Anda di halaman 1dari 15

AUDITING

“RESIKO DETEKSI DAN DESAIN UJI SUBSTANTIF”

Dosen Mata Kuliah : Sri Herlina, SE, MA

Disusun Oleh
Kelompok 7 :

Ayu Diah Cahyani


Rahmad

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH MALAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
SYEKH H.ABDUL HALIM HASAN AL-ISHLAHIYAH BINJAI
2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Resiko Detektif dan Desian Uji Substantif Adapun tujuan dari penulisan dari
makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Auditing, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Sri Herlina, SE, MA yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang Kami tulis ini
masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun
akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Binjai, 5 Mei 2023

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................... II


DAFTAR ISI .......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Penetuan Risiko Deteksi ............................................................. 2
B. Penetapan Risiko Deteksi Untuk Pengujian Substantif
Yang Berbeda Atas Asersi Yang Sama ....................................... 3
C. Pengembangan Program Audit Untuk Pengujian Substantif ...... 8
D. Contoh Progran Audit Untuk Pengujian Substantif .................... 8
E. Kerangka Umum Pengembangan Program Audit
Untuk Pengujian Substantif......................................................... 9
BAB III PENUTUP
Kesimpulan ............................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penakiran risiko pengendalian merupakan suatu proses evaluasi
efektivitasdesain dan operasi kebijakan dan prosedur sturtur
pengendalian intern entitas.Pentingnya konsep penaksiran risiko
pengendalian yakni dalam rangka pencegahanatau pendeteksian salah saji
material di dalam laporan keuangan.
Definisi Penakiran risiko pengendalian mengharuskan seorang auditor
agarmengetahu dengan jelas tahap-tahap yang ditempuh oleh auditor
dalam menaksirrisiko dan desain pengujian yang bersangkutan.
Oleh karena itu pentingnya Penakiran risiko dan Desain Pengujian,
gunamemeperlancar tugas seorang auditor akan dibahas pada makalah ini
B. Rumusan masalah
1. Apa definisi dari Penakiran risiko pengendalian ?
2. Mengapa konsep Penakiran risiko pengendalian penting kaitannya
terhadap material dalam laporan keuangan ?
3. Bagaimana hubungan antara strategi audit awal, risiko deteksi yang
direncanakan dan tingakat pengujian substantive ?

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penentuan Risiko Deteksi


Risiko deteksi adalah risiko bahwa auditor tidak akan dapat mendeteksi
salah saji material yang ada dalam suatu asersi. Suatu rencana tingkat risiko deteksi
yang bisa diterima harus ditetapkan untuk setiap asersi laporan keuangan yang
signifikan. Apapun tingkat risiko yang digunakan auditor ( cara kualitatif atau cara
non-kuantitatif ), rencana risiko deteksi ditentukan berdasarkan hubungan yang
dinyatakan dengan model sebagai berikut :

RD = RA
RB x RP
Keterangan :
RA = Risiko Audit
RB = Risiko Bawaan
RP = Risiko Pengendalian
RD = Risiko Deteksi
Model di atas menunjukkan bahwa pada suatu tingkat risiko audit tertentu
(RA) yang ditetapkan auditor, risiko deteksi (RD) adalah berhubungan terbalik
dengan tingkat risiko bawaan (RB) dan risiko pengendalian (RP) yang ditentukan.
Apabila digunakan dalam tahap perencanaan untuk menetapkan rencana risiko
deteksi, maka RP mencerminkan rencana tingkat risiko pengendalian yang
ditetapkan sebagai komponen pertama dari strategi audit awal.
Rencana risiko deteksi adalah dasar untuk menetapkan rencana tingkat
pengujian substantif yang ditentukan oleh auditor sebagai komponen terakhir dalam
penetapan strategi audit awal untuk suatu asersi.
1. Evaluasi Atas Rencana Tingkat Pengujian Substantif
Setelah mendapat pemahaman tentang kebijakan dan prosedur
struktur pengendalian intern yang relevan dan menentukan risiko
pengendalian untuk asersi-asersi laporan keuangan, auditor harus

2
membandingkan antara tingkat risiko pengendalian sesungguhnya dengan
rencana tingkat risiko pengendalian untuk asersi yang bersangkutan.
Apabila tingkat risiko pengendalian akhir sama dengan tingkat risiko
pengendalian awal, auditor bisa melangkah ke tahap perancangan pengujian
substantif spesifik berdasarkan rencana tingkat pengujian substantif yang
telah ditetapkan sebagai komponen terakhir dari strategi audit awal. Namun
apabila tidak, tingkat pengujian substantif harus direvisi sebelum
merancang pengujian substantif spesifik untuk mengakomodasi tingkat
risiko deteksi yang bisa diterima setelah direvisi.

2. Merevisi Rencana Risiko Deteksi


Apabila memungkinkan, tingkat risiko deteksi yang dapat diterima
setelah direvisi ditetapkan untuk setiap asersi dengan cara yang sama seperti
rencana risiko deteksi, kecuali bahwa penetapannya didasarkan pada risiko
pengendalian sesungguhnya bukan pada rencana tingkat
risiko pengendalian untuk asersi yang bersangkutan.

B. Penetapan Risiko Deteksi Untuk Pengujian Substantif yang Berbeda Atas


Asersi yang Sama
Dalam merancang pengujian substantif, auditor kadang – kadang
menginginkan untuk menetapkan tingkat risiko deteksi berbeda yang akan
digunakan dalam pengujian substantif yang berbeda pula mengenai asersi yang
sama.
1. Perancangan Pengujian Substantif
Pengujian substantif di satu sisi bisa menghasilkan bukti tentang
kewajaran setiap asersi lapoaran keuangan yang signifikan, dan di sisi lain
pengujian substantif juga bisa menghasilkan bukti yang menunjukkan
adanya kekeliruan jumlah rupiah atau salah saji dalam pencatatan atau
pelaporan transaksi dan saldo – saldo. Perancangan pengujian substantif

3
meliputi penentuan sifat, saat dan luas pengujian yang diperlukan untuk
memenuhi tingkat risiko deteksi yang dapat diterima untuk setiap asersi.
2. Sifat Pengujian Substantif
Sifat pengujian substantif berhubungan dengan jenis dan efektivitas
prosedur pengauditan yang akan dilakukan. Apabila tingkat risiko deteksi
yang dapat diterima rendah, auditor harus menggunakan prosedur yang
lebih efektif yang biasanya lebih mahal. Apabila tingkat risiko deteksi yang
dapat diterima tinggi, auditor dapat menggunakan prosedur yang kurang
efektif yang lebih murah. Pengujian substantif terdiri dari tiga jenis yaitu :
a. Prosedur Analitis
Prosedur analitis seringkali dipandang kurang efektif bila
dibandingkan dengan pengujian detil. Namun demikian, dalam keadaan
tertentu prosedur ini justru dipandang lebih efektif. Sebagai contoh,
perbandingan antara jumlah seluruh pembayaran kepada seorang
pemasok dengan barang yang sesungguhnya diterima, bisa memberi
petunjuk tentang adanya kelebihan pembayaran. Hal ini mungkin tidak
terdeteksi pada waktu dilakukan pengujian atas masing – masing
transaksi pembayaran kepada pemasok.
PSA No.22, Prosedur Analitis ( SA 329.11 ), menyatakan bahwa
efektivitas dan efisiensi prosedur analitis tergantung pada :
 Sifat asersi
 Kelayakan dan kemampuan untuk memprediksi suatu hubungan
 Tersedianya dan keandalan data yang digunakan untuk membuat
taksiran
 Ketepatan taksiran
Apabila hasil prosedur analitis sesuai dengan taksiran, dan
tingkat risiko deteksi yang bisa diterima untuk asersi tinggi, maka
auditor tidak perlu melakukan pengujian detil. Prosedur analitis
biasanya ,tidak begitu mahal biaya pelaksanaannya. Oleh karena itu,
auditor perlu mempertimbangkan seberapa jauh prosedur ini dapat

4
digunakan untuk mencapai tingkat risiko deteksi yang dapat diterima
sebelum auditor memutuskan untuk melakukan pengujian detil.
b. Pengujian Detil Transaksi
Pengujian detil transaksi terutama berupa penelusuran ( Tracing
) dan pencocokan ke dokumen pendukung ( vouching ). Sebagai contoh,
detil transaksi bisa ditelusur dari dokumen pendukung. Misalnya faktur
penjualan dan voucher ke dalam catatan akuntansi seperti jurnal
penjualan dan dan register voucher.
Dalam pengujian ini auditor memeriksa sebagian ( dengan
sampel ) atau seluruh pendebetan dan pengkreditan atas suatu rekening.
Hasil pengujian tersebut digunakan untuk menarik kesimpulan tentang
saldo rekening yang bersangkutan. Pengujian ini biasanya dilakukan
dengan menggunakan dokumen-dokumen yang terdapat dalam arsip
klien. Efektivitas pengujian tergantung pada prosedur dan dokumen
yang digunakan.
Pengujian detil transaksi biasanya lebih banyak menyita waktu
dan biayanya juga lebih mahal. Efisiensi biaya akan tercapai bila auditor
melaksanakan pengujian berbarengan dengan pengujian pengendalian
yang disebut pengujian bertujuan ganda.
c. Pengujian Detil Saldo – Saldo
Pengujian detil atas saldo – saldo dilakukan untuk mendapatkan
bukti secara langsung tentang sebuah saldo rekening, dan bukan pada
masing – masing pendebetan atau pengkreditan yang telah
menghasilkan saldo tersebut.
Efektifitas pengujian ini juga tergantung pada prosedur yang digunakan
dan tipe bukti yang diperoleh. Berikut adalah contoh bagaimana
efektifitas pengujian atas saldo – saldo dapat direncanakan untuk
memenuhi berbagai tingkat risiko deteksi untuk asersi penilaian atau
pengalokasian rekening kas di bank.

5
Risiko Deteksi Pengujian Detil atas Saldo-Saldo
Tinggi Periksa sekilas (scan) rekonsiliasi bank
yang dibuat klien dan verifikasi
ketelitian perhitungan dalam
rekonsiliasi
Moderat Review rekonsiliasi bank yang dibuat
klien dan verifikasi bagian-bagian
penting rekonsiliasi serta ketelitian
perhitungan dalam rekonsiliasi
Rendah Buatlah rekonsiliasi bank dengan
menggunakan laporan bank yang
diperoleh dari klien dan periksa
bagian-bagian penting rekonsiliasi
serta ketelitian perhitungan
Sangat Rendah Dapatkan laporan bank langsung dari
bank, buatlah rekonsiliasi bank, dan
verifikasi semua hal yang
direkonsiliasi serta ketelitian
perhitungan

Dari ilustrasi di atas dapat disimpulkan bahwa apabila risiko deteksi


tinggi, maka auditor cukup menggunakan dokumen intern dan melakukan
hanya sedikit prosedur audit. Apabila risiko deteksi sangat rendah, auditor
akan menggunakan dokumen yang diperoleh langsung dari bank dan
melaksanakan prosedur audit yang ekstensif.
3. Saat Pengujian Substantif
Tingkat risiko deteksi yang dapat diterima bisa berpengaruh pula
pada saat pengujian substantif. Apabila risiko deteksi tinggi, pengujian bisa
dilakukan beberapa bulan sebelum akhir tahun. Sebaliknya apabila risiko
deteksi untuk suatu deteksi rendah, maka pengujian substantif biasanya
akan dilakukan pada tanggal akhir tahun atau mendekati akhir tahun.

6
Auditor bisa melakukan pengujian substantif atas detil suatu
rekening pada tanggal interim. Keputusan untuk melakukan pengujian
sebelum tanggal neraca harus didasarkan pada pertimbangan apakah auditor
dapat :
- Mengendalikan tambahan risiko audit bahwa salah saji material yang
ada pada saldo rekening pada tanggal neraca tidak akan terdeteksi oleh
auditor.
- Mengurangi biaya untuk melaksanakan pengujian substantif pada akhir
tahun guna memenuhi tujuan audit yang direncanakan, sehingga
pengujian sebelum tanggal neraca bisa menjadi lebih murah.
Tambahan risiko audit potensial akan dapat dikendalikan apabila
pengujian substantif pada periode yang tersisa akan dapat memberi dasar
yang layak untuk perluasan kesimpulan audit dari pengujian yang dilakukan
pada tanggal interim ke tanggal neraca. Kondisi- kondisi yang bisa
berpengaruh pada pengendalian risiko ini adalah :
1. Struktur pengendalian interen selama periode tersisa cukup efektif.
2. Tidak terdapat keadaan atau kondisi yang mempengaruhi manajemen untuk
membuat salah saji dalam laporan keuangan selama periode tersisa
3. Saldo rekening akhir tahun yang diperiksa pada tanggal interimbisa
diprekdisi secara masuk akal, baik mengenai jumlah , hubungan signifikan
,maupun komposisinya
4. Sistem akuntansi klien akan memberi informasi mengenai transaksi tak
biasa yang signifikan dan fluktuasi signifikan yang mungkin terjadi pada
periode tersisa.

5. Luas Pengujian Substantif


Diperlukan bukti yang lebih banyak untuk mencapai tingkat resiko
deteksi rendah yang bisa diterima dibandingkan dengan risiko deteksi
tinggi. Auditor bisa menentukan berbagai jumlah bukti yang harus diperoleh
dengan mengubah luas pengujian substantive yang dilakukan. Luas dalam
pratik mengandung arti banyaknya hal ( items) atau besarnya sampel yang

7
terhadapnya dilakukan pengujian atau diterapkan prosedur tertentu.
Besarnya yang akan diuji membutuhkan pertimbangan professional.
Penentuan sample secara statistik dalam pengujian substantif dapat
dilakukan untuk membantu auditor dalam menentukan ukuran sampel yang
diperlukan untuk mencapai suatu tingkat risiko deteksi yang telah
ditetapkan.

C. Pengembangan Program Audit untuk Pengujian Substantif


Tujuan audit suatu laporan keuangan secara keseluruhan adalah untuk
menyatakan pendapat apakah laporan klien telah disajikan secara wajar dalam
segala hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku. Auditor
juga menetapkan berbagai tujuan audit khusus untuk setiap rekening
berdasarkan lima kategori asersi laporan keuangan. Dalam merancang pengujian
substantif, auditor harus menentukan bahwa pengujian yang tepat telah
diidentifikasi untuk mencapai setiap tujuan audit spesifik yang berkaitan dengan
setiap asersi. Apabila hal ini dilakukan untuk setiap rekening, maka tujuan
keseluruhan akan tercapai.

D. Contoh Program Audit untuk Pengujian Substantif


Keputusan auditor sehubungan dengan rancangan pengujian substantif
harus didokumentasikan dalam kertas kerja dalam bentuk program audit
tertulis (SA 311.09). Program audit adalah daftar prosedur – prosedur audit
yang harus dilakukan. Prosedur – prosedur biasanya tidak didaftar menurut
asersi atau tujuan khusus audit dengan maksud untuk menghindari
pengulangan prosedur yang diterapkan pada lebih dari satu asersi atau tujuan.
Sebagai tambahan dalam daftar prosedur audit, setiap program audit
harus memiliki kolom – kolom untuk suatu referensi silang ke kertas kerja lain
yang berisi bukti yang diperoleh dari setiap prosedur (bila memungkinkan);
paraf auditor yang melaksanakan masing – masing prosedur; dan tanggal
pelaksanaan prosedur diselesaikan.

8
Dalam praktik, auditor kadang – kadang membuat rincian yang berbeda
untuk hal–hal tertentu dalam program auditnya. Sebagai contoh ditunjukkan
secara lebih rinci tentang rencana sampel, termasuk besarnya sampel untuk
berbagai pengujian dalam program audit itu sendiri. Namun dalam keadaan
bagaimanapun program audit hendaknya cukup detil agar dapat memberikan :
- Garis – garis besar pekerjaan yang akan dilakukan
- Dasar untuk koordinasi, supervisi, dan pengawasan audit
- Catatan mengenai pekerjaan yang dilakukan

E. Kerangka Umum Pengembangan Program Audit Untuk Pengujian


Substantif
Perencanaan Awal
(1) Identifikasi asersi-asersi laporan keuangan yang harus dicakup oleh program
audit misalkan asersi-asersi keberadaan atau keterjadian, kelengkapan hak dan
kewajiban, penilaian atas pengalokasian, dan penyajian atau pengungkapan yang
berkaitan dengan saldo akhir persediaan.
(2) Kembangkan tujuan-tujuan audit spesifik untuk setiap kategori asersi
(3) Tentukan risiko bawaan dan risiko pengendalian dan tentukan pula tingkat risiko
deteksi akhir untuk setiap asersi, sejalan dengan tingkat risiko audit keseluruhan
dan tingkat materialitas yang dapat diterima.
(4) Berdasarkan pengetahuan yang diperoleh dari prosedur-prosedur untuk
mendapatkan pemahaman mengenai kebijakan dan prosedur pengendalian intern
yang relevan, catatan akuntansi, dokumen pendukung dan proses akuntansi
(termasuk alur audit) dan proses pelaporan keuangan yang berhubungan dengan
asersi-asersi.
(5) Pertimbangkan pilihan – pilihan yang berhubungan dengan perancangan
pengujian substantif.

Program Audit dalam Penugasan Pertama


Dalam suatu penugasan pertama, spesifikasi pengujian substantif yang
detil dalam program audit biasanya belum akan disusun secara lengkap hingga

9
selesainya kegiatan mempelajari dan menilai struktur pengendalian intern dan
ditentukannya tingkat risiko deteksi yang dapat diterima untuk setiap asersi
signifikan. Dua hal yang memerlukan pertimbangan khusus dalam merancang
program audit untuk audit sebagai penugasan pertama adalah penentuan
ketepatan saldo-saldo awal rekening pada periode yang diaudit; dan penentuan
prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan pada periode yang lalu sebagai dasar
untuk menentukan konsistensi penerapan prinsip tersebut pada periode berjalan.
Program Audit Dalam Penugasan Ulangan
Dalam suatu penugasan ulangan, auditor memiliki akses pada semua
program yang digunakan pada periode yang lalu dan kertas kerja yang berkaitan
dengan program tersebut. Dalam situasi demikian, startegi awal audit biasanya
ditetapkan auditor berdasarkan asumsi bahwqa tingkat risiko dan program audit
untuk pengujian substantif yang digunakan pada periode yang lalu akan tepat
digunakan pada periode berjalan. Oleh karena itu, program audit untuk
penugasan tahun berjalan seringkali disusun sebelum auditor menyelesaikan
kegiatan mempelajari dan menilai struktur pengendalian intern.

10
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Penaksiran risiko pengendalian adalah proses evaluasi efektivitas desain
dan operasi kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern. Berbagai
pengujian pengendalian yang dapat dipilih oleh auditor dalam pelaksanaan auditnya
antara lain:
1. Pengujian Pengendalian Bersamaan (Current test of control) yang terdiri
dari prosedur pemerolehan pemahaman atas struktur pengendalian intern
2. Pengujian Pengendalian yang Direncanakan. yang tujuannya yakni untuk
menentukan taksiran awal risiko pengendalian moderat atau rendah sesuai
dengan tingkat pengujian substantif yang direncanakan.
3. Pengujian Pengendalian Tambahan, yang merupakan pengujian yang
dilaksanakan oleh auditor jika berdasarkan hasil pengujian pengendalian
bersamaan yang memperlihatkan pengendalian intern yang efektif.
4. Pengujian dengan tujuan ganda yang merupakan pengujian yang didesain
sedemikian rupa sehingga auditor dapat mengumpulkan bukti tentang
efektivitas struktur pengendalan intern.

Adapun Kerangka umum pengembangan program audit untk pengujian


substantive adalah sebagai berikut: Tentukan Prosedur Awal Audit, Tentukan
prosedur analitik yang perlu dilaksanakan, Tentukan pengujian terhadap transaksi
rinci dan Tentukan pengujian terhadap akun rinci.

11
DAFTAR PUSTAKA

Puradireja, Kanaka dan Mulyadi. Auditing, Edisi 5, Cetakan ke 1. Jakarta:


Penerbit Salemba Empat, 1997.
Halim, Abdul MBA. Akuntansi, Edisi 2. Yogyakarta: UPP AMP YKPN, 2001.

12

Anda mungkin juga menyukai