Anda di halaman 1dari 16

PENAKSIRAN RISIKO DAN DESAIN PENGUJIAN

Oleh Kelompok 12 :

1.15.2.10230 I Made Donny Setiawan


1.15.2.10182 Gusti Agung Tri Wahyu Erika
1.15.2.10233 Putu Nathanael Christian
1.15.2.10284 Agus Salim
1.15.2.10187 Ahmad Sanad

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Program Studi Akuntansi
Universitas Pendidikan Nasional
Denpasar
2017

KATA PENGANTAR

1
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan. Makalah dengan judul Penaksiran
Risiko dan Desain Pengujian ini dengan baik meskipun masih terdapat
kekurangan didalamnya. Kami berterima kasih pula kepada pihak-pihak yang
membantu penyusunan makalah ini. Makalah ini salah satu tugas pada mata
kuliah Pengauditan I.
Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan auditing. Kami menyadari sepenuhnya bahwa di
dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang
telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi pembaca, sekiranya laporan
yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Mohon maaf bila ada kesalahan kata atau kalimat yang tidak
berkenan dalam makalah ini.

Denpasar, 08 Mei 2017

Penulis

DAFTAR ISI

2
Kata Pengantar...2
Daftar Isi 3
Bab I Pendahuluan............ 4
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Bab II Tinjauan Literatur........6
Bab IV Penutup .... 19
A.Kesimpulan
Daftar Pustaka.. 20

BAB I

3
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penakiran risiko pengendalian merupakan suatu proses evaluasi
efektivitas desain dan operasi kebijakan dan prosedur sturtur pengendalian
intern entitas. Pentingnya konsep penaksiran risiko pengendalian yakni
dalam rangka pencegahan atau pendeteksian salah saji material di dalam
laporan keuangan.
Definisi Penakiran risiko pengendalian mengharuskan seorang
auditor agar mengetahu dengan jelas tahap-tahap yang ditempuh oleh
auditor dalam menaksir risiko dan desain pengujian yang bersangkutan.
Oleh karena itu pentingnya Penakiran risiko dan Desain Pengujian,
guna memeperlancar tugas seorang auditor

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Strategi Audit Pendahuluan ?
2. Bagaimana Pengujian Pengendalian ?
3. Bagaimana Penentuan Risiko Pengendalian ?
4. Bagaimana Penentuan Risiko Deteksi ?

BAB II

4
PEMBAHASAN

2.1 Strategi Audit Pendahuluan


a. Primarily substantive approach
Ketika auditor memilih pendekatan ini maka ditekankan pada pengujian
substantif. Tahap-tahap dalam melakukan metode ini adalah:
1. Menghimpun dan mendokumentasikan pemahaman struktur pengendalian intern.
2. Menetapkan risiko pengendalian berdasar pengujian pengenalian yang dilakukan
dalam menghimpun pemahaman struktur pengenalian intern.
3. Menentukan kemunkinan dapat tidaknya dilakukan pengurangan lebih terhadap
tingkat resiko penegnalian yang telah dilakukan.
4. Melaksanakan pengujian pengenalian tambahan untuk memperoleh bukti
tambahan.
5. Melakukan revisi atau menetapkan kembali risiko pengenalian berdasar bukti
tembahan.
6. Melakukan dikumentasi atas penetapan risiko pengendalian.
7. Melakukan penilaian terhadap kemampuan tingkat risiko penegndalian yang
telah ditetapkan tersebut, untuk mendukung tingkat pengujian substantif yang
direncanakan auditor.
8. Merancang pengujian substantif.

b. Lower assessed level of control risk approach


Bila auditor memilih lower assessed level of control risk approach maka
ditekankan pada pengujian pengendalian. Ada beberapa tahap dalam pendekatan
ini, yaitu:
1. Menghimpun dan mendokumentasikan pemahaman struktur pengendalian
intern.
2. Merencanakan dan melaksanakan pengujian pengendalian.
3. Menetapkan risiko pengendalian.
4. Melakukan dokumentasi atas penetapan risiko pengendalian.
5. Melakukan penilaian terhadap kemampuan tingkat risiko pengendalian yang
telah ditetapkan trersebut, untuk mendukung tingkat pengujian substantif yuang
direncanakan auditor.
6. Merancang pengujian substantif.

2.2 Pengujian Pengendalian

Pengujian pengendalian merupakan pengujian yang dilaksanakan terhadap


rancangan pelaksanaan suatu kebijakan atau prosedur struktur pengendalian

5
internal. Pengujian pengendalian ini, dilaksanakan auditor untuk menilai
efektifitas kebijakan atau prosedur pengendalian untuk mendeteksi dan mencegah
salah saji materil dalam suatu asersi laporan keuangan.

Pengujian pengendalian memfokuskan diri pada tiga hal yaitu:

1. Bagaimana pengendalian diterapkan?


2. Sudahkah diterapkan secara konsisten sepanjang tahun?
3. Siapa yang menerapkan pengujian pengendalian?

a. Tipe Pengujian Pengendalian


Pengujian pengendalian adalah prosedur audit yang dilaksanakan untuk
menentukan efektivitas desain dan / atau operasi kebijakan dan prosedur struktur
pengendalian intern.
Pengujian pengendalian diterapkan oleh auditor selama perencanaan audit dan
dalam pekerjaan interim. Selain itu pengujian pengendalian juga dapat diterapkan
dalam kedua strategi audit yakni Pendekatan terutama substantif dan pendekatan
risiko pengendalian rendah.Ada dua tipe pengujian pengendalian :
a. Concurrent tests of control yaitu pengujian pengendalian yang dilaksanakan
auditor seiring dengan prosedur untuk memperoleh pemahaman mengenai struktur
pengendalian intern klien.
b. Pengujian pengendalian tambahan atau yang direncanakan (additional or planned
tests of control) yaitu pengujian yang dilaksanakan auditor selama pekerjaan
lapangan.

b. Prosedur Untuk Melaksanakan Pengujian Pengendalian


Tiga prosedur pertama menghasilkan jenis bukti yang sama dengan bukti yang
dihimpun melalui pelaksanaan prosedur untuk memperoleh pemahaman struktur
pengendalian intern klien. Perbedaan utamanya terletak pada spesifikasi tujuan
dan luas pengujian. Pada pengujian pengendalian, tujuan yang ditetapkan lebih
spesifi. Disamping itu , luas pengujian pengendalian juga lebih ekstensif.

1. Pengajuan Pertanyaan Kepada Karyawan Klien


Pengajuan pertanyaan kepada para karyawan klien dilakukan
berkaitan dengan evaluasi atas kinerja tugas mereka. Pengajuan pertanyaan
kepada para karyawan klien pada umumnya tidak akan mengasilkan bukti
yang kuat mengenai efektivitas operasi pengendalian. Meskipun demikian,
prosedur ini kadang lebih tepat digunakan untuk suatu pemeriksaan
daripada prosedur lainnya. Auditor dapat menentukan pengendalian akses
atas aktiva, dokumen, dan catatan akuntansi klien melalui pengajuan
pertanyaan pada karyawan klien.

6
2. Pengamatan atau Melakukan Observasi terhadap Karyawan Klien dalam
Melaksanakan Tugasnya
Auditor dapat melakukan observasi terutama terhadap pengendalian yang
tidak menghasilkan jejak bukti. Beberapa jenis kegiatan pengendaliantidak
meninggalkan jejak bukti. Prosedur selain observasi tidak akan efektif
digunakan untuk menilai kegiatan pengendalian tersebut. Contoh kegiatan
pengendalian yang tidak meninggalkan jejak bukti adalah pemisahan tugas
yang mengandalkan beberapa orang tertentu untuk melaksanakan tugas
khusus.

3. Melakukan inspeksi dokumen, catatan, dan laporan


Auditor dapat melakukan inspeksi terhadap dokumen , catatan , dan laporan
yang mengindikasikan kinerja pengendalian . Banyak kegiatan pengendalian
yang meninggalkan jejak bukti . Prosedur yang paling efektif untuk menilai
kegiatan pengendalian tersebut adalah inspeksi dokumen , catatan , dan
laporan . Auditor melakukan inspeksi terhadap dokumen , catatan , dan
laporan . Auditor melakukan inspeksi terhadap dokumen , catatan , dan
laporan , untuk memastikan bahwa dokumen , catatan dan laporan tersebut
telah :
a. Lengkap
b. Dibandingkan secara tepat dengan dokumen lain
c. Ditandatangani sebagaimana mestinya

4. Mengulang kembali pelaksanaan pengendalian oleh auditor.

Ada beberapa kegiatan pengendalian yang meninggalkan jejak bukti yang


berupa dokumen , catatan , dan laporan , tetapi isinya kurang mencukupi
untuk menilai efektivitas operasi pengendalian . Prosedur yang paling efektif
digunakan untuk menilai kegiatan pengendalian tersebut adalah
reporformance. Prosedur ini cenderung merupakan pengujian untuk menilai
akurasi mekanis kegiatan pengendalian . Sebagai contoh adalah penilaian
ketepatan pemakaian daftar harga standar dalam menentukan harga jual
barang dagangan .

c. Lingkup Pengujian Pengendalian


Luas pengujian pengendalian dipengaruhi langsung oleh tingkat risiko
pengendalian yang ditetapkan yang telah direncanakan oleh auditor. Semakin
rendah tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan, semakin banyak bukti yang
diperlukan yang harus dihimpun.

7
Untuk klien lama, luas atau lingkup pengujian pengendalian dipengaruhi juga oleh
penggunaan bukti yang diperoleh pada pelaksanaan audit tahun sebelumnya.
Sebelum menggunakan bukti yang diperoleh pada pelaksanaan audit tahun
sebelumnya, auditor harus memastikan bahwa tidak ada perubahan yang
signifikan atas rancangan dan operasi berbagai kebijakan dan prosedur
pengendalian sejak pengujian pada pelaksanaan audit tahun sebelumnya.

d. Penentuan Saat Pelaksanaan Pengujian Pengendalian


Pengujian pengendalian dapat dilaksanakan pada dua saat, yaitu:

1. Selama pekerjaan interim


2. Pada saat mendekati akhir tahun
Auditor semestinya lebih mengutamakan pengujian pengendalian mendekati
akhir tahun. Idealnya, pengujian pengendalian dilaksanakan pada keseluruhan
periode tahun pembukuan yang diaudit.

2.3 Penentuan dan Penaksiran Risiko Pengendalian

a. Penentuan risiko pengendalian, auditor perlu :

1. Mengidentifikasi salah saji potensial yang dapat terjadi untuk asersi


tersebut.
2. Menidentifikasi pengendalian yang dapat mencegah atau mendeteksi salah
saji.
3. Menghimpun bukti dari pengujian pengendalian apakah rancangan dan
operasi pengendalian relevan adalah efektif.
4. Mengevaluasi bukti yang diperoleh
5. Menentukan risiko pengendalian.

b. Penaksiran Risiko Pengendalian


Penaksiran risiko pengendalian adalah proses evaluasi efektivitas desain
dan operasi kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern entitas dalam
rangka pencegahan atau pendeteksian salah saji material di dalam laporan
keuangan.
Kegiatan ini dilakukan oleh auditor pada tahap pemahaman dan pengujian
atas struktur pengendalian intern klien. Adapun tahap-tahapnya sebagai
berikut:

1. Pertimbangkan pengetahuan yang diperoleh dari pemahaman atas


struktur pengendalian intern.

8
2. Lakukan identifikasi salah saji potensial yang dapat terjadi dalam
asersi entitas.
3. Lakukan identifikasi pengendalian yang diperlukan untuk
mencegah atau mendeteksi salah saji.
4. Lakukan pengujian pengendalian terhedap pengendalian yang
diperlukan untuk menentukan efektivitas desain dan operasi
struktur pengenalian intern.
5. Lakukan evaluasi terhadap bukti dan buat taksiran risiko
pengendalian.

2.4 Penentuan Risiko Deteksi


Dalam tahap-tahap audit atas laporan keuangan, penentuan risiko deteksi
terletak pada tahap auditor mendesain pengujian substantif. Gambar berikut
menggambarkan letak penentuan risiko deteksi dalam proses audit, sedangkan
pengertian dari risiko deteksi yaitu risiko auditor tidak akan mendeteksi salah
saji material yang ada dalam suatu asersi.

Pemahaman dan
Perencanaan Pengujian Struktur Pelaksanaan Penerbitan
Audit Pengendalian Pengujian Sustantif Laporan Audit
Intern

Penaksiran Risiko Penaksiran risiko Penetapan Risiko Penilaian risiko


Bawaan Pengendalian Deteksi Audit

Risiko deteksi dapat dihitung dengan rumus:


RD = risiko deteksi RP = Risiko Pengendalian
RA
RA = risiko audit
RD = RB = riko bawaan
RB x RP

Jika tingkat risiko pengendalian final sama dengan yang direncanakan.


Auditor dapat melanjutkan untuk mendesain pengujian substantif khusus
berdsarkan tingkat pengujian substantif yang telah direncanakan. Namun jika
tingkat risiko pengendalian final tidak sama dengan yang direncanakan,
auditor harus mengubahtingkat pengujian substantif sebelum auditor

9
mendesain pengujian substantif khusus untuk menampung tingkat risiko
deteksi yang dapat diterima.
Hubungan antara strategi audit awal, risiko deteksi yang direncanakan dan
tingakat pengujian substantif yang direncanakan secara ringkas digambarkan
sebagai berikut:

Tingkat Pengujian
Risiko Deteksi yang
Strategi Audit Awal Substantif yang
Direncanakan
direncanakan

Pendekatan Terutama
Rendah atau sangat rendah Tingkat tinggi
substantif

Pendekatan taksiran risiko


Moderat atau tinggi Tingkat rendah
Pengendalian rendah

2.5. Kerjasama dengan Auditor Intern dalam Pengujian


Pengendalian
Bilamana auditor independen melakukan audit atas laporan keuangan
entitas yang memiliki fungsi audit intern, auditor dapat melakukan:
1. Koordinasi Audit dengan Auditor Intern
Auditor dapat melakukan koordinasi pekerjaan dengan auditor
intern dan mngurangi jumlah lokasi atau divisi perusahaan yang
akan diterapi pengujian pengendalian. Auditor independen harus
menguji pekerjaan auditor intern dan menentukan apakah:
Lingkup pekerjaan auditor intern memadai untuk memenuhi
tujuan pekerjaannya.
Program audit memadai untuk mencapai tujuan auditnya.
Kertas kerja yang dibuat memadai untuk mendokumentasikan
pekerjaan yang telah dilaksanakan, termasuk mencerminkan
adanya supervisi dan review atas pekerjaan yang telah
dilaksanakan.
Kesimpulan dibuat memadai sesuai dengan keadaan.
Laporan sesuai dengan pekerjaan yang telah dilaksanakan.

2. Auditor Intern menyediakan bantuan langsung dalam audit

10
Auditor independen dapat meminta auditor intern untuk
memberikan bantuan langsung yang berkaitan dengan pekerjaan
yang secara spesifik diminta oleh auditor independen dari auditor
intern untuk menyelesaikan beberapa aspek pekerjaan auditor
independen. Dan apabila bentuan langsung disediakan maka
auditor harus:
Menentukan independensi dan objektivitas auditor intern.
Memberitahu auditor intern mengenai tanggung jawab
auditor intern tersebut tujuan prosedur yang dilaksanakan
oleh auditor intern.
Memberitahu auditor intern bahwa semua masalah akuntansi
dan auditing yang signifikan yang ditemukan selama audit
harus diberitahukan kepada auditor independen.

2.6 Desain Pengujian Substantif

Pengujian substantif menghasilkan bukti audit tentang kewajaran setiap


asersi laporan keuangan signifikan. Desain pengujian substantif mencakup:

Sifat Pengujian Substantif

Sifat pengujian substantif mencakup jenis dan efektivitas prosedur audit


yang dilakukan oleh auditor. Jika tingkat risiko deteksi yang dapat
diterima adalah rendah, auditor harus menggunakan prosedut audit yang
lebih efektif dan biasanya memerlukan biaya yang lebih tinggi.
Sebaliknya jika tingkat risiko deteksi yang dapat diterima adalah tinggi,
auditor dapat menggunakan prosedur audit yang kurang efektif yang
relatif murah.

Saat Pengujian

Tingkat risiko deteksi yang dapat diterima berdampak terhadap saat


pelaksanaan pengujian substantif. Jika risiko deteksi adalah tinggi,
pengujian substantif dapat dilaksanakan beberapa bulan sebelum akhir
tahun yang diaudit. Sebaliknya, jika risiko deteksi untuk asersi tertentu

11
adalah rendah, pengujian substantif biasanya dilaksanakan oleh auditor
pada atau mendekati tanggal neraca

Lingkup Pengujian

Bukti audit diperlukan lebih banyak untuk mencapai tingkat risiko deteksi
rendah bila dibandingkan dengan tingkat risiko deteksi tinggi. Auditor
dapat mengubah jumlah bukti audit yang dikumpulkan dengan
mangubah lingkup pengujian substantif yang dilaksanakan. Lingkup
pengujian substantif menunjukkan jumlah pos atau besarnya sampel
yang diuji. Auditor dapat menggunakan pendekatan statistik untuk
meng- kuantifikasikan pertimbangan profesionalnya dalam menentukan
besarnya sampel untk mencapai tingkat risiko deteksi tertentu.

2.7 Rerangka Umum Pengembangan Program Audit


Untuk Pengujian Substantif

Dalam pengembangan program audit untuk pengujian substantif,


rerangaka umum yang dapat dipakai sebagai acuan adalah sebagai berikut;

1. Tentukan Prosedur Audit Awal yang terdiri dari lima langkah berikut:

o Usut saldo pos yang tercantum di dalam neraca ke saldo akun yang
bersangkutan di dalam buku besar.

o Hitung kembali saldo akun yang bersangkutan di dalam buku


besar.

o Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan


sumber posting dalam akun yang bersangkutan.

o Usut saldo awal akun yang bersangkutan ke kertas kerja tahun


yang lalu.

o Usut posting pendebitan dan / atau pengkreditan akun tersebut ke


dalam jurnal yang bersangkutan.

o Lakukan rekonsiliasi akun kontrol tersebut dalam buku besar ke


buku pembantu yang bersangkutan.

12
2. Tentukan prosedur analitik yang perlu dilaksanakan. Dalam Prosedur
analitik, auditor menghitung berbagai ratio, yang untuk selanjutnya
dibandingkan dengan harapan auditor. Misalnya ratio tahun yang lalu,
rerata ratio industri, atau ratio yang dianggarkan.

3. Tentukan pengujian terhadap transaksi rinci. Terdiri dari prosedur


pengusutan (tracing) dan pemeriksaan bukti pendukung (vouching) untuk
membuktikan asersi keberadaan dan keterjadian.

4. Tentukan pengujian terhadap akun rinci. Auditor menentukan berbagai


prosedur audit untuk membuktikan asersi keberadaan dan keterjadian,
kelengkapan, hak dan kewajiban, penilaian atau alokasi, penyajian dan
pengungkapan akun tertinggi .

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

14
Penaksiran risiko pengendalian adalah proses evaluasi efektivitas desain dan
operasi kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern. Berbagai pengujian
pengendalian yang dapat dipilih oleh auditor dalam pelaksanaan auditnya antara
lain:

1. Pengujian Pengendalian Bersamaan (Current test of control) yang terdiri dari


prosedur pemerolehan pemahaman atas struktur pengendalian
intern
2. Pengujian Pengendalian yang Direncanakan. yang tujuannya yakni untuk
menentukan taksiran awal risiko pengendalian moderat atau rendah sesuai
dengan tingkat pengujian substantif yang direncanakan.

DAFTAR PUSTAKA

Halim, Prof.Dr. Abdul.2003.Auditing.Yogyakarta;Sekolah Tinggi Ilmu


Manajemen YKPN.

15
Sunarto, SE, MM.2003.Auditing.Yogyakarta;STIE YKPN.

Hartadi, Drs Bambang.1987.Auditing.Yogyakarta;BPFE Yogyakarta

16

Anda mungkin juga menyukai