Anda di halaman 1dari 4

NAMA : GISCA ANGGRANI VIONASARI

NIM : 041023135
PKBJJ UT MATARAM

1. Alasan apa yang membuat dipilihnya pendekatan substantif utama dan alasan
apa yang membuat keputusan dipilihnya pendekatan risiko pengendalian
tertaksir berlevel rendah sebagai strategi audit awal

Pemilihan pendekatan substantif utama memerlukan pengetahuan yang cukup


tentang system pengendalian internal untuk memahami potensi penyebab salah
saji dan bagaimana salah saji tersebut dapat dikontrol atau tidak. Selain itu
pada lingkungan TI yang intensif, auditor tidak perlu mengikuti pendekatan
substantif utama karena uji substantif tidak mengurangi risiko audit ke level
rendah. Salah satu komponen pendekatan substansi utama adalah level risiko
pengendalian tertaksir pada level tertinggi yang didasarkan pada asumsi berikut
:
1. Tidak ada pengendalian internal yang signifikatn terkait dengan asersi,
2. Pengendalian internal yang relevan kemungkinan tidak efektif atau
3. Perolehan bukti efektivitas pengendalian internal yang relevan tidak efisien.

Jika bukti efektivitas desain dan implementasi pengendalian internal untuk


asersi tidak diperoleh ketika pemahaman, auditor harus menaksir risiko
pengendalian pada level maksimal dan mendokumentasikan kesimpulan
tersebut pada kertas kerja. Jika didapatkan sedikit bukti, auditor dapat
membuat penaksiran awal risiko pengendalian sedikit dibawah level maksimal
atau tinggi. Keputusan perubahan strategi audit harus mempertimbangkan
kemungkinan mendapatkan bukti yang efisien secara kos untuk mendukung
penaksiran risiko pengendalian dengan level yang lebih rendah. Agar koeefisien,
kos gabungan untuk melakukan
(1) uji pengendalian tambahan dan
(2) penurunan uji substantif dengan asumsi penaksiran risiko pengendalian
berlevel lebih rendah terdukung harus lebih rendah ketimbang kos untuk
mengerjakan level uji substantif yang lebih tinggi sesuai dengan pendekatan
substantif utama.
Jika diputuskan tidak mengubah strategi, penaksiran risiko pengendalian
sedikit dibawah level maksimal atau tinggi dan dasar penaksiran tersebut harus
didokumentasi. Pada beberapa kasus, digunakan pendekatan risiko
pengendalian tertaksir berlevel rendah karena klien memiliki pengendalian
internal yang efektif dan auditor merencanakan untuk menguji pengendalian
tersebut, mengurangi risiko pengendalian, serta mengubah karakteristik,
pemilihan waktu atau luasan uji substantif. Kasus tersebut sering terjadi pada
perusahaan public. Pendekatan risiko pengendalian tertaksir berlevel rendah
dipilih karena uji substantif sendiri tidak cukup untuk mengurangi risiko audit
ke level rendah.

Jika menggunakan system tinjau ulang menyeluruh ditemukan bukti


pengendalian yang tidak efektif, perlu dilakukan perubahan strategi menjadi
pendekatan substantif utama. Perubahan strategi tersebut ditunjukan pada
cabang tidak dari bagian kiri symbol keuputusan pertama pada kolom
pendekatan risiko pengendalian terakhir berlevel rendah. Jika pengalihan
menjadi risiko pengendalian tertaksir berlevel rendah diteruskan, auditor
merencanakan dan melakukan uji pengendalian tambahan. Bukti yang
didapatkan dari uji tersebut dievaluasi untuk membuat penaksiran risiko
pengendalian akhir atau actual. Penaksiran akhir tersebut dan dasar
penaksiran didokumentasikan dikertas kerja.

2. Dasar yang digunakan oleh auditor untuk mendapatkan dasar opini pada
laporan keuangan klien dalam uji substantif dan berikan penjelasannya

Uji substantif menjadi bagian penting dari proses mendapatkan bukti yang
memadai dan kuat sebagaimana diharuskan oleh standar kerja lapangan ketiga.
Uji substantif menyediakan bukti tentang kewajaran dari tiap asersi laporan
keuangan yang signifikan serta mengungkap kesalahan moneter atau salah saji
dalam pencatatan atau pelaporan transaksi dan saldo.
Auditor harus membuat keputusan tentang karakteristik, pemilihan waktu,
luasan, dan pemilihan staf uji substantif agar mempunyai dasar yang rasional
untuk opini pada laporan keuangan klien. Jika risiko deteksi yang dapat
diterima berlevel rendah, auditor harus menggunakan prosedur yang lebih
efektif. Jika risiko deteksi yang dapat diterima berlevel tinggi, dapat digunakan
prosedur yang kurang efektif dan murah. Untuk asersi risiko bawaan yang
tinggi, prosedur analitis substantif dianggap kurang efektif daripada uji detail.

Pada kasus lain, meskipun demikian, dapat terjadi sebaliknya. Beberapa jenis
prosedur awal dikerjakan sebelum proses uji substantif yang lain, pertama
auditor harus memahami hakikat ekonomi dari transaksi yang menjadi subjek
audit. Prosedur awal penting lainnya meliputi penelurusan saldo awal di buku
besar sampai saldo yang diaudit pada laporan keuangan tahun sebelumnya. Hal
tersebut penting untuk menguji kelengkapan dan akurasi data yang mendasari
catatan akuntansi. Penggunaan prosedur analitis pada perencanaan audit
untuk mengindentifikasi risiko salah saji yang lebih besar telah dijelaskan
sebelumnya. Prosedur analitis dapat digunakan pada audit fase pengujian
sebagai uji substantif untuk mendapatkan bukti tentang asersi tertentu.

Dalam beberapa kasus prosedur analitis digunakan untuk melengkapi uji detail.
Serta uji substantif utama jika risiko bawaan berlevel moderat atau rendah.
Namun prosedur analitis substantif tidak boleh digunakan sebagai uji utama
untuk asersi dengan risiko bawaan yang signifikan. Untuk banyak aserti
prosedur analitis substantif yang membandingkan hubungan yang rasional
antara data finansial dan non finansial mungkin merupakan uji substantif yang
efektif.

Standar audit menyatakan bahwa auditor harus mempertimbangan hal – hal


berikut ketika merancang prosedur analitis substantif :
a. kesesuaian prosedur analitis substantif dengan asersi tertentu;
b. reliabilitas data, baik internal maupun eksternal, yang digunakan untuk
menghitung jumlah tercatat atau rasio yang diharapkan
c. apakah ekspetasi cukup tepat untuk mengindentifikasi salah saji material pada
level kepastian yang diiginkan d. besarnya selisih antara jumlah tercatat dari
nilai yang diharapkan dapat diterima. Auditor dapat memperoleh bukti dalam
jumlah yang material tentang asersi kelas transaksi dengan menggunakan
prosedur analitis dengan mempelajari transaksi tersebut ketika mengaudit
saldo rekening.

3. langkah penyampelan audit pada uji pengendalian dan pada uji substantive
Penyempelan audit adalah penerapan prosedur audit pada kurang dari 100%
item – item populasi, seperti saldo rekening atau kelas transaksi, yang bertujuan
untuk mengevaluasi beberapa karakteristik populasi tersebut.
Uji pengendalian
1. menentukan tujuan uji pengendalian
2. menentukan prosedur untuk mengevaluasi pengendalian internal
3. membuat keputusan tentang teknik penyempelan audit
4. membatasi jumah populasi dan sampel
5. menggunakan penilaian professional untuk menentukan ukuran sampel
6. memilih sampel yang representative
7. menerapkan prosedur audit
8. mengevalusi hasil sampel
9. mendokumentasikan kesimpulan

Uji substantif
1. Menentukan tujuan uji substantif
2. Menentukan prosedur audit substantif untuk dikerjakan
3. Membuat keputusan tentang teknik penyampelan audit
4. Menentukan unit populasi dan penyampelan
5. Menggunakan penilaian professional dan metode statistic untuk menuntukan
ukuran sampel
6. Memilih sampel representative
7. Menerapkan prosedur audit
8. Mengevaluasi hasil sampel
9. Mendokumentasikan kesimpulan

Sumber :
BMP EKSI4310/Modul 1-3

Anda mungkin juga menyukai