1. Permintaan keterangan
(3) Frekuensi, penyebab, dan penyelesaian penyimpangan yang terjadi. Jawaban yang
tidak memuaskan dari personel dapat menunjukan penerapan tidak semestinya atas
pengendalian intern.
2. Pengamatan
Pengamatan dilaksanakan terhadap pekerjaan personel, dan dapat menghasilkan bukti yang
serupa dengan permintaan keterangan. Pengamatan yang baik dilakukan tanpa
sepengetahuan personel yang diamati dan bersifat mendadak.
3. Inspeksi
Inspeksi dilakukan terhadap dokumen dn laporan yang menunjukan kinerja pengendalian.
4. Pelaksanaan kembali
Lingkup pengujian pengendalian secara langsung dipengaruhi oleh taksiran tingkat risiko
pengendalian yang direncanakan. Diperlukan pengujian dengan ruang lingkup yang lebih
luas untuk taksiran tingkat risiko pengendalian moderat atau rendah.
7.3 Tahap Penaksiran Risiko Pengendalian
Tahap-tahap penaksiran risiko pengendalian adalah sebagai berikut :
(2) Mempertimbangkan faktor yang mempengaruhi risiko salah saji yang material
Untuk kebijakan dan prosedur yang relevan dengan asersi tertentu, auditor menggunakan
tipe jawaban ya/tidak dan komentar tertulis di dalam kuesioner, kelebihan, dan kekurangan
dicatat dalam bagan alir dan memoranda naratif.
2. Lakukan Identifikasi Salah Saji Potensial yang Dapat Terjadi dalam Asersi Entitas.
Setelah auditor mengidentifikasi salah saji potensial yang dapat terjadi dalam asersi yang
berkaitan dengan setiap saldo akun yang signifikan, auditor kemudian mengidentifikasi
pengendalian yang diperlukan untuk mencegah dan mendeteksi salah saji tersebut. Dalam
melakukan identifikasi pengendalian yang diperlukan ini, auditor harus mempertimbangkan
semua unsur pengendalian intern yang digolongkan kedalam lima golongan : lingkungan
pengendalian, penaksiran risiko, informasi dan komunikasi, aktivitas pengendalian, dan
pemantauan.
Untuk mengevaluasi desain dan operasi pengendalian intern klien, auditor kemudian
mengembangkan pengujian pengendalian terhadap setiap pengendalian yang diperlukan
untuk setiap asersi. Tujuan pengujian pengendalian ini adalah untuk menentukan efektivitas
desain dan operasi pengendalian intern.
5. Lakukan Evaluasi Terhadap Bukti dan Buat Taksiran Risiko Pengendalian
Penaksiran risiko pengendalian untuk suatu asersi laporan keungan akhirnya didasarkan atas
hasil evaluasi terhadap bukti yang diperoleh dari :
(1) prosedur yang digunakan untuk memperoleh pemahaman atas pengendalian intern
yang relevan dengan pelaporan keuangan
(2) pengujian pengendalian yang bersangkutan. Bugkti yang dikumpulkan oleh auditor
dapat berupa bukti dokumentar, elektronik, matematik, lisan, atau bukti fisik. Jika berbagai
tipe bukti mendukung kesimpuglan mengenai keefektifan suatu pengendalian, tingkat
keyakinan yang dapat diberikan oleh auditor meningkat. Sebaliknya, jika bukti yang
dikumpulkan tidak mendukung berbagai kesimpulan, tingkat keyakinan yang diberikan oleh
auditor menjadi berkurang.
Penaksiran risiko pengendalian dapat dilakukan oleh auditor dalam bentuk kuantitatif atau
kualitatif. Dalam bentuk kuantitatif, auditor misalnya dapat menyatakan bahwa terdapat
40% risiko pengendalian yang bersangkutan tidak dapat mencegah atau mendeteksi salah
saji tertentu. Dalam bentuk kualitatif, auditor dapat menyatakan bahwa terdapat risiko
rendah, menengah, atau tinggi pengendalian yang bersangkutan tidak akan dapat
mencegah atau mendeteksi salah saji.
Penaksiran risiko pengendalian untuk suatu asersi merupakan faktor penentu tingkat risiko
deteksi yang dapat diterima untuk suatu asersi, yang pada gilirannya akan berdampak
terhadap tingkat pengujian substantif yang direncanakan (yang mencakup sifat, saat, dan
lingkup pengujian substantif) yang harus dilakukan untuk menyelesaikan audit. Jika risiko
pengendalian ditaksir terlalu rendah, risiko deteksi dapat terlalu tinggi ditetapkan dan
auditor dapat melaksanakan pengujian substantif yang tidak memadai sehingga auditnya
tidak efektif. Sebaliknya, jika risiko pengendalian ditaksir telalu tinggi, auditor dapat
melakukan pengujian substantif melebihi dari jumlah yang diperlukan, sehingga auditor
melakukan audit yang tidak efesien.
7.4 Konsep Dasar Pengujian Pengendalian
Pengujian pengendalian adalah prosedur audit yang dilaksanakan untuk menentukan
efektivitas desain dan/atau operasi pengendalian intern. Dalam hubungannya desain
pengendalian intern, pengujian pengendalian yang dilakukan oleh auditor berkaitan dengan
apakah kebijakan dan prosedur telah di desain memadai untuk mencegah atau mendeteksi
salah saji material dalam asersi tertentu laporan keuangan. Sebagai contoh, penyimpanan
surat berharga klien di almari besi yang nomor kodenya di tangan bendahara dan direktur
keuangan merupakan kebijakan pengendalian yang memadai untuk mengurangi risiko salah
saji dalam asersi keberadaan atau keterjadian untuk akun investasi sementara.
(3) Efektivitas dan efisiensi operasi, pengujian pengendalian yang dilakukan oleh auditor
hanya diterapkan terhadap pengendalian yang dipandang relevan dengan pencegahan atau
pendeteksian salah saji material dalam laporan keuangan.
Kebijakan dan prosedur pengujian pengendalian akan efektif bila diterapkan semestinya
secara konsisten oleh orang yang berwenang, maka pengujian pengendalian yang berkaitan
dengan efektivitas operasi difokuskan ke tiga pertanyaan:
Semakin luas lingkup pengujian pengendalian yang dilakukan oleh auditor, akan dapat
dikumpulkan bukti lebih banyak mengenai efektivitas pengendalian intern.
Lingkup pengujian pengendalian secara langsung dipengaruhi oleh taksiran tingkat risiko
pengendalian yang direncanakan. Diperlukan pengujian dengan lingkup yang lebih luas
untuk taksiran tingkat pengendalian moderat atau rendah.
1. Sifat Pengujian; mencakup jenis dan efektivitas prosedur audit yang dilakukan oleh
auditor.
Jenis pengujian substantif mencakup (a) prosedur analitik, (b) pengujian terhadap transaksi
rinci, (c) pengujian terhadap saldo akun rinci.
2. Saat Pengujian; tingkat risiko deteksi yang dapat diterima berdampak terhadap saat
pelaksanaan pengujian substantif. Jika risiko deteksi adalah tinggi, pengujian substantif
dapat dilaksanakan beberapa bulan sebelum akhir tahun yang diaudit, dan sebaliknya.
3. Lingkup Pengujian; bukti audit diperlukan lebih banyak untuk mencapai tingkat risiko
deteksi rendah bila dibandingkan dengan tingkat risiko deteksi tinggi.
· Tentukan prosedur audit awal; ditujukan untuk memperoleh keyakinan bahwa asersi
dalam laporan keuangan didukung oleh catatan akuntansi yang andal.
· Tentukan pengujian terhadap akun rinci; auditor menentukan berbagai prosedur audit
untuk membuktikan asersi keberadaan, kelengkapan, hak dan kewajiban, penilaian,
penyajian dan pengungkapan akun tertentu.
1. Pengajuan pertanyaan kepada para karyawan berkaitan dengan kinerja tugas mereka.
5. Konfirmasi
6. Analisis
Jika tingkat risiko deteksi yang dapat diterima adalah rendah maka auditor harus
menggunakan prosedur yang lebih efektif yang biasanya juga lebih mahal. Ada tiga tipe
pengujian substantif yang dapat digunakan yaitu:
3. Prosedur analitis
Pengujian rinci atau detail saldo, metodologi perancangan pengujian detail saldo meliputi
empat tahapan, yaitu:
4. Merancang pengujian detail saldo untuk memenuhi setiap tujuan spesifik audit secara
memuaskan.
Pengujian rinci atau detail transaksi, pengujian detail transaksi dilakukan untuk
menentukan:
3. Kebenaran pelaksanaan posting atas transaksi tersebut ke dalam buku besar dan
buku pembantu.
Prosedur analitis, meliputi jumlah yang tercatat dengan harapan yang dikembangkan
auditor juga meliputi perhitungan rasio oleh auditor.
4. Untuk menentukan dapat tidaknya dilakukan pengurangan atas pengujian audit detail.
Rangkuman Topik 7
Penaksiran risiko pengendalian digunakan untuk asersi yang merupakan faktor penentu
tingkat risiko deteksi yang dapat diterima untuk suatu asersi, yang pada gilirannya akan
berdampak terhadap tingkat pengujian substantif yang direncanakan dan harus dilakukan
untuk menyelesaikan audit. Jika risiko pengendalian ditaksir terlalu rendah, risiko deteksi
dapat terlalu tinggi ditetapkan dan auditor dapat melaksanakan pengujian substantif yang
tidak memadai, sehingga auditnya tidak efektif. Sebaliknya, jika risiko pengendalian ditaksir
terlalu tinggi, auditor dapat melakukan pengujian substantif melebihi dari jumlah yang
diperlukan, sehingga auditor melakukan audit yang tidak efisien.