Anda di halaman 1dari 9

Nama : Iman Nearallah Naufal

Nim : F0319060

Kelas : Pengauditan / C

PENGEMBANGAN AUDIT MENYELURUH DAN PROGRAM AUDIT

JENIS-JENIS PENGUJIAN
Auditor menggunakan prosedur penilaian risiko untuk menilai risiko salah saji material, yang digambarkan
oleh gabungan antara risiko bawaan dan risiko pengendalian. Empat jenis pengujian audit lainnya
menggambarkan prosedur audit lanjutan yang dilakukan untuk menghadapi risiko-risiko yang
teridentifikasi.
1. Prosedur Penilaian Risiko Prosedur penilaian risiko dilakukan untuk menilai risiko salah saji material
dalam laporan keuangan. Auditor melakukan pengujian pengendalian, pengujian substantif transaksi,
prosedur analitis, serta pengujian atas perincian saldo dalam melakukan penilaian terhadap salah saji
material sebagaimana diharuskan dalam PSA 26 (SA 350). Gabungan dari keempat jenis prosedur audit
lanjutan ini akan memberikan dasar bagi opini auditor.
2. Pengujian Pengendalian Ketika kebijakan-kebijakan pengendalian dan prosedur diyakini telah dirancang
dengan efektif, auditor mengukur risiko pengendalian pada suatu tingkat yang menggambarkan efektivitas
relatif terhadap pengendalian-pengendalian tersebut. Untuk mendapatkan bukti yang tepat dan mencukupi
untuk mendukung pengukuran tersebut, auditor melakukan pengujian pengendalian. Pengujian
pengendalian baik secara manual maupun otomatis, dapat mencakup jenis bukti berikut ini:
- Melakukan tanya jawab yang memadai dengan personel klien
- Memeriksa dokumen, catatan dan laporan
- Mengamati aktivitas terkait pengendalian
- Mengerjakan ulang prosedur-prosedur klien

3. Pengujian Substantif atas Transaksi


Pengujian substantif adalah prosedur yang dirancang untuk menguji salah saji rupiah (sering disebut salah
saji moneter) yang secara langsung mempengaruhi kebenaran saldo laporan keuangan. Auditor dapat
mengandalkan pada tiga jenis pengujian substantif: pengujian substantif atas transaksi, prosedur analitis
dan pengujian rincian saldo. Pengujian substantif atas transaksi digunakan untuk menentukan apakah
keenam tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi telah dipenuhi bagi setiap kelas transaksi. Dua dari
tujuan untuk transaksi penjualan itu adalah ada transaksi penjualan (tujuan keterjadian) dan transaksi
penjualan yang ada telah dicatat (tujuan kelengkapan).
4. Prosedur Analitis
Prosedur analitis melibatkan perbandingan jumlah yang tercatat dengan harapan yang dikembangkan oleh
auditor. Dua tujuan yang paling penting dari prosedur analitis dalam mengaudit saldo akun adalah: -
Menunjukkan salah saji yang mungkin dalam laporan keuangan - Memberikan bukti substanstif Seberapa
besar auditor mungkin bersedia mengandalkan prosedur analitis substanstif demi mendukung saldo akun
akan tergantung pada beberapa faktor, termasuk ketepatan ekspektasi yang dikembangkan oleh auditor,
materialitas dan risiko salah saji yang material.
5. Pengujian Rincian Saldo
Pengujian rincian saldo (tests of details of balances) berfokus pada saldo akhir buku besar baik untuk akun
neraca maupun laporan laba-rugi. Penekanan utamanya dalam sebagian besar pengujian rincian saldo
adalah pada neraca. Contohnya meliputi konfirmasi saldo pelanggan menyangkut piutang usaha,
pemeriksaan fisik persediaan, dan pemeriksaan laporan vendor tentang usaha. Pengujian rincian saldo
dapat membantu menetapkan kebenaran moneter akun- akun yang berhubungan sehingga dianggap sebagai
pengujian substantif. Sebagai contoh, konfirmasi menguji salah saji moneter piutang usaha dan karenanya
merupakan pengujian substantif. Demikian pula, perhitungan persediaan dan kas yang ada di tangan juga
merupakan pengujian substantif.
MEMILIH JENIS PENGUJIAN YANG AKAN DILAKSANAKAN
Beberapa faktor dapat mempengaruhi pilihan auditor atas jenis pengujian yang akan dipilih, termasuk
ketersediaan delapan jenis bukti, biaya relatif dari setiap jenis pengujian, efektivitas pengendalian internal
dan risiko inheren.
1. Ketersediaan Jenis Bukti untuk Prosedur Audit Selanjutnya
2. Biaya Relatif
3. Hubungan Antara Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif
4. Hubungan Antara Prosedur Analitis dan Pengujian Substantif
5. Trade-Off Antara Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif
DAMPAK TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP PENGUJIAN AUDIT
Standar auditing memberikan pedoman bagi auditor entitas yang mengirimkan, memroses, memelihara
atau mengakses informasi penting secara elektronis. Standar auditing mengakui bahwa jika ada sejumlah
besar bukti audit dalam format elektronik, mungkin tidak praktis atau tidak mungkin untuk mengurangi
risiko deteksi hingga tingkat yang dapat diterima dengan hanya melakukan pengujian substantif.
BAURAN BUKTI
Untuk mendapatkan bukti yang tepat dan mencukupi sebagai respons terhadap risiko yang diidentifikasi
melalui prosedur penilaian risiko, auditor menggunakan kombinasi dari empat jenis pengendalian yang
selanjutnya. Kombinasi ini sering kali disebut bauran bukti (evidence mix).
MERANCANG PROGRAM AUDIT
Setelah auditor menggunakan prosedur penilaian risiko untuk menentukan
penekanan yang tepat pada setiap empat jenis pengujian lainnya, prosedur audit spesifik
untuk setiap jenis pengujian harus dirancang. Prosedur audit ini kemudian digabungkan
untuk membentuk suatu program audit. Setelah bauran bukti disetujui, auditor yang
bertugas menyiapkan program audit atau memodifikasi program yang sudah ada untuk
memenuhi semua tujuan audit. Auditor tersebut harus mempertimbangkan hal-hal
seperti materialitas, bukti gabungan, risiko bawaab, risiko pengendalian, dan risiko-
risiko kecurangan lainnya, demikian pula dengan kebutuhan untuk suatu audit
terintegrasi bagi perusahaan publik.
Perlu diingat bahwa auditor juga merancang program audit untuk memenuhi
tujuan audit terkait penyajian dan pengungkapan. Sebagai tambahan di bagian program
audit yang berisi prosedur penilaian risiko yang dilakukan dalam tahap perencanaan,
program audit bagi sebagian besar pengauditan dirancang dalam tiga bagian utama.
Ketiga bagian itu adalah pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi,
prosedur analitis, dan pengujian perincian saldo. Masing-masing siklus transaksi akan
dievaluasi dengan menggunakan seperangkat subprogram audit yang terpisah.
1. Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif Transaksi
Program audit pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi
biasanya termasuk bagian deskripsi yang mendokumentasikan pemahaman
terhadap pengendalian internal yang didapatkan selama melakukan prosedur
penilaian risiko. Auditor menggunakan informasi ini untuk mengembangkan
program audit pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi.
Prosedur audit mencakup pengujian pengendalian dan pengujian substantif
transaksi yang berbeda, bergantung pada penilaian risiko pengendalian. Ketika
pengendaliannya efektif dan risiko pengendalian dinilai rendah, auditor
memberikan penekanan yang lebih besar pada pengujian pengendalian.
Beberapa pengujian substantif transaksi juga akan dimasukkan.
2. Prosedur Audit
Ketika merancang pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi,
auditor menekankan pada pemenuhan tujuan audit terkait transaksi. Auditor
mengikuti pendekatan empat langkah untuk mengurangi penilaian risiko
pengendalian.
- Menerapkan tujuan audit terkait transaksi untuk kelompok-kelompok
transaksi yang sedang diuji, seperti penjualan.
- Mengidentifikasi pengendalian kunci yang dapat mengurangi risiko
pengendalian untuk setiap tujuan audit terkait.
- Mengembangkan pengujian pengendalian yang tepat untuk semua
pengendalian internal yang digunakan untuk mengurangi penilaian awal
risiko pengendalian dibawah tingkat maksimum (pengendalian-
pengendalian kunci).
- Untuk kemungkinan jenis-jenis salah saji yang terkait dengan masing-
masing tujuan audit terkait transaksi, merancang pengujian substantif
transaksi yang tepat, dengan mempertimbangkan kekurangan-kekurangan
dalam pengendalian internal dan ekspektasi hasil pengujian pengendalian.
3. Prosedur Analitis
Dikarenakan prosedur analitis relatif tidak mahal, banyak auditor yang
melakukannya pada semua penugasan audit. Prosedur analitis yang dilakukan
selama pengujian substansi, seperti audit akun piutang dagang, biasanya lebih
fokus dan menyeluruh dari yang direncanakan.
Selama perencanaan, auditor dapat menghitung persentase margin kotor untuk
penjualan total, sementara selama pengujian substantif akun piutang dagang,
auditor dapat menghitung persentase margin kotor berdasarkan bulan atau
berdasarkan lini usaha, atau mungkin keduanya. Penghitungan prosedur analitis
berdasarkan jumlah bulanan biasanya lebih efektif dalam mendeteksi salah saji
dibandingkan dengan perhitungan berdasarkan jumlah tahunan, dan
perbandingan berdasarkan lini usaha biasanya lebih efektif daripada
perbandingan seluruh perusahaan.
4. Pengujian Rincian Saldo
Untuk merancang prosedur audit pengujian rincian saldo, auditor menggunakan
metodologi yang berorientasi pada tujuan audit terkait saldo. Jika auditor
memverifikasi akun piutang dagang, misalnya, prosedur audit yang
direncanakan harus memadai untuk memenuhi setiap tujuan audit terkait saldo.
Dalam merencanakan program audit Pengujian rincian saldo untuk memenuhi
tujuan tersebut, banyak auditor yang mengikuti sebuah metodologi seperti yang
ditunjukkan di bagan berikut untuk akun piutang dagang. Rancangan prosedur
ini biasanya merupakan bagian yang paling sulit dari keseluruhan proses
perencanaan karena sifatnya yang sangat subjektif dan memerlukan
pertimbangan profesional yang besar.
- Mengidentifikasi risiko bisnis klien yang berpengaruh pada akun piutang
dagang
- Menetapkan salah saji yang dapat diterima dan mengukur risiko
bawaan piutang dagang
- Menilai risiko pengendalian siklus penjualan dan penagihan
- Merancang dan melakukan pengujian pengendalian dan
pengujian substantif transaksi siklus penjualan dan penagihan
- Merancang dan melakukan prosedur analitis saldo akun piutang dagang
- Merancang pengujian terperinci akun piutang dagang unruk
memenuhi tujuan audit terkait saldo
5. Tingkat Disagregasi Kegiatan Perencanaan
Tingkat disagregasi ini terbentang mulai dari keseluruhan audit
hingga ke tujuan audit terkait saldo untuk setiap akun. Sebagai
contoh, prosedur peniliaian risiko yang terkait untuk mendapatkan
informasi latar belakang mengenai bisnis dan industri klien yang
relevan dengan pengauditan. Auditor pertama kali akan
menggunakan informasi tersebut dalam mengukur risiko audit yang
dapat diterima untuk kontrak kerja secara keseluruhan. Auditor
kemudian akan menggunakan informasi mengenai bisnis dan
industri klien yang ia dapatkan melalui prosedur peniliaian risiko
untuk menilai risiko bawaan untuk tujuan audit tertentu.

6. Ilustrasi Program Audit


Program audit sering kali terkomputerisasi. Pendekatan yang lebih
canggih adalah dengan menggunakan perangkat lunak audit yang
membantu auditor berpikir melalui pertimbangan rencana dan
rnemilih prosedur yang tepat dari suatu basis data prosedur audit.
Prosedur-prosedur tersebut kernudian diorganisasikan ke dalarn
suatu program audit.

HUBUNGAN ANTARA TUJUAN AUDIT TERKAIT TRANSAKSI


DENGAN TUJUAN AUDIT TERKAIT SALDO SERTA TUJUAN
AUDIT TERKAIT PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN
Pengujian rincian saldo harus dirancang untuk memenuhi tujuan
audit terkait saldo untuk setiap akun dan keluasan pengujian tersebut dapat
dikurangi ketika tujuan audit terkait transaksi telah terpenuhi dengan
melalui pengujian pengendalian atau pengujian substantif transaksi. Berikut
adalah beberapa hal yang diandalkan auditor untuk memenuhi tujuan audit
terkait saldo:
- Nilai realisasi
- Hak dan kewajiban
Pengujian substantif saldo tambahan juga hampir sama untuk tujuan audit
terkait saldo lainnya bergantung pada hasil-hasil pengujian pengendalian
dan pengujian substantif transaksi. Auditor juga melakukan prosedur audit
untuk mendapatkan keyakinan mengenai empat tujuan audit terkait
penyajian dan pengungkapan. Pendekatan auditor untuk mendapatkan bukti
terkait dengan tujuan audit terkait penyajian dan pengungkapan juga
konsisten dengan pendekatan yang telah dibahas.
Auditor melakukan pengujian pengendalian untuk mendukung
pengurangan penilaian risiko pengendalian untuk keempat tujuan audit
terkait penyajian dan pengungkapan. Auditor juga melakukan prosedur
substantif untuk mendapatkan keyakinan bahwa sernua tujuan audit telah
tercapai untuk informasi dan jumlah yang dimasukkan dalam
pengungkapan tersebut.
IKHTISAR ISTILAH-ISTILAH PENTING TERKAIT BUKTI

Fase dalam Tujuan Audit Jenis pengujian Keputusan bukti Jenis bukti
proses
audit
Merencana Prosedur penilaian - Prosedur audit Dokumentasi
kan dan risiko: - Waktu tanya jawab
merancang - Prosedur untuk klien prosedur
suatu memahami bisnis analitis
pendekatan dan industri klien
audit (fase - Prosedur untuk
I) memahami
pengendalian
internal
- Prosedur analitis
perencanaan
Melakuka Tujuan audit terkait Prosedur untuk - Prosedur audit Dokumentasi
n transaksi: mendapatkan suatu - Ukuran sampel pengamatan
pengujian - Keterjadian pemahaman dan - Unsur yang tanya jawab
atas - Kelengkapan pengujian atas dipilih klien
pengendal - Akurasi pengendalian - Waktu pengerjaan
ian dan - Pemindah bukuan dan - Prosedur audit ulang
pengujian pengiktisaran - Ukuran sampel penghitungan
substantif - Klasifikasi Pengujian substantif - Unsur yang ulang
atas - Waktu transaksi dipilih
transaksi - Waktu
(fase II)
Melakukan Tujuan audit terkait saldo: Prosedur analitis - Prosedur audit Pemeriksaan
prosedur - Keberadaan - Waktu fisik
analitis dan - Kelengkapan Pengujian terperinci - Prosedur audit konfirmasi
pengujian - Akurasi saldo - Ukuran sampel dokumentasi
rinci saldo - Klasifikasi - Unsur yang tanya jawab
(fase III) - Pisah batas dipilih pengerjaan
- Keterkaitan - Waktu ulang prosedur
perincian analitis

- Nilai realisasi penghitungan


- Hak dan Kewajiban ulang

Menyelesai Tujuan audit terkait Prosedr analitis - Prosedur audit Prosedur


k an audit penyajian dan Waktu analitis
dan pengungkapan: - Prosedur audit dokumentasi
Pengujian terperinci
menerbitka - Keterjadian serta hak dan - Ukuran sampel taya jawab
saldo
n suatu kewajiban - Unsur klien
laporan - Kelengkapan
audit (IV) Akurasi dan
penilaian
- Klasifikasi dan
kemampuan untuk dapat
- Dipahami
IKHTISAR PROSES AUDIT
FASE I: merencanakan dan merancang sebuah pendekatan audit
Auditor menggunakan informasi yang didapatkan dari prosedur penilaian
risiko terkait dengan penerimaan klien dan perencanaan awal, memahami
bisnis dan industri klien, menilai risiko bisnis, dan melakukan prosedur
analitis pendahuluan yang bertujuan untuk menilai risiko bawaan dan
risiko audit yang dapat di terima.
FASE II: melakukan pengujian pengendalian dan pengujian substantif
transaksi, tujuan dari fase II ini adalah untuk:
1) Mendapatkan bukti yang mendukung pengendalian tertentu yang
berkontribusi terhadap penilaian resiko pengendalian yang
dilakukan oleh auditor (yaitu, ketika resiko pengendalian ini
dikurangi dibawah maksimum) untuk audit atas laporan keuangan
dan untuk audit pengendalian internal atas laporan keuangan dalam
suatu perusahaan publik.
2) Mendapatkan bukti yang mendukung ketepatan moneter dalam
transaksi – transaksi.
FASE III: melakukan prosedur analitis dan pengujian terperinci saldo
Tujuan dari fase III adalah untuk mendapatkan bukti tambahan yang
memadai untuk menetukan apakah saldo akhir dan catatan – catatan kaki
dalam laporan keuangan telahdisajikan dengan wajar. Sifat dan keluasan
pekerjaan akan sangat bergantung pada temuan – temuan dari dua fase
sebelumnya. Dua kategori umum dalam prosedur fase III adalah:
1. Prosedur analisis substantif yang menilai keseluruhan kewajaran
transaksi– transaksi dan saldo–saldo akun
2. Pengujian rinci saldo, yang mana prosedur audit digunakan untuk
menguji salah saji moneter dalam saldo– aldo akun di laporan
keuangan.
FASE IV: menyelesaikan audit dan menerbitkan suatu laporan audit
1. Melakukan pengujian tambahan untuk tujuan penyajian dan
pengungkapan. Prosedur audit yang dilakukan untuk mendukung
tujuan audit terkait penyajian dan pengungkapan sama dengan
prosedur audit yang dilakukan untuk mendukung tujuan audit terkait
transaksi dan saldo.
2. Pengumpulan bukti akhir.
Selain bukti yang didapatkan dari setiap siklus selama fase I dan II,
dan untuk setiap akun selama fase III, auditor harus mendapatkan
bukti berikut untuk laporan keuangan secara keseluruhan selama
fase penyelesaian.
- Melakukan prosedur analitis akhir
- Mengevaluasi asumsi keberlangsungan usaha (going concern)
- Mendapatkan surat representasi kilen.
- Membaca informasi dalam laporan tahuanan untuk menyajikan
bahwa informasi yang disajiakan konsisten dengan laporan
keuangan
3. Menerbitkan Laporan Audit
Jenis Laporan audit yang akan diterbitkan bergantung pada bukti
yang dikumpulkan dan temuan temuan auditnya.
4. Komunikasi dengan Komite Audit dan Manajemen
Auditor diharuskan untuk mengkomunikasikan setiap kekurangan
dalam pengendalian internal yang signifikan pada komite audit atau
manajemen senior. Standar audit juga mengharuskan auditor untuk
mengkomunikasikan beberapa hal pada mereka yang bertanggung
jawab dalam pelaksanaan tata kelola perusahaan, seperti pada
komite audit atau badan yang sejenis menjelang penyelesaian audit,
atau sesegera mungkin. Meskipun tidak diharuskan, auditor sering
kali memberikan saran pada manajemen untuk meningkatkan
kinerja bisnis mereka.

Anda mungkin juga menyukai