Anda di halaman 1dari 16

NAMA KELOMPOK :

1. IDA IASA
2. FIE FIE

TUGAS PEMERIKSA AKUNTANSI II

Sistem adalah seperangkat elemen yang saling bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu.
Sistem harus memiliki organisasi, keterkaitan, integrasi, dan tujuan utama. Setiap bagian dari
sistem disebut sebagai subsistem. Subsistem apapun dalam suatu sistem dapat dibagi lagi
menjadi beberapa bagian atau subsistem baru.

Pengertian sistem informasi Sistem Informasi adalah kombinasi dari manusia, fasilitas atau alat
teknologi, media, prosedur dan pengendalian yang bermaksud menata jaringan komunikasi
yang penting, proses atas transaksi-transaksi tertentu dan rutin, membantu manajemen dan
pemakai intern dan ekstern dan menyediakan dasar pengambilan keputusan yang tepat.

Sistem Informasi Akuntansi merupakan struktur yang menyatu dalam suatu entitas, yang
menggunakan sumber daya fisik dan komponen lain, untuk merubah data transaksi
keuangan/akuntansi menjadi informasi akuntansi dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan
akan informasi dari para pengguna atau pemakainya (users).

Tujuan dari SIA adalah untuk mengumpulkan, memproses, dan melaporkan


informasi yang berkaitan dengan aspek keuangan dari kegiatan bisnis
perusahaan. Tujuan SIA ini terlihat juga pada fungsi penting yang dibentuk SIA
pada sebuah organisasi, yaitu : Mengumpulkan dan menyimpan data tentang
aktivitas dan transaksi. Memproses data menjadi informasi yang dapat
digunakan dalam proses pengambilan keputusan. Melakukan kontrol secara
tepat terhadap aset organisasi. SIA memiliki tiga subsistem yaitu sistem
pemrosesan transaksi, sistem buku besar / pelaporan keuangan, dan sistem
penutupan dan pembalikan. Subsistem SIA memproses berbagai transaksi
keuangan dan transaksi non-keuangan yang secara langsung memengaruhi
pemrosesan transaksi keuangan.

PENGUJIAN PENGENDALIAN / MENILAI RESIKO PENGENDALIAN (Assessing Control Risk)

PENGUJIAN PENGENDALIAN merupakan suatu proses mengevaluasi pengendalian


intern suatu entitas dalam mencegah atau mendeteksi salah saji yang material dalam laporan
keuangan (AU 319.47).
Tujuan dari menilai resiko pengendalian adalah untuk membantu auditor dalam membuat
suatu pertimbangan mengnai resiko salah saji yang materil dalam asersi laporan keuangan.
Namun sebelum melakukan penilaian pengendalian resiko, seorang auditor harus memahami
perancangan dan pengimplementasian pengandalian internal sebelum memutuskan apakah
entitas tersebut dapat diaudit (auditabilitas). Ada dua factor yang menetukan auditabilitas,
yaitu :

A. Integritas Manajemen
Jika manajemen tidak memiliki integritas, maka sebagian besar auditor tidak akan
menerima penugasan audit. Oleh karena itu, untuk melakukan penilaian pengendalian risiko
seorang auditor harus memastikan apakah manjemen entitas itu sudah memiliki integritas yang
jelas.

B. Kelengkapan catatan akuntansi


Catatan akuntansi merupakan sumber bukti audit yang penting bagi sebagian besar tujuan
audit. Disini seorang auditor juga harus memeriksa apakah semua jenis laporan keuangan
entitas tersebut sudah lengkap atau belum. Jika belum lengkap maka auditor melakukan
tugasnya.
Setelah memahami pengendalian internal, auditor dapat membuat penilaian pendahuluan
atas resiko pengendalian terlebih dahulu sebagai bagian dari penilaian resiko salah saji yang
material secara keseluruhan. Penilaian ini merupakan ukuran ekspektasi auditor bahwa
pengendalian internal akan mencegah salah saji yang material atau mendeteksi dan mengoreksi
jika salah saji itu sudah terjadi.
Penting untuk diingat bahwa penilaian resiko pengendalian dibuat untuk asersi individual,
bukan untuk pengendalian intern secara keseluruhan, komponen pengendalian intern
individual atau kebijakan atau prosedur individual.
Dalam membuat penilaian resiko pengendalian untuk suatu asersi, penting bagi auditor
untuk :
1. Mempertimbangkan Pengetahuan Yang Diperoleh Dari Prosedur Untuk Memperoleh Suatu
Pemahaman
Auditor melaksanakan prosedur untuk memperoleh suatu pemahaman mengenai
pengendalian intern untuk asersi laporan keuangan yang signifikan. Ketika auditor memperoleh
suatu pemahaman mengenai pengendalian intern, biasanya ia akan membuat pertanyaan,
mengamati pelaksanaan tugas dan pengendalian serta memeriksa dokumen-dokumen yang
akan menjadi bukti untuk mengizinkannya menilai resiko pengendalian dibawah maksimum.

2. Mengidentifikasi Salah Saji Potensial Yang Dapat Muncul Dalam Asersi Entitas
Beberapa kantor akuntan publik menggunakan perangkat lunak computer yang
menghubungkan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tertentu dalam kuesioner yang
terkomputerisasi dengan salah saji potensial untuk asersi-asersi tertentu. Tapi, auditor perlu
memahami bahwa sistem pendukung keputusan yang terkomputerisasi digunakan untuk
mengevaluasi dan menilai salah saji potensial intern yang dapat muncul dalam asersi laporan
keuangan tertentu. Salah saji potensial dapat diidentifikasikan untuk asersi kelas transaksi
utama dan yang berhubungan dengan saldo akun yang signifikan, seperti kas dan hutang usaha.
3. Mengidentifikasi Pengendalian-Pengendalian Yang Diperlukan
Seorang auditor dapat mengidentifikasi pengendalian yang diperlukan yang mungkin dapat
mencegah atau mendeteksi dan memperbaiki salah saji potensial tertentu dengan
menggunakan perangkat lunak computer yang memproses jawaban kuesioner pengendalian
intern.

4. Melaksanakan Pengujian Pengendalian


Pengujian yang dideskripsikan termasuk teknik audit dengan bantuan computer, bukti
pendokumentasian inspeksi, pertanyaan terhadap personil an mengamati personil klien dalam
melaksanakan pengendalian. Hasil dari setiap pengujian pengendalian seharusnya menyediakan
bukti mengenai efektifitas dari rancangan dan operasi dari pengendalian yang dibutuhkan.
Sebagai contoh, dengan menggunakan teknik audit dengan bantuan computer untuk menguji
bahwa computer membandingkan jumlah cek yang diterbitkan dengan pemasukan dalam
pengeluaran kas, auditor memperoleh bukti mengenai efektivitas pengendalian terhadap
transaksi peneluaran kas.

5. Mengevaluasi Bukti Dan Membuat Penilaian


Penilaian akhir dari resiko pengendalain untuk asersi laporan keuangan didasarkan pada
pengevaluasian bukti yang diperoleh dari prosedur untuk memperoleh pemahaman mengenai
pengendalian intern dan pengujian pengendalian yang berhubungan. Menentukan tingkat
resiko pengendalian yang dinilai merupakan masalah pertimbangan yang professional.
Pengevaluasian bukti melibatkan pertimbangan kuantitatif maupun kualitatif. Dalam
menarik suatu kesimpulan mengenai kesimpulan mengenai efektifitas pengendalian intern,
auditor sering kali menggunakan petunjuk mengenai frekuensi penyimpangan yang dapat di
tolerasni, yang biasanya diekspresikan dalam bentuk persentase, dari suatu pelaksanaan
pengendalian yang sesuai.
2. MERANCANG PENGUJIAN PENGENDALIAN
Pengujian pengendalian yang dirancang untuk mengevaluasi efektifitas operasi dari
suatu pengendalain berkaitan dengan bagaimana pengendalian diterapkan, konsistensi ketika
pengendalian diterapkan selama periode, dan oleh siapa pengendalian diterapkan. Prosedur
untuk pengujian yang digunakan sebagai pendukung pelaksanaan kebijakan dan prosedur yang
berkenaan dengan pengendalian adalah sebagai berikut:
a. Tanya jawab dengan pegawai
Tanya jawab sudah merupakan bahan bukti yang pantas. Misal, Auditor memutuskan bahwa
orang yang tidak terotorisasi tidak di ijinkan mempnya akses terhadap berkas computer dengan
tanya jawab dengan orang yang mengawasi perpustakaan Komputer.
b. Pemerikasaan dokumen, catatan, dan laporan
Kegiatan dan perosedur yang berkaitan dengan pengendalian memberikan bahan bukti
documenter yang jelas. Misal transaksi penjualan akan meninggalkan jejak dokumen berupa
faktur penjualan dan dokumen pengiriman. Auditor memeriksa dokumen untuk meyakinkan
bahwa proses telah selesai dan ditandingkan dengan pantas dan bahwa terhadap tandatangan
atau inisial yang diperlukan.
c. Pengematan aktivitas berkenaan dengan pengendalian
Jenis aktivitas yang berkaitan dengan pengendalian lainnay tidak meninggalkan jejak bahan
bukti. Misalnya pemisahan tugas tidak menghasilkan dokumentasi sebagai pelaksanaanya.
d. Pelaksanaan ulang prosedur klien
Terhadap aktivitas yang berkaitan dengan pengendalian yang mempunyai dokumen dan
catatan, tetapi isinya tidak mencukupi untuk kepentingan auditor dalam menetapkan apakah
pegendalian berjalan dengan efektif. Misalnya, aktivitas verifikasi oleh pegawai klien atas harga
pada faktur penjualan dan daftar harga yang sudah ditetapkan. Auditor akan melaksanakan
kembali prosedur dengan menelusuri harga jual kedaftar harga pada tanggal transaksi, jika
tidak ditemukannya adanya salah saji, Auditor dapat menyimpulkan bahwa prosedur berjalan
seperti yang diinginkan.
3. LUAS PENGUJIAN
Berkenaan degan besar sempel yang akan diuji. Luas pengujian atas pengendalian
dipengaruhi oleh resiko pengendalian yang ditetapkan dalam perencanaan. Semakin rendah
risiko pengendalian maka akan semakin luas pengujian atas pengendalian yang harus dilakukan.
Semakin ekstensif pengujian pengendalian yang dilaksanakan, semakin banyak bukti
yang dihimpunkan mengenai efektivitas berbagai kebijakan dan perosedur pengendalian. Luas
pengujian pengendalian dipengaruhi langsung oleh tingkat risiko pengendalian yang telah
ditetapkan dalam perencanaan oelh auditor. Semakin rendah tingkat risiko pengendalian yang
di tetapkan, semakin banyak bukti yang diperlukan yang harus dihimpun.
Bagi klien lama , luas pengujian dipengaruhi pula oleh penggunaan bukti yang diperoleh
pada pelaksanaan audit tahun sebelumnya. Menggunakan bukti yang diperoleh pada
pelaksanaan audit tahun sebelumnya, auditor harus memastikan tidak ada perubahan yang
signifikan atas rancangan dan operasi berbagai kebijakan dan prosedur pengendalian sejak
pengujian pada pelaksanaan audit tahun sebelumnya.
Faktor-faktor berikut mempengaruhi tingkat keyakinan atas bukti-bukti yang diperoleh
dari pengujian pengendalian :
1. Jenis Bukti
Jenis bukti untuk pengujian pengendalian meliputi pertanyaan, pemerikasaan dokumen
dan laporan, pengamatan, pelaksanaan ulang dari pengendalian atau teknik audit yang dibantu
oleh computer. Dalam pelaksanaan pengujian, auditor memilih prosedur yang akan
menyediakan bukti yang paling dapat diandalkan mengenai efektifitas pengendalian.

2. Sumber Bukti
Sumber bukti untuk pengujian pengendalian berhubungan dengan bagaimana auditor
memperoleh bukti baik yang secara langsung seperti melalui pengamatan, memberikan
keyakinan yang lebih besar dari pada bukti yang diperoleh secara tidak langsung atau melalui
penarikan kesimpulan.
3. Ketepatan Waktu Bukti
Ketepatan waktu bukti untuk pengujian pengendalian berhubungan dengan kapan bukti
diperoleh dan bagian dari periode audit dimana bukti diterapkan, seperti pengamatan yang
berkenaan dengan titik waktu dimana bukti diaplikasikan. Oleh karena itu, pengamatan tidak
cukup hanya untuk mengevaluasi efektifitas periode yang bukan subjek dari pengujian.
Bukti yang diperoleh selama proses audit mengenai rancangan dan pengoperasian yang
efektif dapat dipertimbangkan oleh auditor dalam menilai resiko pengendalian.
Pengevaluasian penggunaan bukti yang diperoleh dalam audit seharusnya
mempertimbangkan :
Signifikansi dari asersi yang terlibat
Pengendalian tertentu yang dievaluasi selama audit
Tingkat evaluasi rancangan atau pengoperasian yang efektif dari pengendalian
tersebut
Hasil pengujian pengendalian yang digunakan untuk pengevaluasian tersebut
Bukti mengenai rancanagan atau pengoperasian yang data dihasilakan dari
pengujian substantive yang dilaksanakan dalam audit.

4. Keberadaan Bukti Lain


Auditor seharusnya mempertimbangkan keberadaan bukti lain dari pengujian
pengendalian, dan dampak kombiansi dari berbagai bukti yang berhubungan dengan asersi
yang sama, dalam mengevaluasi tingakat keyakinan yang disediakan oleh pengujian
pengendalian. Dalam beberapa situasi, bukti tunggal mungkin tidaka akan cukup untuk
mengevaluasi rancangan atau pengoperasian yang efektif dari pengendalian. Seperti yang telah
dinyatakan sebelumnya, hanya dengan mengajukan pertanyaan biasanya auditor tidak akan
menghasilkan bukti yang cukup untuk mendukung suatu kesimpulan mengenai pengoperasian
yang efektif dari pengendalian intern. Alternatif lain, auditor mungkin mengamati bahwa
seorang programmer computer tidak memiliki akses untuk mengoperasikan computer.

Perancangan pengujian substantif


AUDITOR HARUS MENGHIMPUN BUKTI YANG CUKUP UNTUK MEMPEROLEH DASAR
YANG MEMADAI UNTUK MENYATAKAN PENDAPAT ATAS LAPORAN KEUANGAN KLIEN.
PENGUJIAN SUBSTANTIF MENYEDIAKAN BUKTI MENGENAI KEWAJARAN SETIAP ASERSI
LAPORAN KEUANGAN YANG SIGNIFIKAN. Perancangan pengujian substantif meliputi
penentuan:
1. sifat pengujian
2. waktu pengujian
3. dan luas pengujian substantif yang perlu untuk memenuhi tingkat risiko deteksi yang dapat
diterima untuk setiap asersi.

Jenis Prosedur Substantif


Jika tingkat risiko deteksi yang dapat diterima rendah, maka auditor harus menggunakan
prosedur yang lebih efektif yang biasanya juga lebih mahal. Ada tiga tipe pengujian substantif
yang dapat digunakan, yaitu:
Pengujian rinci atau detail saldo
Metodologi yang digunakan oleh auditor untuk merancang pengujian detail saldo akun
beorientasi pada tujuan spesifik audit. Pengujian detail saldo akun yang direncanakan harus
memadai untuk memenuhi setiap tujuan spesifik audit dengan memuaskan.
Metodologi perancangan pengujian detail saldo meliputi empat tahapan, yaitu:
1. Menilai materialitas dan risiko bawaan suatu akun.
2. Menetapkan risiko pengendalian.
3. Merancang pengujian transaksi dan prosedur analitis.
4. Merancang pengujian detail saldo untuk memenuhi setiap tujuan spesifik audit secara
memuaskan.
Metodologi yang digunakan untuk merancang pengujian detail saldo tersebut, adalah
sama untuk setiap akun dalam laporan keuangan. Perancangan pengujian detail saldo pada
umumnya merupakan bagian yang paling sulit dilakukan. Hal ini disebabkan perancangan
pengujian detail saldo memerlukan pertimbangan profesional yang tinggi.
Bila diantara risiko deteksi yang ditentukan dihubungkan dengan pengujian rinci saldo
yang akan dilakukan maka akan jelas terlihat bahwa semakin rendah tingkat risiko, semakin
rinci dan teliti tindakan yang akan diambil.
Pengujian detail transaksi
Pengujian detail transaksi dilakukan untuk menentukan:
1. Ketepatan otorisasi transaksi akuntansi klien.
2. Kebenaran pencatatan dan peringkasan transaksi tersebut dalam jurnal.
3. Kebenaran pelaksanaan posting atas transaksi tersebut ke dalam buku besar dan buku
pembantu.
Apabila auditor mempunyai keyakinan bahwa transaksi tersebut telah dicatat dan
diposting secara tepat, maka auditor dapat meyakini bahwa saldo total buku besar adalah
benar.
Pengujian detail transaksi terutama dilakukan dengan tracing dan vouching. Pada
pengujian detail transaksi ini, auditor mengarahkan pengujiannya untuk memperoleh temuan
mengenai ada tidaknya kesalahan yang bersifat moneter. Auditor tidak mengarahkan pengujian
detail transaksi ini untuk memperoleh temuan tentang penyimpangan atas kebijakan dan
prosedur pengendalian.
Pada pengujian detail transaksi ini, auditor menggunakan bukti yang diperoleh untuk
mencapai suatu kesimpulan mengenai kewajaran saldo akun. Auditor biasanya menggunakan
dokumen yang tersedia pada file klien dalam pengujian ini. Efektivitas pengujian detail transaksi
tergantung pada prosedur dan dokumen yang digunakan.
Pengujian detail transaksi pada umumnya lebih banyak menyita waktu daripada
prosedur analitis. Oleh karena itu, pengujian ini lebih banyak membutuhkan biaya daripada
prosedur analitis. Meskipun demikian, pengujian detail transaksi lebih sedikit membutuhkan
biaya daripada pengujian detail saldo.
Prosedur analitis
Prosedur analitik meliputi perbandingan jumlah-jumlah yang tercatat atau ratio yang
dihitung dari jumlah-jumlah yang tercatat, dibandingkan dengan harapan yang dikembangkan
oleh auditor. Prosedur analitik merupakan bagian penting dalam proses audit dan terdiri dari
evaluasi terhadap informasi keuangan yang dibuat dengan mempelajari hubungan yang masuk
akal antara data keuangan yang satu dengan data keuangan lainnya, atau antara data keuangan
dengan data nonkeuangan. Prosedur analitik mencakup perbandingan yang paling sederhana
hingga model yang rumit yang mengaitkan berbagai hubungan dan unsur data.
Asumsi dasar penerapan prosedur analitik adalah bahwa hubungan yang masuk akal di
antara data dapat diharapkan tetap ada dan berlanjut, kecuali jika timbul kondisi yang
sebaliknya. Kondisi tertentu yang dapat menimbulkan penyimpangan dalam hubungan ini
mencakup antara lain, peristiwa atau transaksi yang tidak biasa, perubahan akuntansi,
perubahan usaha, fluktuasi acak, atau salah saji.
Pemahaman hubungan keuangan adalah penting dalam merencanakan dan
mengevaluasi hasil prosedur analitik, dan secara umum juga menuntut dimilikinya pengetahuan
tentang klien dan industri yang menjadi tempat usaha klien. Pemahaman atas tujuan prosedur
analitik dan keterbatasannya juga penting. Oleh karena itu, identifikasi hubungan dan jenis data
yang digunakan, serta kesimpulan yang diambil apabila membandingkan jumlah yang tercatat
dengan yang diharapkan, membutuhkan pertimbangan auditor.
Prosedur analitik digunakan dengan tujuan sebagai berikut:
1. Membantu auditor dalam merencanakan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit lainnya.
2. Sebagai pengujian substantif untuk memperoleh bukti tentang asersi tertentu yang
berhubungan dengan saldo akun atau jenis transaksi.
3. Sebagai review menyeluruh informasi keuangan pada tahap review akhir audit.
Auditor mempertimbangkan tingkat keyakinan, jika ada, yang diinginkannya dari
pengujian substantif untuk suatu tujuan audit dan memutuskan, antara lain prosedur yang
mana, atau kombinasi prosedur mana, yang dapat memberikan tingkat keyakinan tersebut.
Untuk asersi tertentu, prosedur analitik cukup efektif dalam memberikan tingkat keyakinan
memadai. Namun, pada asersi lain, prosedur analitik mungkin tidak seefektif atau seefisien
pengujian rinci dalam memberikan tingkat keyakinan yang diinginkan.
Efektivitas dan efisiensi yang diharapkan dari suatu prosedur analitik dalam
mengidentifikasikan kemungkinan salah saji tergantung atas, antara lain:
1. Sifat asersi.
2. Kelayakan dan kemampuan untuk memprediksikan suatu hubungan.
3. Ketersediaan dan keandalan data yang digunakan untuk mengembangkan harapan.
4. Ketepatan harapan.
Prosedur Analitik dalam Perencanaan Audit
Tujuan prosedur analitik dalam perencanaan audit adalah untuk membantu dalam
perencanaan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit yang akan digunakan untuk memperoleh
bukti saldo akun atau golongan transaksi tertentu. Untuk maksud ini, prosedur analitik
perencanaan audit harus ditujukan untuk:
1. Meningkatkan pemahaman auditor atas bisnis klien dan transaksi atau peristiwa yang terjadi
sejak tanggal audit terakhir dan,
2. Mengidentifikasi bidang yang kemungkinan mencerminkan risiko tertentu yang bersangkutan
dengan audit. Jadi, tujuan prosedur ini adalah untuk mengidentifikasikan hal seperti adanya
transaksi dan peristiwa yang tidak biasa, dan jumlah, rasio serta trend yang dapat menunjukkan
masalah yang berhubungan dengan laporan keuangan dan perencanaan audit.
Prosedur analitik yang diterapkan dalam perencanaan audit umumnya menggunakan
data gabungan yang digunakan untuk pengambilan keputusan di tingkat atas. Lebih lanjut
kecanggihan, lingkup, dan saat audit, yang didasarkan atas pertimbangan auditor dapat
berbeda tergantung atas ukuran dan kerumitan klien. Untuk beberapa entitas, prosedur analitik
dapat terdiri dari review atas perubahan saldo akun tahun sebelumnya dengan tahun berjalan,
dengan menggunakan buku besar atau daftar saldo (trial balance) tahap awal yang belum
disesuaikan. Sebaliknya, untuk entitas yang lain, prosedur analitik mungkin meliputi analisis
lapotan keuangan triwulan yang ekstensif.

Program Audit Substantif


Program audit adalah dokumen yang memuat pernyataan tujuan audit dan rencana
langkah-langkah audit (biasanya dalam bentuk kalimat perintah) untuk mencapai tujuan audit
tersebut. Contoh tujuan audit: untuk mengetahui keberadaan barang inventaris. Langkah
auditnya: Lakukan inventarisasi fisik (stock opname) barang inventaris, hasilnya dituangkan
dalam berita acara.
Penyusunan program audit dilakukan pada tahap persiapan dalam rangka pengujian dan
pengendalian dan pada tahap audit pendahuluan dalam rangka pengujian transaksi atau saldo-
saldo atau pengembangan temuan, sehingga dengan demikian program audit dapat
dikelompokkan menjadi:
 Program audit untuk pengujian pengendalian, yaitu program audit untuk menguji pengendalian
intern (internal control) yang dijalankan manajemen terkait dengan informasi/kegiatan yang
akan diaudit.
 Program audit untuk pengujian substantif (substative test). Secara sederhana program audit ini
dapat dijelaskan sebagai rencana kerja untuk menguji kesesuaian informasi yang diuji dengan
data pendukungnya.
Pada audit keuangan, program audit untuk pengujian substantif dan pengujian
pengendalian dapat disusun sekaligus, terutama karena standar penyajian pos-pos laporan
keuangan sudah baku sifatnya. Tetapi pada audit operasional dan audit kepatuhan, program
audit substantif biasanya baru bisa dibuat setelah pengujian pengendalian selesai dilaksanakan,
yaitu setelah auditor mengetahui kelemahan pengendalian/temuan sementara yang perlu
diperdalam.
Ada delapan prosedur untuk melaksanakan pengujian substantif, yaitu:
1. Pengajuan pertanyaan kepada para karyawan terkait dengan kinerja tugas mereka.
2. Pengamatan atau observasi terhadap personel dalam melaksanakan tugas.
3. Menginspeksi dokumen dan catatan.
4. Melakukan penghitungan kembali atau reperforming.
5. Konfirmasi.
6. Analisis.
7. Tracing atau pengusutan.
8. Vouching atau penelusuran.

Dokumentasi Audit (Kertas Kerja Audit)


Fungsi dan Sifat Kertas Kerja
Kertas kerja adalah catatan-catatan yang diselenggarakan oleh auditor tentang prosedur
audit yang ditempuhnya, pengujian yang dilakukannya, informasi yang diperolehnya, dan
simpulan yang dibuatnya sehubungan dengan auditnya. Contoh kertas kerja adalah program
audit, analisis, memorandum, surat konfirmasi, representasi, ikhtisar dari dokumen-dokumen
perusahaan, dan daftar atau komentar yang dibuat atau diperoleh auditor. Kertas kerja dapat
pula berupa data yang disimpan dalam pita magnetik, film, atau media yang lain.
Auditor harus membuat dan memelihara kertas kerja, yang isi maupun bentuknya harus
didesain untuk memenuhi keadaan-keadaan yang dihadapinya dalam perikatan tertentu.
Informasi yang tercantum dalam kertas kerja merupakan catatan utama pekerjaan yang telah
dilaksanakan oleh auditor dan simpulan-simpulan yang dibuatnya mengenai masalah-masalah
yang signifikan.
Kertas kerja terutama berfungsi untuk:
1. Menyediakan penunjang utama bagi laporan auditor, termasuk representasi tentang
pengamatan atas standar pekerjaan lapangan, yang tersirat ditunjukkan dalam laporan auditor
dengan disebutkannya frasa “berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan
Indonesia”.
2. Membantu auditor dalam pelaksanaan dan supervisi audit.
Faktor yang mempengaruhi pertimbangan auditor mengenai kuantitas, bentuk, dan isi
kerta kerja untuk perikatan tertentu mencakup:
1. Sifat perikatan auditor.
2. Sifat laporan auditor.
3. Sifat laporan keuangan, daftar, dan keterangan yang perlu bagi auditor dalam pembuatan
laporan.
4. Sifat dan kondisi catatan clien.
5. Tingkat risiko pengendalian taksiran.
6. Kebutuhan dalam keadaan tertentu untuk mengadakan supervisi dan review atas pekerjaan
yang dilakukan para asisten.
Isi Kertas Kerja
Kuantitas, tipe, dan isi kertas kerja bervariasi dengan keadaan yang dihadapi oleh
auditor, namun harus cukup memperlihatkan bahwa catatan akuntansi cocok dengan laporan
keuangan atau informasi lain yang dilaporkan serta standar pekerjaan lapangan yang dapat
diterapkan telah diamati. Kertas kerja biasanya harus berisi dokumentasi yang memperlihatkan:
1. Pekerjaan telah direncanakan dan disupervisi dengan baik, yang menujukan diamatinya standar
pekerjaan lapangan yang pertama.
2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern telah diperoleh untuk merencanakan audit dan
menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang telah dilakukan.
3. Bukti audit yang telah diperoleh, prosedur audit yang telah diterapkan, dan pengujian yang
telah dilaksanakan, memberikan bukti kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan, yang menujukan diamatinya standar
pekerjaan lapangan ketiga.
Kepemilikan Dan Penyimpanan Kertas Kerja
Kertas kerja adalah milik auditor. Namun hak dan kepemilikan atas kertas kerja masih
tunduk pada pembatasan yang diatur dalam Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik yang
berkaitan dengan hubungan yang bersifat rahasia dengan klien. Seringkali kertas kerja tertentu
auditor dapat berfungsi sebagai sumber acuan bagi kliennya, namun kertas kerja harus tidak
dipandang sebagai bagian dari, atau sebagai pengganti terhadap, catatan akuntansi klien.
Auditor harus menerapkan prosedur memadai untuk menjaga keamanan kertas kerja dan harus
menyimpannya dalam periode yang dapat memenuhi kebutuhan praktiknya dan ketentuan-
ketentuan hukum yang berlaku mengenai penyimpan dokumen.
Pemahaman sistem informasi klien begitu penting bagi seorang auditor dalam
melakukan tes pengendalian dan tes substantif. Dan manfaat sistem informasi akuntansi
bagi klien.

 Sistem informasi akuntansi begitu penting bagi seorang auditor dalam melakukan
tes pengendalian adalah pertama, auditor menggunakan pemahaman pengendalian
internal untuk mengidentifikasi tipe potensi kesalahan pelaporan yang mungkin
terjadi.

Kedua, auditor biasanya paham bagaimana sistem pengendalian internal akan


mencegah, atau mendeteksi dan mengoreksi, potensi kesalahan pelaporan untuk
asersi tiap laporan keuangan. Sistem yang kuat dari pengendalian internal
mengurangi potensial kesalahan pelaporan laporan keuangan.

Terakhir, auditor menggunakan pemahaman sistem pengendalian internal untuk


mendesain prosedur audit lanjutan untuk mengumpulkan bukti.

 Yang dilakukan auditor dalam melakukan pengujian substantif auditor harus


menghimpun bukti yang cukup untuk memperoleh dasar yang memadai untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan klien. Pengujian substantif
menyediakan bukti mengenai kewajaran setiap asersi laporan keuangan yang
signifikan.
Tujuan dari pengujian substantif atas transaksi adalah untuk menentukan apakah
semua tujuan audit berkaitan dengan transaksi telah terpenuhi untuk setiap
kelas transaksi. Sebagai contoh auditor melakukan pengujian substantif atas
transaksi untuk menguji apakah transaksi yang dicatat benar-benar ada
dan transaksi yang ada semua telah dicatat.
 Manfaat sia bagi perusahaan atau klien dapat dilihat dari beberapa poin berikut :
1. Menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu sehingga perusahaan dapat
melakukan aktivitas utama pada value chain secara efektif dan efisien.
2. Meningkatkan kualitas dan mengurangi biaya produk dan jasa yang dihasilkan.
3. Meningkatkan efisiensi.
4. Meningkatkan kemampuan dalam pengambilan keputusan.
5. Meningkatkan sharing knowledge.
6. Menambah efisiensi kerja pada bagian keuangan.

Anda mungkin juga menyukai