PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penakiran risiko pengendalian merupakan suatu proses evaluasi
efektivitas desain dan operasi kebijakan dan prosedur sturtur pengendalian
intern entitas. Pentingnya konsep penaksiran risiko pengendalian yakni
dalam rangka pencegahan atau pendeteksian salah saji material di dalam
laporan keuangan.
Definisi Penakiran risiko pengendalian mengharuskan seorang
auditor agar mengetahu dengan jelas tahap-tahap yang ditempuh oleh
auditor dalam menaksir risiko dan desain pengujian yang bersangkutan.
Oleh karena itu pentingnya Penakiran risiko dan Desain Pengujian,
guna memeperlancar tugas seorang auditor akan dibahas pada makalah ini.
B. Rumusan Masalah
a. Apa definisi dari Penakiran risiko pengendalian ?
b. Mengapa konsep Penakiran risiko pengendalian penting kaitannya
terhadap material dalam laporan keuangan ?
c. Bagaimana hubungan antara strategi audit awal, risiko deteksi yang
direncanakan dan tingakat pengujian substantive ?
d. Apa saja kerangaka umum yang dapat dipakai untuk acuan dalam
pengujian substantive ?
BAB II
ISI
RA
RB x RP
Keterangan :
RA = Risiko Audit
RB = Risiko Bawaan
RP = Risiko Pengendalian
RD = Risiko Deteksi
Model di atas menunjukkan bahwa pada suatu tingkat risiko audit tertentu
(RA) yang ditetapkan auditor, risiko deteksi (RD) adalah berhubungan terbalik
dengan tingkat risiko bawaan (RB) dan risiko pengendalian (RP) yang ditentukan.
Apabila digunakan dalam tahap perencanaan untuk menetapkan rencana risiko
deteksi, maka RP mencerminkan rencana tingkat risiko pengendalian yang
ditetapkan sebagai komponen pertama dari strategi audit awal.
Rencana risiko deteksi adalah dasar untuk menetapkan rencana tingkat
pengujian substantif yang ditentukan oleh auditor sebagai komponen terakhir
dalam penetapan strategi audit awal untuk suatu asersi.
1. Evaluasi Atas Rencana Tingkat Pengujian Substantif
Setelah mendapat pemahaman tentang kebijakan dan prosedur struktur
pengendalian intern yang relevan dan menentukan risiko pengendalian untuk
asersi-asersi laporan keuangan, auditor harus membandingkan antara tingkat
risiko pengendalian sesungguhnya dengan rencana tingkat risiko pengendalian
untuk asersi yang bersangkutan. Apabila tingkat risiko pengendalian akhir sama
dengan tingkat risiko pengendalian awal, auditor bisa melangkah ke tahap
perancangan pengujian substantif spesifik berdasarkan rencana tingkat pengujian
substantif yang telah ditetapkan sebagai komponen terakhir dari strategi audit
awal. Namun apabila tidak, tingkat pengujian substantif harus direvisi sebelum
merancang pengujian substantif spesifik untuk mengakomodasi tingkat risiko
deteksi yang bisa diterima setelah direvisi.
2. Merevisi Rencana Risiko Deteksi
Apabila memungkinkan, tingkat risiko deteksi yang dapat diterima setelah
direvisi ditetapkan untuk setiap asersi dengan cara yang sama seperti rencana
risiko deteksi, kecuali bahwa penetapannya didasarkan pada risiko pengendalian
sesungguhnya bukan pada rencana tingkat risiko pengendalian untuk asersi yang
bersangkutan.
SUBSTANTIF
2.
a.
Prosedur Analitis
Prosedur analitis seringkali dipandang kurang efektif bila dibandingkan
dengan pengujian detil. Namun demikian, dalam keadaan tertentu prosedur ini
justru dipandang lebih efektif. Sebagai contoh, perbandingan antara jumlah
seluruh pembayaran kepada seorang pemasok dengan barang yang sesungguhnya
diterima, bisa memberi petunjuk tentang adanya kelebihan pembayaran. Hal ini
mungkin tidak terdeteksi pada waktu dilakukan pengujian atas masing masing
transaksi pembayaran kepada pemasok.
Sifat asersi
Kelayakan dan kemampuan untuk memprediksi suatu hubungan
Tersedianya dan keandalan data yang digunakan untuk membuat taksiran
Ketepatan taksiran
Apabila hasil prosedur analitis sesuai dengan taksiran, dan tingkat risiko
deteksi yang bisa diterima untuk asersi tinggi, maka auditor tidak perlu melakukan
pengujian detil. Prosedur analitis biasanya ,tidak begitu mahal biaya
pelaksanaannya. Oleh karena itu, auditor perlu mempertimbangkan seberapa jauh
prosedur ini dapat digunakan untuk mencapai tingkat risiko deteksi yang dapat
diterima sebelum auditor memutuskan untuk melakukan pengujian detil.
b.
c.
Efektifitas pengujian ini juga tergantung pada prosedur yang digunakan dan tipe
bukti yang diperoleh. Berikut adalah contoh bagaimana efektifitas pengujian atas
saldo saldo dapat direncanakan untuk memenuhi berbagai tingkat risiko deteksi
untuk asersi penilaian atau pengalokasian rekening kas di bank.
Risiko Deteksi
Tinggi
Moderat
verifikasi
bagian-bagian
penting
dalam rekonsiliasi
Buatlah
rekonsiliasi
bank
dengan
klien
penting
Sangat Rendah
dan
periksa
rekonsiliasi
bagian-bagian
serta
ketelitian
perhitungan
Dapatkan laporan bank langsung dari bank,
buatlah rekonsiliasi bank, dan verifikasi
semua
hal
yang
direkonsiliasi
ketelitian perhitungan
Dari ilustrasi di atas dapat disimpulkan bahwa apabila risiko deteksi
tinggi, maka auditor cukup menggunakan dokumen intern dan melakukan hanya
sedikit prosedur audit. Apabila risiko deteksi sangat rendah, auditor akan
menggunakan dokumen yang diperoleh langsung dari bank dan melaksanakan
prosedur audit yang ekstensif.
3.
serta
deteksi rendah, maka pengujian substantif biasanya akan dilakukan pada tanggal
akhir tahun atau mendekati akhir tahun.
Auditor bisa melakukan pengujian substantif atas detil suatu rekening pada
tanggal interim. Keputusan untuk melakukan pengujian sebelum tanggal neraca
harus didasarkan pada pertimbangan apakah auditor dapat :
Mengendalikan tambahan risiko audit bahwa salah saji material yang ada pada
saldo rekening pada tanggal neraca tidak akan terdeteksi oleh auditor.
4.
C. PENGEMBANGAN
PROGRAM
AUDIT
UNTUK
PENGUJIAN
SUBSTANTIF
Tujuan audit suatu laporan keuangan secara keseluruhan adalah untuk
menyatakan pendapat apakah laporan klien telah disajikan secara wajar dalam
segala hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku. Auditor
juga menetapkan berbagai tujuan audit khusus untuk setiap rekening berdasarkan
lima kategori asersi laporan keuangan. Dalam merancang pengujian substantif,
auditor harus menentukan bahwa pengujian yang tepat telah diidentifikasi untuk
mencapai setiap tujuan audit spesifik yang berkaitan dengan setiap asersi. Apabila
hal ini dilakukan untuk setiap rekening, maka tujuan keseluruhan akan tercapai.
D.
(3) Tentukan risiko bawaan dan risiko pengendalian dan tentukan pula tingkat risiko
deteksi akhir untuk setiap asersi, sejalan dengan tingkat risiko audit keseluruhan
dan tingkat materialitas yang dapat diterima.
(4) Berdasarkan pengetahuan yang diperoleh dari prosedur-prosedur untuk
mendapatkan pemahaman mengenai kebijakan dan prosedur pengendalian intern
yang relevan, catatan akuntansi, dokumen pendukung dan proses akuntansi
(termasuk alur audit) dan proses pelaporan keuangan yang berhubungan dengan
asersi-asersi.
(5) Pertimbangkan pilihan pilihan yang berhubungan dengan perancangan
pengujian substantif.
Program Audit dalam Penugasan Pertama
Dalam suatu penugasan pertama, spesifikasi pengujian substantif yang
detil dalam program audit biasanya belum akan disusun secara lengkap hingga
selesainya kegiatan mempelajari dan menilai struktur pengendalian intern dan
ditentukannya tingkat risiko deteksi yang dapat diterima untuk setiap asersi
signifikan. Dua hal yang memerlukan pertimbangan khusus dalam merancang
program audit untuk audit sebagai penugasan pertama adalah penentuan ketepatan
saldo-saldo awal rekening pada periode yang diaudit; dan penentuan prinsipprinsip akuntansi yang digunakan pada periode yang lalu sebagai dasar untuk
menentukan konsistensi penerapan prinsip tersebut pada periode berjalan.
Program Audit Dalam Penugasan Ulangan
Dalam suatu penugasan ulangan, auditor memiliki akses pada semua
program yang digunakan pada periode yang lalu dan kertas kerja yang berkaitan
dengan program tersebut. Dalam situasi demikian, startegi awal audit biasanya
ditetapkan auditor berdasarkan asumsi bahwqa tingkat risiko dan program audit
untuk pengujian substantif yang digunakan pada periode yang lalu akan tepat
digunakan pada periode berjalan. Oleh karena itu, program audit untuk penugasan
tahun berjalan seringkali disusun sebelum auditor menyelesaikan kegiatan
mempelajari dan menilai struktur pengendalian intern.
(3)
memiliki hubugan yang istimewa, dan berapa harga pertukaran dan termin yang
seajarnya digunakan. Tujuan auditor dalam hal ini adalah menentukan substansi
transaksi dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa dan pengaruhnya
terhadap laporan keuangan.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Setelah mengetahui Risiko deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak akan
dapat mendeteksi salah saji material yang ada dalam suatu asersi untuk itu
disarankan untuk setiap perusahaan agar selalu mempertimbangkan resiko deteksi
ini dalam setiap pengambilan keputusan penting perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA