeskripsikan kelakuan medan elektromagnet, juga teori tentang hubungan cahaya dan
elektromagnet. Dalam pembahasan interaksi partikel, ada prinsip larangan Pauli, interaksi
gravitasi, dan interaksi elektromagnet. Medan menyebabkan gaya; medan-gravitasi
menyebabkan gaya gravitasi, medan-listrik menyebabkan gaya listrik dan sebagainya.
Demikianlah, metode sains mencoba dengan lebih cermat menerangkan realitas alam semesta
yang berisi banyak sekali benda langit (dan lebih banyak lagi yang belum ditemukan).
Pengetahuan tentang luas alam semesta dibatasi oleh keberadaan objek berdaya besar,
seperti Quasar atau inti galaksi, sebagai penuntun tepi alam semesta yang bisa diamati; selain itu
juga dibatasi oleh kecepatan cahaya dan usia alam semesta (15 miliar tahun). Itulah sebabnya
ruang alam semesta yang pernah diamati manusia berdimensi 15-20 miliar tahun cahaya. Namun,
banyak benda langit yang tak memancarkan cahaya dan tak bisa dideteksi keberadaannya,
protoplanet misalnya. Menurut taksiran, sekitar 90% objek di alam semesta belum atau tak akan
terdeteksi secara langsung. Keberadaannya objek gelap ini diyakini karena secara dinamika
mengganggu orbit objek-objek yang teramati, lewat gravitasi.
Berbicara tentang daya objek, dalam kehidupan sehari-hari ada lampu penerangan
berdaya 10 watt, 75 watt dan sebagainya; sedangkan Matahari berdaya 10 26 watt dan berjarak
satu sa* dari Bumi, menghangatinya. Jika kita lihat, lampu-lampu kota dengan daya lebih
besarlah yang tampak terang. Menurut hukum cahaya, terang lampu akan melemah sebanding
dengan jarak kuadrat, jadi sebuah lampu pada jarak 1 meter tampak 4 kali lebih terang
dibandingkan pada jarak 2 meter, dan apabila dilihat pada jarak 5 meter tampak 25 kali lebih
redup.
Maka, kemampuan mata manusia mengamati bintang lemah terbatas. Ukuran kolektor
cahaya juga akan membatasi skala terang objek yang bisa diamati. Untuk pengamatan objek
langit yang lebih lemah dipergunakan kolektor atau teleskop yang lebih besar. Teleskop yang
besar pun mempunyai keterbatasan dalam mengamati obyek langit yang lemah, walaupun
berhasil mendeteksi obyek langit yang berjuta atau bermiliar kali lebih lemah dari bintang
terlemah yang bisa dideteksi manusia. Makin jauh jarak galaksi, berarti pengamatan kita
juga merupakan pengamatan masa silam galaksi tersebut. Cahaya merupakan fosil informasi
pembentukan alam semesta yang berguna, dan manusia berupaya menangkapnya untuk
mengetahui prosesnya hingga takdir di masa depan yang sangat jauh, yang akan dilalui melalui
hukum-hukum alam ciptaan-Nya. Pengetahuan kita tentang hal tersebut sangat bergantung pada
pengetahuan kita tentang hukum alam ciptaan-Nya; sudah lengkap dan sudah sempurnakah,
ataukah baru sebagian kecil, sehingga mungkin bisa membentuk ekstrapolasi persepsi yang
salah.
2.3 Pembentukan Alam Semesta Dalam Perspektif Al-Qur’an
Allah SWT. Menurunkan Al-Quran kepada manusia 14 abad yang lalu. Beberapa fakta
yang baru dapat diungkap dengan teknologi pada abad ke-21, yang telah difirmankan Allah
SWT. didalam Al-Quran 14 abad yang lalu. Didalam Al-Quran terdapat banyak bukti yang
memberikan informasi dasar mengenai beberapa hal seperti penciptaan alam semesta. Kenyataan
bahwa didalam Al-Quran tersebut telah sesuai dengan penemuan terbaru ilmu pengetahuan
modern adalah hal terpenting, karena kesesuaian ini menegaskan bahwa Al-Quran adalah Firma
Allah SWT.
Dalam Al-Quran surat Fush-shilat (41:11)
Artinya: “Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih
merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi: "Datanglah kamu keduanya
menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa". keduanya menjawab: "Kami datang
dengan suka hati".
Kata asap dalam tersebut menurut para ahli tafsir adalh merupakan kumpulan dari gas-
gas dan pertikel-partikel halus baik dalam bentuk padat maupun cair pada temperatur yang tinggi
maupun rendah dalam suatu campuran yang lebih atau kurang stabil.
Salah satu teori mengenai terciptanya alam semesta (teori Big bang) disebutkan bahwa
alam semesta tercipta dari suatu ledakan kosmis sekitar 10-20 milyar tahun yang lalu
mengakibatkan adanya ekspansi (pengembangan) alam semesta. Sebelum terjadinya ledakan
kosmis tersebut, seluruh ruang materi dan energi terkumpul dalam bentuk titik.
Didalam Al-Quran dijelaskan tentang terbentuknya alam ini (QS Al-Anbiya : 30)
Artinya: “Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan
bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu (sebingkah penuh), kemudian Kami pisahkan
antara keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah
mereka tiada juga beriman”.
Berdasarkan terjemahan dan tafsir Bachtiar Surin (1978:692) ditafsirkannya bahwa
matahari adalah benda angkasa yang menyala-nyala yang telah berputar mengeliligi sumbunya
sejak berjuta-juta tahun. Dalam peroses perputarannya denagn kecepatan tinggi itu, maka
terlontarlah bingkahan-bingkahan yang akhirnya menjadi bumi dan beberapa benda angkasa
lainnya dari bingkahan matahari itu. Masing-masing bingkah beredar menurut garis tengah
lingkaran matahari, semakin lama semakin bertambah jauh, hingga masing-masing menempati
garis edarnya. Dan seterusnya akan tetap beredar dengan teratur sampai batas waktu yang hanya
diketahui oleh Allah SWT.
Kemudian dalam surat Adz-Dzaariyaat (51:47)
Artinya: “Dan langit, denag kekuasaan Kami, Kami bangun dan Kami akan
memuaikannya selebar-lebarnya”.
Teori ledakan maha dahsyat juga mengatakan adanya pemuaian alam semesta secara
terus-menerus denagn kecepatan maha dahsyat yang diumpamakan mengembangnya permukaan
balon yang sedang ditiup yang mengisyaratkan bahwa galaksi akan hancur kembali. Isyarat ini
sudah dijelaskan dalam surat Al-Anbiya’ (21:104)
Artinya: “(yaitu) pada hari Kami gulung langit sebagai menggulung lembaran -
lembaran kertas. sebagaimana Kami telah memulai panciptaan pertama Begitulah Kami akan
mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati; Sesungguhnya kamilah yang akan
melaksanakannya”.
Dalam surat Ath-Tholaq (65:12)
ªArtinya: “Allah-lah yang menciptakan tujuh langit dan seperti itu pula bumi. perintah
Allah Berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu, dan Sesungguhnya Allah ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu”.
Ayat ini mengisyaratkan bahwa ruang angkasa terdiri dari 7 lapis.
Didalam surat As-Sajada (32:4)
Artinya: “Allah lah yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara
keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy[1188]. tidak ada bagi
kamu selain dari padanya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi
syafa'at[1189]. Maka Apakah kamu tidak memperhatikan”.

[1188] Bersemayam di atas 'Arsy ialah satu sifat Allah yang wajib kita imani, sesuai
dengan kebesaran Allah dsan kesucian-Nya.

[1189] Syafa'at: usaha perantaraan dalam memberikan sesuatu manfaat bagi orang lain
atau mengelakkan sesuatu mudharat bagi orang lain. syafa'at yang tidak diterima di sisi Allah
adalah syafa'at bagi orang-orang kafir.

Uraian penciptaan langit dan bumi dan apa-apa yang ada diantara keduanya, terdapat
dalam surat Fush-Shilat ayat 9, 10 dan 12
Artinya: “Katakanlah: "Sesungguhnya Patutkah kamu kafir kepada yang menciptakan
bumi dalam dua masa dan kamu adakan sekutu-sekutu bagiNya? (yang bersifat) demikian itu
adalah Rabb semesta alam".

ŸArtinya: “Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya.
Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni)nya
dalam empat masa”. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya.

Artinya: “Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa. Dia mewahyukan
pada tiap-tiap langit urusannya. dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang
cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan yang
Maha Perkasa lagi Maha mengetahui”.

Dengan perincian penafsirannya sebagai berikut :

1. Tahap pertama penciptaan bumi 2 rangakain waktu

2. Tahap kedua penyempurnaan bumi 2 rangkaian waktu

3. Tahap ketiga penciptaan angkasa raya dan planet-planetnya 2


rangkaian waktu

Jadi terbentuknya alam raya ini terjadi dalam 6 rangkaian waktu atau 6 masa.
Selain surat-surat tersebut diatas masih banyak lagi yang menjelaskan tentang terbentuknya alam
raya ini, namun dari yang telah kami sampaikan dalam ringkasan ini terlihat bahwa secara umum
proses terciptanya alam raya ini berlangsung dalam 6 masa, dimana tahapan-tahapan dalam
proses tersebut saling berkaitan. Disebutkan juga bahwa terciptanya alam raya ini terjadi melalui
proses pemisahan massa yang tadinya satu.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pembahasan tentang perkembangan pemikiran tentang terbentuknya alam raya, yang
diungkapkan melalui pendapat / pemikiran dari berbagai peradaban bangsa, teori-teori yang
dikemukakan dari beberapa ilmuan serta dari pandangan Islam berdasarkan Al-Quran, maka
dapat disimpulkan bahwa perkembangan tentang pemikiran tentang terbentuknya alam semesta
sudah sejak lama telah menjadi bagian pemikiran manusia, begitu juga pendapat-pendapat dari
berbagai peradaban bangsa, begitu banyak teori-teori yang muncul tentang terbentuknya alam
raya ini.
Dari sekian banyak teori-teori yang dikemukakan oleh para ilmuan ternyata ilmuan
modern menyetujui bahwa Teori Ledakan Maha Dahsyat (Teori Big Bang) merupakan satu-
satunya penjelasan masuk akal dan yang dapat dibuktikan mengenai asal mula alam semesta dan
bagaimana alam semesta muncul menjadi ada. Namun perlu kita sadari bahwa jauh sebelum para
ahli mengemukakan teori Big Bang, ayat-ayat Al-Quran telah secara jelas menceritakan
bagaimana alam semesta ini terbentuk dalam 6 masa.
Saran
Demikian, sebagai umat muslim yang berpegan teguh kepada Al Qur’an maka hendaklah
kita menjaga, merawat, dan melestarikan alam ciptaan Allah ini. Semoga Allah SWT.
melimpahkan rahmat-Nya untuk kita semua, Amin.

Anda mungkin juga menyukai