Mata Kuliah :
Audit dan Atestasi
Dosen Pembina:
Dr. Ibnu Rachman, Drs., MM., MSi., Ak., CA., QIA.
Disusun oleh:
Kelompok 7-Kelas H
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Dengan rahmat Allah SWT, segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat-Nya
yang telah memberikan segala anugerah-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
tugas makalah Respons Auditor Atas Risiko Yang Dinilai, Maksud penyusunan makalah ini
adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Audit dan Atestasi Program Magister
Akuntansi pada Universitas Widyatama.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, mengingat
keterbatasan kemampuan, pengalaman, dan pengetahuan penulis baik dalam hal penyajian
maupun pengguna bahasa. Namun demikian inilah yang terbaik yang penulis lakukan dan
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Oleh karena itu semua masukan,
kritik, dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan bagi penyempurnaan
makalah ini.
Tim Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah....................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan Makalah................................................................................2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Respons Audit terhadap risiko yang telah dinilai..............................................3
2.2 Standar Audit (SA) 330 Respons Audit terhadap risiko yang telah dinilai.....12
2.3 Ketentuan Standar Audit (SA) 330 ................................................................15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan......................................................................................................27
3.2 Saran................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................28
BAB I
PENDAHULUAN
2.2 Standar Audit (SA) 330 Respons Audit terhadap risiko yang telah dinilai
Ruang lingkup dari SA 330 adalah berkaitan dengan tanggung jawab auditor untuk
merancang dan menerapkan respons terhadap risiko kesalahan penyajian material yang
diidentifikasi dan dinilai oleh auditor berdasarkan SA 315 (Pengidentifikasian dan Penilaian
Risiko Kesalahan penyajian Material Melalui Pemahaman atas Entitas dan Lingkungannya)
dalam suatu audit laporan keuangan. SA ini berlaku efektif atas laporan keuangan untuk
periode yang dimulai pada atau setelah tanggal 1 januari 2013 untuk emiten atau 1 januari
2014 untuk entitas selain emiten. Penerapan dini dianjurkan untuk entitas selain emiten.
Tujuan SA 330 ini adalah untuk memperoleh bukti audit cukup dan tepat yang berkaitan
dengan penilaian risiko kesalahan penyajian material, melalui pendesainan dan penerapan
respons yang tepat terhadap risiko tersebut.
2. Prosedur Audit sebagai Respons terhadap Risiko Kesalahan Penyajian Material yang Telah
Dinilai pada Tingkat Asersi
a. Sifat, Saat, dan Luas Prosedur Audit Lebih Lanjut (Ref: Para. 6)
Penilaian risiko yang telah diidentifikasi oleh auditor pada tingkat asersi memberikan
suatu basis untuk mempertimbangkan pendekatan audit yang tepat untuk merancang dan
melaksanakan prosedur audit lebih lanjut. Misalnya, auditor dapat menentukan bahwa:
(a) Dengan melakukan pengujian pengendalian saja, auditor dapat mencapai respons yang
efektif untuk risiko kesalahan penyajian material yang telah dinilai untuk asersi
tertentu;
(b) Melaksanakan prosedur substantif saja adalah tepat untuk asersi tertentu dan, oleh
karena itu, auditor mengabaikan dampak pengendalian dari penilaian risiko yang
relevan. Hal ini memungkinkan karena prosedur penilaian risiko auditor tidak
mengindentifikasi adanya pengendalian relevan yang efektif atas asersi tersebut, atau
karena pengujian pengendalian akan tidak efisien dan oleh karena itu auditor tidak
bermaksud untuk mengandalkan pada efektivitas operasi pengendalian dalam
menentukan sifat, saat, dan luas prosedur substantif; atau
(c) Kombinasi pendekatan dengan menggunakan pengujian pengendalian dan prosedur
substantif merupakan suatu pendekatan yang efektif.
Namun, seperti yang disyaratkan dalam paragraf 18, tanpa memperhatikan pendekatan
yang dipilih, auditor merancang dan melakukan prosedur substantif untuk setiap golongan
transaksi, saldo akun, dan pengungkapan.
Sifat suatu prosedur audit mengacu kepada tujuan dilakukannya prosedur tersebut (sebagai
contoh, pengujian pengendalian atau prosedur substantif) dan tipe prosedur audit tersebut
(sebagai contoh, inspeksi, observasi, permintaan keterangan, konfirmasi, penghitungan
ulang, pelaksanaan kembali, atau prosedur analitis). Sifat prosedur audit tersebut
merupakan hal yang paling penting dalam merespons risiko yang telah dinilai.
Saat prosedur audit mengacu kepada kapan prosedur tersebut dilaksanakan, atau periode
atau tanggal bukti audit tersebut berlaku.
Luas prosedur audit mengacu kepada kuantitas prosedur yang dilaksanakan, misalnya
ukuran sampel atau jumlah observasi terhadap aktivitas pengendalian.
Perancangan dan pelaksanaan prosedur audit lebih lanjut yang sifat, saat, dan luasnya
didasarkan pada dan merupakan respons terhadap risiko kesalahan penyajian material yang
telah dinilai pada tingkat asersi memberikan kaitan yang jelas antara prosedur audit lebih
lanjut dan penilaian risiko yang dilakukan oleh auditor.
b. Respons terhadap Risiko yang Telah Dinilai pada Tingkat Asersi (Ref: Para. 7(a))
Sifat:
Risiko yang telah dinilai auditor mungkin dapat berdampak terhadap pemilihan berbagai
tipe prosedur audit yang akan dilaksanakan maupun kombinasinya. Misalnya, ketika risiko
yang telah dinilai tinggi, auditor dapat melakukan konfirmasi atas kelengkapan ketentuan
kontrak dengan pihak ketiga, sebagai tambahan atas inspeksi terhadap dokumen kontrak.
Lebih lanjut, prosedur audit tertentu mungkin lebih tepat untuk beberapa asersi
dibandingkan dengan prosedur audit lainnya. Misalnya, dalam hubungannya dengan
pendapatan, pengujian pengendalian dapat lebih merespons risiko kesalahan penyajian
yang telah dinilai untuk asersi kelengkapan, sementara prosedur substantif dapat lebih
merespons risiko kesalahan penyajian yang telah dinilai atas asersi keterjadian.
Alasan untuk penilaian risiko adalah relevan dalam menentukan sifat prosedur audit.
Misalnya, jika suatu risiko yang telah dinilai lebih rendah karena karakteristik tertentu
golongan transaksi tanpa mempertimbangkan pengendalian yang bersangkutan, maka
auditor dapat menentukan bahwa prosedur analitis substantif saja dapat memberikan bukti
audit yang cukup dan tepat. Dilain pihak, jika risiko yang telah dinilai lebih rendah yang
disebabkan oleh pengendalian internal, dan auditor bermaksud untuk mendasarkan pada
prosedur substantif pada risiko yang telah dinilai lebih rendah, maka auditor dapat
melaksanakan pengujian atas pengendalian tersebut, seperti yang disyaratkan dalam
paragraf 8(a). Hal ini dapat terjadi, misalnya, untuk suatu golongan transaksi yang
seragam, yang mempunyai karakteristik tidak kompleks yang secara rutin diolah dan
dikendalikan oleh sistem informasi entitas.
Saat:
Auditor dapat melaksanakan pengujian pengendalian atau prosedur substantif pada suatu
tanggal interim atau pada akhir periode. Untuk risiko kesalahan penyajian material yang
lebih tinggi, kemungkinan besar auditor memutuskan akan lebih efektif untuk
melaksanakan prosedur substantif pada saat lebih mendekati, atau pada saat akhir periode
dibandingkan pada tanggal yang lebih awal, atau untuk melaksanakan prosedur audit tanpa
pemberitahuan atau pada waktu yang tidak dapat diprediksi (misalnya, pelaksanaan
prosedur audit pada lokasi pilihan tanpa pemberitahuan sebelumnya). Hal ini sangat
relevan pada saat mempertimbangkan respons terhadap risiko atas kecurangan. Misalnya,
auditor dapat menyimpulkan, pada saat risiko kesalahan penyajian yang disengaja atau
manipulasi teridentifikasi, prosedur audit untuk memperluas kesimpulan audit dari tanggal
interim sampai dengan akhir periode tidak akan efektif.
Di lain pihak, pelaksanaan prosedur audit sebelum akhir periode dapat membantu auditor
mengidentifikasi hal-hal signifikan pada tahap awal audit, sehingga auditor dapat
memecahkan masalah tersebut dengan bantuan manajemen atau mengembangkan suatu
pendekatan audit yang efektif untuk mengatasi hal tersebut.
Lebih lanjut, prosedur audit tertentu dapat dilaksanakan hanya pada saat atau setelah akhir
periode, misalnya:
a) Pencocokan laporan keuangan dengan catatan akuntansi;
b) Pemeriksaan penyesuaian yang dibuat selama penyusunan laporan keuangan; dan
c) Prosedur untuk merespons suatu risiko bahwa, pada akhir periode, entitas mungkin
telah menandatangani kontrak penjualan yang tidak semestinya, atau transaksi yang
mungkin belum terselesaikan.
Faktor relevan lebih lanjut yang berdampak terhadap pertimbangan auditor ketika
melaksanakan prosedur audit mencakup hal-hal berikut ini:
a) Lingkungan pengendalian.
b) Ketika informasi relevan tersedia (misalnya, arsip elektronik dapat dihapus melalui
penumpukan tulisan setelah tanggal laporan posisi keuangan, atau prosedur yang
diamati mungkin terjadi hanya pada saat tertentu).
c) Sifat risiko (misalnya, jika terdapat risiko digelembungkannya pendapatan untuk
mencapai laba yang diharapkan dengan cara menciptakan perjanjian penjualan palsu
setelah tanggal laporan posisi keuangan, auditor mungkin harus memeriksa kontrak
yang tersedia pada tanggal di akhir periode).
d) Periode atau tanggal yang berhubungan dengan bukti audit.
3. Pengujian Pengendalian
a. Perancangan dan Pelaksanaan Pengujian Pengendalian (Ref: Para. 8)
Pengujian atas pengendalian dilaksanakan hanya untuk pengendalian yang auditor yakini
tepat dirancang untuk mencegah, atau mendeteksi, dan mengoreksi kesalahan penyajian
material atas suatu asersi. Jika terdapat pengendalian yang sangat berbeda yang digunakan
pada waktu yang berbeda selama periode audit, maka setiap pengendalian tersebut
dianggap sebagai hal yang terpisah.
Pengujian atas efektivitas operasi pengendalian berbeda dengan pemerolehan pemahaman
tentang dan pengevaluasian terhadap rancangan dan implementasi pengendalian. Namun,
jenis prosedur audit yang sama dapat digunakan. Oleh karena itu, auditor dapat
memutuskan akankah efisien untuk menguji efektivitas operasi pengendalian pada waktu
yang sama dengan pengevaluasian terhadap rancangan pengendalian tersebut dan
penentuan bahwa rancangan tersebut telah diimplementasikan.
Lebih lanjut, walaupun beberapa prosedur penilaian risiko mungkin tidak dirancang secara
spesifik sebagai pengujian pengendalian, namun hal tersebut dapat memberikan bukti audit
tentang efektivitas operasi pengendalian tersebut dan, sebagai akibatnya, berfungsi sebagai
pengujian pengendalian. Sebagai contoh, prosedur penilaian risiko oleh auditor mencakup:
a) Permintaan keterangan tentang penggunaan anggaran oleh manajemen.
b) Mengamati pembandingan anggaran beban bulanan dengan realisasinya yang
dilakukan manajemen.
c) Memeriksa laporan yang berkaitan dengan investigasi atas jumlah penyimpangan
antara anggaran dengan realisasinya.
Prosedur audit ini memberikan pengetahuan tentang rancangan kebijakan anggaran entitas
dan apakah kebijakan tersebut telah diimplementasikan, tetapi dapat juga memberikan
bukti audit tentang efektivitas pengoperasian kebijakan anggaran dalam mencegah atau
mendeteksi kesalahan penyajian material atas klasifikasi dalam penggolongan beban.
Di samping itu, auditor dapat merancang pengujian pengendalian untuk dilaksanakan
secara bersamaan dengan pengujian rinci atas transaksi yang sama. Walaupun tujuan
pengujian pengendalian berbeda dari tujuan pengujian rinci, tujuan keduanya dapat dicapai
secara bersamaan dengan melakukan pengujian pengendalian dan pengujian rinci untuk
transaksi yang sama, yang juga dikenal sebagai pengujian bertujuan ganda. Misalnya,
auditor dapat merancang, dan mengevaluasi hasil dari suatu pengujian untuk memeriksa
suatu faktur untuk menentukan apakah faktur tersebut telah disetujui dan untuk
memberikan bukti audit substantif suatu transaksi. Pengujian bertujuan ganda dirancang
dan dievaluasi dengan mempertimbangkan setiap pengujian secara terpisah.
Dalam beberapa kasus, auditor mungkin sulit untuk merancang prosedur substantif yang
efektif yang dengan sendirinya dapat memberikan bukti audit yang cukup dan tepat pada
tingkat asersi.3 Hal ini dapat terjadi pada saat entitas melakukan bisnisnya dengan
menggunakan teknologi informasi dan tidak ada dokumentasi transaksi yang dihasilkan
atau disimpan, selain melalui sistem teknologi informasi. Dalam hal ini, paragraf 8(b)
mensyaratkan auditor untuk melaksanakan pengujian pengendalian yang relevan.
6. Evaluasi terhadap Kecukupan dan Ketepatan Bukti Audit (Ref: Para. 25–27)
Audit atas laporan keuangan adalah suatu proses kumulatif dan berulang. Selama auditor
melakukan prosedur audit yang direncanakan, bukti audit yang diperoleh dapat
menyebabkan auditor untuk melakukan modifikasi sifat, saat, serta luas prosedur lain yang
direncanakan. Suatu informasi dapat menjadi perhatian auditor karena berbeda secara
signifikan dengan informasi yang menjadi basis penilaian risiko. Misalnya,
a) Luas kesalahan penyajian yang dideteksi oleh auditor dengan melakukan prosedur
substantif dapat mengubah pertimbangan auditor tentang penilaian risiko dan dapat
menunjukkan adanya kekurangan signifikan dalam pengendalian intern.
b) Auditor mungkin menyadari kekurangan dalam catatan akuntansi, atau bukti yang
bertentangan atau hilang.
c) Prosedur analitis yang dilakukan pada tahap penelaahan secara menyeluruh terhadap
audit dapat menunjukkan risiko kesalahan penyajian material yang belum diketahui
sebelumnya.
Dalam kondisi demikian, auditor mungkin perlu untuk mengkaji ulang prosedur audit yang
telah direncanakan, berdasarkan atas pertimbangan yang telah diubah atas risiko yang telah
ditetapkan untuk seluruh atau sebagian golongan transaksi, saldo akun, atau pengungkapan
dan asersi terkait. SA315 memberikan panduan lebih lanjut dalam merevisi penilaian
risiko auditor.
Auditor tidak dapat menganggap bahwa kecurangan atau kesalahan merupakan kejadian
yang terisolasi. Oleh karena itu, pertimbangan mengenai bagaimana mendeteksi kesalahan
penyajian dapat memengaruhi risiko kesalahan penyajian material yang telah dinilai adalah
penting dalam menentukan apakah penilaian risiko kesalahan penyajian masih tepat.
Pertimbangan auditor untuk menentukan bukti audit cukup dan layak dipengaruhi oleh
faktor-faktor berikut ini:
a) Signikansi potensi kesalahan penyajian dalam asersi dan kemungkinan kesalahan
penyajian tersebut berdampak material, baik secara individu maupun gabungan dengan
potensi kesalahan penyajian lainnya, terhadap laporan keuangan.
b) Efektivitas respons dan pengendalian manajemen untuk menangani risiko tersebut.
c) Pengalaman yang diperoleh selama audit sebelumnya yang berkaitan dengan kesalahan
penyajian potensial yang sama.
d) Hasil prosedur audit yang dilaksanakan, termasuk apakah prosedur audit tersebut
mengidentifikasi contoh spesifik tentang kecurangan atau kekeliruan.
e) Sumber dan keandalan informasi yang tersedia.
f) Kepersuasifan bukti audit.
g) Pemahaman atas entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian internal entitas.
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Rick Hayes, Philip Wallage dan Hans Gortemaker. 2017. Prinsip-Prinsip Pengauditan
International Standars on Auditing. Jakarta: Salemba Empat.
Ikatan Akuntan Publik Indonesia. 2013. Standar Audit (“SA”) 330 Respons Auditor terhadap
Risiko yang Telah Dinilai