Anda di halaman 1dari 38

RANGKUMAN

BAB 10-11

Disusun Oleh:
Iman Nearallah Naufal (F0319060)

PRODI S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2021
BAB 10 LABA (INCOME)

Makna income dalam konteks perpajakan dapat berbeda atau bahkan berbeda dengan makna
income dalam akuntansi atau pelaporan keuangan. Dalam perpajakan, income dimaknai
sebagai jumlah kotor sehingga diterjemahkan sebagai penghasilan sebagaimana digunakan
dalam Standar Akuntansi Keuangan.
Dalam buku-buku teks akuntansi (khususnya teori akuntansi, istilah income pada umumnya
dimaknai sebagai jumlah bersih sehingga istilah laba lebih menggambarkan apa yang
dimaksud income dalam buku-buku tersebut. Laba komprehensif dimaknai sebagai kenaikan
aset bersih selain yang berasal dari transaksi pemilik.

Tujuan Pelaporan Laba


Laba akuntansi dengan berbagai interpretasinya diharapkan dapat digunakan antara lain
sebagai:

1. Indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang


diwujudkan dalam tingkat kembalian atas investasi.
2. Pengukur prestasi atau kinerja badan usaha dan manajemen.
3. Dasar penentuan besarnya penggunaan pajak.
4. Alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomik suatu negara.
5. Dasar penentuan dan penilaian kelayakan tarif dalam perusahaan publik.
6. Alat pengendalian terhadap debitor dalam kontrak utang.
7. Dasar kompensasi dan pembagian bonus.
8. Alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan.
9. Dasar pembagian dividen.
Dengan berbagai kebutuhan di atas, digunakan dua pendekatan dalam akuntansi laba yaitu:

1. Satu laba untuk berbagai tujuan.


Pendekatan ini berusaha untuk memformulasi konsep laba tunggal dan
menyajikannya untuk memenuhi berbagai tujuan secara umum, maka hal ini yang
ingin dicapai melalui perekayasaan pelaporan keuangan umum.
2. Beda tujuan beda laba.
Pendekatan ini menggunakan berbagai konsep laba dan menyajikannya secara jelas
berbagai konsep laba tersebut secara khusus yang dapat dilayani dengan menyertai
statemen keuangan umum dengan berbagai laporan pelengkap.
Konsep Laba Konvensional
Hendriksen dan Van Breda ( 1992 ) mengemukakan bahwa laba akuntansi yang sekarang
berjalan ( konvensional ) masih problematik secara teoritis. Laba akuntansi mempunyai
beberapa kelemahan berikut ( hlm. 309 ) :

a. Laba akuntansi belum didefinisi secara semantik dan jelas sehingga laba tersebut
secara intutif dan ekonomik bermakna.
b. Penyajian dan pengukuran laba masih difokuskan pada pemegang saham biasa atau
residual.
c. Prinsip akuntansi berterima umum ( PABU ) sebagai pedoman pengukuran laba masih
memberi peluang untuk terjadinya ketaktaatsasan ( inkonsistensi ) antarperusahaan.
d. Karena didasarkan pada konsep kos historis, laba akuntansi secara umum belum
memperhitungkan pengaruh perubahan daya beli dan harga.
e. Dalam menilai kinerja perusahaan secara keseluruhan, investor dan kreditor
memandang informasi selain laba akuntansi juga bermanfaat atau bahkan lebih
bermanfaat sehingga ketepatan laba akuntansi belum menjadi tuntutan yang
mendesak.

Konsep Laba Dalam Tataran Semantik


Konsep laba dalam tataran semantik berkaitan dengan masalah makna apa yang harus
dilekatkan oleh perekayasaan pelaporan pada simbol atau elemen laba sehingga laba
bermanfaat dan bermakna sebagai informasi.

Pengukur Kinerja
Daya melaba merupakan informasi semantik yang diharpkan dibawa oleh informasi akuntansi
melalui statemen keuangan yaitu objek, ukuran, dan hubungan. Jadi untuk menentukan daya
melaba, tiga komponen harus diketahui yaitu laba, perioda, dan tingkat sumber daya
( investasi ). Jadi, laba dapat merepresentasi kinerja efisiensi karena laba menentukan ROI,
ROA, dan ROL sebagai pengukur efisiensi.

Konfirmasi Harapan Investor


Perekayasa pelaporan juga berusaha menyediakan informasi untuk meyakinkan bahwa
harapan-harapan investor atau pemakai lainnya di masa lalu tentang kinerja perusahaan
memang terrealisasi. Dengan demikian, laba dapat diinterpretasi sebagai sarana untuk
mengkonfirmasi harapan-harapan tersebut. Asumsinya adalah para investor telah
menggunakan segala informasi yang tersedia secara publik sebagai basis keputusan
investasinya melalui prediksi laba.

Estimator Laba Ekonomik


Laba akuntansi adalah laba dari kaca mata perekayasa akuntansi atau kesatuan usaha karena
keperluan untuk menyajikan informasi secara objektif dan terandalkan. Oleh karena itu, laba
akuntansi didasarkan pada data yang telah terjadi bukannya data hipotesis yang dapat berupa
kos kesempatan.
Pengertian ekonomik dari segi akuntansi adalah kelayakan ekonomik jangka panjang dan
bukan penilaian ekonomik jangka pendek. Oleh karena itu, depresiasi dalam akuntansi
merupakan proses alokasi dan bukan proses penilaian.

Makna Laba
Pemaknaan laba sebagai pengukur efisiensi, konfirmasi harapan investor, dan estimator laba
ekonomik merupakan gagasan-gagasan untuk menemukan definisi ( konsep atau makna )
laba yang tepat untuk tujuan akuntansi. Dari pengertian laba tersebut, dapat disimpulkan
bahwa laba secara konseptual mempunyai karakteristik umum sebagai berikut :

a. Kenaikan kemakmuran yang dimiliki atau dikuasai suatu entitas.


b. Perubahan terjadi dalam suatu kurun waktu ( perioda ) sehingga harus diidentifikasi
kemakmuran awal dan kemakmuran akhir.
c. Perubahan dapat dinikmati, didistribusi, atau ditarik oleh entitas yang menguasai
kemakmuran asalkan kemakmuran awal dipertahankan.

Laba dan Kapital


Kapital dapat diasosiasi dengan sediaan atau potensi jasa. Jadi kapital dapat dipandang
sebagai sediaan kemakmuran pada saat tertentu. Sementara itu, laba dapat diasosiasi dengan
aliran kemakmuran. Jadi, laba adalah aliran potensial jasa yang dapat dinimati dalam kurun
waktu tertentu dengan tetap mempertahankan tingkat potensi jasa mula-mula.

Konsep Pemertahanan Kapital


Konsep ini dilanadasi oleh gagasan bahwa entitas ( perusahaan atau investor ) berhak
mendapatkan kembalian/imbalan atau return dan menikmatinya setelah kapital ( investasi )
dipertahankan keutuhannya atau pulih seperti sedia kala. Konsep ini mempunyai arti penting
atau konsekuensi dalam beberapa hal yang saling berkaitan sebagao berikut :

a. Membedakan antara kembalian atas investasi dan pengembalian investasi.


b. Memisahkan dan membedakan transaksi operasi dalam arti luas dengan transaksi
pendanaan dari pemilik.
c. Menjamin agar laba yang dapat didistribusikan tidak mengandung pengembalian
investasi.
d. Memungkinkan penentuan jumlah penyesuaian kapital untuk mempertahankan
kemampuan ekonomik awal perioda akibat perubahan harga dan daya beli sehingga
laba ekonomik akat terukur pula.
e. Memungkinkan penggunaan berbagai dasar penilaian untuk menentukan tingkat
kapital pada saat tertentu ( awal dan akhir ).
f. Memungkinkan penerapan pendekatan aset-kewajiban secara penuh dalam
pemaknaan laba sehingga angka laba akuntansi akan mendekati angka laba ekonomik.

Konsep Laba Dalam Tataran Sintaktik


Salah satu bentuk penjabaran makna laba secara sintaktik adalah mendefinisi laba
sebagai selisih pengukuran dan penandingan antara pendapatan dan biaya. Pengukuran dalam
arti luas yang meliputi pengakuan, saat pengakuan, dan prosedur pengakuan ditambah cara
mengungkapkan merupakan masalah pada tataran sintaktik. Bila laba didefinisi sebagai
pendapatan dikurangi biaya, masalahnya adalah kapan laba timbul sehingga harus diukur dan
diakui ?

Pendekatan Transaksi
Dengan pendekatan ini, laba diukur dan diakui pada saat terjadinya transaksi yang
kemudian terakumulasi sampai sakhir periode. Oleh karena itu, pengukuran dan pengakuan
laba juga akan parallel dengan kriteria pengakuan pendapatan dan biaya. Dengan demikian,
pengakuan laba atas dasar pendekatan ini sama dengan pengakuan pendapatan atas dasar
kriteria terealisasi dan sama dengan pengakuan biaya atas dasar kriteria konsumsi manfaat.
Karena laba melekat pada pendapatan, dengan pendekatan transaksi dapat dikatakan
bahwa laba timbul dan diakui pada saat penjualan atau pertukaran terjadi. Laba akan
terhitung setelah biaya yang diperkirakan mendatangkan pendapatan juga diakui. Beberapa
keuntungan pendekatan transaksi bagi akuntansi :

 Komponen pembentuk laba bersih dapat dirinci dengan berbagai basis


 Laba yang berasal dari berbagai sumber/jenis transaksi dapat dipisahkan dan
dilaporkan untuk kepentingan eksternal
 Perubahan asset dan kewajiban merupakan perubahan nilai yang diakui secara
objektif pada saat perubahan terjadi akibat transaksi penualan dan biaya dengan pihak
eksternal
 Jumah rupiah serta jenis asset dan kewajiban secara otomatis tersedia pada akhir
periode.
 Karena perubahan nilai asset pasar tidak diakui, artikulasi antarstatemen keuangan
dapat dipertahankan. Ini berarti, pendapatan dikurangi biaya akan sama denga
perubahan ekuitas pemegang saham

Pendekatan Kegiatan
Dengan pendekatan ini, laba dianggap timbul bersamaan dengan berlangsungnya
kegiatan atau kejadian bukan sebagai hasil suatu transaksi pada saat tertentu. Pendekatan ini
parallel dengan konsep penghimpunan atau pembentukan pendapatan sebagai basis
pengakuan pendapatan. Dengan konsep ini, pendaapatan dapat dinyatakan telah terbentuk
bersamaan dengan telah dilakukannya kegiatan operasi perusahaan dalam arti luas.
Pendekatan ini mempunyai keunggulan dalam membantu manajemen melakukan
analisis internal. Berbagai konsep laba dapat diciptakan untuk mengukur efisiensi dan
profitabilitas tiap kegiatan/bagian operasi, mengendalikan perilaku manajer divisi dengan
system pengendalian manajemen, dan menentukan kompensasi. Dalam penerapannya, kedua
pendekatan diatas tidak berdiri sendiri melainkan saling melengkapi.

Pendekatan Pemertahanan Kapital


Dengan konsep pemertahanan kapital, laba merupakan konsekuensi dari pengukuran
kapital pada dua titik waktu yang berbeda. Dengan konsep ini, elemen statemen keuangan
diukur atas dasar pendekatan asset-kewajiban. Jadi dapat dikatakan bahwa laba adalah
perbedaan nilai kapital pada dua saat yang berbeda.

Pengukuran dan Penilaian Kapital


Pengukuran kapital pada dua titik waktu menimbulkan masalah konseptual karena
dengan berjalannya waktu beberapa hal yang bersifat ekonomik berubah dan harus
dipertimbangkan yaitu unit atau skala penguku dan dasar pengukuran. Hal lain yang
menentukan cara menilai kapital adalah jenis kapital

Jenis Kapital

1. Kapital Finansial
Kapital Finansial adalah klaim dipandang dari jumlah rupiah atau nilai yang melekat
padanya tanpa memperthatikan wujud fisis klaim tersebut. Dalam anilisis statemen
keuangan tradisional, tingkat kembalian atas kapital finansial ini dinyatakan sebagai
tingkat kembalian atau asset total (ROA) yang dirumuskan :
Laba Bersih+Biaya Bunga
ROA=
Aset total Rata−rata
Dari sudut pandang kreditor, kapital finansial adalah jumah pinjaman yang tertanam
diperusahaan. Jumlah rupiah pinjaman ditambah bunga yang menjadi hak kreditor
selama periode merupakan laba kreditor.
2. Kapital Fisis
Adalah sumber ekonomik yang dikuasai oleh entitas yang dipandang atau dimaknai
sebagai kapasitas produksi fisis yaitu kemampuan menghasilkan barang dan jasa.
Kapital fisis secara umum tidak relevan dari sudut pandang investor dan kreditor.
Dengan konsep ini, laba atau kembalian atas kapital fisis akan timbul bila kapasitas
produksi fisis pada akhir suatu peride melebihi kapasitas produksi fisis pada awal
periode. Yang harus diperhatikan dalam menetukan laba adalah kapasitas produksi
fisis. Laba akhirnya harus dinyatakan dalam jumlah rupiah. Oleh karena itu, kapasitas
produksi fisis akhirnya harus dinyatakan dalam jumah rupiah.

Skala Pengukuran

1. Skala Nominal
Skala rupiah nominal adalah satuan rupiah sebagaimana telah terjadi tanpa
memperthatikan perubahan daya beli dengan berjalannya waktu akibat perubahan
kondisi ekonomik. Dengan kata lain, jumlah rupiah untuk waktu yang berbeda
dianggap homogenus atau berdaya beli sama sehingga dapat saling dijumlahkan atau
dikurangkan. Pengukuran dengan skala nominal lebih menitiberatkan pada jumlah
unit rupiah daripada jumlah unit daya beli.
2. Skala Daya Beli
Skala daya beli merupakanskala untuk mengatasi kelemahan skala nominal rupiah.
Dengan skala ini skala nominal rupiahdinyatakan kembali atau dihomogenuskan
dalam bentuk rupiah daya beli atas dasar indeks harga tertentu. Perubahan skala
pengukuran dari nominal rupiah ke daya beli secara substantive tidak berpengaruh
terhadap laba sebagai perubahan nilai ekonomik kapital, yang berubah adalah skala
pengukurnya sebagaimana tambahan berat seseorang dalam suatu periode tidak akan
berubah karena pengukurnya di ubah dari kilogram menjadi pon.

Dasar atau Atribut Pengukuran

1. Kos Historis
Kos historis merupakan jumlah rupiah sepakatan atau harga pertukarann yang telah
tercatat dalam system pembukuan. Masalah kos historis hendaknya dibedakan dengan
skala rupiah nominal. Kos historis berkaitan dengan masalah pilihan jumlah rupiah
mana yang akan dilekatkan pada elemen statemen keuangan sedangkan skala nominal
berkaitan dengan pilihan unit pengukur yang akan digunakan.
2. Kos Sekarang
Kos sekarang menunjukkan jumlah rupiah harga pertukaran atau kesepakatan yang
diperlukan sekarang oleh unit usaha untuk memperoleh asset yang sama jenis dan
kondisinya atau penggantinya yang setara. Harga pertukaran harus ditentukan dari
pasar barang yang sekarang digunakan kesatuan usaha.
Selisih anatara kos historis dengan kos sekarang harus dibedakan dengan selisisih
akibat dijabarkannya rupiah nominal menjadi rupiah daya beli. Kos sekarang berbeda
dengan kos historis bukan karena perubahan harga umum tetapi karena perubahan
selera, tekhnologi, dan fungsi.

Pengukuran Laba dengan Mempertahankan Kapital


Berbagai pendekatan penilaian kapital dibahas dan disarankan oleh banyak penulis. Oleh
karena itu terdapat juga berbagai pengukuran laba sebagai hasil penilaian kapital pada dua
waktu yang berbeda. Berbagai pendekatan itu antara lain :

1. Kapitalisasi Aliran Kas dan Harapan


Konsep laba ini mendekati konsep laba ekonomik. Dengan konsep ini akan ditentukan
nilai kapitalisasian investasi pemegang saham pada awal dan akhir periode. Nilai
kapitalisasian adalah nilai diskonan atau nilai sekarang seua aliran kas ke masa dating
dari investasi selama periode yang diharapkan investor. Bila tidak ada pembagian
dividen, aliran kas adalah kas yang akan diterima seandainya sebagia investasi dijual
secara periodic sebanyak kenaikan nilai investasi.
Walaupun konsep kapitalisasi mempunya keunggulan dalam pengukuran laba yang
mendekati laba ekonomik, system pembukuan perusahaan mungkin tidak mendukung
pengoprasian kosnep ini. Dengan kata lain konsep ini tidak praktis dan operasional.
Beberapa keberatan yang diajukan terhadap konsep ini antara lain :
 Tarif kapitalisasi yang digunakan dimata perusahaan tidak selalu sama dengan
tariff menurut persepsi investor
 Angka laba yang dihasilkan tidak intuitif karena komponen-komponen
pembentuknya tidak tampak
 Konsep ini terlalu menekankan pada nilai waktu uang dan aliran kas dan
mengabaikan factor-faktor ekonomik yang lain.
 Informasi tentang operasi dan efisiensi manajemen perusahaan tidak dapat
terungkap melalui laporan laba rugi.
 Informasi yang disajikan kurang mempunyai daya konfirmasi terhadap
harapan-harapan masa yang lalu.
 Karena semua informasi yang digunakan dalam menghitung laba didasarkan
pada prediksi yang sering tidak konsisten dari periode ke periode, informasi
laba tidak dapat diverivikasi sehingga kurang dapat diandalkan.
2. Penilaian Pasar atau Perusahaan
Penilaian ini memandang kapital sebagai kapital finansial. Penilaian ini merupakan
alternative kapitalisasi aliran kas. Kapital diukur atas dasar berapa jumlah rupiah yang
investor bersedia membayar untuk seleuruh kekayaan perusahaan dikurangi
kewajiban. Walaupun demikian, subjektivitas investor tetap berperan sehingga hasil
penilaian dapat berbias.
3. Setara Kas Sekarang
Dasar pengukurannya adalah gunggungan semua jumlah rupiah setara tunai pos asset
dikurangi jumlah rupiah secara tunai semua utang. Jumlah rupiah setara tunai ini
didadasarkan atas harga pasar penjualan pos asset secara individual yang
dimiliki/dikuasai perusahaan. Walupun penilaian ini objektif, pasar bebas untuk tiap
jenis asset tidak selalu ada sehingga harga pasar akhirnya juga tidak lebih dari sekedar
taksiran karena tidak ada barang yang setara dipasar sebagai pembanding.
4. Harga Masukan Historis
Penilaian ini merupakan salah satu pendekatan penilaian dengan nilai masukan.
Penilaian atas dasar harga masukan dilandasi gagasan bahwa kapital dapat dikatakan
telah dipertahankan apabila asset pada akhir periode sama dengan aaset pada awal
periode. Walaupun berbasis harga masukan, beberapa komponen asset pada akhir
periode mungkin merefleksi harga keluaran.
5. Harga Masukan Sekarang
Penilaian ini pada dasarnya sama dengan harga masukan historis kecuali bahwa dalam
pendekatan ini menilai kompone-komponen kapital awal dan akhir dengan kos
masukan sekarang atau kos pengganti pada saat itu. Kos pengganti suatu asset adalah
jumlah rupiah yang harus dikorbankan seandainya suatu entitas tidak menguasai asset
bersangkutan. Dengan cara ini, untung atau rugi penahanan asset akan teridentifikasi
dan masuk dalam perhitungan laba.
6. Pemertahanan Daya Beli Konstan
Secara umum dapat dikatakan bahwa penentuan laba atas dasar konsep pemertahanan
kapita memerlukan penilaian atas kapital baik fisis maupun finansial pada awal dan
akhir suatu periode.

Prediktor Aliran Kas ke Investor


Dalam FASB, telah dinyatakan tujuan pelaporan keuangan sebagai berikut:
“Pelaporan keuangan harus menyediakan informasi untuk membantu para investor dan
kreditor dan pemakai lain, baik berjalan maupun potensial, dalam menilai jumlah, saat terjadi,
dan ketakpastian penerimaan kas mendatang dari dividen atau bunga dan pemerolehan kas
mendatang dari penjualan, penebusan, atau jatuh temponya sekuritas atau pinjaman.”
Penjelasan tersebut memberi isyarat bahwa harus ada hubungan logis antara laba dan aliran
kas ke investor dan kreditor yang akan membantu dalam mengembangkan model untuk
memprediksi aliran kas ke mereka guna menilai investasi atau kapitalnya.
Aliran kas yang diterima investor akan memengaruhi kemampuan perusahaan untuk
membayar semua kewajiban pada saatnya, mendanai keperluan operasi, reinvestasi,
membayar bunga, dan membayar dividen.
Perkontrakan Efisien
Teori perkontrakan efisien merupakan bagian atau turunan dari teori keagenan. Hubungan
keagenan adalah hubungan antara prinsipal dan agen yang di dalamnya agen bertindak atas
nama dan untuk kepentingan prinsipal dan atas tindakannya tersebut agen mendapatkan
imbalan tertentu. Kontrak efisien adalah kontrak yang tidak banyak menimbulkan
persengketaan dan yang mendorong pihak yang berkontrak melaksanakan apa yang
diperjanjikan.

Pengendalian Manajemen
Laba mempunyai peran penting dalam suatu sistem pengendalian manajemen. Sistem ini
dirancang untuk mengarahkan perilaku para manajer agar mereka memaksimumkan
kepentingan dirinya atau divisinya tetapi pada saat yang sama kepentingan perusahaan secara
keseluruhan juga tercapai. Bila hal ini tercapai, terjadilah apa yang disebut keselarasan
tujuan.

Teori Pasar Efisien


Efisiensi pasar harus dikaitkan dengan sistem informasi yaitu mekanisma penyediaan
informasi dengan segala regulasi yang berlaku dalam lingkup beroperasinya pasar modal.
Sistem informasi menghasilkan sehimpunan informasi bagi pelaku pasar untuk menentukan
harga saham. Pasar dikatakan efisien dalam kaitan dengan informasi atau signal tertentu
hanya jika harga saham berperilaku seakan-akan semua pelaku pasar menangkap signal
tersebut dan segera merevisi harga saham harapannya kemudian mengambil strategi investasi
sehingga terjadi ekuilibrium baru.

Bentuk Efisiensi Pasar


Karena efisiensi pasar hanya dapat dikaitkan dengan informasi atau signal tertentu dalam
suatu kemanisma penyediaan informasi, terdapat tiga bentuk efisiensi:
Bentuk Lemah. Pasar adalah efisien bentuk lemah jika harga sekuritas merefleksi secara
penuh informasi harga dan volume sekuritas masa lalu.
Bentuk Semi-kuat. Pasar adalah efisien dalam bentuk semi-kuat jika harga sekuritas
merefleksi secara penuh semua informasi yang tersedia secara publik termasuk data statemen
keuangan.
Bentuk Kuat. Pasar adalah efisien dalam bentuk kuat jika harga sekuritas merefleksi secara
penuh semua informasi termasuk informasi privat atau dalam yang tidak dipublikasi.
Laba Sebagai Signal
Laba akuntansi yang diumumkan via statemen keuangan merupakan salah satu signal dari
himpunan informasi yang tersedia bagi pasar modal. Walaupun hipotesis pasar efisien
mengisyaratkan bahwa tidak seorangpun akan memeroleh return lebih hanya atas
pengetahuannya terhadap data laba, penelitian empiris menunjukkan bahwa laba per saham
yang diumumkan via statemen keuangan mempunyai dampak terhadap harga saham. Oleh
karena itu, data laba juga sangat diperlukan oleh investor untuk memprediksi laba dan harga
masa datang.

Pengujian Kandungan Informasi Laba


Apakah laba mengandung informasi dapat ditunjukkan oleh reaksi pasar terhadap
pengumuman laba sebagai suatu peristiwa. Bila angka laba mengandung informasi,
diteorikan bahwa pasar akan bereaksi terhadap pengumuman laba. Pada saat diumumkan,
pasar telah mempunyai harapan tentang berapa besarnya laba perusahaan atas dasar semua
informasi yang tersedia secara publik.
Return atau kembalian adalah apa yang diperoleh investor dari investasinya daam suatu
periode yang dalam hal saham dapat berupa dividen dan untung kapital yaitu kenaikan nilai
investasi. Return umumnya dinyatakan dalam persen perubahan. Oleh karena itu, return
saham suatu perusahaan dapat dinyatakan sebagai berikut.
Dividen per saham+( Harga akhir−Harga awal)
Return=R=
Harga awal

Laba dan Teori Entitas


Laba adalah kenaikan kemakmuran suatu entitas yang dapat dikonsumsi tanpa mempengaruhi
kapital semula. Teori entitas berkaitan dengan penentuan siapa yang dianggap paling
berkepentingan dengan suatu kegiatan ekonomik sehingga pihak tersebut berhak untuk
menikmati laba. Karena berkaitan dengan siapa yang berhak atas laba, teori entitas sering
disebut pula dengan teori ekuitas. Teori entitas atau ekuitas yang banyak dibahas dalam
literatur teori akuntansi adalah.

1. Entitas usaha bersama


2. Entitas usaha atau bisnis
3. Entitas investor
4. Entitas pemilik
5. Entitas pemilik residual
6. Entitas pengendali
7. Entitas dana
Teori entitas selalu dikaitkan dengan partisipan dalam kegiatan ekonomik yaitu manajer,
karyawan, invest, kreditor, pemerintah, dan entitas lain yang terlibat. Teori entitas juga
mempunyai implikasi tentang tujuan pelaporan keuangan dan bentuk atau susunan statemen
laba-rugi.

Laba dan Teori Entitas


Teori entitas atau ekuitas yang banyak dibahas dalam literatur teori akuntansi adalah:

1. Entitas usaha bersama


2. Entitas usaha atau bisnis
3. Entitas investor
4. Entitas pemilik
5. Entitas pemilik residual
6. Entitas pengendali
7. Entitas dana

 Entitas Usaha Bersama


Yang menjadi pusat perhatian akuntansi adalah kegiatan bersama yang melibatkan
berbagai pihak sebagai bagian dari kegiatan ekonomi. Semua pelaku ekonomi
menanggung usaha bersama sehingga mereka disebut secara bersama sebagai
pemegang pancang (stakeholders) dan perusahaan berfungsi sebagai alat pengikat,
pancang, atau pusat (nexus). Sudut pandang ini dilandasi gagasan bahwa perusahaan yang
besar memiliki fungsi institusi sosial yang mempengaruhi ekonomi yang luas dan
kompleks sehingga darinya dituntut pertanggungjawaban sosial.
Sebagai institusi sosial, perusahaan harus menunjukkan kontribusi ekonomi terhadap
masyarakat luas. Semua pelaku ekonomi memiliki peran dalam menciptakan nilai tambah
(value added atau added value) akibat kegiatan usaha tersebut. Para stakeholder berhak
mendapatkan bagian dari nilai tambah tersebut. Dari sudut pandang tersebut, laba
diartikan sebagai seluruh jumlah nilai tambahan (kenaikan kemakmuran) yang dihasilkan
oleh para pelaku ekonomi secara bersama dikurangi cost material dan mesin/peralatan
(bahan baku, overhead nontenaga kerja dan depriasi). Jumlah rupiah yang dibayarkan
kepada pelakuekonomi bukan merupakan biaya tetapi merupakan distribusi laba
(nilai tambah) atau pembagian laba dan statemen laba-rugi harus disusun dengan
pendekatan nilai-tambahan untuk mencerminkan karakteristik perusahaan sebagai
institusi sosial. Untuk mengukur laba,jumlah rupiah penjualan dikurangi dengan cost
bahan baku dan overhead nontenaga kerja karena keduanya merupakan nilai-tambahan
yang timbul oleh institusi sosial lainnya yangditransfer ke kesatuan usaha bersama.
Makna depresiasi memunculkan masalah teoritis karena ada perbedaan mengenai
perlakuan depresiasi yaitu sebagai barang transfer (mengurangi nilai-tambahan) atau
sebagai reinvestasi (distribusi nilai-tambahan). Pendukung depresiasi sebagai
pengurangan nilai tambahan berpendapat depresiasi harus dimasukkan dari perhitungan
nilai-tambahan karena nilai-tambahan tercipta dengan kontrisbusi fasilitas fisik yang
dibeli dari kesatuan lain (plant and equipment) sehingga depresiasinya harus
dikurangkan terhadap penjualan untuk menunjukkan nilai-tambahan bersih oleh kesatuan
usaha bersama yang bersangkutan. Pengurangan depresiasi untuk nilai-tambahan juga
sesuai asas akrual dan konsep dasar perbandingan.
Sedangkan pendapat lainnya berpendapat pengurangan depresiasi untuk mendapat nilai-
tambahan mengurangi makna sebenarnya dari nilai-tambahan. Selain itu nilai-tambahan
juga akan kehilangan objektivitasnya karena depresiasi adalah angka taksiran. Depresiasi
tidak dikurangkan karena jumlah rupiah pembelian fasilitas fisik dari kesatuan lain telah
diakui sebagai nilai-tambahan oleh kesatuan lain tersebut. Oleh karena itu, depresiasi
harus dianggap sebagai distribusi laba untuk mempertahankan kapasitas produktif aset
yang dikuasi oleh kesatuan usaha bersama dan untuk membatasi jumlah yang dapat
didistribusi kepada para stakeholder.

 Entitas Usaha atau Bisnis


Pada teori entitas usaha atau bisnis perusahaan dipandang sebagai orang atau badan usaha
sendiri, bertindak atas nama sendiri, serta terpisah dari investor, kreditor, dan pihak
eksternal lainnya. Perusahaan menjadi pusat perhatian akuntansi dan menjadi subjek
laporan. Laba dipandang sebagain kenaikan aset karena pendapatan dianggap sebagai
aliran masuk (kenaikan aset) dan biaya sebagai aliran keluar aset (penurunan aset) akibat
kegiatan operasi perusahaan. pemilik, kreditor, pemerintah serta pelaku lainnya
diperlukan sebagai pihak luar. Oleh karenanya jumlah rupiah yang didistribusi ke
mereka diperlakukan dengan biaya. Transaksi modal (dengan pemilik) tidak dipisahkan
dengan transaksi operasi.
Persamaan akuntansi pada teori ini adalah  Aset = Ekuitas
Karena pemegang saham memiliki kedudukan yang sama dengan kreditor, utang
merupakan keharusan kesatuan usaha kepada kreditor bukan keharusan pemegang saham.
Klaim dari pemegang saham diperlakukan sebagai keharusan kesatuan usaha
kepada pemegang saham sehingga bunga dan dividen keduanya merupakan
biaya. Statemen keuangan merupakan pertanggungjawaban entitas usaha kepada
pemegang ekuitas untuk memenuhi kewajiban hukum dan menjaga hubungan baik karena
gagasan bahwa kesatuan usaha bertindak dengan nama sendiri dan bukan atas pemegang
saham atau kreditor. Teori ini sering disebut sudut pandang entitas baru atau kontemporer
(new or contemporary view of entity).

 Entitas Investor
Investor yang dimaksud pada teori entitas investor adalah penyedia dana utama
perusahaan yaitu kreditor (jangka panjang) dan pemegang saham (preferensi dan biasa).
Pada teori ini kedua kelompok dipandang sebagai mitra manajemen (management
associates) dimana perusahaan melalui manajemen bertindak atas nama investor. Dan
oleh karenany alaporan keuangan harus dilaksanakan untuk kepentingan kedua kelompok
tersebut. Persamaan akuntansinya adalah sebagai berikut:

Aset – Utang jangka pendek = Ekuitas investor

Laba diartikan sebagai jumlah yang menjadi hak investor. Sebagai konsekuensi, bunga
kepada kreditor jangka panjang dan dividen kepada pemegang saham bukan
merupakan biaya tetapi lebih merupakan distribusi laba. Pajak berstatus sebagai biaya
bagi investor. Bunga dan dividen merupakan pembagian laba bukan biaya. Teori ini
disebut juga sudut pandang entitas tradisional (traditional view of entity).

 Entitas Pemilik
Teori entitas ini memandang pemegang saham (biasa dan istimewa) sebagai pemilik
(proprietor) dan menjadi pusat perhatian akuntansi. Kreditor dianggap sebagai pihak luar.
Pemegang saham tetap menjadi mitra manajemen. Aset menjadi milik pribadi pemegang
saham sehingga utang merupakan keharusan pemegang saham. Artinya, pemegang saham
menanggung segala resiko yang berkaitan dengan utang. Dengan sudut pandang ini, asset
bersih menjadi perhatian utama bagi pemegang saham. Teori ini dapat dinyatakan dalam
persamaan akuntansi berikut ini :
Aset- Kewajiban = Ekuitas
Kreditor, pemerintah, dan pihak atau entitas lain (bahkan manajemen) dianggap sebagai
pihak luar pemilik sehingga semua kos yang dikorbankan yang bersangkutan dengan
pihak tersebut (misalnya gaji, bunga, dan pajak) akan dianggap sebagai biaya bukannya
distribusi laba. Laba dalam teori entitas ini adalah selisih pendapatan dan biaya yang
menjadi hak akhir pemilik.
 Entitas Pemilik Residual
Konsep entitas ini memandang pemegang saham biasa sebagai pusat perhatian akuntansi.
Dalam pendekatan ini, pemilik adalah pemegang saham biasa. Pemegang saham istimewa
dianggap sebagai pihak luar sehingga dividen untuk mereka dipandang sebagai biaya.
Teori ini dapat dinyatakan dalam persamaan akuntansi berikut ini :

Aset- Ekuitas spesifik = Ekuitas Residual

Dalam persamaan tersebut, ekuitas spesifik adalah utang dan ekuitas saham istimewa.
Teori ini dilandasi oleh pemikiran bahwa pemegang saham biasa adalah pihak yang
akhirnya menanggung resiko ketidakpastian masa datang tetapi juga menikmati segala
pengembalian setelah pihak yang lain terpenuhi haknya. Laba dan laba persaham untuk
pemegang saham biasa menjadi informasi penting yang harus disajikan dalam statement
laba-rugi.

 Entitas Pengendali
Konsep ini tidak secara langsung berkaitan dengan makna laba tetapi lebih berkaitan
dengan penyajian data akuntansi secara keseluruhan. Teori ini menitiberatkan
pandangannya kepada pihak yang mengendalikan sumber ekonomi perusahaan tanpa
memperhatikan pemilikan seperti konsep kesatuan yang lain. Pengendalian hanya dapat
dilakukan oleh manusia dan oleh karenanya siapa yang mengendalikan harus
diidentifikasi dan kemudian akuntansi memusatkan perhatiaanya pada para pengendali.
Implikasi konsep ini hampir sama dengan implikasi konsep kesatuan usaha. Dengan teori
ini, sudut pandang akuntansi adalah manajemen puncak sebagai pengendali bukan
pemilik sehingga neraca dipandang sebagai statement tentang sumber dan penggunaan
dana yang menunjukan pertanggungjawaban manajemen.

Statement laba-rugi dipandang sebagai penjelasan atas kegiatan manajemen dari sudut
pandang manajemen sehingga statement laba-rugi harus menunjukkan hasil (laba) untuk
tiap kegiatan yang dapat berupa projek, produk, atau segmen bisnis lainnya. Meskipun
demikian, manajemen juga menyiapkan statemen laba rugi untuk menunjukkan kinerja
kesatuan usaha secara keseluruhan.
 Entitas Dana
Dana (fund) mempunyai dua pengertian yang saling diracukan. Dana dapat diartikan
sebagai kas (uang), aset likuid, atau sumber keuangan (financial resources) yang dapat
digunakan untuk menandai suatu kegiatan, program, atau projek dalam rangka mencapai
tujuan tertentu. Dana juga dapat berarti kesatuan, wadah, atau pusat yang dapat berupa
kegiatan, program, atau projek yang didanai dengan aset likuid tersebut. Teori entitas
dana dapat dinyatakan dalam persamaan berikut ini :

Aset = Pembatasan penggunaan asset

Konsep ini berpaut dengan organisasi nonprofit khususnya organisasi kepemerintahan.


Untuk unit organisasi kepemerintahan, interpretasi terhadap persamaan di atas bergantung
apakah unit tersebut mengelola aset (keuangan negara) yang dipisahkan dari Anggaran
pendapatan dana belanja negara.

Penyajian Laba
Masalah konseptual yang erat kaitannya dengan penyajian adalah pemisahan pelaporan pos-
pos transaksi operasi dan pos-pos transaksi dengan pemilik (transasi modal). Pos-pos operasi
dalam arti luas (termasuk nonpemilik) pada umumnya dilaporkan melalui statemen laba rugi
sedangkan pos-pos yang jelas merupakan transaksi modal dilaporkan melalui statemen laba
ditahan atau atau statemen perubahan ekuitas.
Bab 11
EKUITAS

Pengertian
Dalam kerangka dasar Standart Akuntansi Keuangan (2002) misalnya Ikatan
Akuntansi Indonesia (IAI) mandefinisi ekuitas sebagai berikut :
Ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban.

Komponen Ekuitas Pemegang Saham


Dari segi riwayat terjadinya dan sumbernya, ekuitas pemegang saham diklasifikasi
atas dasar dua komponen penting yaitu modal setoran dn laba ditahan. Modal setoran dipecah
menjadi modal saham sebagai modal yuiridis dan modal setoran tambahan dan komponen
lain yang merefleksi transaksi pemilik.

Ekuitas Pemegang Saham dan Komponennya


Modal Setoran
Modal Yuridis

 Penerbitan saham baru


 Kapitalisasi laba ditahan
 Dividen saham
 Konversi obligasi atau saham istimewa terkonversi
 Stock subscriptions

Modal Setoran Lain

 Premium modal saham


 Penjualan saham treasuri
 Penyerapan deficit
 Deklarasi deviden likuidasi
 Restrukturisasi kapital
 Revaluasi aset

Modal Bentukan atau Laba Ditahan


 Laba atau rugi (dari statement laba rugi)
 Dividen
 Rekapitalisasi
 Defisit
 Koreksi
 Perubahan akuntansi

Lain-lain

Komponen lain-lain terdiri atas pos-pos yang tidak tepat dimasukkan dalam komponen modal
setoran lainnya atau laba ditahan tetapi sering diklasifikasikan sebagai pos ekuitas pemegang
saham. Pos-pos ini misalnya adalah untung penahanan belum terrealisasi lainnya, selisih
revaluasi, dan hak pemegang saham minoritas.

Tujuan Penyajian Ekuitas


Pengungkapan informasi ekuitas pemegang saham akan sangat dipengaruhi oleh
tujuan penyajian informasi tersebut kepada pemakai statement keuangan. Pada umumnya,
tujuan pelaporan informasi ekuitas pemegang saham adalah menyediakan informasi kepada
yang berkepentingan tentang efesiensi dan kepengurusan manajemen.
Untuk memenuhi tujuan tersebut, informasi yang harus disampaikan tentang ekuitas
pemegang saham tersebut minimal adalah :
1. Sumber ekuitas pemegang saham beserta riwayatnya.
2. Peraturan yuridis yang membatasi pembagian dividen dan pengambilan modal setoran
kepada pemegang saham.
3. Prioritas beberapa golongan pemegang saham atau pemegang ekuitas lainnya.

Pembedaan Modal Setoran Dan Laba Ditahan


Laba ditahan pada dasarnya terbentuk dari akumulasi laba yang dipindahkan dari
akun ikhtisar laba rugi. Begitu saldo laba ditutup ke laba ditahan, sebenarnya saldo laba
tersebut telah lebur menjadi elemen modal pemegang saham yang sah. Dengan demikian
untuk mengukur seluiruh hak pemegang saham atas asset, laba ditahan harus digabungkan
dengan modal setoran.
Pembedaan antara dua bagian elemen ekuitas pemegang sangat penting, Dari segi
administrasi keuangan, laba ditahan merupakan indicator daya melaba sehingga laba ditahan
harus selalu dipisahkan dengan modal setoran meskipun jumlahnya akhirnya ditotal untuk
membentuk ekuitas pemegang saham. Pembedaan ini juga sangat penting secara yuridis
karena modal setoran merupakan dana dasar yang harus tetap dipertahankan untuk
menunjukkan perlindungan bagi pihak lain. Dana ini hanya dapat ditarik kembali dalam
likuidasi atau dalam keadaan luar biasa lainnya.Sementara itu, laba ditahan adalah jumlah
rupiah yang secara yuridis dapat digunakan untuk pembagian dividen.

Modal Yuridis
Modal yuridis timbul karena ketentuan hukum yang mengharuskan bahwa harus ada
sejumlah rupiah yang harus dipertahankan dalam rangka perlindungan rehadap pihak lain.
Bentuk ketentuan hukum ini adalahbahwa saham harus mempunyai nilai nominal atau nilai
minimum yang dinyatakan untuk menunjukkan hak yuridis. Modal yuridis merupakan
jumlah rupiah “minimal” yang harus disetor oleh investor sehingga membentuk modal
yuridis.

Besarnya Modal Yuridis


Dalam hal saham bernilai nominal (par stock), modal yuridis dapat sama dengan jumlah yang
dikenal dengan nama Modal Saham (kapital stock). Modal saham menunjuk jumlah rupiah
perkalian antara cacah saham beredar dengan nilai nominal per saham. Jumlah ini merupakan
jumlah rupiah yang secara yuridis menjadi hak pemegang saham walaupun dalam transaksi
pembelian saham jumlah rupiah yang disetor/dibayarkan melebihi modal yuridis tersebut.

Modal Setoran Lain


Transfer dari modal setoran ke laba ditahan tanpa alasan yang kuat adalah
penyimpangan dari penalaran yang valid. Ini berarti bahwa modal tidak dapat digunakan
sebagao sumber laba ditahan. Demikian juga, tidak sebagianpun dari jumlah rupiah laba
ditahan dapat dimasukkan sebagai modal setoran kecuali jumlah rupiah tersebut telah diubah
menjadi modal dengan proses kapitalisasi yuridis atau telah berubah karena transaksi modal
yang dibahas dibawah ini.

Perubahan Modal Setoran


Tujuan utama perekayasaan akuntansi modal setoran ini adalah untuk membedakan secara
tegas antara perubahan akibat transaksi operasi dan perubahan akibat transaksi modal . dalam
hal kenaikan modal setoran, pembedaan ini bermanfaat untuk mencegah memperlakukan
kenaikan akibat transaksi modal sebagai laba sehingga timbul kesan adanya jumlah yang
tersedia untuk pembagian dividen. Berbagai sumber yang dapat mengubah modal setoran
dengan berbagai masalah teoritisnya adalah :

1. Pemesanan saham
2. Obligasi terkonversi atau berhak-tukar.
3. Saham istimewa terkonversi atau berhak-tukar,
4. Dividen saham.

Hak Beli Saham


Hak beli saham adalah hak yang diberikan bagi pemegang saham lama untuk membeli
sejumlah saham (proporsional dengan pemilikan). Hal ini biasanya dimaksudkan untuk
mempertahankan pemilik pemegang saham lama. Harga pasar hak beli saham adalah sebesar
selisih harga pasar saham dengan harga yang harus dibayar pemegang saham yang
mempunyai hak beli saham. Selisih tersebut dapat dikapitalisasi ke modal setoran lain-lain
(paid-in kapital in excess of par or stated value). Namun argumen ini dibantah dengan
al;asan bahwa kapitalisasi hak belisaham menjadi modal setoran adalah tidak logis karena
tidak ada sumber ekonomik yang disetorkan oleh pemegang saham dan tidak ada saham baru
yang diterbitkan. Lain halnya dengan kupon beli saham atau waran yang dibahas sesudah
opsi saham.

Opsi Saham
Opsi merupakan instrumen yang digolongkan sebagai sekuritas turunan-saham atau derivatif-
saham. Disebut turunan karena harus ada sekuritas yang melandasi atau menjadi basis. Secara
umum opsi diartikan sebagai klaim untuk membeli atau menjual saham tertentu yang sengaja
diciptakan oleh investor untuk dijual kepada investor lain. Terdapat dua macam opsi yaitu
call dan put. Opsi call memberi hak kepada pemegang untuk membeli sejumlah saham
dengan harga tertentu setiap saat sebelum hak tersebut habis pada tanggal tertentu. Opsi put
memberi hak kepada pemegang untuk menjual sejumlah saham dengan harga tertentu setiap
saat sebelum hak tersebut habis pada tanggal tertentu. Opsi dijual oleh penerbit dengan harga
tertentu (disebut option premium atau price).
Dalam arti khusus, opsi saham adalah semacam kontrak yang memberi hak kepada karyawan
perusahaan (termasuk manajer atau pemimpin) untuk membeli saham perusahaan dalam
jangka waktu tertentu dengan harga yang tertentu pula. Pada umumnya harga pengambilan di
bawah harga pasar saham yang bersangkutan atau harga yang ditawarkan kepada pihak lain.
Kebijakan semacam ini sering disebut dengan program opsi saham karyawan. Opsi saham ini
biasanya digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan loyalitas dan motivasi karyawan
dengan menjadikan pemilik perusahaan dan untuk menambah penghasilan karyawan.
Terdapat masalah akuntansi yang berkaitan dengan opsi saham karyawan, yaitu : (1) apakah
manfaat yang didapat karyawan dari opsi saham merupakan kompensasi/imbalan tambahan;
(2) kalau merupakan kompensasi tambahan, bagaimana mengukur kompensasi tersebut; dan
(3) kapan atau dalam periode mana tambahan kompensasi tersebut dapat diakui sebagai biaya
(gaji dan upah)

Opsi Saham Nonimbalan


Ada kalanya program opsi saham diluncurkan bukan untuk tujuan meningkatkan kompensasi
karyawan tetapi untuk meningkatkan status karyawan sebagai pemilik perusahaan dan untuk
membantu perusahaan menambah dana. APB Opinion No. 25 (pasal 7) menentukan bahwa
opsi saham dapat dikategori sebagau nonimbalan/nonkompensasi jika keempat karakteristik
program opsi saham berikut dipenuhi:

1) Hampir seluruh karyawan penuh yang memenuhi kualifikasi jabatan terbatas boleh
berpartisipasi dalam program opsi saham
2) Karyawan mempunyai hak membeli saham dalam jumlah yang sama atau atas dasar
persentase tertentu dari gaji atau upah
3) Jangka waktu opsi tidak terlalu lama
4) Harga saham tidak terlalu rendah dibandingkan dengan harga pasar saham atau harga
yang ditawarkan kepada pihak lain.
Diasumsikan bahwa pemberian hak opsi tersebut tidak mempunyai konsekuensi bagi
karyawan untuk melaksanakan kewajiban atau pekerjaan tambahan. Pada umumnya, jika opsi
saham tersebut nonimbalan, harga saham atau harga pengambilan ditentukan sama dengan
harga pasar saham pada saat opsi saham diberikan. Jika karyawan ternyata memperoleh
manfaat karena harga saham ternyata lebih rendah daripada harga pasar pada saat opsi saham
diambil, manfaat tersebut dapat dipandang sebagai untung akibat spekulasi karyawan dan
bukan sebagai penghasilan tambahan untuk jasa yang diberikan oleh karyawan.
Opsi Saham Imbalan
Jika program opsi saham tidak memenuhi kriteria sebagai opsi saham nonimbalan, tentunya
opsi saham tersebut merupakan opsi saham imbalan. Misalnya, opsi saham yang ditawarkan
kepada para eksekutif tertentu. Jika banyaknya saham dan harga pengambilan sudah
diketahui pada saat opsi ditawarkan maka kompensasi dapat diukur pada saat itu atas dasar
selisih harga pasar dan harga pengambilan. Akan tetapi, jika saham cacah dan harga
pengambilan tergantung pada hal-hal yang akan terjadi di masa mendatang, kompensasi yang
diperhitungkan dan diakui sebagai biaya biasanya adalah selisih harga pengambilan dan
harga pasar pada tanggal pengukuran. Tanggal pengukuran alternatif ini akan ditentukan
berdasarkan tanggal yang informasi berikut diketahui lebih dahulu (1) banyaknya saham yang
dapat dibeli oleh karyawan atau (2) harga pengambilan. Tidak berarti bahwa karyawan harus
mengambil opsi pada tanggal tersebut. Alasan pengukuran biaya pada saat opsi ditawarkan
atau pada tanggal alternatif di atas adalah : (a) pada tanggal tersebut kompensasi dapat diukur
dengan cukup pasti baik bagi perusahaan maupun karyawan; (b) harga pada tanggal tersebut
dianggap merupakan harga kesepakatan bagi kedua belah pihak sehingga jumlah rupiahnya
objektif; (c) selisih harga pada tanggal tersebut dapat dianggap sebagai kos untuk mencapai
tujuan penerbitan opsi; dan (d) keputusan untuk mengambil opsi saham ada ditangan
karyawan sehingga perubahan harga saham bukan merupakan kos bagi perusahaan.

Waran
Waran adalah efek yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang memberi hak kepada
pemegangnya untuk memesan saham dari perusahaan tersebut pada harga dan jangka waktu
tertentu (PSAK No. 41, pasal 03). Pemegang waran dapat membeli sejumlah saham dengan
mengembalikan waran tersebut dan membayar sejumlah uang kas tertentu. waran berbeda
dengan hak beli saham dan opsi saham dalam beberapa aspek yaitu:

1) Waran diterbitkan oleh perusahaan sedangkan hak beli saham (call dan put)
diterbitkan oleh investor (baik individual maupun institusional)
2) Jangka waktu opsi waran biasanya lebih lama (dapat tahunan) daripada jangka waktu
opsi hak beli saham
3) Waran dijual atau diterbitkan kepada umum (bukan pemegang saham atau karyawan
perusahaan) dan biasanya hal ini menjadi syarat bagi pembeli
4) Saham dijual dengan harga tertentu/tunai
5) Harga pembelian saham total (harga waran plus tambahan kas) pada saat pengambilan
opsi biasanya melebihi harga pasar saham pada saat waran ditawarkan
6) Bila hak opsi tidak diambil, kos waran tidak dapat ditarik kembali oleh pemegang
waran
7) Waran dapat diterbitkan menyertai penerbitan surat utang (obligasi).
Karena terdapat aliran masuk dana, jumlah rupiah yang diterima dari penjualan kupon saham
dapat diakui dan dikategori sebagai modal setoran baik sebagai modal saham atau modal
setoran lain. PSAK No. 41 telah menetapkan perlakuan akuntansi untuk berbagai jenis waran,
sebagai berikut :

- Jumlah rupiah hasil penerbitan sekuritas (utang atau ekuitas) yang disertai waran
lepas dialokasi ke sekuritas dan waran atas dasaar nilai wajar masing-masing
komponen pada saat penerbitannya. Jumlah rupiah yang melekat pada waran
dilaporkan sebagai modal setoran lainnya dan jumlah rupiah yang melekat pada
sekuritas dilaporkan sebagai kewajiban atau ekuitas sesuai dengan karakteristiknya
(pasal 15)
- Apabila warran diambil, jumlah rupiah yang melekat pada waran dikapitalisasi ke
modal saham dan agio saham (bila ada). Apabila waran tidak diambil sampai masa
opsi berakhir, jumlah rupiah tercatat waran tetap diperlakukan sebagai modal setoran
lain (pasal 16)
- Seluruh jumlah rupiah hasil penerbitan sekuritas yang disertai waran lekat diakui
seluruhnya sebagai kewajiban atau ekuitas sesuai dengan karakteristiknya (pasal 17)
- Penerbitan waran bebas diperlakukan sebagai modal setoran lain sebesar jumlah
rupiah hasil penerbitan tersebut. Bila waran bebas diterbitkan secara cuma-cuma,
tidak diperlakukan penaksiran nilai waran untuk diakui sebagai modal setoran lain
(pasal 18-19).

Penurunan Modal Setoran


Modal setoran tidak akan berkurang kecuali ada pembayaran atau pembagian dividen yang
dapat dikategorikan sebagai dividen likuidasi atau penarikan kembali saham yang beredar
secara permanen. Semua transaksi yang berkaitan dengan oenarikan kembali saham atau
likuidasi modal tidak ada kaitannya dengan untung atau rugi. Dengan kata lain, untung atau
rugi tidak timbul dari transaksi penarikan kembali saham. Perlakuan atas saham yang ditarik
kembali harus sejalan dengan sifatnya sebagai ekuitas pemegang saham.
Jika saham bersangkutan dapat diterbitkan kembali, saham dengan jumlah rupiah besar yang
dibayarkan untuk penarikan kembali tersebut harus diperlakukan sebagai kontrak modal
setoran dan laba ditahan bukannya sebagai aset. Jika saham bersangkutan tidak dapat
diterbitkan kembali (dianggap dilunasi), jumlah rupiah yang dibayarkan harus dibebankan ke
modal saham sampai sejumlah yang mula-mula dikredit, sisanya kemudian dibebankan ke
premium modal saham sampai sejumlah yang tidak melebihi bagian premium yang mula-
mula dikredit,jika masih terdapat sisa maka kelebihan tersebut harus dibebankan ke laba
ditahan. Jika terjadi untung dalam penebusan saham tersebut maka untung tersebut harus
dikredit ke premium modal saham karena jumlah tersebut pada hakikatnya mempunyai
karakteristik seperti kontribusi modal dalam bentuk donasi atau pembebasan utang.
Pembelian kembali saham beredar oleh perseroan sebenarnya bermakna penarikan aset yang
diinvestasikan oleh pemegang saham bersangkutan. Akibatnya, struktur modal berubah
sesuai dengan jumlah aset yang ditarik kembali tersebut. Akan tetapi karena perlakuan akhir
terhadap saham yang ditebus kembali tersebut mungkin tidak pasti maka perlu dibuat
ketentuan tentang perlakuan sementara terhadap saham yang ditarik kembali.

Saham Treasuri
Transaksi yang jelas akan mengurangi modal setoran adalah penarikan kembali saham untuk
sementara menjadi saham treasuri. Beberapa alasan perusahaan melakukan penarikan
kembali saham sebagai saham treasuri adalah :

1) Saham tersebut akan diterbitkan kemabali kepada karyawan dalam program opsi
saham dan
2) Saham tersebut akan digunakan untuk membeli perusahaan lain dalam transksi
penggabungan usaha.
Masalah teoritis yang melekat pada transaksi saham treasuri adalah penentuan jumlah rupiah
yang harus dianggap sebagai pengurangan modal setoran dan laba ditahan; dan
pengungkapan pengaruhnya terhadap modal yuridis bila saham treasuri dijual kembali.
Mengenai hal ini, ada dua pendekatan atau konsep yang dapat diterapkan yaitu konsep satu
transaksi dan dua transaksi.

Konsep Satu Transaksi


Konsep ini disebut juga dengan metode kos karena jumlah rupiah total yang dibayarkan
dianggap seakan-akan merupakan kos pembelian saham treasuri. Disebut satut ransaksi
karena pembelian saham treasuri dan penjualannya kembali dianggap sebagai satu transaksi.
Artinya, pembelian dan penjualan dianggap sebagai kesatuan transksi untuk mencapai tujuan
yang diinginkan dengan transaksi saham treasuri tersebut.
Jika saham treasuri dijual kembali dengan harga diatas kos maka selisihnya akan menambah
agio saham atau mengurangi disagio saham. Namun jika dijual di bawah kos maka terdapat
tiga alternatif pengakuan, yaitu :

(1) Memperlakukan selisih sebgai pengembalian modal setoran dan karenanya harus
didebut ke premium atau diskon saham yang sekelas;
Dasar pemikiran hal ini adalah bahwa substansi lebih penting dari bentuk. Substansi
transaksi saham treasuri adlaah transfer antara pemegang saham yang satu ke yang
lain dengan perusahaan sebgai agen dan cacah saham yang beredar tidak berubah.
(2) Jumlah rupiah selisih dipecah secara proporsional atas dasar modal saham dan agio
saham sebelum penarikan saham treasuri;
Landasan utama perlakuan ini adalah peraturan hukum yang mengahruskan modal
saham dipertahankan keutuhannya. Jumlah yang berkaitan dengan agio saham
dibebankan ke agio saham tetapi yang berkaitan dengan modal saham dibebankan ke
laba ditahan.
(3) Membebankan seluruh selisih ke laba ditahan.
Alasan perlakuan ini semata-mata kepraktisan dan konservatismen. Sedangakan
alasan teoritisnya adalah bahw jika pembelian dan penjualan dianggap sebagai satu
transaksi maka esensi selisih tersebut adalah disrtibusi aset (semacam dividen) kepada
beberapa pemegang saham secara selektif.

Konsep Dua Transaksi


Dengan konsep ini, pemerolehan kembali saham sebagai saham treasuri dianggap sebagai
likuidasi ekuitas pemegang saham sedangkan penjualan kembali saham treasuri dianggap
sebagai penerbitan saham baru. Konsep ini disebut dengan penedekatan nominal karena harga
penarikan atau penjualan, dikompensasi ke modal setoran lain seluruhnya atau sebatas porsi
modal setoran lain mula-mula dan selisihnya dikompensasi ke laba ditahan.

Perubahan Laba Ditahan


Terdapat dua faktor utama yang mempengaruhi besarnya laba ditahan (jika ada pemisahan
antara transaksi modal dan transaksi operasi), yaitu : laba/rugi periodik dan pembagian
dividen. Laba yang dipindahkan dari akun laba-rugi adalah laba yang merupakan selisih
seluruh elemen transaksi operasi dalam arti luas yang disebut laba komprehensif. Transaksi
lain yang dapat mempengaruhi laba ditahan adalah transaksi yang tergolong dalam transaksi
modal seperti yang diuraikan dalam pembahasan perubahan modal setoran diatas. Pengaruh
beberapa transaksi di atas langsung dimasukkan dalam laba ditahan dan tidak melalui
statemen laba-rugi periode terjadinya transaksi tersebut karena transaksi tersebut merupakan
transaksi modal. Terdapat beberapa hal lain yang dapat menyebabkan laba ditahan dalam
suatu periode berubah selain karenan transaksi modal tetapi karena transaksi khusus, yaitu :

1. Penyesuaian periode lalu,


2. Koreksi kesalahan dalam laporan keuangan sebelumnya
3. Pengaruh perubahan akuntansi
4. Kuasi-reorganisasi

Penyesuaian Periode Lalu


Peneysuaian peruiode lalu (penyesuaian susulan) adalah perlakuan terhadap suatu jumlah
rupiah yang mempengaruhi operasi periode masa lalu (yang baru ditemukan atau baru dapat
diakui dalam periode sekarang) bukan sebagai pengurang atau penammbah perhitungan laba
tahun sekarang (masuk dalam statemen laba-rugi tahun sekarang/berjalan) tetapi sebagai
penyesuaoan terhadap laba ditahan awal periode sekarang. Perlakuan ini dimaksudkan untuk
menjadikan laba ditahan awal periode sekarang menunjukkan saldo yang semestinya
seandainya jumlah rupiah tersebut telah diakui dalam periode yang lalu.
Suatu jumlah rupiah dapat diperlakukan sebagai penyesuaian periode lalu jika jumlah rupiah
tersebut :

a) Dapat diidentifikasi secara tegas sebagai akibat atau dapat dikaitkan langsung dengan
kegiatan-kegiatan bisnis dalam periode tertentu masa lalu
b) Tidak timbul akibat peristiwa ekonomik yang terjadi setelah tanggal statemen
keuangan periode yang lalu. Artinya, peristiwa yang menimbulka jumlah rupiah telah
terjadi di masa lalu, hanya tidak pasti jumlahnya atau waktu mengikatnya bagi
perusahaan
c) Sangat bergantung pada ketepatan pihak lain selain manajemen. Artinya, jumlah dan
kepastian mengikatnya tidak berada di bawah pengendalian atau keputusan manjamen
d) Tidak dapat ditaksi atau diantisipasi secara layak sebelum adanya ketepatan tersebut.
Pada umumnya, penyesuaian periode lalu berkaitan dengan masalah ketidakpastian di masa
lalu tentang suatu kejadian atau jumlah dalam peristiwa yang sangat khusus. Ketidakpastian
semacam ini dalam akuntansi biasanya digolongkan dalam apa yang disebut kebergantungan
rugi. Rugi bergantung dapat diakui dalam periode timbulnya kemungkinan asalkan dipenuhi
kedua kriteria pengakuan berikut:

1) Informasi yang tersedia sebelum penerbitan statemen keuangan menunjukkan dengan


cukup pasti bahwa pada tanggal laporan keuangan aset perusahaan sudah
terpengaruh/berkurang atau kejadian telah timbul. Secara implisit harus cukup pasti
pula bahwa akan terjadi peristiwa tertentu di masa mendatang yang menegeaskan atau
menguatkan adanya rugi tersebut.
2) Jumlah rupiah pengaruh atau rugi tersebut dapat ditaksir secara layak.

Koreksi Kesalahan
Dalam hal tertentu, kesalahan tidak segera diketahui dan baru ketahuan beberapa waktu atau
bahkan beberapa perioda setelah statemen keuangan disusun dan diterbitkan.
Untuk dapat disebut kesalahan, suatu jumlah rupiah harus berasal dari kesalahan hitung,
kesalahan aplikasi atau penerapan prinsip akuntansi, atau kekhilafan atau kekeliruan
menggunakan fakta yang tersedia pada saat penyusunan laporan keuangan. APB
membedakan antara kesalahan dengan perubahan taksiran atau perubahan akuntansi.
Perubahan taksiran atau akuntansi muncul dari adanya informasi atau perkembangan baru
yang berarti dari tilikan yang lebih baik atau pertimbangan yang lebih mantap. Untuk disebut
kesalahan, harus ada unsur kekhilafan atau salah pakai informasi.

Koreksi Sebagai Penyesuaian Laba Ditahan


Menurut pandangan ini penyesuaian yang diperlukan terhadap laba yang pernah dilaporkan
harus dilakukan langsung terhadap akun laba ditahan untuk semua kasus kecuali untuk
koreksi-koreksi yang jumlahnya tidak terlalu besar (material) sehingga tidak mengganggu
pelaporan laba normal. Ini berarti koreksi tidak tampak dalam statemen laba-rugi.
Pendekatan ini disarankan dalam APB No. 20 paragraf 36 yang menyatakan bahwa kesalahan
dalam statemen keuangan perioda sebelumnya harus diperlakukan sebagai penyesuaian
perioda lalu. Laba ditahan awal perioda berjalan disesuaikan dengan jumlah rupiah pengaruh
kumulatif kesalahan terhadap perhitungan laba perioda-perioda sebelumnya dan kalau
statemen komparatif disajikan, pengaruh retroaktif kesalahan harus ditunjukkan dalam
statemen keuangan perioda-perioda yang terpengaruh.semacam ini sebenarnya hanya berlaku
untuk kesalahan yang memenuhi ketentuan umum dalam SFAS No. 16 paragraf 1.

Koreksi Sebagai Penyesuai Modal Setoran Lain


Paton dan Littleton (1970) menegaskan bahwa koreksi yang berkaitan dengan penggunaan
aset dalam perioda-perioda yang lalu dengan alasan apapun hendaknya dipisahkan dengan
premium modal saham. Premium modal saham merupakan komponen modal setoran dan
kalau pemisahan antara modal setoran dan modal operasi (laba) harus tetap dipertahankan
maka tidaklah tepat untuk menggunakan modal setoran untuk menyerap koreksi atas laba
yang pernah dilaporkan kecuali kalau:

1. Laba bersih tahun berjalan dan lana ditahan telah habis.


2. Penyesuaian yang mempengaruhi modal setoran tersebut mendapat persetujuan
pemegang saham.
3. Laba ditahan yang diakumulasi setelah penyesuaian modal tersebut diberi tanggal.
Artinya, laba ditahan yang dilaporkan kemudian diperoleh dari operasi setelah
penyesuaian tersebut (perusahaan dianggap baru mulai atau (fresh start).

Koreksi Sebagai Komponen Statemen Laba-Rugi


Paton dan Littleton (1970) mendukung perlakuan ini dengan alasan bahwa statemen laba
rugi kumulatif yang didasarkan atas statemen terdahulu harus menunjukkan laba (atau
rugi) konprehensif sepanjang riwayat perusahaan sampai tanggal sekarang. Dengan
demikian, kalau koreksi langsung dilakukan dalam akun laba ditahan tanpa ada petunjuk
atau penjelasan apapun dalam statemen laba rugi, beberapa statemen laba rugi yang
pernah diterbitkan tidak dapat memberikan gambaran yang menyeluruh tentang
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba.

Perubahan Akuntansi
Ada tiga macam perubahan akuntansi yaitu:
1. Perubahan prinsip atau metoda akuntansi (change in accounting principle or method)
2. Perubahan taksiran akuntansi (change in accounting estimate)
3. Perubahan kesatuan pelaporan (change in the reporting entity)

Penyesuaian Retroaktif
Metoda ini mengakui pengaruh kumulatif perubahan dalam laba perioda yang lalu
sebagai penyesuaian perioda lalu. Ini berarti saldo awal akun laba diatahan perioda
sekarang disesuaikan dengan pengaruh kumulatif tersebut dan laporan-laporan perioda
sebelumnya disusun kembali sesuai dengan perubahan tersebut.

Penyesuaian Sekarang
Metoda ini mengakui seluruh pengaruh perubahan dalam laba perioda yang lalu sebagai
komponen dalam menghitung laba perioda sekarang (perioda terjadinya perubahan).
Perlakuan ini di dasar beberapa gagasan. Pertama, semua pos yang yang mempengaruhi
laba perusahaan harus dilaporkan melalui statemen laba rugi. Kedua, pada umumnya
perubahan akuntansi cukup sering terjadi sehingga tidak praktis untuk selalu mengadakan
revisi statemen keuangan perioda-perioda sebelumnya. Ketiga, pengungkapan yang jelas
dalam pelaporan laba perioda sekarang sudah cukup memadai untuk mengungkapkan
pengaruh perubahan tersebut sehingga kemungkinan pembaca laporan keuangan akan
melewatkan informasi perubahan dapat diatasi. Keempat, penyusunan kembali statemen
keuangan perioda lalu dapat menurunkan keyakinan publijk terhadap statemen keuangan
dan dapat membingungkan pemakai.
Penyesuaian Sekarang dan Prospektif
Metoda ini menyebar pengaruh kumulatif perubahan dalam laba perioda yang lalu ke
perioda sekarang dan beberapa perioda mendatang yang sesuai. Perlakuan ini dilandasi
oleh argumen bahwa perubahan akuntansi merupakan sesuatu hal yang tidak dapat
dihindari dalam proses akuntansi yang bersifat memenuhi kebutuhan yang berkembahang.

Aplikasi dalam Standar


Berikut ini adalah pedoman umum yang diberikan dalam APB No. 20 untuk
memperlakukan berbagai perubahan akuntansi.

Perubahan prinsip atau metoda akuntansi. Perubahan ini misalnya adalah pergantian
metoda depresiasi dari persentase nilai buku ke garis lurus atau sebaliknya. Perubahan
dapat disebabkan oleh terbitnya standar baru yang menetapkan penggunaan metoda
tertentu atau menolak sama sekali metoda tertentu.
Dalam hal ini, APB Opinion No.20 menganut penyesuaian sekarang memperlakukan
perubahan metoda akuntansi. Secara teknis, perlakukan tersebut dilaksanakan sebagai
berikut:
a. Statemen keuangan bebrapa perioda sebelumnya perubahan disertakan dalam
pelaporan seperti apa adanya untuk tujuan perbandingan.
b. Pengaruh kumulatif perubahan terhadap laba ditahan awal perioda sekarang
dilaporkan dalam statemen laba rugi perioda sekaranng (terjadinya perubahan)
c. Pengaruh penggunaan metoda baru terhadap laba sebelum pos luar biasa dan terhadap
laba bersih (termasuk EPS) untuk perioda pergantian metoda perlu diungkapkan.
d. Laba sebelum pos-pos luar biasa dan laba bersih (termasuk EPS) yang dihitung secara
pro forma atas dasar metoda baru harus ditunjjukan dalam statemen laba rugi untuk
perioda-perioda yang disajikan seakan-akan prinsip baru telah diterapkan untuk
perioda-perioda tersebut.
Ada beberapa perubahan yang kecualikan dari ketentuan umum di atas. Beberapa hal
yang dikecualikan tersebut adalah:
1. Perubahan dari MTKP ke metoda aliran kos yang lain.
2. Perubahan (misalnya dari kontreak selesai ke persentase penyelesaian sebaliknya).
3. Perubahan metoda akuntansi dari kos penuh ke upaya sukses yang digunakan
dalam perusahaan ekstraktif.
4. Perubahan akuntansi investasi jangkapanjang dari metode kas ke metoda aekuitas
karena perubahan pemilikan dari 20% ke bawah menjadi 20% atau lebih.
5. Setiap perubahan akuntansi sebelum perusahaan mempublik.
6. Setiap perubahan prinsip akuntansi yang dianjurkan untuk diperlukan secara
retroaktif oleh standar akuntansi yang baru diterbitkan.

Perubahan taksiran akuntansi. Perubahan ini dapat terjadi sebagai akibat ditemukannya
fakta baru atau informasi baru atau akibta pengalaman tambahan yang diperoleh perusahaan
bersangkutan dengan taksiran tertentu.
APB Opinion No. 20 paragraf 31 menentukan bahwa perubahan estimasi diperlukan sebagai
penyesuaian sekarang dan prospektif yaitu pengaruh perubahan diakui (1) pada perioda
perubahan kalau perubahan hanya mempengaruhi perioda tersebut (2) pada perioda
perubahan dan mendatang kalau perubahan mempengaruhi kedua perioda tersebut. Juga
ditetapkan bahwa perubahan estimasi hendaknya tidak diperlakukan sebagai penyesuaian
rekroaktif atau pelaporan pro forma untuk perioda lalu.
Perubahan kesatuan/subjek pelaporan. Perubahan entitas pelaporan berarti perubahan
organisasi atau lingkup kesatuan usaha yang dilaporkan dalam statemen keuangan. APB
membatasi perubahan entitas pelaporan pada hal-hal sebagai berikut:

1. Penyajian statemen keuangan konsolidasian atau gabungan sebagai ganti statemen


perusahaan secara individual.
2. Perubahan grup perusahaan anak yang dimasukkan dalam statemen keuangan
konsolidasian.
3. Perubahan grup perusahaan-perusahaan yang membentuk statemen keuangan
gabungan.

Kuasi reorganisasi
Kuasi-reorganisasi biasanya dilakukan dalam hal terjadinya suatu defisit. PSAK No. 51
pasal 9 mendeskripsikan pengertian kuasi-reorganisasi sbb:
Kuasi-reorganisasi adalah reorganisasi, tanpa melalui reorganisasi secara hukum yang
dilakukanj dengan menilai kembali akun-akun aktiva dan kewajiban pada nilai wajar dan
mengeliminasi saldo defisit.
Paton dan Littleton (1970) menyebutkan bahwa kalau terjadi defisit, tia tidak perlu segera
diserap oleh modal setoran. Defisit dapat dianggap sebagai kontra jumlah modal setoran
dengan harapan operasi perusahaan di masa mendatang dapat menutup atau
menghilangkan defisit tersebut.
Proses kuasi-reorganisasi biasanya terdiri atas langkah-langkah berikut:
1. Aset dan kewajiban perusahaan dinilai kembali atas dasar nilai pasar atau nilai wajar
pada saat reorganisasi.
2. Modal setoran lain atau agio saham harus ditentukan jumlahnya sehingga cukup besar
untuk menutup defisit.
3. Saldo debit nlaba ditahan (defisit) dieliminasi dengan cara mendebit agio/premium
modal saham.
Dewan standar akuntansi menetapkan syarat-syarat perusahaan yang dapat melakukan
kuasi-reorganisasi yaitu (PSAK No. 51 pasal 11):
a. Perusahaan mengalami defisit dalam jumlah yang material.
b. Perusahaan harus memiliki status kelancaran usaha dan memiliki prospek yang baik
pada saat kuasi-reorganisasi dilakukan.
c. Perusahaan tidak sedang menghadapi permohonan kepailitan.
d. Tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku.
e. Saldo ekuitas sesudah kuasi-reorganisasi harus positif.

Pengaruh Defisit Terhadap Kreditor


Setiap defisit akan mengurangi batas perlindungan yang sebelumnya dinikmati oleh
kreditor perseroan dan tingkat pengurangan ini akan menjadi makin berpengaruh kalau
defisit semakin besar. Kalau laba ditahan jumlahnya cukup untuk menyerap rugi tertentu
maka tidak akan timbul defisit ditinjau dari segi neraca meskipun posisi kreditor menjadi
kurang terjamin dibandingkan dengan posisi sebelumnya terjadi rugi. Kalau rugi melebihi
laba ditahan jaminan kreditor mula-mula yang berupa ekuitas pemegang saham menjadi
berkurang. Kalau sebagain ekuitas pemegang saham yang telah disishkan sebagi agio
saham cukup untuk menyerap sisa rugi, maka jaminan panyangga bagi kreditor akan
terpengaruh juga. Kalau modal sahamk yuridis harus dikurangi untuk membentuk agio
yang cukup untuk menyerap defisit makan jelaslah ada pengerutan elemen jaminan
penyangga total mula-mula yang menjadi dasar utama kepercayaan kreditor dalam
menanamkan dananya.

Penyajian Modal Pemegang Saham


Dalam terjadi defisit urutan penyajian menggambarkan urutan penyerapan rugi sedangkan
dalam kondisi likuidasi urutan penyajian menggambarkan urutan perlindungan yuridis
bagi para penyedia dana dalam hal terjadi likuidasi.

Urutan Penyerapan Rugi


Urutan penyerapan biaya, rugi, dan rugi luar biasa dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Pendapatan kotor. Pos ini menyerap semua biaya dan rugi dan debit/ beban yang
berasal dari transaksi nonpemilik.
2. Laba bersih. Hal ini akan terjadi pendapatan kotor tidak cukup untuk menutup semua
kos terhabiskan baik yang berasal dari konsumsi manfaat maupun hilangnya manfaat.
Bila digunakan pendekatan laba komprhensif, laba bersih akan menjadi laba
konprehensif.
3. Laba ditahan. Hal ini hanya dapat dilakukan apabila laba bersih perioda berjalan
tidak cukup untuk menyerap suatu rugi tertentu atau rugi luar biasa.
4. Premium modal saham. Bagian modal ini baru dapat menyerap rugi kalau laba
ditahan dan laba ditahan telah habis untuki menyangga suatu rugi. Dengan kata lain,
modal saham harus tetap dijaga keutuhannya sampai premium modal saham benar-
benar telah habis.
5. Modal saham. Bila keutuhan modal yuridis telah terpengaruh secara substansial.
Kebijakan untuk melakukan kuasi-reorganisasi atau bahkan likuidasi perusahaan
mungkin diperlukan.

Urutan Menerima Distribusi Aset


1. Karyawan dan pemerintah. Pihak ini dapat dipandang sebagi kreditor yang
diprioritaskan yaitu karyawan dengan hak atas gaji dan pemerintah dengan hak
atas pajak terhutang.
2. Kreditor berjaminan. Pihak ini adalah pemegang obligasi atau kreditor lain yang
haknya dijamin dengan hak sita atas aset tertentu.
3. Kreditor takberjaminan. Pihak ini terdiri atas pada kreditor yang tidak dijamin
terrefleksi dalam utang usaha atau utang wesel baik jangka panjang maupun
jangka pendek.
4. Pemegang saham prioritas. Pihak ini dilindungi oleh laba ditahan sebagai
penyangga modal saham yuridis.
5. Pemegang saham biasa. Pihak ini merupakan pemegang hak atas sisa kekayaan
yang berarti bahwa pemegang saham biasa harus menanggung lebih dahulu rugi
defisit.

Perincian Laba Ditahan


Bila komponen-komponen tertentu yang berasal dari transaksi operasi dialporkan langsung ke
laba ditahan, laba ditahan dapat disajikan dan dirinci atas dasar sumber. Terdapat pula
kebiasaan bahwa laba ditahan disajikan dengan merincinya atas dasar tujuan dengan cara
yang disebut apropriasi dan pembatasab.

Perincian atas Dasar Sumber


Dengan dasar ini laba ditangan dapat dirinci menjadi laba ditahan yang berasal dari operasi
normal attau rutin dan yang berasal dari laba luar biasa. Dapat saja pembedaan antara kedua
nsumber laba ditahan tersebut dipertajam. Namum, sebenarnya tidak cukup beralasan untuk
memecah kembali jumlah rupiah bersih laba periodik atas dasar klasifikasi sumber bilamana
statemen laba rugi telah memuat semua faktor yang menentukan laba bersih dan laba
komprehensif ini telah ditansfer ke lana ditahan menjadi bagian dari ekuitas pemegang
saham. Jadi, nila perubahan akibat transaksi operasi dipisahkan secara tegas dengan transaksi
modal, statemen laba rugi telah merefleksi sumber laba ditahan shingga perincian laba
ditahan akan percuma.

Perincian Atas Dasar Tujuan Penggunaan


Ditunjukkan dengan adanya pos cadangan jaminan sosial, laba ditahan terbatas dan cadangan
umum. Perincian semacam itu sebenarnya sama saja dengan mengaitkan laba ditahan dengan
aset tertentu. Artinya, dalam aset apa saja laba ditahan terikat.
Penyertaan statemen laporan aliran kas lebih memenuhi tujuan pelaporan daripada perincian
resmi dalam laba ditahan dengan sebutan misalnya “cadangan ekspansi”.
Dalam rangka kebijakan deviden, perusahaan yang mempunyai rencana membagi deviden
menyisihkan laba ditahan menjadi “cadangan pembagian deviden” sebelum mengumumkan
deviden. Meskipun demikian, perlu dicatat bahwa dividen tersebut harus dibayar dengan kas.
Penyisihan tersebut sebenarnya tidak menjamin bahwa kas tersedia untuk keperluan tersebut.
Paton dan Littleton (1970) mengatakan bahwa penyisihan laba ditahan sebenarnya tidak
bermakna.
Penyisihan akan bermakna bila di sisi aset benar benar sejumlah rupiah untuk tujuan
penyisihan tersebut.
Bentuk lain penyisihan adalah untuk tujusn penyerapan kemungkinan rugi atau
ketidakpastian lainnya.

Laba Komprehensif
Perubahan akibat transaksi operasi atau transaksi nonpemilik harus dibedakan dan
dipisahkan secara tegas dengan perubahan akibat transaksi pemilik, semua perubahan akibat
transaksi operasi harus dilaporkan melalui statemen laba – rugi.
Masalah teoritis dalam hal ini adalah pos pos mana saja yang disajikan melalui statement laba
rugi dan pos pos mana saja yang dilaporkan melalui statemen laba ditahan. Dalam hal ini ada
dua pendekatan yang dianut yaitu kinerja sekarang atau normal dan semua termasuk atau
surplus bersih.

Laba Kinerja Sekarang


1. Laba harus mengukur efisiensi penggunaan sumber ekonomik untuk periode berjalan
sehingga laba harus bebas dari hal hal yang mengaburkan efisiensi.
2. Laba merupakan pengukur kinerja manajemen.
3. Laba harus dapat digunakan untuk melakukan perbandingan antarprioda dna atar
perusahaan secara bermakna.
4. Karena fiksasi fungsional pembaca statemen laba – rugi yang hanya melihat angka
akhir, pemasukan pos pos luar biasa dalam statemen laba rugi dapat menyestkan
pemakai.

Laba Semua – Termasuk


Yang diperhitungkan sebagai laba dan disajikan melalui statemen laba rugi adalah semua pos
akibat transaksi nonpemilik. Pendekatan ini dilandasi oleh konsep dasar kontinuitas usaha
yang memandang statemen laba – rugi merupakan penggalan aliran operasi (pendapatan dan
biaya) dalam jangka panjang. Untuk dapat memprediksi kemampuan melaba jangka panjang,
statemen laba – rugi tidak dapat berdiri sendiri tetapi harus disajikan sebagai rangkaian
statemen laba – rugi sepanjang umur perusahaan. Dengan demikian laporan laba – rugi
periodik harus memuat pos pos yang tidak normal atau liar biasa.

Alasan Mendasar
Patton dan Littleton (1970) mengajukan argumen mendasar dalam mendukung pendekatan
laba semua tyermasuk yaitu konsep pemanfaatan aset. Konsep ini memandang bahwa
manajemen mengelola aset sebagai satu kesatuan.

Konsep pemanfaatan aset


Pemisahan laba menjadi normal dan tidak normal dalam dua statemen akan cenderung
mengalihkan pusat perhatian pemakai secara tidak semestinya ke laba normal dan dengan
demikian secara tidak sadar mengurangi perhatian pembaca akan keefektifan manajemen
secara keseluruhan.
Paton dan Littleton menegaskan bahwa pemecahan yang paling logis adalah membaca
serangkaian statemen laba-rugi komprehensif periode – periode sebelumnya.

Konsep aset kapital


Konsep ini membedakan fungsi aset lancar dan aset tetap. Dengan demikian perubahan aset
tetap karena penjualan atau penghentian berbeda dengan perubahan karena pemanfaatan aset
untuk menciptakan laba (melalui depresiasi) sehingga laba atau rugi pemberhentian aset
harus dilaporkan terpisah sebagai penyesuai laba ditahan.
Argumen yang diajukan oleh hendriksen dan van breda (1992) dan sumber lainnya yang
mendukung pendekatan laba semua termasuk dalam menyajikan statemen laba – rugi.

1. Secara teknis, penggunggungan laba tahunan selama umur perusahaan harus sama
dengan laba total perusahaan.
2. Pengeluaran pos pos nonpemilik dari perhitungan laba memberi kesempatan pada
manajemen untuk melakukan manipulasi atau manajemen laba.
3. Tidak selalu mudah untuk menentukan apakah suatu pos bersifat operasi atau non
operasi, reguler atau takreguler, normal atau taknormal.
4. Dengan memasukkan semua pos pos yang berasal dari transaksi nonpemilik dan
dengan pengungkapan yang layak, pemakai laporan mempunyai keleluasaan untuk
mereklasifikasi dan menentukan sendiri laba antara yang dianggap berpaut dan
bermanfaat untuk pengambilan keputusan.
5. Pengertian operasi perusahaan harus diinterpretasi dalam perspektif yang luas tidak
terbatas pada kegiatan produksi dan penjualan produk utama.

Penyajian Laba Komprehensif


Dengan dianutnya pendekatan laba semua-termasuk atau laba komprehensif, masalahnya
adalah bagaimana menyajikan komponen-komponen pembentuk laba komprehensif dan
bagaimana penyajiannya dalam statement laba-rugi.
Komponen-Komponen Pembentuk Statement Laba-rugi

1) Seksi operasi utama (major operating activities section):


a) Penjualan atau pendapatan
b) Kos barang terjual
c) Biaya penjualan
d) Biaya administrative atau umum
2) Seksi operasi tambahan (secondary or auxiliary activities section):
a) Pendapatan lainnya dan untung (other revenues and gains)
b) Biaya lainnya dan rugi (other expenses and losses)
3) Pajak penghasilan (income taxes)
4) Operasi hentian/taklanjutkanan (discontinued operations)
5) Pos-pos luar biasa/ekstraordiner (extraordinary items)
6) Pengaruh kumulatif perubahan prinsip akuntansi
7) Pengaruh kumulatif perubahan estimate/taksiran
8) Perubahan ekuitas nonpemilik lainnya. termasuk pos-pos penerobos
Komponen 6) dan 7) juga dikategori sebagai komponen perubahan ekuitas nonpemilik dan
keduanya disebut pengaruh kumulatif perubahan akuntansi atau penyesuaian kumulatif
akuntansi sehingga pos-pos selain yang masuk kategori ini dengan perubahan ekuitas
nonpemilik lainnya. KArena komponen 1) sampai 8) semuanya masuk dalam statement laba-
rugi, angka bersih yang diperoleh disebut dengan laba komprehensif. Tujuan
dimasukkannya komponen 8) dalam statement laba-rugi adalah untuk mencegah
penyembunyian atau penghilangan secara diskresioner pos-pos laba atau rugi tertentu dari
statement laba-rugi. Dengan kata lain, tujuannya adalah mencegah penyalahgunaan (abuse).
Komponen 6) dan 7) dikeluarkan dari laba bersih dan dilaporkan sebagai perubahan ekuitas
nonpemilik dan angka bersih yang diperoleh dari komponen 1) sampai 5) disebut dengan
laba perioda (earnings) dan laba bersih setelah komponen 6) dan 7) disebut laba perioda
bersih (net earnings). Bila terjadi rugi, laba komprehensif menjadi rugi komprehensif. Laba
komprehensif dapat disebut pula perubahan ekuitas nonpemilik total.
Terdapat dua pendekatan penyusunan statement laba-rugi yaitu:

1. Pendekatan satu-statement (one statement approach)


untuk menyajikan komponen 1) sampai 8), menyajikan kedelapan komponen tersebut
dalam satu statement yang disebut statement laba-rugi dan laba-rugi komprehensif.
2. Pendekatan dua-statement
memisahkan pelaporan komponen 1) sampai 7) dalam statement laba-rugi (statement of
income) dan menyajikan pengaruh komponen 8 terhadap laba perioda bersih dalam
statement laba-rugi komprehensif.
Dengan pendekatan semua-termasuk, FASB memperluas cakupan laba yang meliputi pula
apa yang sebelumnya disebut pos-pos penerobos (bypassing items). Pos-pos penerobos
adalah pos-pos yang dilaporkan langsung dalam statement laba ditahan tanpa melalui
statement laba-rugi. Contoh pos-pos ini antara lain adalah laba menahan/penahan atau laba
fluktuasi harga belum terealisasi dan penyesuaian penjabaran mata uang asing. Selain itu,
FASB juga mengantisipasi adanya pos-pos lain yang mempresentasi perubahan ekuitas
nonpemilik yang harus dilaporkan melalui statement laba-rugi

Anda mungkin juga menyukai