Kelompok 12:
1. 2. 3. 4.
Samadhi yudha pratama Yosheko Casimira Morgan Fransiska Fani Heliyanto Meylani rizki bangun
PUSAT INVESTASI
Pusat investasi adalah suatu pusat pertanggungjawaban dalam suatu organisasi untuk menilai kinerja para manajernya berdasarkan pada laba yang diperoleh dan dihubungkan dengan dana investasi. Setiap pusat investasi mempunyai seorang manajer utama dan bertanggungjawab atas setiap unit kegiatan atau program yang terjadi didalam semua divisi yang dipimpinnya. Kemudian secara periodik manajer tersebut akan mempertanggungjawabkan hasil kerjanya kepada pimpinan perusahaan.
Para manajer pusat dapat menilai prestasi yang telah dicapai oleh masing-masing manajer. Berdasarkan informasi dan model analisis yang digunakan manajer tersebut berupaya mencari jawaban jika hasil yang dicapai tidak sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya. Pada umumnya dilakukan dengan suatu model pengukuran kinerja.
Pengukuran kinerja pusat investasi merupakan perluasan dari pengukuran kinerja pusat laba. Pengukuran kinerja ini diperlukan karena suatu divisi yang memperoleh laba tinggi tidak berarti mempunyai kinerja yang baik jika laba tersebut dihubungkan dengan investasi yang digunakan untuk menghasilkan laba tersebut. Disini prestasi manajer dinilai atas laba dan investasi yang diperlukan untuk memperoleh laba.
Tujuan pengukuran prestasi suatu pusat investasi, adalah : 1.Menyediakan informasi yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan mengenai investasi yang digunakan oleh manajer divisi dan memotivasi mereka untuk melakukan keputusan yang tepat. 2.Mengukur prestasi divisi sebagai kesatuan usaha yang berdiri sendiri. 3.Menyediakan alat perbandingan prestasi antar divisi untuk penentuan alokasi sumber ekonomi.
Informasi dari Pusat Investasi dapat digunakan memotivasi Manajer Divisi dalam : 1.Menghasilkan laba yang memadai dengan wewenang mengambil keputusan tentang sumber ekonomi dan fasilitas fisik yang digunakan. 2.Mengambil keputusan untuk menambah investasi bila investasi tersebut memberikan kembalian (return) yang memadai. 3.Mengambil keputusan untuk melepas/mengurangi investasi yang tidak memberikan kembalian (return) yang memadai.
Aktiva Tidak Berwujud kemudian di amortisasi setiap tahunnya. Hal ini mengubah cara pandang Manajer Unit Usaha karena akan berpengaruh terhadap biaya bertambah dan aktiva berkurang. Jumlah beban modal yang berkurang x tarip biaya modal akan menyebabkan EVA berdampak positif. Kewajiban tidak lancar : Dana-dana yang diperoleh Kantor Pusat diperoleh dari internal dan eksternal. Hal ini perlu dipertimbangkan untuk dihitung secara terpisah, karena kadang-kadang pinjaman lebih besar modal. Oleh sebab itu perhitungan EVA harus dihitung berdasarkan pinjaman yang berasal dari Kantor Pusat dan bukan dari total aktiva. Biaya Modal : Tarip biaya modal ditentukan oleh Kantor Pusat yang lebih besar dari tarip pendanaan dengan hutang. Sedangkan total dana yang digunakan adalah campuran (hutang ditambah modal berbiaya tinggi). Dengan demikian, tarif tersebut lebih kecil dari pada estimasi biaya modal perusahaan, sehingga EVA diatas rata-rata unit usaha lebih besar 0. Jika tarip modal kerja lebih kecil dari pada untuk aktiva tetap, risiko modal kerja lebih kecil dari pada aktiva tetap, karena dananya digunakan untuk keperluan jangka pendek. Survey Praktik : Kebanyakan perusahaan memasukkan unsur aktiva tetap ke dalam dasar investasi sebesar nilai buku.
Dalam hal investasi, EVA mampu mendorong manajer berpikir dan bertindak yaitu memilih investasi yang memaksimumkan pengembalian dengan biaya modal yang minimum sehingga nilai perusahaan bisa ditingkatkan (misalnya para pemegang saham). Selain itu, factor biaya modal yang terdapat dalam
EVA mendorong manajer untuk berhati-hati dalam menentukan kebijakan struktur modal perusahaannya. EVA merupakan laba operasi setelah pajak dikurang total biaya modal tahunan. Jika EVA positif, berarti perusahaan sedang menghasilkan kekayaan. Jika negatif, maka perusahaan sedang menghancurkan modal. EVA adalah metode untuk mengukur kinerja atau prestasi manajer pusat investasi, yang merupakan selisih antara Laba Operasi Setelah Pajak dengan Rata-Rata Tertimbang biaya Modal dari Modal Total yang digunakan.
Cara lain untuk menyatakan persamaan (1) adalah: EVA = Modal yang digunakan (ROI - Biaya modal) (2)
Return On Investment
Return On Investment dihitung dengan membagi laba yang diperoleh oleh pusat investasi dengan aktiva yang diinvestasikan untuk memperoleh laba tersebut. Namun dalam penentuan return on investment pusat investasi timbul masalah dalam pemilihan konsep laba dan masalah penentuan aktiva yang dimasukkan dalam unsure investasi serta pemilihan metode penilaian aktiva yang digunakan oleh pusat investasi. Konsep laba yang tepat digunakan sebagai pengukur prestasi suatu pusat investasi adalah laba yang terkendali oleh divisi.
Bentuk Pusat Investasi Bentuk pusat investasi adalah Kantor Pusat Perusahaan atau Unit Bisnis Strategis maupun Divisi yang diberi wewenang atau kebijakan maksimum dalam menentukan keputusan operasi yang tidak hanya berjangka pendek, tetapi juga tingkat (besarnya) dan tipe (jenis) investasi.
Masalah yang timbul pada Pusat Investasi adalah berkaitan dengan pengukuran dan tolok ukur prestasi pusat investasi: 1.Pada umumnya tujuan manajer unit usaha adalah memperoleh laba yang memuaskan dari investasi yang ditanamkan. 2.Laba yang yang diperoleh, berasal dari modal yang ditanam untuk memperoleh laba tersebut. 3.Makin besar modal yang ditanam belum tentu makin besar pula labanya.
Terdapat dua metode dalam mengukur prestasi Pusat Investasi. Pertama, pusat investasi diukur prestasinya dengan menghitung laba yang diperoleh dengan investasinya (investment base). Perhitungan ini disebut dengan Return on Investmen atau ROI. Kedua, pengukuran prestasi dilakukan dengan menghitung Economic Value Added (EVA) yang sering disebut juga sebagai residual income.
Keunggulan dan kelemahan masing-masing metode pegukuran kinerja: EVA ( Economic Value Added )
Ada 4 keunggulan Eva:
Pertama, dengan EVA, seluruh unit usaha memiliki sasaran laba yang sama untuk perbandingan investasi. Di lain pihak, pendekatan ROI memberikan insentif yang berbeda untuk investasi di antara unit-unit usaha. Sebagai contoh, suatu unit usaha yang kini memiliki ROI 30 persen akan cenderung untuk tidak melakukan ekspansi kecuali ia dapat mencapai ROI 30 persen atau lebih untuk tambahan asetnya; return yang kurang dari itu akan mengurangi ROI keseluruhan yang telah dicapainya sekarang. Jadi, unit usaha tersebut melewatkan peluang investasi yang ROI-nya di atas biaya modal tetapi di bawah 30 persen. Kedua, keputusan-keputusan yang meningkatkan ROI suatu pusat investasi dapat menurunkan keseluruhan labanya. Sebagai contoh, dalam sebuah
pusat laba yang kini memiliki ROI sebesar 30 persen, manajer dapat meningkatkan ROI-nya dengan menjual suatu aset yang ROI-nya 25 persen. Meskipun demikian, jika biaya modal dikaitkan dengan pusat investasi yang kurang dari 25 persen, laba absolut setelah mengurangkan biaya modal akan merupakan suatu penurunan bagi pusat investasi tersebut. Keunggulan ketiga dari EVA adalah tingkat suku bunga yang berbeda dapat digunakan untuk jenis aset yang berbeda pula. Sebagai contoh, tingkat bunga yang rendah dapat digunakan untuk persediaan, sedangkan tingkat bunga yang relatif tinggi dapat digunakan untuk investasi-investasi aset tetap. Lebih jauh lagi, tingkat bunga yang berbeda dapat digunakan untuk jenis aset tetap yang berbeda pula untuk memperhitungkan tingkat risiko yang berbeda. Singkatnya, sistem pengendalian manajemen dapat dibuat konsisten dengan kerangka kerja yang digunakan untuk keputusan-keputusan ten tang investasi modal dan alokasi sumber daya. Selain itu, jenis aset yang sama dapat dibeli untuk menghasilkan return yang sama dalam perusahaan, di luar profitabilitas unit usaha tertentu. Jadi, para manajer unit usaha harus bertindak secara konsisten ketika memutuskan satu investasi atas aset yang baru.
Keunggulan keempat adalah bahwa EVA,berlawanan dengan ROI, memiliki korelasi positif yang lebih kuat terhadap perubahan-perubahan nilai pasar perusahaan. Para pemegang saham merupakan pemilik kepentingan (stakeholder) yang penting dalam perusahaan. Ada beberapa atasan mengapa pembuatan nilai pemegang saham menjadi sangat penting bagi perusahaan: (a) mengurangi risiko pengambilalihan (takeover), (b) menciptakan nilai tukar untuk agresivitas dalam merger dan akuisisi, dan (c) mengurangi biaya modal, yang memungkinkan investasi yang lebih cepat untuk pertumbuhan yang akan datang.
faktor lain terkadang justru lebih dominan. Konsep ini sangat tergantung pada transparansi internal dalam perhitungan EVA secara akurat. Dalam kenyataannya seringkali perusahaan kurang transparan dalam mengemukakan kondisi internalnya. EVA jarang dipakai dalam praktik EVA hanya mengukur salah satu keberhasilan bisnis.
kecuali metode depresiasi anuitas (annuity depreciation) dipergunakan, dan hal ini sangat dilakukan dalam praktik bisnis sehari-hari. Jika metode nilai buku kotor (gross book value) dipergunakan, suatu unit usaha dapat meningkatkan EVA-nya dengan mengambil tindakan yang bertentangan dengan kepentingan perusahaan. Sedangkan jika metode nilai buku bersih (net book value) dipergunakan, EVA akan langsung meningkat karena berlalunya waktu penggunaan. Lebih jauh lagi, EVA akan tertekan untuk sementara oleh investasi-investasi yang baru karena tingginya nilai buku bersih Pada tahun-tahun awal. EVA memecahkan masalah yang ditimbulkan dari perbedaan potensi laba. Seluruh unit usaha, tanpa dilihat profitabilitasnya, akan termotivasi untuk meningkatkan investasi jika rate of return dari investasi tersebut melebihi rate yang ditentukan oleh sistem pengukuran.