BAB 10-11
Disusun Oleh:
Iman Nearallah Naufal (F0319060)
PRODI S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2021
BAB 10 LABA (INCOME)
Makna income dalam konteks perpajakan dapat berbeda atau bahkan berbeda dengan makna
income dalam akuntansi atau pelaporan keuangan. Dalam perpajakan, income dimaknai
sebagai jumlah kotor sehingga diterjemahkan sebagai penghasilan sebagaimana digunakan
dalam Standar Akuntansi Keuangan.
Dalam buku-buku teks akuntansi (khususnya teori akuntansi, istilah income pada umumnya
dimaknai sebagai jumlah bersih sehingga istilah laba lebih menggambarkan apa yang
dimaksud income dalam buku-buku tersebut. Laba komprehensif dimaknai sebagai kenaikan
aset bersih selain yang berasal dari transaksi pemilik.
a. Laba akuntansi belum didefinisi secara semantik dan jelas sehingga laba tersebut
secara intutif dan ekonomik bermakna.
b. Penyajian dan pengukuran laba masih difokuskan pada pemegang saham biasa atau
residual.
c. Prinsip akuntansi berterima umum ( PABU ) sebagai pedoman pengukuran laba masih
memberi peluang untuk terjadinya ketaktaatsasan ( inkonsistensi ) antarperusahaan.
d. Karena didasarkan pada konsep kos historis, laba akuntansi secara umum belum
memperhitungkan pengaruh perubahan daya beli dan harga.
e. Dalam menilai kinerja perusahaan secara keseluruhan, investor dan kreditor
memandang informasi selain laba akuntansi juga bermanfaat atau bahkan lebih
bermanfaat sehingga ketepatan laba akuntansi belum menjadi tuntutan yang
mendesak.
Pengukur Kinerja
Daya melaba merupakan informasi semantik yang diharpkan dibawa oleh informasi akuntansi
melalui statemen keuangan yaitu objek, ukuran, dan hubungan. Jadi untuk menentukan daya
melaba, tiga komponen harus diketahui yaitu laba, perioda, dan tingkat sumber daya
( investasi ). Jadi, laba dapat merepresentasi kinerja efisiensi karena laba menentukan ROI,
ROA, dan ROL sebagai pengukur efisiensi.
Makna Laba
Pemaknaan laba sebagai pengukur efisiensi, konfirmasi harapan investor, dan estimator laba
ekonomik merupakan gagasan-gagasan untuk menemukan definisi ( konsep atau makna )
laba yang tepat untuk tujuan akuntansi. Dari pengertian laba tersebut, dapat disimpulkan
bahwa laba secara konseptual mempunyai karakteristik umum sebagai berikut :
Pendekatan Transaksi
Dengan pendekatan ini, laba diukur dan diakui pada saat terjadinya transaksi yang
kemudian terakumulasi sampai sakhir periode. Oleh karena itu, pengukuran dan pengakuan
laba juga akan parallel dengan kriteria pengakuan pendapatan dan biaya. Dengan demikian,
pengakuan laba atas dasar pendekatan ini sama dengan pengakuan pendapatan atas dasar
kriteria terealisasi dan sama dengan pengakuan biaya atas dasar kriteria konsumsi manfaat.
Karena laba melekat pada pendapatan, dengan pendekatan transaksi dapat dikatakan
bahwa laba timbul dan diakui pada saat penjualan atau pertukaran terjadi. Laba akan
terhitung setelah biaya yang diperkirakan mendatangkan pendapatan juga diakui. Beberapa
keuntungan pendekatan transaksi bagi akuntansi :
Pendekatan Kegiatan
Dengan pendekatan ini, laba dianggap timbul bersamaan dengan berlangsungnya
kegiatan atau kejadian bukan sebagai hasil suatu transaksi pada saat tertentu. Pendekatan ini
parallel dengan konsep penghimpunan atau pembentukan pendapatan sebagai basis
pengakuan pendapatan. Dengan konsep ini, pendaapatan dapat dinyatakan telah terbentuk
bersamaan dengan telah dilakukannya kegiatan operasi perusahaan dalam arti luas.
Pendekatan ini mempunyai keunggulan dalam membantu manajemen melakukan
analisis internal. Berbagai konsep laba dapat diciptakan untuk mengukur efisiensi dan
profitabilitas tiap kegiatan/bagian operasi, mengendalikan perilaku manajer divisi dengan
system pengendalian manajemen, dan menentukan kompensasi. Dalam penerapannya, kedua
pendekatan diatas tidak berdiri sendiri melainkan saling melengkapi.
Jenis Kapital
1. Kapital Finansial
Kapital Finansial adalah klaim dipandang dari jumlah rupiah atau nilai yang melekat
padanya tanpa memperthatikan wujud fisis klaim tersebut. Dalam anilisis statemen
keuangan tradisional, tingkat kembalian atas kapital finansial ini dinyatakan sebagai
tingkat kembalian atau asset total (ROA) yang dirumuskan :
Laba Bersih+Biaya Bunga
ROA=
Aset total Rata−rata
Dari sudut pandang kreditor, kapital finansial adalah jumah pinjaman yang tertanam
diperusahaan. Jumlah rupiah pinjaman ditambah bunga yang menjadi hak kreditor
selama periode merupakan laba kreditor.
2. Kapital Fisis
Adalah sumber ekonomik yang dikuasai oleh entitas yang dipandang atau dimaknai
sebagai kapasitas produksi fisis yaitu kemampuan menghasilkan barang dan jasa.
Kapital fisis secara umum tidak relevan dari sudut pandang investor dan kreditor.
Dengan konsep ini, laba atau kembalian atas kapital fisis akan timbul bila kapasitas
produksi fisis pada akhir suatu peride melebihi kapasitas produksi fisis pada awal
periode. Yang harus diperhatikan dalam menetukan laba adalah kapasitas produksi
fisis. Laba akhirnya harus dinyatakan dalam jumlah rupiah. Oleh karena itu, kapasitas
produksi fisis akhirnya harus dinyatakan dalam jumah rupiah.
Skala Pengukuran
1. Skala Nominal
Skala rupiah nominal adalah satuan rupiah sebagaimana telah terjadi tanpa
memperthatikan perubahan daya beli dengan berjalannya waktu akibat perubahan
kondisi ekonomik. Dengan kata lain, jumlah rupiah untuk waktu yang berbeda
dianggap homogenus atau berdaya beli sama sehingga dapat saling dijumlahkan atau
dikurangkan. Pengukuran dengan skala nominal lebih menitiberatkan pada jumlah
unit rupiah daripada jumlah unit daya beli.
2. Skala Daya Beli
Skala daya beli merupakanskala untuk mengatasi kelemahan skala nominal rupiah.
Dengan skala ini skala nominal rupiahdinyatakan kembali atau dihomogenuskan
dalam bentuk rupiah daya beli atas dasar indeks harga tertentu. Perubahan skala
pengukuran dari nominal rupiah ke daya beli secara substantive tidak berpengaruh
terhadap laba sebagai perubahan nilai ekonomik kapital, yang berubah adalah skala
pengukurnya sebagaimana tambahan berat seseorang dalam suatu periode tidak akan
berubah karena pengukurnya di ubah dari kilogram menjadi pon.
1. Kos Historis
Kos historis merupakan jumlah rupiah sepakatan atau harga pertukarann yang telah
tercatat dalam system pembukuan. Masalah kos historis hendaknya dibedakan dengan
skala rupiah nominal. Kos historis berkaitan dengan masalah pilihan jumlah rupiah
mana yang akan dilekatkan pada elemen statemen keuangan sedangkan skala nominal
berkaitan dengan pilihan unit pengukur yang akan digunakan.
2. Kos Sekarang
Kos sekarang menunjukkan jumlah rupiah harga pertukaran atau kesepakatan yang
diperlukan sekarang oleh unit usaha untuk memperoleh asset yang sama jenis dan
kondisinya atau penggantinya yang setara. Harga pertukaran harus ditentukan dari
pasar barang yang sekarang digunakan kesatuan usaha.
Selisih anatara kos historis dengan kos sekarang harus dibedakan dengan selisisih
akibat dijabarkannya rupiah nominal menjadi rupiah daya beli. Kos sekarang berbeda
dengan kos historis bukan karena perubahan harga umum tetapi karena perubahan
selera, tekhnologi, dan fungsi.
Pengendalian Manajemen
Laba mempunyai peran penting dalam suatu sistem pengendalian manajemen. Sistem ini
dirancang untuk mengarahkan perilaku para manajer agar mereka memaksimumkan
kepentingan dirinya atau divisinya tetapi pada saat yang sama kepentingan perusahaan secara
keseluruhan juga tercapai. Bila hal ini tercapai, terjadilah apa yang disebut keselarasan
tujuan.
Entitas Investor
Investor yang dimaksud pada teori entitas investor adalah penyedia dana utama
perusahaan yaitu kreditor (jangka panjang) dan pemegang saham (preferensi dan biasa).
Pada teori ini kedua kelompok dipandang sebagai mitra manajemen (management
associates) dimana perusahaan melalui manajemen bertindak atas nama investor. Dan
oleh karenany alaporan keuangan harus dilaksanakan untuk kepentingan kedua kelompok
tersebut. Persamaan akuntansinya adalah sebagai berikut:
Laba diartikan sebagai jumlah yang menjadi hak investor. Sebagai konsekuensi, bunga
kepada kreditor jangka panjang dan dividen kepada pemegang saham bukan
merupakan biaya tetapi lebih merupakan distribusi laba. Pajak berstatus sebagai biaya
bagi investor. Bunga dan dividen merupakan pembagian laba bukan biaya. Teori ini
disebut juga sudut pandang entitas tradisional (traditional view of entity).
Entitas Pemilik
Teori entitas ini memandang pemegang saham (biasa dan istimewa) sebagai pemilik
(proprietor) dan menjadi pusat perhatian akuntansi. Kreditor dianggap sebagai pihak luar.
Pemegang saham tetap menjadi mitra manajemen. Aset menjadi milik pribadi pemegang
saham sehingga utang merupakan keharusan pemegang saham. Artinya, pemegang saham
menanggung segala resiko yang berkaitan dengan utang. Dengan sudut pandang ini, asset
bersih menjadi perhatian utama bagi pemegang saham. Teori ini dapat dinyatakan dalam
persamaan akuntansi berikut ini :
Aset- Kewajiban = Ekuitas
Kreditor, pemerintah, dan pihak atau entitas lain (bahkan manajemen) dianggap sebagai
pihak luar pemilik sehingga semua kos yang dikorbankan yang bersangkutan dengan
pihak tersebut (misalnya gaji, bunga, dan pajak) akan dianggap sebagai biaya bukannya
distribusi laba. Laba dalam teori entitas ini adalah selisih pendapatan dan biaya yang
menjadi hak akhir pemilik.
Entitas Pemilik Residual
Konsep entitas ini memandang pemegang saham biasa sebagai pusat perhatian akuntansi.
Dalam pendekatan ini, pemilik adalah pemegang saham biasa. Pemegang saham istimewa
dianggap sebagai pihak luar sehingga dividen untuk mereka dipandang sebagai biaya.
Teori ini dapat dinyatakan dalam persamaan akuntansi berikut ini :
Dalam persamaan tersebut, ekuitas spesifik adalah utang dan ekuitas saham istimewa.
Teori ini dilandasi oleh pemikiran bahwa pemegang saham biasa adalah pihak yang
akhirnya menanggung resiko ketidakpastian masa datang tetapi juga menikmati segala
pengembalian setelah pihak yang lain terpenuhi haknya. Laba dan laba persaham untuk
pemegang saham biasa menjadi informasi penting yang harus disajikan dalam statement
laba-rugi.
Entitas Pengendali
Konsep ini tidak secara langsung berkaitan dengan makna laba tetapi lebih berkaitan
dengan penyajian data akuntansi secara keseluruhan. Teori ini menitiberatkan
pandangannya kepada pihak yang mengendalikan sumber ekonomi perusahaan tanpa
memperhatikan pemilikan seperti konsep kesatuan yang lain. Pengendalian hanya dapat
dilakukan oleh manusia dan oleh karenanya siapa yang mengendalikan harus
diidentifikasi dan kemudian akuntansi memusatkan perhatiaanya pada para pengendali.
Implikasi konsep ini hampir sama dengan implikasi konsep kesatuan usaha. Dengan teori
ini, sudut pandang akuntansi adalah manajemen puncak sebagai pengendali bukan
pemilik sehingga neraca dipandang sebagai statement tentang sumber dan penggunaan
dana yang menunjukan pertanggungjawaban manajemen.
Statement laba-rugi dipandang sebagai penjelasan atas kegiatan manajemen dari sudut
pandang manajemen sehingga statement laba-rugi harus menunjukkan hasil (laba) untuk
tiap kegiatan yang dapat berupa projek, produk, atau segmen bisnis lainnya. Meskipun
demikian, manajemen juga menyiapkan statemen laba rugi untuk menunjukkan kinerja
kesatuan usaha secara keseluruhan.
Entitas Dana
Dana (fund) mempunyai dua pengertian yang saling diracukan. Dana dapat diartikan
sebagai kas (uang), aset likuid, atau sumber keuangan (financial resources) yang dapat
digunakan untuk menandai suatu kegiatan, program, atau projek dalam rangka mencapai
tujuan tertentu. Dana juga dapat berarti kesatuan, wadah, atau pusat yang dapat berupa
kegiatan, program, atau projek yang didanai dengan aset likuid tersebut. Teori entitas
dana dapat dinyatakan dalam persamaan berikut ini :
Penyajian Laba
Masalah konseptual yang erat kaitannya dengan penyajian adalah pemisahan pelaporan pos-
pos transaksi operasi dan pos-pos transaksi dengan pemilik (transasi modal). Pos-pos operasi
dalam arti luas (termasuk nonpemilik) pada umumnya dilaporkan melalui statemen laba rugi
sedangkan pos-pos yang jelas merupakan transaksi modal dilaporkan melalui statemen laba
ditahan atau atau statemen perubahan ekuitas.
Bab 11
EKUITAS
Pengertian
Dalam kerangka dasar Standart Akuntansi Keuangan (2002) misalnya Ikatan
Akuntansi Indonesia (IAI) mandefinisi ekuitas sebagai berikut :
Ekuitas adalah hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban.
Lain-lain
Komponen lain-lain terdiri atas pos-pos yang tidak tepat dimasukkan dalam komponen modal
setoran lainnya atau laba ditahan tetapi sering diklasifikasikan sebagai pos ekuitas pemegang
saham. Pos-pos ini misalnya adalah untung penahanan belum terrealisasi lainnya, selisih
revaluasi, dan hak pemegang saham minoritas.
Modal Yuridis
Modal yuridis timbul karena ketentuan hukum yang mengharuskan bahwa harus ada
sejumlah rupiah yang harus dipertahankan dalam rangka perlindungan rehadap pihak lain.
Bentuk ketentuan hukum ini adalahbahwa saham harus mempunyai nilai nominal atau nilai
minimum yang dinyatakan untuk menunjukkan hak yuridis. Modal yuridis merupakan
jumlah rupiah “minimal” yang harus disetor oleh investor sehingga membentuk modal
yuridis.
1. Pemesanan saham
2. Obligasi terkonversi atau berhak-tukar.
3. Saham istimewa terkonversi atau berhak-tukar,
4. Dividen saham.
Opsi Saham
Opsi merupakan instrumen yang digolongkan sebagai sekuritas turunan-saham atau derivatif-
saham. Disebut turunan karena harus ada sekuritas yang melandasi atau menjadi basis. Secara
umum opsi diartikan sebagai klaim untuk membeli atau menjual saham tertentu yang sengaja
diciptakan oleh investor untuk dijual kepada investor lain. Terdapat dua macam opsi yaitu
call dan put. Opsi call memberi hak kepada pemegang untuk membeli sejumlah saham
dengan harga tertentu setiap saat sebelum hak tersebut habis pada tanggal tertentu. Opsi put
memberi hak kepada pemegang untuk menjual sejumlah saham dengan harga tertentu setiap
saat sebelum hak tersebut habis pada tanggal tertentu. Opsi dijual oleh penerbit dengan harga
tertentu (disebut option premium atau price).
Dalam arti khusus, opsi saham adalah semacam kontrak yang memberi hak kepada karyawan
perusahaan (termasuk manajer atau pemimpin) untuk membeli saham perusahaan dalam
jangka waktu tertentu dengan harga yang tertentu pula. Pada umumnya harga pengambilan di
bawah harga pasar saham yang bersangkutan atau harga yang ditawarkan kepada pihak lain.
Kebijakan semacam ini sering disebut dengan program opsi saham karyawan. Opsi saham ini
biasanya digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan loyalitas dan motivasi karyawan
dengan menjadikan pemilik perusahaan dan untuk menambah penghasilan karyawan.
Terdapat masalah akuntansi yang berkaitan dengan opsi saham karyawan, yaitu : (1) apakah
manfaat yang didapat karyawan dari opsi saham merupakan kompensasi/imbalan tambahan;
(2) kalau merupakan kompensasi tambahan, bagaimana mengukur kompensasi tersebut; dan
(3) kapan atau dalam periode mana tambahan kompensasi tersebut dapat diakui sebagai biaya
(gaji dan upah)
1) Hampir seluruh karyawan penuh yang memenuhi kualifikasi jabatan terbatas boleh
berpartisipasi dalam program opsi saham
2) Karyawan mempunyai hak membeli saham dalam jumlah yang sama atau atas dasar
persentase tertentu dari gaji atau upah
3) Jangka waktu opsi tidak terlalu lama
4) Harga saham tidak terlalu rendah dibandingkan dengan harga pasar saham atau harga
yang ditawarkan kepada pihak lain.
Diasumsikan bahwa pemberian hak opsi tersebut tidak mempunyai konsekuensi bagi
karyawan untuk melaksanakan kewajiban atau pekerjaan tambahan. Pada umumnya, jika opsi
saham tersebut nonimbalan, harga saham atau harga pengambilan ditentukan sama dengan
harga pasar saham pada saat opsi saham diberikan. Jika karyawan ternyata memperoleh
manfaat karena harga saham ternyata lebih rendah daripada harga pasar pada saat opsi saham
diambil, manfaat tersebut dapat dipandang sebagai untung akibat spekulasi karyawan dan
bukan sebagai penghasilan tambahan untuk jasa yang diberikan oleh karyawan.
Opsi Saham Imbalan
Jika program opsi saham tidak memenuhi kriteria sebagai opsi saham nonimbalan, tentunya
opsi saham tersebut merupakan opsi saham imbalan. Misalnya, opsi saham yang ditawarkan
kepada para eksekutif tertentu. Jika banyaknya saham dan harga pengambilan sudah
diketahui pada saat opsi ditawarkan maka kompensasi dapat diukur pada saat itu atas dasar
selisih harga pasar dan harga pengambilan. Akan tetapi, jika saham cacah dan harga
pengambilan tergantung pada hal-hal yang akan terjadi di masa mendatang, kompensasi yang
diperhitungkan dan diakui sebagai biaya biasanya adalah selisih harga pengambilan dan
harga pasar pada tanggal pengukuran. Tanggal pengukuran alternatif ini akan ditentukan
berdasarkan tanggal yang informasi berikut diketahui lebih dahulu (1) banyaknya saham yang
dapat dibeli oleh karyawan atau (2) harga pengambilan. Tidak berarti bahwa karyawan harus
mengambil opsi pada tanggal tersebut. Alasan pengukuran biaya pada saat opsi ditawarkan
atau pada tanggal alternatif di atas adalah : (a) pada tanggal tersebut kompensasi dapat diukur
dengan cukup pasti baik bagi perusahaan maupun karyawan; (b) harga pada tanggal tersebut
dianggap merupakan harga kesepakatan bagi kedua belah pihak sehingga jumlah rupiahnya
objektif; (c) selisih harga pada tanggal tersebut dapat dianggap sebagai kos untuk mencapai
tujuan penerbitan opsi; dan (d) keputusan untuk mengambil opsi saham ada ditangan
karyawan sehingga perubahan harga saham bukan merupakan kos bagi perusahaan.
Waran
Waran adalah efek yang diterbitkan oleh suatu perusahaan yang memberi hak kepada
pemegangnya untuk memesan saham dari perusahaan tersebut pada harga dan jangka waktu
tertentu (PSAK No. 41, pasal 03). Pemegang waran dapat membeli sejumlah saham dengan
mengembalikan waran tersebut dan membayar sejumlah uang kas tertentu. waran berbeda
dengan hak beli saham dan opsi saham dalam beberapa aspek yaitu:
1) Waran diterbitkan oleh perusahaan sedangkan hak beli saham (call dan put)
diterbitkan oleh investor (baik individual maupun institusional)
2) Jangka waktu opsi waran biasanya lebih lama (dapat tahunan) daripada jangka waktu
opsi hak beli saham
3) Waran dijual atau diterbitkan kepada umum (bukan pemegang saham atau karyawan
perusahaan) dan biasanya hal ini menjadi syarat bagi pembeli
4) Saham dijual dengan harga tertentu/tunai
5) Harga pembelian saham total (harga waran plus tambahan kas) pada saat pengambilan
opsi biasanya melebihi harga pasar saham pada saat waran ditawarkan
6) Bila hak opsi tidak diambil, kos waran tidak dapat ditarik kembali oleh pemegang
waran
7) Waran dapat diterbitkan menyertai penerbitan surat utang (obligasi).
Karena terdapat aliran masuk dana, jumlah rupiah yang diterima dari penjualan kupon saham
dapat diakui dan dikategori sebagai modal setoran baik sebagai modal saham atau modal
setoran lain. PSAK No. 41 telah menetapkan perlakuan akuntansi untuk berbagai jenis waran,
sebagai berikut :
- Jumlah rupiah hasil penerbitan sekuritas (utang atau ekuitas) yang disertai waran
lepas dialokasi ke sekuritas dan waran atas dasaar nilai wajar masing-masing
komponen pada saat penerbitannya. Jumlah rupiah yang melekat pada waran
dilaporkan sebagai modal setoran lainnya dan jumlah rupiah yang melekat pada
sekuritas dilaporkan sebagai kewajiban atau ekuitas sesuai dengan karakteristiknya
(pasal 15)
- Apabila warran diambil, jumlah rupiah yang melekat pada waran dikapitalisasi ke
modal saham dan agio saham (bila ada). Apabila waran tidak diambil sampai masa
opsi berakhir, jumlah rupiah tercatat waran tetap diperlakukan sebagai modal setoran
lain (pasal 16)
- Seluruh jumlah rupiah hasil penerbitan sekuritas yang disertai waran lekat diakui
seluruhnya sebagai kewajiban atau ekuitas sesuai dengan karakteristiknya (pasal 17)
- Penerbitan waran bebas diperlakukan sebagai modal setoran lain sebesar jumlah
rupiah hasil penerbitan tersebut. Bila waran bebas diterbitkan secara cuma-cuma,
tidak diperlakukan penaksiran nilai waran untuk diakui sebagai modal setoran lain
(pasal 18-19).
Saham Treasuri
Transaksi yang jelas akan mengurangi modal setoran adalah penarikan kembali saham untuk
sementara menjadi saham treasuri. Beberapa alasan perusahaan melakukan penarikan
kembali saham sebagai saham treasuri adalah :
1) Saham tersebut akan diterbitkan kemabali kepada karyawan dalam program opsi
saham dan
2) Saham tersebut akan digunakan untuk membeli perusahaan lain dalam transksi
penggabungan usaha.
Masalah teoritis yang melekat pada transaksi saham treasuri adalah penentuan jumlah rupiah
yang harus dianggap sebagai pengurangan modal setoran dan laba ditahan; dan
pengungkapan pengaruhnya terhadap modal yuridis bila saham treasuri dijual kembali.
Mengenai hal ini, ada dua pendekatan atau konsep yang dapat diterapkan yaitu konsep satu
transaksi dan dua transaksi.
(1) Memperlakukan selisih sebgai pengembalian modal setoran dan karenanya harus
didebut ke premium atau diskon saham yang sekelas;
Dasar pemikiran hal ini adalah bahwa substansi lebih penting dari bentuk. Substansi
transaksi saham treasuri adlaah transfer antara pemegang saham yang satu ke yang
lain dengan perusahaan sebgai agen dan cacah saham yang beredar tidak berubah.
(2) Jumlah rupiah selisih dipecah secara proporsional atas dasar modal saham dan agio
saham sebelum penarikan saham treasuri;
Landasan utama perlakuan ini adalah peraturan hukum yang mengahruskan modal
saham dipertahankan keutuhannya. Jumlah yang berkaitan dengan agio saham
dibebankan ke agio saham tetapi yang berkaitan dengan modal saham dibebankan ke
laba ditahan.
(3) Membebankan seluruh selisih ke laba ditahan.
Alasan perlakuan ini semata-mata kepraktisan dan konservatismen. Sedangakan
alasan teoritisnya adalah bahw jika pembelian dan penjualan dianggap sebagai satu
transaksi maka esensi selisih tersebut adalah disrtibusi aset (semacam dividen) kepada
beberapa pemegang saham secara selektif.
a) Dapat diidentifikasi secara tegas sebagai akibat atau dapat dikaitkan langsung dengan
kegiatan-kegiatan bisnis dalam periode tertentu masa lalu
b) Tidak timbul akibat peristiwa ekonomik yang terjadi setelah tanggal statemen
keuangan periode yang lalu. Artinya, peristiwa yang menimbulka jumlah rupiah telah
terjadi di masa lalu, hanya tidak pasti jumlahnya atau waktu mengikatnya bagi
perusahaan
c) Sangat bergantung pada ketepatan pihak lain selain manajemen. Artinya, jumlah dan
kepastian mengikatnya tidak berada di bawah pengendalian atau keputusan manjamen
d) Tidak dapat ditaksi atau diantisipasi secara layak sebelum adanya ketepatan tersebut.
Pada umumnya, penyesuaian periode lalu berkaitan dengan masalah ketidakpastian di masa
lalu tentang suatu kejadian atau jumlah dalam peristiwa yang sangat khusus. Ketidakpastian
semacam ini dalam akuntansi biasanya digolongkan dalam apa yang disebut kebergantungan
rugi. Rugi bergantung dapat diakui dalam periode timbulnya kemungkinan asalkan dipenuhi
kedua kriteria pengakuan berikut:
Koreksi Kesalahan
Dalam hal tertentu, kesalahan tidak segera diketahui dan baru ketahuan beberapa waktu atau
bahkan beberapa perioda setelah statemen keuangan disusun dan diterbitkan.
Untuk dapat disebut kesalahan, suatu jumlah rupiah harus berasal dari kesalahan hitung,
kesalahan aplikasi atau penerapan prinsip akuntansi, atau kekhilafan atau kekeliruan
menggunakan fakta yang tersedia pada saat penyusunan laporan keuangan. APB
membedakan antara kesalahan dengan perubahan taksiran atau perubahan akuntansi.
Perubahan taksiran atau akuntansi muncul dari adanya informasi atau perkembangan baru
yang berarti dari tilikan yang lebih baik atau pertimbangan yang lebih mantap. Untuk disebut
kesalahan, harus ada unsur kekhilafan atau salah pakai informasi.
Perubahan Akuntansi
Ada tiga macam perubahan akuntansi yaitu:
1. Perubahan prinsip atau metoda akuntansi (change in accounting principle or method)
2. Perubahan taksiran akuntansi (change in accounting estimate)
3. Perubahan kesatuan pelaporan (change in the reporting entity)
Penyesuaian Retroaktif
Metoda ini mengakui pengaruh kumulatif perubahan dalam laba perioda yang lalu
sebagai penyesuaian perioda lalu. Ini berarti saldo awal akun laba diatahan perioda
sekarang disesuaikan dengan pengaruh kumulatif tersebut dan laporan-laporan perioda
sebelumnya disusun kembali sesuai dengan perubahan tersebut.
Penyesuaian Sekarang
Metoda ini mengakui seluruh pengaruh perubahan dalam laba perioda yang lalu sebagai
komponen dalam menghitung laba perioda sekarang (perioda terjadinya perubahan).
Perlakuan ini di dasar beberapa gagasan. Pertama, semua pos yang yang mempengaruhi
laba perusahaan harus dilaporkan melalui statemen laba rugi. Kedua, pada umumnya
perubahan akuntansi cukup sering terjadi sehingga tidak praktis untuk selalu mengadakan
revisi statemen keuangan perioda-perioda sebelumnya. Ketiga, pengungkapan yang jelas
dalam pelaporan laba perioda sekarang sudah cukup memadai untuk mengungkapkan
pengaruh perubahan tersebut sehingga kemungkinan pembaca laporan keuangan akan
melewatkan informasi perubahan dapat diatasi. Keempat, penyusunan kembali statemen
keuangan perioda lalu dapat menurunkan keyakinan publijk terhadap statemen keuangan
dan dapat membingungkan pemakai.
Penyesuaian Sekarang dan Prospektif
Metoda ini menyebar pengaruh kumulatif perubahan dalam laba perioda yang lalu ke
perioda sekarang dan beberapa perioda mendatang yang sesuai. Perlakuan ini dilandasi
oleh argumen bahwa perubahan akuntansi merupakan sesuatu hal yang tidak dapat
dihindari dalam proses akuntansi yang bersifat memenuhi kebutuhan yang berkembahang.
Perubahan prinsip atau metoda akuntansi. Perubahan ini misalnya adalah pergantian
metoda depresiasi dari persentase nilai buku ke garis lurus atau sebaliknya. Perubahan
dapat disebabkan oleh terbitnya standar baru yang menetapkan penggunaan metoda
tertentu atau menolak sama sekali metoda tertentu.
Dalam hal ini, APB Opinion No.20 menganut penyesuaian sekarang memperlakukan
perubahan metoda akuntansi. Secara teknis, perlakukan tersebut dilaksanakan sebagai
berikut:
a. Statemen keuangan bebrapa perioda sebelumnya perubahan disertakan dalam
pelaporan seperti apa adanya untuk tujuan perbandingan.
b. Pengaruh kumulatif perubahan terhadap laba ditahan awal perioda sekarang
dilaporkan dalam statemen laba rugi perioda sekaranng (terjadinya perubahan)
c. Pengaruh penggunaan metoda baru terhadap laba sebelum pos luar biasa dan terhadap
laba bersih (termasuk EPS) untuk perioda pergantian metoda perlu diungkapkan.
d. Laba sebelum pos-pos luar biasa dan laba bersih (termasuk EPS) yang dihitung secara
pro forma atas dasar metoda baru harus ditunjjukan dalam statemen laba rugi untuk
perioda-perioda yang disajikan seakan-akan prinsip baru telah diterapkan untuk
perioda-perioda tersebut.
Ada beberapa perubahan yang kecualikan dari ketentuan umum di atas. Beberapa hal
yang dikecualikan tersebut adalah:
1. Perubahan dari MTKP ke metoda aliran kos yang lain.
2. Perubahan (misalnya dari kontreak selesai ke persentase penyelesaian sebaliknya).
3. Perubahan metoda akuntansi dari kos penuh ke upaya sukses yang digunakan
dalam perusahaan ekstraktif.
4. Perubahan akuntansi investasi jangkapanjang dari metode kas ke metoda aekuitas
karena perubahan pemilikan dari 20% ke bawah menjadi 20% atau lebih.
5. Setiap perubahan akuntansi sebelum perusahaan mempublik.
6. Setiap perubahan prinsip akuntansi yang dianjurkan untuk diperlukan secara
retroaktif oleh standar akuntansi yang baru diterbitkan.
Perubahan taksiran akuntansi. Perubahan ini dapat terjadi sebagai akibat ditemukannya
fakta baru atau informasi baru atau akibta pengalaman tambahan yang diperoleh perusahaan
bersangkutan dengan taksiran tertentu.
APB Opinion No. 20 paragraf 31 menentukan bahwa perubahan estimasi diperlukan sebagai
penyesuaian sekarang dan prospektif yaitu pengaruh perubahan diakui (1) pada perioda
perubahan kalau perubahan hanya mempengaruhi perioda tersebut (2) pada perioda
perubahan dan mendatang kalau perubahan mempengaruhi kedua perioda tersebut. Juga
ditetapkan bahwa perubahan estimasi hendaknya tidak diperlakukan sebagai penyesuaian
rekroaktif atau pelaporan pro forma untuk perioda lalu.
Perubahan kesatuan/subjek pelaporan. Perubahan entitas pelaporan berarti perubahan
organisasi atau lingkup kesatuan usaha yang dilaporkan dalam statemen keuangan. APB
membatasi perubahan entitas pelaporan pada hal-hal sebagai berikut:
Kuasi reorganisasi
Kuasi-reorganisasi biasanya dilakukan dalam hal terjadinya suatu defisit. PSAK No. 51
pasal 9 mendeskripsikan pengertian kuasi-reorganisasi sbb:
Kuasi-reorganisasi adalah reorganisasi, tanpa melalui reorganisasi secara hukum yang
dilakukanj dengan menilai kembali akun-akun aktiva dan kewajiban pada nilai wajar dan
mengeliminasi saldo defisit.
Paton dan Littleton (1970) menyebutkan bahwa kalau terjadi defisit, tia tidak perlu segera
diserap oleh modal setoran. Defisit dapat dianggap sebagai kontra jumlah modal setoran
dengan harapan operasi perusahaan di masa mendatang dapat menutup atau
menghilangkan defisit tersebut.
Proses kuasi-reorganisasi biasanya terdiri atas langkah-langkah berikut:
1. Aset dan kewajiban perusahaan dinilai kembali atas dasar nilai pasar atau nilai wajar
pada saat reorganisasi.
2. Modal setoran lain atau agio saham harus ditentukan jumlahnya sehingga cukup besar
untuk menutup defisit.
3. Saldo debit nlaba ditahan (defisit) dieliminasi dengan cara mendebit agio/premium
modal saham.
Dewan standar akuntansi menetapkan syarat-syarat perusahaan yang dapat melakukan
kuasi-reorganisasi yaitu (PSAK No. 51 pasal 11):
a. Perusahaan mengalami defisit dalam jumlah yang material.
b. Perusahaan harus memiliki status kelancaran usaha dan memiliki prospek yang baik
pada saat kuasi-reorganisasi dilakukan.
c. Perusahaan tidak sedang menghadapi permohonan kepailitan.
d. Tidak bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku.
e. Saldo ekuitas sesudah kuasi-reorganisasi harus positif.
Laba Komprehensif
Perubahan akibat transaksi operasi atau transaksi nonpemilik harus dibedakan dan
dipisahkan secara tegas dengan perubahan akibat transaksi pemilik, semua perubahan akibat
transaksi operasi harus dilaporkan melalui statemen laba – rugi.
Masalah teoritis dalam hal ini adalah pos pos mana saja yang disajikan melalui statement laba
rugi dan pos pos mana saja yang dilaporkan melalui statemen laba ditahan. Dalam hal ini ada
dua pendekatan yang dianut yaitu kinerja sekarang atau normal dan semua termasuk atau
surplus bersih.
Alasan Mendasar
Patton dan Littleton (1970) mengajukan argumen mendasar dalam mendukung pendekatan
laba semua tyermasuk yaitu konsep pemanfaatan aset. Konsep ini memandang bahwa
manajemen mengelola aset sebagai satu kesatuan.
1. Secara teknis, penggunggungan laba tahunan selama umur perusahaan harus sama
dengan laba total perusahaan.
2. Pengeluaran pos pos nonpemilik dari perhitungan laba memberi kesempatan pada
manajemen untuk melakukan manipulasi atau manajemen laba.
3. Tidak selalu mudah untuk menentukan apakah suatu pos bersifat operasi atau non
operasi, reguler atau takreguler, normal atau taknormal.
4. Dengan memasukkan semua pos pos yang berasal dari transaksi nonpemilik dan
dengan pengungkapan yang layak, pemakai laporan mempunyai keleluasaan untuk
mereklasifikasi dan menentukan sendiri laba antara yang dianggap berpaut dan
bermanfaat untuk pengambilan keputusan.
5. Pengertian operasi perusahaan harus diinterpretasi dalam perspektif yang luas tidak
terbatas pada kegiatan produksi dan penjualan produk utama.