Anda di halaman 1dari 11

RANGKUMAN MATERI KULIAH (RMK)

PENGAUDITAN I
“STRATEGI AUDIT AWAL”

NAMA KELOMPOK 6:
1. Kadek Dwi Paramartha (21111501019)
2. Stefani Hona Nalu (21111501001)
3. Yosua (21111501030)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMIKA, BISNIS, DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS DHYANA PURA
TAHUN AJARAN 2023/2024
STRATEGI AUDIT AWAL

Tujuan akhir Auditor dalam perencanaan dan pelaksanaan proses audit adalah
mengurangi resiko audit ke tingkat yang cukup rendah untuk mendukung pendapatnya,
apakah dalam semua hal yang material, laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai
dengan prinsip akuntansi berterima umum. Tujuan ini dicapai dengan menggumpulkan
bukti audit tentang asersi yang terdapat dalam laporan keuangan yang disajikan oleh
manajemen.

Karena adanya hubungan antara tingkat materialitas, risiko audit, dan bukti audit,
auditor dapat memilih strategi audit awal dalam perencanaan audit atas asersi individual
atau sekelompok asersi. Strategi audit awal dibagi menjadi dua macam, yaitu pendekatan
terutama substantif (primarily substantive approach), dan pendekatan tingkat risiko
pengendalian taksiran rendah (lower assessed level of control risk approach).

A. Unsur Strategi Audit Awal

Dalam mengembangkan strategi audit awal untuk suatu asersi, auditor menetapkan empat
unsur berikut:

1. Tingkat risiko bawaan yang dinilai


2. Tingkat risiko pengendalian yang direncanakan untuk dinilai dengan
mempertimbangkan:
a. Luas pemahaman mengenai pengendalian intern yang diperoleh
b. Pengujian pengendalian yang dilaksanakan dalam mengukur risiko
pengendalian
3. Tingkat risiko prosedur analitis yang direncanakan untuk dinilai dengan
mempertimbangkan:
a. Luas pemahaman tentang bisnis dan industri yang diperoleh
b. Prosedur analitis yang akan dilaksanakan yang menyediakan bukti mengenai
penyajian wajar dari suatu asersi.
4. Tingkat pengujian rincian yang direncanakan, apabila dikombinasikan dengan
prosedur lain, mengurangi risiko audit hingga tingkat rendah yang sesuai.

Dalam menentukan strategi audit awal, auditor pada dasarnya menentukan titik berat
pengujian yang akan dilaksanakan oleh auditor: terutama pada pengujian substantif atau
terutama pada pengujian pengendalian. Pedoman audit AICPA mengenai Consideration of
Internal Control Structur in a Financial Statement Audit memperkenalkan dua strategi audit
utama yang ekuivalen dengan (1) suatu pendekatan substantif utama yang menekankan
pengujian rincian dan (2) suatu tingkat risiko pengendalian yang dinilai lebih rendah.

B. Pendekatan Terutama Substantif dengan Penekanan terhadap Pengujian Terinci

Dalam strategi audit ini, auditor mengumpulkan semua atau hampir semua bukti audit
dengan menggunakan pengujian substantif dan auditor sedikit meletakkan kepercayaan atau
tidak mempercayai pengendalian intern. Pendekatan ini biasanya mengakibatkan penaksiran
risiko pengendalian pada tingkat atau mendekati maksimum.

Pada dasarnya ada tiga alasan mengapa auditor menggunakan pendekatan ini:

1. Hanya terdapat sedikit (jika ada) kebijakan dan prosedur pengendalian intern yang
relevan dengan perikatan audit atas laporan keuangan. Sebagai contoh, auditor akan
mempunyai sedikit kebijakan dan prosedur pengendalian intern dalam audit atas
laporan keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan kecil yang dioperasikan sendiri oleh
pemiliknya. Dalam situasi audit ini, auditor akan mencurahkan usaha sedikit dalam
pengendalian, dan akan menitikberatkan pengumpulan bukti auditnya terutama dari
pengujian substantif.
2. Kebijakan dan prosedur pengendalian intern yang berkaitan dengan asersi untuk akun
dan golongan transaksi signifikan tidak efektif. Sebagai contoh, pengendalian atas
transaksi pembelian dan pengeluaran kas yang lemah, sehingga auditor merencanakan
jauh sebelumnya untuk melakukan pengujian substantif secara luas terhadap asersi
kelengkapan utang usaha.
3. Peletakan kepercayaan besar terhadap pengujian substantif lebih efesien untuk asersi
tertentu. Misalnya, dalam audit aktiva tetap, auditor menggunakan pengujian substantif
terhadap penambahan, penghentian, pemakaian, penjagaan fisik aktiva tetap untuk
membuktikan asersi keberadaan aktiva tetap tersebut. Auditor tidak melakukan
pengujian pengendalian atas transaksi penambahan, penghentian, pemakaian,
penjagaan fisik aktiva tetap, jika hanya terhadap sedikit transaksi yang berkaitan
dengan aktiva tetap. Pengumpulan bukti audit melalui pengujian substantif lebih
efesien dibandingkan dengan pengujian pengendalian.
Menurut pendekatan substantif utama yang menekankan pengujian terinci (primarily
substantive approach emphasizing tests of details), auditor menspesifikasikan komponen-
komponen strategi audit sebagai berikut:
1. Gunakan tingkat risiko prosedur analisis yang direncanakan untuk dinilai pada tingkat
yang tinggi.
2. Gunakan tingkat risiko pengendalian yang direncanakan untuk dinilai pada tingkat
yang tinggi (atau pada tingkat maksimum).
3. Rencanakan untuk memperoleh pemahaman minimum mengenai bagian-bagian yang
relevan dari pengendalian intern.
4. Rencanakan sedikit, jika ada, pengujian pengendalian.
5. Rencanakan pengujian substantif yang luas atas transaksi dan saldo berdasarkan pada
tingkat risiko deteksi yang direncanakan dapat diterima yang rendah.

Auditor dapat memilih pendekatan ini ketika ia mengetahui dari awal, mungkin dari
pengalaman masa lalu berhadapan dengan klien atau dari langkah awal perencanaan awal,
bahwa pengendalian intern yang berkaitan dengan asersi tidak ada atau tidak efektif.

Strategi ini juga dapat dipilih ketika auditor menyimpulkan bahwa biaya melaksanakan
prosedur tambahan untuk memperoleh suatu pemahaman yang lebih mendalam mengenai
pengendalian intern dan pengujian pengendalian untuk mendukung tingkat risiko
pengendalian yang lebih rendah akan melebihi biaya pelaksanaan substantif yang lebih luas.
Kondisi tersebut dapat berhubungan dengan esersi untuk akun-akun yang memiliki populasi
relatif kecil atau transaksi yang tidak sering terjadi.

C. Pendekatan Risiko Pengendalian yang Dinilai Lebih Rendah

Dalam pendekatan ini, auditor meletakkan kepercayaan moderat atau pada tingkat
kepercayaan penuh terhadap pengendalian, dan sebagai akibatnya auditor hanya
melaksanakan sedikit pengujian substantif. Menurut pendekatan tingkat risiko pengendalian
yang dinilai lebih rendah (lower assessed level of control risk), auditor mensfesifikasikan
komponen-komponen dari strategi audit sebagai berikut:

1. Gunakan tingkat risiko prosedur analitis yang direncanakan untuk dinilai pada tingkat
yang tinggi.
2. Gunakan tingkat risiko pengendalian yang direncanakan untuk dinilai pada tingkat
sedang atau rendah.
3. Rencanakan pengujian pengendalian, mungkin pengujian pengendalian komputer
yang berada dalam sistem klien.
4. Rencanakan pengujian substantif atas transaksi atau saldo yang terbatas berdasarkan
tingkat risiko deteksi yang direncanakan untuk diterima pada tingkat sedang atau
tinggi.

Auditor dapat memilih strategi ini ketika ia percaya bahwa pengendalian yang
berhubungan dengan suatu asersi telah dirancang dengan baik dan berjalan dengan sangat
efektif. Selain itu, auditor harus percaya bahwa biaya pelaksanaan prosedur yang lebih luas
untuk memperoleh pemahaman mengenai pengendalian intern, termasuk aspek komputer dari
pengendalian intern, dan untuk menguji pengendalian akan lebih besar daripada yang
diimbangi oleh penghematan biaya dari pelaksanaan pengujian substantif atas transaksi dan
saldo yang lebih sempit.

D. Perbandingan antara Strategi Pendekatan Terutama Substantif dengan Pendekatan


Risiko Pengendalian yang Dinilai Lebih Rendah

Perbandingan dua strategi tersebut disajikan pada tabel berikut:

Pendekatan Terutama Substantif Pendekatan Risiko Pengendalian Rendah


1. Auditor merencanakan taksiran risiko 1. Auditor merencanakan taksiran risiko
pengendalian pada tingkat maksimum pengendalian pada tingkat moderat atau
atau mendekati maksimum. tingkat rendah.
2. Auditor merencanakan prosedur yang 2. Auditor merencanakan prosedur yang
kurang ekstensif untuk memperoleh lebih ekstensif untuk memperoleh
pemahaman atas pengendalian intern. pemahaman atas pengendalian intern.
3. Auditor merencanakan sendikit, jika ada 3. Auditor merencanakan pengujian
pengujian, pengendalian. pengendalian secara luas.
4. Auditor merencanakan akan melakukan 4. Auditor merencanakan akan membatasi
pengujian substantif secara luas. penggunaan pengujian substantif.
E. Stategi Audit Tambahan

1. Pendekatan Substantif Utama yang Menekankan Pada Prosedur Analitis


Menurut pendekatan substantive utama yang menekankan pada prosedur analitis,
auditor menspesifikasikan komponen-komponen strategi audit berikut:
a. Memperoleh pengetahuan yang luas mengenai proses bisnis klien yang releven
dengan asersi
b. Auditor mengantisipasi bahwa dia dapat memperoleh bukti kompeten dari
prosedur analitis untuk mendukung suatu penilaian risiko sedang atau rendah
dari bukti tersebut.
c. Gunakan suatu tingkat risiko pengendalian yang direncanakan untuk dinilai
d. Rencanakan untuk memperoleh suatu pemahaman minimum mengenai bagian
relevan dari pengendalian intern.
e. Rencanakan untuk memperoleh suatu pemahaman minimum mengenai bagian
relevan dari pengendalian intern.
f. Rencanakan sedikit, jika ada, pengujian pengendalian.
g. Rencanakan pengujian substantif atas transaksi dan saldo yang lebih sempit
sebagai akibat dari pengurangan risiko yang diberikan dari pengurangan risiko
yang diberikan prosedur analitis.

2. Penekanan pada Risiko Bawaan dan Prosedur Analitis


Penekanan pada risiko bawaan dan prosedur analitis juga mengasumsikan bahwa
prosedur analitis lebih murah dari pada prosedur audit lainnya, oleh karena itu, menurut
pendekatan auditor menspesifikasikan kompone-komponen strategi audit sebagai
berikut:
a. Risiko bawaan dinilai pada tingkat di bawah maksimum.
b. Gunakan tingkat risiko prosedur analitis yang direncanakan untuk dinilai
serendah mungkin.
c. Gunakan tingkat risiko pengendalian yang direncanakan untuk dinilai pada
tingkat yang tinggi (atau pada tingkat maksimum)
d. Rencanakan untuk memperoleh pemahaman minimum mengenai bagian yang
relevan dari pengendalian intern.
e. Rencanakan sedikit, jika ada, pengujian pengendalian.
f. Rencanakan pengujian substantive atas transaksi dan saldo yang lebih sempit
sebagai akibat dari pengurangan risiko yang diberikan dari pengurangan risiko
bawaan dan prosedur analitis yang lebih rendah.

F. Hubungan antara Strategi dan Siklus Transaksi

Seringkali suatu strategi yang serupa diterapkan pada sekelompok asersi yang
dipengaruhi oleh golongan transaksi dalam suatu siklus transaksi. Logikanya adalah bahwa
banyak pengendalian intern berfokus pada pemrosesan satu jenis transaksi dalam satu siklus.
Meskipun, kantor akuntan menggunakan nama yang berbeda untuk golongan transaksi, dan
dalam beberapa kasus bahkan berbeda dalam menspesifikasikan golongan transaksi mana
yang masuk dalam siklus tertentu.

Siklus Golongan Transaksi Utama


Pendapatan Penjualan, penerimaan kas, dan penyesuaian penjualan
Pengeluaran Pembelian dan pengeluaran kas
Jasa personel Penggajian
Produksi Memproses persediaan
Investasi Investasi dalam aktiva jangka panjang atau investasi moneter
dari kelebihan kas
Pembiayaan Pembiayaan dari hutang lancar dan hutang jangka panjang
serta modal saham

Berikut adalah beberapa pemaparan tentang hubungan antara strategi audit awal dengan
siklus transaksi:

1. Pemahaman Siklus Transaksi: Salah satu langkah penting dalam strategi audit awal
adalah memahami dengan baik siklus transaksi suatu entitas. Siklus transaksi
mencakup seluruh proses bisnis yang melibatkan transaksi keuangan, mulai dari awal
transaksi terjadi hingga akhirnya dicatat dalam laporan keuangan. Auditor perlu
memahami siklus transaksi ini dengan baik untuk dapat merencanakan langkah-
langkah audit yang relevan dan efektif. Pemahaman yang baik tentang siklus transaksi
akan membantu auditor mengidentifikasi risiko audit yang mungkin timbul dalam
setiap siklus transaksi, serta merancang langkah-langkah pengujian yang sesuai untuk
menghadapi risiko tersebut.
2. Penetapan Tujuan Audit: Strategi audit awal juga melibatkan penetapan tujuan audit
yang jelas dan spesifik. Tujuan audit menggambarkan apa yang ingin dicapai oleh
auditor dalam pengauditan suatu entitas. Tujuan audit harus berkaitan langsung
dengan siklus transaksi yang sedang diaudit. Misalnya, jika siklus transaksi yang
sedang diaudit adalah siklus penggajian, tujuan audit dapat melibatkan pengujian atas
keberadaan dan akurasi data gaji yang dicatat dalam sistem penggajian. Dengan
penetapan tujuan audit yang tepat, auditor dapat merancang langkah-langkah audit
yang relevan untuk mencapai tujuan tersebut.
3. Identifikasi Risiko Audit: Auditor perlu mengidentifikasi risiko audit yang mungkin
timbul dalam setiap siklus transaksi. Risiko audit dapat berupa kesalahan atau
penyimpangan dalam pencatatan transaksi, pelanggaran terhadap kebijakan
perusahaan, atau risiko lain yang dapat mempengaruhi keberadaan, kelengkapan,
validitas, dan akurasi transaksi. Dengan mengidentifikasi risiko audit, auditor dapat
merancang langkah-langkah audit yang sesuai untuk menghadapi risiko tersebut dan
memastikan bahwa pengujian yang dilakukan efektif dalam mendeteksi risiko audit
yang mungkin terjadi dalam siklus transaksi.
4. Penentuan Pengujian Substantif: Pengujian substantif adalah langkah-langkah
pengujian yang dilakukan oleh auditor untuk mengumpulkan bukti audit yang cukup
dan memadai untuk mendukung kesimpulan audit. Strategi audit awal melibatkan
penentuan pengujian substantif yang akan dilakukan dalam setiap siklus transaksi.
Auditor perlu merancang langkah-langkah pengujian substantif yang relevan dengan
siklus transaksi yang sedang diaudit. Misalnya, jika siklus transaksi yang sedang
diaudit adalah siklus pembelian, pengujian substantif dapat melibat kan pengujian atas
keberadaan dan kelengkapan dokumen pembelian, validitas pemesanan, serta akurasi
perhitungan harga dan jumlah. Dengan merancang pengujian substantif yang tepat,
auditor dapat mengumpulkan bukti audit yang cukup untuk menguji transaksi dalam
siklus transaksi secara efektif.
5. Pemilihan Prosedur Pengujian: Strategi audit awal juga melibatkan pemilihan
prosedur pengujian yang sesuai untuk menguji transaksi dalam siklus transaksi.
Auditor perlu mempertimbangkan jenis prosedur pengujian yang efektif dalam
mendeteksi risiko audit yang telah diidentifikasi sebelumnya. Misalnya, jika risiko
audit terkait dengan penyimpangan dalam pencatatan transaksi, auditor dapat memilih
prosedur pengujian yang berfokus pada pengujian detail pencatatan transaksi, seperti
pengujian substantif secara detail atau pengujian terhadap dokumen pendukung
transaksi. Pemilihan prosedur pengujian yang tepat akan membantu auditor menguji
transaksi dalam siklus transaksi secara efektif dan efisien.
6. Penilaian Hasil Pengujian: Selanjutnya, auditor perlu menilai hasil pengujian yang
telah dilakukan terhadap transaksi dalam siklus transaksi. Auditor harus
membandingkan temuan pengujian dengan standar audit yang telah ditetapkan dan
mengidentifikasi temuan yang berpotensi menunjukkan adanya kesalahan atau
penyimpangan dalam pencatatan transaksi. Dengan penilaian hasil pengujian yang
tepat, auditor dapat mengidentifikasi area yang memerlukan perhatian lebih lanjut
dalam pengujian selanjutnya atau dalam pelaksanaan audit selanjutnya.
7. Kesimpulan dan Laporan Audit: Strategi audit awal juga berpengaruh terhadap
kesimpulan dan laporan audit. Hasil pengujian transaksi dalam siklus transaksi akan
menjadi dasar bagi auditor dalam merumuskan kesimpulan audit dan menyusun
laporan audit. Jika auditor telah merancang strategi audit awal yang efektif dan
mengimplementasikannya dengan baik, maka auditor dapat menyimpulkan apakah
transaksi dalam siklus transaksi telah dicatat dengan benar, akurat, dan sesuai dengan
kebijakan perusahaan, serta menyusun laporan audit yang berkualitas dan informatif.

Dengan demikian, strategi audit awal sangat berkaitan dengan siklus transaksi suatu
entitas. Auditor perlu memahami siklus transaksi dengan baik, mengidentifikasi risiko audit
yang terkait dengan siklus transaksi, merancang langkah-langkah pengujian yang relevan,
memilih prosedur pengujian yang sesuai, menilai hasil pengujian, dan menyimpulkan hasil
audit dalam laporan audit. Dengan pendekatan strategi audit awal yang baik, auditor dapat
melaksanakan audit secara efektif dan efisien dalam siklus transaksi suatu entitas.

G. Kesimpulan
Dari pembahasan materi di atas kita dapat menyimpulkan:
1. Auditor dalam perencanaan dan pelaksanaan proses audit memiliki tujuan akhir
yaitu mengurangi resiko audit ke tingkat yang cukup rendah untuk mendukung
pendapatnya.
2. Strategi audit awal dibagi menjadi dua macam, yaitu pendekatan terutama
substantif (primarily substantive approach), dan pendekatan tingkat risiko
pengendalian taksiran rendah (lower assessed leve of control risk approach).
3. Dalam pengembangan strategi audit awal, auditor menetapkan empat unsur yang
melibatkan tingkat risiko bawaan yang dinilai, tingkat risiko pengendalian yang
direncanakan untuk dinilai, tingkat risiko prosedur analitis yang direncanakan
untuk dinilai, dan tingkat pengujian rincian yang direncanakan.
4. Terdapat perbedaan antara strategi pendekatan terutama substantif dengan strategi
pendekatan risiko yang dinilai lebih rendah. Selain itu, ada juga Strategi Audit
tambahan yaitu Strategi pendekatan substantif utama yang menekankan pada
prosedur analistis dan Strategi penekanan pada risiko bawaan dan prosedur analitis.
5. Terdapat hubungan antara strategi dan siklus transaksi, sehingga dengan
pendekatan strategi audit awal yang baik, auditor dapat melaksanakan audit secara
efektif dan efisien dalam siklus transaksi suatu entitas.

DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi (2017). Auditing. Buku satu Edisi 6. Jakarta: Salemba empat.


Boynton, William C., Johnson, Raymond N., dan Kell, Walter G. 2003. Modern Auditing.
Jakarta: Erlangga.

Maxyanus Taruk Lobo’. 2014. Materialitas, Risiko Audit, dan Strategi Audit Awal. (online).

((5) Materialitas, risiko audit, dan strategi audit awal | Maxyanus Taruk Lobo' -
Academia.edu diakses pada tanggal 13 April 2023.

Ikarosalia. 2012. Materialitas dan Risiko Audit. (online)


(http://fadjarika.blogspot.com/2012/01/materialitas-dan-risiko-audit.html diakses pada
tanggal 21 Oktober 2014.)
Irwanto Rudi. Matrialitas, Risiko Audit, dan Startegi Audit Awal. (online)
(http://rudiirawantofeuh.blogspot.com/2014/04/materialitas-risiko-audit-strategi.html.
diakses pada tanggal 22 Oktober 2014)

Syamsidiq. 2012. Materialitas, Risiko Audit dan Strategi Audit Awal. (online)
(http://syamsidiq.wordpress.com/2012/06/04/materialitas-risiko-dan-strategi-audit-
awal/. Diakses pada tanggal 21 Oktober 2014)

Anda mungkin juga menyukai