Anda di halaman 1dari 5

Kelompok 10

Anggota:
1. Maharani Putri Damayanti (A1C021103)
2. Meisi Arsita (A1C021107)
3. Muhammad Satriawan Alfarizi (A1C021117)
Pengujian subtantif
1. Perancangan Pengujian Subtantif
Pengujian substantif memberikan bukti tentang kewajaran setiap asersi laporan
keuangan yang signifikan. Selain itu, pengujian substantif juga dapat menemukan
kesalahan moneter atau salah saji dalam pencatatan atau pelaporan transaksi dan
saldo. Perancangan pengujian substantif meliputi penentuan sifat, waktu, luas
pengujian, dan penentuan staff audit yang diperlukan guna memenuhi tingkat risiko
deteksi yang dapat diterima untuk setiap asersi.
a. Sifat
Sifat pengujian aubtantif mengarah pada jenis dan efektifitas prosedur
pemeriksaan yang dilakukan. Jika tingkat risiko deteksi yang dapat diterima
rendah, auditor harus menggunakan prosedur yang lebih efektif, dan biasanya
lebih mahal. Jika tingkat resiko deteksi yang dapat diterima tinggi, prosedur yang
kurang aktif yang murah dapat digunakan.
Program audit meliputi empat jenis pengujian substantif yaitu : prosedur analitis,
pengujian rincian transaksi, pengujian rician atas saldo, dan pengujian estimasi-
estimasi akuntansi.
1. Prosedur Analitis
Penggunaan prosedur analitis dalam perencanaan audit untuk mendukung
strategi audit top-down dan untuk mengidentifikasi bidang risiko yang lebih
besar atas salah saji. Prosedur analitis juga dapat digunakan dalam fase
pengujian audit seperti pengujian substantif untuk memperoleh bukti tentang
asersi tertentu. Untuk beberapa asersi, prosedur analitis dianggap kurang
efektif dibanding pengujian rincian.
2. Pengujian Rincian atas Transaksi
Pengujian rincian atas transaksi terutama melibatkan penelusuran (tracing)
dan pemeriksaan (vouching). Fokus auditor dalam melakukan pengujian ini
adalah penemuan kesalahan moneter, bukan penyimpangan dari
pengendalian. Pengujian rincian atas transaksi biasanya banyak memakan
waktu sehingga lebih mahal daripada prosedur analitis, walaupun masih lebih
murah dibanding pengujian rincian atas saldo. Pengujian rincian atas transaksi
dapat efektif dalam hal tertentu jika ditargetkan pada kesalahan potensial.
3. Pengujian Rincian atas Saldo
Pengujian rincian atas saldo berfokus pada perolehan bukti secara langsung
tentang saldo akun, bukan debet dan kredit secara individual yang ada dalam
neraca. Pengujian rincian atas saldo sering menggunakan dokumen eksternal
dan / atau pengetahuan personal auditor secara langsung . dengan demikian,
pengujian ini sangat efektif. Namun demikian, pengujian ini juga cenderung
sangat memakan waktu dan mahal untuk dilakukan.
4. Pengujian Rincian atas Estimasi Akuntansi
Estimasi akuntansi merupakan perkiraan elemen laporan keuangan, item, atau
akun atas tidak adanya pengukuran yang tepat. Contoh estimasi akuntansi
adalah penyusutan periodik, penyisihan piutang tak tertagih, dan beban
jaminan.

b. Penentuan waktu
Tingkat risiko deteksi yang dapat diterima mungkin mempengaruhi penentuan
waktu pengujian substantif. Jika risiko deteksi tinggi, pengujian dapat dilakukan
beberapa bulan sebelum akhir tahun. Sebaliknya, pada saat risiko deteksi untuk
suatu asersi rendah, pengujian substantif dilakukan pada atau mendekati tanggal
neraca.
1. Pengujian Subtansi Sebelum Tanggal Neraca
Seorang auditor dapat melakukan pengujian substantif atas rincian akun pada
tanggal interim. Keputusan untuk melakukan pengujian sebelum tanggal
neraca harus berdasarkan apakah auditor dapat:
 Mengendalikan bertambahnya risiko audit bahwa salah saji material
akan ada dalam akun tersebut pada tanggal neraca namun tidak dapat
dideteksi oleh auditor. Risiko tersebut semakin besar jika periode
waktu yang tersisa antara tanggal pengujian interim dan tanggal
neraca diperpanjang.
 Mengurangi biaya pengujian substantif yang diperlukan pada tanggal
neraca untuk memenuhi tujuan audit yang direncanakan, sehingga
pengujian sebelum tanggal neraca menjadi efektif dalam segi biaya.
Pengujian substantif sebelum tanggal neraca tidak membatasi kebutuhan
pengujian substantif pada tanggal neraca. Beberapa pengujian untuk periode
sisa biasanya meliputi:
 Perbandingan saldo akun pada dua tanggal untuk mengidentifikasi
jumlah yang kelihatannya tidak biasa dan menyelidiki jumalh tersebut.
 Prosedur analitis lainnya atau pengujian substantif rincian lainnya
untuk memberikan dasar yang layak bagi perluasan kesimpulan audit
interim sampai tanggal neraca.
Jika perencanaan dan pelaksanaan telah dilakukan dengan baik, kombinasi
pengujian substantif sebelum tanggal neraca dan pengujian substantif untuk
periode yang tersisa dapat meberikan auditor bahan bukti kompeten yang
cukup untuk menjadi dasar yang memadai dalam menyatakan pendapat
tentang laporan keuangan klien.
c. Luas pengujian subtantif
Semakin banyak bukti yang diperlukan untuk mencapai tingkat risiko deteksi
yang rendah yang dapat diterima daripada risiko deteksi yang tinggi. Auditor
dapat mengubah jumlah bukti yang diperoleh dengan mengubah luas pengujian
substantif yang dilakukan. Dalam praktik, perluasan digunakan untuk merata-
ratakan jumlah item atau ukuran sampel di mana pengujian atau prosedur tertentu
diterapkan. Ukuran sampel di mana pengujian tertentu diterapkan merupakan
bahan pertimbangan profesional. Sampling statistik untuk pengujian substantif
dapat digunakan dalam membantu auditor menentukan ukuran sampel yang
diperlukan untuk mencapai tingkat risiko deteksi spesifik.
d. Pemilihan staf
auditor harus menetapakan tugas dan supervisi yang sepadan dengan tingkat
pengetahuan, keahlian, dan kemampuan mereka, sehingga mereka dapat
mengevaluasi bukti audit yang sedang mereka uji. Pengujian substantif harus
ditugaskan kepada personil dengan keahlian, dan pengalaman yang cukup.

2. Pengembangan Program Audit Untuk Pengujian Substantif


a. Penggunaan teknologi informasi untuk mendukung pengujian substantive
Pada saat klien menggunakan teknologi informasi untuk aplikasi akuntansi
yang signifikan, auditor mempunyai kesempatan untuk menggunakan paket
perangkat lunak audit untuk membuat audit lebih efektif dan lebih efisien.
Suatu jenis perangkat lunak audit yang biasa digunakan pada saat ini dikenal
sebagai perangkat lunak audit yang umum. Perangkat lunak tersebut dapat
digunakan oleh auditor untuk arsip-arsip Komputer klien yang dihasilkan dalam
berbagai data organisasi dan metode-metode pemrosesan, sehingga hal tersebut
dapat dihubungkan dari satu klien ke klien lainnya. Tergantung pada aplikasi satu
atau lebih fase. Berikut ini tercakup dalam penggunaan paket perangkat lunak
audit:
 Pengidentifikasian tujuan auditor dan tujuan pengujian yang dilakukan.
 Penentuan kelayakan penggunaan paket perangkat lunak tersebut dengan
system klien.
 Perancangan aplikasi, yang meliputi logika, perhitungan dan bentuk outputnya.
 Pengkodean dan pengujian aplikasi, termasuk pembuatan bentuk-bentuk
standar dan informasi penting.
 Pemprosesan aplikasi pada data arsip actual clien dan me-review hasil-
hasilnya.
 Contoh aplikasi pengujian substantive sebagai berikut:
a. Pemilihan dan pencetakan sampel-sampel audit
b. Pengujian kalkulasi dan pembuatan perhitungan
c. Peringkasan data dan pelaksanaan analisis
d. Perbandingan data audit dengan catatan-catatan computer
b. Hubungan antara arsesi, tujuan audit khusus, dan pengujian substantive
Tujuan menyeluruh dari audit laporan keuangan adalah menyatakan pendapat
apakah laporan keuangan klien disajikan secara wajar, dalam seluruh aspek yang
material sesuai GAAP. Adalah biasa untuk mengembangkan sejumlah tujuan audit
khusus untuk setiap akun berdasarkan lima kategori dalamasersi laporan
keuangan. Dalam perancangan pengujian substantive, auditor harus menentukan
bahwa pengujian yang sesuai telah diidentifikasi untuk mencapai tujuan audit
khusus yang ada salam setiap asersi. Jika hal tersebut dilakukan untuk setiap akun,
tujuan menyeluruhnya akan terpenuhi.
Dalam beberapa kasus, suatu pengujian didaftar lebih dari sekali karena bukti
dari pengujian tersebut berhubungan dengan lebih dari satu tujuan audit khusus
atau asersi
c. Program Audit Ilustratif Untuk Pengujian Substantif
Selain untuk daftar prosedur audit, setiap program audit harus mempunyai
kolom untuk (1) referensi silang kertas kerja lainnya yang berisi bukti yang
diperoleh dari setiap prosedur, (2) titik awal auditor yang melakukan setiap
prosedur, dan (3) tampilan tanggal pada prosedur yang telah diselesaikan.Dalam
praktik, auditor mempunyai sudut pandang yang berbeda tentang luasnya rincian
yang ditunjukkan dalam program audit. Sebagai contoh, rincian tertentu dari
rancangan sampel, termasuk didalamnya ukuran sampel, untuk berbagai pengujian
dapat ditunjukkan pada program audit itu sendiri dalam kertas kerja pendukung
yang dapat dilakukan referensi silang dengan program audit. Dalam beberapa
kasus, program audit harus cukup rinci memberikan :
 Garis besar pekerjaan yang akan dilakukan.
 Dasar koordinasi, supervisi, dan pengendalian audit
 Catatan pekerjaan yang dilakukan
d. Kerangka Kerja Umum Pengembangan Program Audit Untuk Pengujian
Substantif
Pengujian substantive berikutnya sering dilakukan padacatatan catatan buku
pembantu, skedul pendukung, atau sampel-sampel yang ditarik darinya, maka
merupakan hal yang logis untuk memulai dengan memastikan bahwa catatan
pendukung dikerjakan sesuai dengan buku besar. Ketika diterapkan, adalah logis
untuk menetapkan kesesuaian saldo awal dengan jumlah yang di audit dalam
kertas kerja tahun-tahun sebelumnya, sehingga pengujian yang dilakukan dalam
audit saat ini dapat difokuskan pada pengaruh transaksi yang terjadi dalam periode
berjalan dan saldo akhir. Dua contoh tambahan mengenai langkah-langkah
tersebut dibidang audit lain adalah sebagai berikut:
1. Verifkasi jumlah total dan penentuan kesesuaian akun pengendali buku besar
piutang usaha dan buku pembantu piutang usaha serta
2. Pemverifikasian total dan penentuan kesesuaian akun buku besar
investasi portofolio dengan daftar kertas kerja atau spreadsheet rinci dari investasi
yang berkaitan.
Spesifikasi prosedur analitis dipertimbangkan berikutnya karena ketersediaan
prosedur yang efektif dapat mengurangi atau menghilangkan kebutuhan
pengujian rincian yang lebih mahal. Pengujian rincian atas transaksi biasanya
dilakukan berikutnya karena dalam beberapa kasus hal tersebut akan lebih murah
untuk dilakukan daripada pengujian rincian atas saldo auditor kemudian harus
melakukan pengujian rincian atas saldo untuk memperoleh bukti secara langsung
tentang kewajaran penyiapan saldo yang dilaporkan dalam laporan keuangan.
Pada akhirnya, program ini harus menspesifikasikan persyaratan khusus yang
sebelumnya tidak ada dan prosedur untuk menentukan bahwa penyajian dan
pengungkapan yang ada dalam asersi tersebut dikupas oleh program yang
sesuai dengan GAAP
e. Program Audit Dalam Perikatan Awal
Dalam perikatan berulang, auditor mempunyai akses ke program audit yang
digunakan dalam periode sebelumnya dan kertas keja yang berkaitan dengan
program tersebut. Dalam kasusu ini, strategi audit pendahuluan auditor sering
didasarkan pada asumsi awal bahwa tingkat risiko dan program audit untuk
pengujian substantif yang digunakan dalam periode sebelumnya akan sesuai
dalam periode berjalan. Dengan demikian, program audit untuk perikatan saat ini
sering dipersiapkan sebelum auditor menyelesaikan penelitian dan evaluasinya
terhadap struktur pengendalian intern. Jika informasi yang diperoleh dalam
periode berjalan menunjukkan asumsi awal tingkat risiko dan program yang
dibuat tidak sepenuhnya sesuai akan dilakukan modifikasi program.
f. Program Audit Dalam PerikTn Berulang
Dalam perikatan awal, spesifikasi rinci dari pengujian substantif dalam
program audit umumnya tidak sempurna hingga penulis memperoleh
pemahaman tentang bisnis dan industri dimana perusahaan beroperasi, studi dan
evaluasi pengendalian intern telah sempurna, dan tingkat resiko deteksi yang dapat
diterima telah ditentukan untuk setiap arsesi sebagaimana dijelaskan sebelumnya.
Dua hal yang memerlukan pertimbangan khusus dalam merancang program audit
untuk audit awal adalah:
1. Menentukan ketepatan saldo-saldo akun pada periode awal audit dan
2. Memastikan prinsip akuntansi yang digunakan dalam periode awal
sebelumnya sebagai dasar untuk menentukan konsistensi penerapan prinsip
semacam itu dalam periode berjalan.
3. Pertimbangan-pertimbangan khusus dalam perancangan.

Anda mungkin juga menyukai