Anda di halaman 1dari 24

Franciscus Silalahi (C1C018224)

Dinie Aprilia (C1C019003)

“STRATEGI AUDIT KESELURUHAN DAN


PROGRAM AUDIT”

A. Jenis – Jenis Pengujian


Delapan Tahan Dalam Perencanaan Audit
1. Penerimaan klien dan pembuatan rencana audit awal
2. Memperoleh pemahaman tentang bisnis dan bidang usaha klien
3. Menilai risiko bisnis klien
4. Melaksanakan prosedur analitis pendahuluan
5. Menetapkan materialitas dan menilai risiko yang dapat diterima dan resiko
pengendalian
6. Memahami pengendalian internal dan menilai risiko pengendalian
7. Mengumpulkan informasi untuk menilai risiko kecurangan
8. Menyusun strategi audit keseluruhan dan program audit

7 Tahapan pertama digunakan, guna memenuhi kewajiban audtor untuk


melaksanakan prosedur penilaian risiko dan Tahapan ke-8, merupakan respons
atas ketujuh tahapan sebelumnya (respons terhadap prosedur penilaian risiko).

Prosedur Penilaian Risiko


Standar audit (SA 315) mewajibkan auditor untuk memperoleh pemahaman atas
entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian internalnya, untuk menilai
risiko kesalahan penyajian material dalam laporan keuangan klien.
Pada bagian ini auditor fokus pada pemahaman tentang rancangan maupun
implementasi pengendalian internal. Secara bersama-sama, prosedur-prosedur
untuk memperoleh pemahaman mengenai bisnis dan lingkungannya, termasuk
pengendalian internal, mencerminkan prosedur-prosedur penilaian risiko yang
dilakukan auditor untuk menilai kesalahan penyajian material dalam laporan
keuangan. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan dalam standar audit (SA 315.5)
yang berbunyi sebagai berikut :
Franciscus Silalahi (C1C018224)
Dinie Aprilia (C1C019003)

“Auditor harus melaksanakan proseudr penilaian risiko untuk


menyediakan suatu dasar bagi pengidentifikasian dan penilaian risiko kesalahan
penyajian material pada tingkat laporan keuangan dan asersi. Namun, prosedur
penilaian risiko semata tidak menyediakan bukti audit yang cukup dan tepat
sebagai dasar opini audit”

Prosedur Audit Lebih Lanjut

Sehubungan dengan hal diatas, SA 330.6 menetapkan sebagai berikut :


“Auditor harus merancang dan mengimplementasikan prosedur audit lebih lanjut
yang sifat, saat dan luasnya didasarkan pada dan merupakan respons terhadap
risiko kesalahan penyajian material yang telah dinilai pada tingkat asersi.

Dalam merancang prosedur audit lebih lanjut, standar audit (SA 330.7) mentapkan
bahwa audito harus :
(a) Mempertimbangkan dasar penilaian yang dilakukan atas risiko kesalahan
penyajian material pada tingkat asersi untuk setiap golongan transaksi,
saldo akun, atau pengungkapan termasuk :
(i) Kemungkinan kesalahan penyajian material yang disebabkan oleh
karakteristik tertentu yang relevan dengan golongan transaksi,
saldo akun atau pengungkapan (contoh risiko inheren) dan,
Franciscus Silalahi (C1C018224)
Dinie Aprilia (C1C019003)

(ii) Apakah penilaian risiko memperhitungkan pengendalian yang


relevan (contoh, risiko pengendalian), dan dengan demikian
menuntut auditor untuk memperoleh bukti audit untuk menentukan
apakah pengendalian berjalan efektif (contoh, auditor bermaksud
untuk mengandalkan efektivitas operasi pengendalian dalam
menentukan sifat, saat dan luas prosedur substantive)
(b) Memperoleh bukti yang lebih meyakinkan ketika auditor menilai risiko
yang lebih tinggi.

Jenis-Jenis Pengujian Dalam Prosedur Audit Lebih Lanjut


Dalam mengembangkan rencana audit keseluruhan, auditor menggunakan
lima jenis pengujian untuk menentukan apakah laporan keuangan telah disajikan
secara wajar. Auditor menggunakan prosedur pengukuran risiko untuk menilai
risiko salah saji material, yang digambarkan oleh gabungan antara risiko bawaan
dan risiko pengendalian. Empat jenis pengujian audit lainnya menggambarkan
prosedur audit lanjutan yang dilakukan untuk menghadapi risiko-risiko yang
terindentifikasi.
 Prosedur Penilaian Risiko
 Pengujian Pengendalian
 Pengujian Substantive Golongan Transaksi
 Prosedur Analitis Substantive
 Pengujian Rinci Saldo

Pengujian Pengendalian
Pemahaman auditor terhadap pengendalian internal digunakan untuk
mengukur risiko pengendalian untuk setiap tujuan audit terkait transaksi .
Contohnya adalah hasil pengukuran atas  Tujuan akurasi untuk transaksi
penjualan adalah rendah sedangkan untuk tujuan keterjadian adalah sedang.
Ketika kebijakan kebijakan pengendalian dan prosedur diyakini telah dirancang
dengan efektif , auditor mengukur risiko pengendalian pada suatu tingkat yang
menggambarkan pada efektifitas relative terhadap pengendalian-pengendalian
Franciscus Silalahi (C1C018224)
Dinie Aprilia (C1C019003)

tersebut Untuk mendapatkan bukti yang tepat dan mencukupi untuk mendukung
pengukuran tersebut, auditor melakukan  pengujian pengendalian.
         Pengujian pengendalian, baik secara manual maupun otomatis dapat
mencakup jenis bukti berikut ini perlu dicatat bahwa ketiga prosedur yang
pertama sama seprti yang digunakan untuk mendapatkan pemahaman atas
pengendalian internal).
 Melakukan Tanya jawab yang memadai dengan personel klien
 Memeriksa dokumen , catatan dan laporan
 Mengganti aktivitas terkait pengendalian
 Mengerjakan ulang prosedur-prosedur klien.
Auditor melakukan penelusuran sistem sebagai dari prosedur untuk mendapatkan
pemahaman sebagai upaya membantunya dalam melakukan Apakah pengendalian
sudah diterapkan . Penelusuran biasnya diterapkan pada satu atau beberapa
transaksi dan pengikuti transaksi tersebut disepanjang pemrosesanya. Sebagai
contoh , auditor memilih sebuah transaksi penjualan untuk melakukan
penelusuran sistem persetujuan kredit, kemudian mengikuti persetujuan kredit
dari awal transaksi penjualan hingga mendapatkan kredit. Standar ke-2 PCAOB
mengharuskan auditor untuk melakukan penelusuran disemua proses yang
penting.
Prosedur yang dilakukan auditor untuk menentukan apakah pengendalian otomatis
telah telah diterapkan juga dapat berlaku sebagai pengujian atas transaksi tersebut,
jika auditor menentukan terdapat risiko yang minimal bahwa pengendalian
otomatis telah diubah sejak pemahaman didapatkan oleh auditor .Selanjutnya
tidak ada pengujian tambahan atas pengendalian yang diharuskan . Jumlah bukti
tambahan yang diharuskan untuk menguji pengendalian bergantung pada dua hal
berikut:
1.      Keluasan bukti yang didapatkan dalam memperoleh pemahaman atas
pengendalian internal.
2.      Pengurangan risiko pengendalian yang direncanakan
Franciscus Silalahi (C1C018224)
Dinie Aprilia (C1C019003)

Pengujian Substantif Golongan Transaksi


Pengujian subtantif merupakan prosedur yang dirancang untuk menguji
salah saji rupiah (sering kali disebut salah saji moneter)yang secarah langsung
berpengaruh pada ketetapan saldo laporan keuangan. Auditor mengendalikan tiga
jenis pengujian subtantif, ketiga jenis itu adalah
 pengujian subtantif transaksi
 prosedur analitis subtantif
 pengujian terperinci saldo.
      
Pengujian subtantif transaksi digunakan untuk menentukan apakah keenam
tujuan audit terkait transaksi penjualan adalah transaksi penjualan benar-benar
terjadi (tujuan keterjadian) dan transaksi penjualan yang ada telah dicatat (tujuan
kelengkapan).
 Ketika auditor yakin bahwa semua transaksi telah dicatat dengan benar ketika
mengaudit siklus penjualan dan penagihan , dengan mempertimbangan keenam
tujuan audit terkait transaksi, ia meyakini bahwa total buku besar sudah benar.

Prosedur Analitis
Sebagaimana telah dijelaskan pada bab 5, prosedur analitis melibatkan
perbandingan-perbandingan jumlah dicatat dengan ekspektasi yang dikembangkan
oleh auditor. Standar audit mengharuskan prosedur analitis dilakukan selama
perencanaan dan penyelesaiaan audit. Meskipun tidak mengharuskan , prosedur
analitis juga dapat dilakukan untuk mengaudit saldo akun .

Dua tujuan utama dari prosedur analaitis dalam mengaudit saldo akun adalah
untuk:
1.      Menandai adanya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan
2.      Memberikan bukti subtantif

Prosedur analitis yang dilakukan selama tahap perencanaan audit biasanya


berbeda dari yang dilakukan dalam tahap pengujian. Bahkan misalnya auditor,
Franciscus Silalahi (C1C018224)
Dinie Aprilia (C1C019003)

menghitung margin kotor selama fase perencanaan, auditor biasanya melakukanya


dengan menggunakan data interim. Selanjutnya selama menguji saldo akhir akun
auditor akan menghitung ulang rasio dengan menggunakanndata setahun penuh.
Jika auditor yakin jika prosedur analitis tambahan atau memutuskan untuk
memodifikasi pengujian terperinci saldo.
Ketika auditor mengembangkan ekspektasi dengan menggunakan prosedur
analitis dan menyimpulakan bahwa saldo akhir klien dalam beberapa akun
Nampak wajar , beberapa pengujian terperinci saldo dapat dihilangkan atau
ukuran sampel dapat dikurangi. Standar audit menyatakan bahwa prosedur analitis
merupakan salah satu jenis pengujian subtantif (yaitu prosedur analitis subtantif)
ketika dilakukan untuk memberikan bukti mengenai saldo akhir akun.

Pengujian Rincian Saldo


Pengujian terperinci saldo memfokuskan pada saldo akhir buku besar
baik untuk akuk-akun neraca maupun laba rugi. Penekanan utama dalam sebagian
besar pengujian atas perincian saldo adalah pada neraca. Misalnya termasuk
konfirmasi atas saldo pelanggan untuk akun piutang dagang . pengujian saldo
akhir sangat penting karena bukti yang biasanya didaptakan dari suatu sumber
yang independen dipandng sangat dipercaya . seperti halnya untuk transaksi
pengujian auditor atas perincian saldo juga harus memebuhi semua tujuan audit
terkait saldo untuk setiap akun-akun neraca yang signifikan

Ringkasan Jenis-Jenis pengujian


Auditor menghadapi risiko salah saji material yang terindentifikasi melalui
prosedur pengukuran risiko dengan menggunakan keempat jenis prosedur audit
lanjutan untuk mendapatkan keyakinan audit dalam mengaudit siklus penjualan
dan penagihan. Pengujian pengendalian membantu auditor dalam mengevaluasi
apakah pengendalian terhadap transaksi dalam siklus tersebut telah cukup efektif
untuk mendukung pengurangan pengendalian risiko pengendalian, sehingga
memungkinkan pengurangan pengujian subtantif. Pengujian pengendalian juga
membentuk dasar laporan auditor atas pengendalian internal terhadap laporan
keuangan untuk klien-klien yang merupakan perusahaan publik.
Franciscus Silalahi (C1C018224)
Dinie Aprilia (C1C019003)

B. Pemilihan Jenis Pengujian Yang Akan Dilakukan


Biasanya auditor menggunakan kelima jenis pengujian ketika melakukan
audit atas laporan keuangan, namun beberapa jenis pegujian mendapatkan
penekanan yang lebih di bandingkan dengan yang lain, bergatung pada kondisi .
Beberapa faktor yang mempengaruhi pilihan auditor terhadap jenis pengujian
yang dipilih, termasuk ketersedian kedelapan bukti audit, biaya relatif untuk setiap
pengujian, efektivitas pengendalian internal serta resiko bawaan.

Ketersediaan Jenis-Jenis Bukti Untuk Pelaksanaan Prosedur Audit Lebih


Lanjut
Masing-masing dari empat jenis prosedur audit lanjutan hanya melibatkan
beberapa jenis bukti audit (konfirmasi, dokumentasi, dan seterusnya).Kita dapat
melakukan beberapa pengamatan berikut mengenaitabel tersebut.
 Makin banyak jenis bukti, yang jumlah totalnya adalah enam, digunakan
untuk memuji peperincian saldo di bandingkan untuk setiap jenis
pengujian lamanya.
 Hanya pengujian terperinci saldo yang melibatkan pemeriksaan fisik dan
konfirmasi.
 Tanya jawab dengan klien dilkukan untuk setipa jenis pengujian.
Franciscus Silalahi (C1C018224)
Dinie Aprilia (C1C019003)

 Dokumentasi digunakan untuk setiap jenis pengjian kecuali prosedur


analitis.
 Pengerjaan ulang digunakan untuk setiap jenis pengujian kecuali prosedur
analitis, dengan satu pengecualian.Ketika auditor memeriksa dokumentasi
sebagai bagian darin penelusuran atas transaksi untuk mendapatkan
pemahaman atas pengendalian internal, auditor sering kali mengerjakan
ulang, pengendalian untuk menyakinkan bahwa pengendalian telah
diterapkan.
 Penghitungan ulang digunakan untuk memverfikasi akurasi metematis atas
transaksi ketika dilakukan pengujian substansif transaksi dan saldo akun
ketika melakukan akun pengujian atas perincian saldo.

Biaya Pelaksanaan Pengujian


Ketika auditor harus memutuskan jenis pengujian apakah yang harus
dipilih untuk mendapkan bukti yang tepat, biaya bukti tersebut penting untuk di
pertimbangkan.Jenis-jenis pengujian yang disusun dalam daftar berikut
berdasarkan urutan biaya yang rendah ke yang tinggi.
 Prosedur analitis.
 Prosedur penilaian resiko, termasuk prosedur untuk mendapatkan
pemahaman atas pengendalian internal
 Pengujian pengendalian.
 Pengujian substansif transaksi.
 Pengujian terperinci saldo.
Prosedur penilaian risiko, termasuk prosedur untuk mendapatkan pemahaman atas
pengendalian internal, tidak semahal pengujian audit lainnya karena auditor dapat
dengan mudah melakukan tanya jawab dan pengamatan serta melakukan
perencanaan prosedur analitis.
Karena pengujian pengendalian juga melibatkan tanya jawab, pengamatan dan
pemeriksaan, biaya relatif juga rendah dibandingkan dengan pengujian sunstansif.
Namun demikian, pengujian pengendalian juga lebih mahal di bandingkan dengan
Franciscus Silalahi (C1C018224)
Dinie Aprilia (C1C019003)

prosedur penilaian resiko karena lebih luas dari pada pengujian diharuskan untuk
mendapatkan bukti bahwa pengendalian telah berjalan dengan efektif, khususnya
ketika pengujian pengendalian internal tersebut melibatkan pengerjaan
ulang.sering kali, auditor dapat melakukan sejumlah besar pengujian pengendalian
dengan cepat menggunakan perangkat lunak audit. perangkat lunak semacam itu
dapat menguji pengendalian dalam sistem akuntansi komputerisasi yang secara
otomatis mengesahkan penjualan terhadap pelanggan yang ada dengan
membandingkan jumlah penjualan yang diminta dan saldo piutang dagang yang
ada dengan batas kredit pelanggan.
Pengujian terperinci saldo hampir selalu lebih mahal di bandingkan dengan jenis
prosedur lainnya karena biaya prosedur seperti pengiriman konfirmasi dan
perhitungan persedian. Karena biaya yang tinggi untuk menguji perincian saldo,
auditor biasanya mencoba untuk menguji perincian saldo, auditor biasanya
mencoba untuk membuat perencanaan audit dengan meminimalkan penggunaan
kedua prosedur tersabut.
Biasanya biaya untuk setiap jenis bukti berbeda dalam situasi yang berbeda,
sebagai contoh, biaya yang dikeluarkan auditor untuk menguji perhitungan
persedian (pengujian substansif perincian saldo persedian)sering kali bergantung
pada persedian tesebut, lokasinya, serta banyaknya jenis-jenis persediaan.

Hubungan Antara Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif


Untuk memahami pengujian pengendalian dan pengujian substansif
dengan lebih baik, mari kita pelajari perbedaan keduanya. Suatu pengecualian
dalam pengujian pengendalian hanya mengindikasikan kemungkinan salah saji
yang memengaruhi nilai rupiah dari laporan keuangan, sedangkan suatu
pengecualian dalam pengujian substansif transaksi atau pengujisn terperinci saldo
merupakan suatu salah saji dalam laporan keuangan.
Anggaplah pengendalian klien mengharuskan seorang petugas independen untuk
memverifikasi kuantitas, harga, dan penjumlahan dari setiap faktur penjualan,
yang mana setelanya petugas tesebut harus menuliskan inisial dalam salinan
faktur penjualan untuk memadai verifikasi telah dilakukan.Salah satu prosedur
Franciscus Silalahi (C1C018224)
Dinie Aprilia (C1C019003)

pengujian pengendalian yang dilakukan adalah untuk memeriksa sebuah sampel


salinan faktur penjualan untuk inisial orang yang memverifikasi informasi tesebut.
Disisi lain, jika tidak ada dokumen, atau hanya beberapa dokumen yang tidak
memilki inisial, maka pengendalian akan dianggap efektif sehingga auditor dapat
mengurangi pengujian substansif transaksi dan pengujian terperinci saldo.Namun
di perlukan untuk memeberikan kayakinan bahwa petugas yang melakukan
verifikasi tidak menuliskan inisiakl dalam dokumen tampa benar-benar
melakukan prosedur pengendlian atau denganmelakukannya dengan asal-asalan.
Karena kebutuhan untuk menyelesaikan beberapa pengujian ulang dan
perhitungan ulang, banyak auditor pengujian atas pengendalian awal.

Hubungan Antara Prosedur Analitis Dengan Pengujian Substantif


Seperti halnya pengujian pengendalian, prosedur analitis hanya
mengindikasikan kemungkinan salah saji.yang berpengaru pada nilai rupiah
laporan keuangan.Fluktuasi yang tidak biasa dalam hubungan-hubungan sebuah
akun dengan akun lainya, atau informasi nonkeuangan, dapat mengindikasikan
adanya peningkatan kemungkinan terjadinya salah saji tampa perlu memeberika
bukti.

Pilihan Antara Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substansif


Terdapat dilema antara pengujian pengendalian dengan pengujian
substansif.selama perencanaan, auditor harus memutuskan apakah akan menilai
risiko pengendalian dibawah maksimum.Jika mereka melakukannya,mereka
kemydian harus melakukan pengujian pengendalian untuk menentukan apakah
tiongkat risiko pengendalian yang dinilai tersebut dapat dibenarkan.
Pemahaman auditor terhadap pengendalian internal dilakukan sebagai suatu
bagian dari prosedur pengukuran risiko yang memberkan dasar prosedur
pengukuran risiko yang memberikan dasar bagi penilaian awal auditor terhadap
pengendalian internal klien.Mengasumsikan bahwa auditor memutuskan bahwa
rancangan pengendalian internal telah efektif dan pengendalian telah diterapkan,
auditor memilih suatu titik pada bagian yan berwarna yang konsisten dengan
Franciscus Silalahi (C1C018224)
Dinie Aprilia (C1C019003)

penilaian risiko pengendalian yang diputuskan auditor untuk mendukung


pengujian pengendalian.

C.    Dampak Teknologi Informasi Pada Pengujian Audit


PSA 07 (SA 326) dan PSA 68 (SA 319) memberikan panduan bagi para
auditor dari entitas-entitas yang menyebarkan, memproses dan menyimpan atau
mengakses informasi penting secara elektronik.Contoh bukti elektronik mencakup
catatan transfer dana elektronik dan permintaan pembelian yang disebarkan
melalui pertukaran otomatis, seperti perbandingan komputer atas permintaan
penjualan dengan batas kredit pelanggan juga dapat berupa format elektonik.
Standar audit mengakui bahwa ketika sejumlah besar bukti audit muncul dalam
bentuk elektronik, akan tidak praktis atau tidak mungkin untuk mengurangi risiko
deteksi sehingga ketingkat yang dapat diterima dengan hanya melakukan
pengujian substansif. sebagai contoh, kemungkinan pemasukan atau perubahan
informasi yang tidak tepat dapat menjadi lebih besar jika informasi hanya
disimpan dalam bentuk elektronik. Dalam kondisi semacam itu, auditor harus
pengujian pengendalian untuk mendapatkan bukti yang mendukung tingkat risiko
pengendalian yang dinilai berada dibawah tingkat maksimum untuk asersi-asersi
laporan keuangan yang terpengaruhi. Meskipun beberapa pengujian substantif
masih dibutuhkan, auditor dapat secara signifikan mengurangi pengendalian
pengujian substantif jika hasil pengujian pengendalian mendukung efektivitas
pengendalian. Dalam audit atas suatu perusahaan publik, pengendalian yang
dilakukan oleh komputer (yang disebut dengan pengendalian otomatis) harus di
uji ketika auditor meganggapnya sebagai pengendalian kunci untuk mengurangi
kemungkinan salah saji material dalam laporan keuangan.
Karena konsistensi bawaan dalam pemrosesan yang berdasarkan teknologi
informasi, auditor mengkin dapat mengurangi pengujian pengendalian otomatis.
Sebagai contoh, pengendalian yang berbasis perangkat lunak hampir di pastikan
hampir berfungsi secara konsisten kecuali jika programnya diubah. jika auditor
memutuskan bahwa pengendalian otomatis berjalan dengan tepat, auditor dapat
memfokuskan pada pengujian selanjutnya untuk menilai apakah setiap perubahan
Franciscus Silalahi (C1C018224)
Dinie Aprilia (C1C019003)

yang terjadi akan membatasi efektifitas pengendalian.


Untuk menguji pengendalian otomatis atau data, auditor mungkin memerlukan
teknik audit yang dibantu oleh komputer atau menggunakan laporan yang
dihasilkan oleh teknologi informasi untuk menguji efektifitas pengendalian umum
teknologi informasi seperti pengendalian untuk perubahan program-program dan
pengendalian atas akses.

D. Kombinasi Bukti
Untuk mendapatkan bukti yang tepat dengan memadai untuk menghadapi
risiko risiko-risiko yang teridentifikasi melalui prosedur penilaian risiko, auditor
menggunakan kombinasi antara keempat jenis pengujian lainnya. Kombinasi ini
sering kali dinamai dengan bukti gabungan (envidence mix).
Analisis audit 1 klien ini merupakan sebuah perusahaan besar dengan
pengendalian internal yang rumit dan risiko bawaan yang rendah. Sehingga,
auditor melakukan pengujian pengendalian yang luas dan sangat mengandalkan
pada pengendalian internal klien untuk mengurangi pengujian substantif lainnya.
Hai ini menyebabkan pengujian substantif transaksi dan pengujian terperinci saldo
diminimalkan. Karena penekanan pada pengujian pengendaliaan dan prosedur
analitis substantif, audit ini dapat dilakukan dengan biaya yang relatif tidak mahal.
Audit ini kemungkinan menghadirkan gabungan bukti yang digunakan dalam
audit teritegrasi laporan keuangan dan pengendalian internal laporan keuangan
perusahaan publik.
Analisis audit 2 perusahaan ini berukuran sedang, dengan beberapa pengendalian
dan beberap risiko bawaan. Auditor telah memutuskan untuk melakukan
pengujian atas semua jenis pengujian sedang, kecuali untuk prosedur analitis
substantif, yang kemungkinan akan dilakukan secara meluas. Lebih banyak
pengujian yang luas akan dibutuhkan jika risiko bawaan yang khusus ditemukan.
Analisis audit 3 perusahaan ini berukuran sedang, namun memiliki beberapa
pengendalian yang efektif dan beberapa risiko bawaan yang signifikan. Mungkin
manajemen memutuskan bahwa pengendalian internal yang lebih baik memakan
biaya yang cukup besar. Karena kurangnya pengendalian internal yang efektif,
Franciscus Silalahi (C1C018224)
Dinie Aprilia (C1C019003)

kita dapat menganggap perusahaan ini kemungkinan bukan perusahaan publik.


Auditor menekankan pada pengujian terperinci saldo pengujian substantif
transaksi, namun beberapa prosedur analitis substantif dilakukan. Prosedur analitis
substantif biasanya dilakukan untuk mengurangi pengujian substantif karena
mereka akan memberikan bukti mengenai kemungkinan salah saji material. Jika
auditor sudah memperkirakan akan menemukan salah saji material dalam saldo
akun-akun, prosedur analitis tambahan menjadi tidak mudah lagi. Biaya audit
kemungkinan akan menjadi relatif tinggi karena jumlah pengujian substantif yang
lebih terperinci.
Analisis audit 4 rencana wal untuk audit ini adalah mengikuti pendekatan yang
digunakan dalam audit 2. Namun, auditor kemungkinan menemukan deviasi uji
pengendalian yang luas, dan salah saji yang signifikan ketika melakukan
pengujian substantif transaksi dan prosedur analitis substantif. Sehingga, auditor
menyimpulkan bahwa pengendalian internalnya tidak efektif. Pengujian terperinci
saldo yang meluas dilakukan untuk menutupi hasil pengujian lainnya yang tidak
dapat diterima. Biaya audit ini lebih besar kerana pengujian pengendalian dan
pengujian substantif transaksi dilakukan namun tidak dapat digunakan untuk
mengurangi pengujian terperinci saldo.

E. Perancangan Program Audit


Setelah auditor menggunakan prosedur penilaian risiko untuk menentukan
penekanan yang tepat pada setiap empat jenis pengujian lainnya, prosedur audit
spesifik untuk setiap jenis pengujian harus dirancang. Prosedur Audit ini
kemudian digabungkan untuk membentuk suatu program audit. Setelah bukti
gabungan disetujui, auditor yang bertugas menyiapkan program audit atau
memodifikasi program yang sudah ada untuk memenuhi semua tujuan audit.
Auditor tersebut harus mempertimbangkan hal-hal seperti materialitas, bukti
gabungan, risiko bawaaan, risiko pengendalian, dan risiko-risiko kecurangan
lainnya.
Masing-masing siklus transaksi akan dievaluasi dengan menggunakan seperangkat
subprogram audit yang terpisah. Dalam siklus penjualan dan penagihan, misalnya.
Franciscus Silalahi (C1C018224)
Dinie Aprilia (C1C019003)

Auditor dapat menggunakan subprogram-subprogram dibawah ini.


 Program audit pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi
untuk penjualan dan penerimaan kas
 Program audit prosedur analitis substantif untuk keseluruhan fisik
 Program audit pengujian terperinci saldo untuk kas, piutang dagang, beban
piutang tak tertagih, penyisihan piutang tak tertagih dan piutang lain-lain.

Pengujian Pengendalian Dan Pengujian Substantif Transaksi


       Program audit pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi
biasanya termasuk bagian deskripsi yang mendokumentasikan pemahaman
terhadap pengendalian internal yang didapatkan selama melakukan prosedur
penilaian risiko.
      
Prosedur audit
Pada saat merancang pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi,
auditor menekankan pada pemenuhan tujuan audit terkait transaksi. Auditor
mengikuti pendekatan empat langkah untuk mengurangi penilaian risiko
pengendalian.
1.      Menerapkan tujuan audit terkait transaksi untuk kelompok-kelompok
transaksi yang sedang diuji, seperti penjualan.
2.      Mengidentifikasi pengendalian kunci yang dapat mengurangi risiko
pengendalian untuk setiap tujuan audit terkait.
3.      Pengembangan pengujian pengendalian yang tepat untuk semua
pengendalian internal yang digunakan untuk mengurangi penilaian awal risiko
engendalian di bawah tingkat maksimum (pengendalian-pengendalian kunci)
4.      Untuk kemungkinan jenis-jenis salah saji yang terkait dengan masing-
masing tujuan audit terkait transaksi, merancang pengujian substantif transaksi
yang tepat, dengan mempertimbangkan kekurangan-kekurangan dalam
pengendalian internal dan ekspektasi hasil pengujian pengendalian.
Franciscus Silalahi (C1C018224)
Dinie Aprilia (C1C019003)

Prosedur analitis
            Dikarenakan prosedur analitis relatif tidak mahal, banyak auditor yang
melakukannya pada semua pengauditan. Prosedur analitis yang dilakukan selama
pengujian substantif, seperti untuk audit pitang dagang, biasanya lebih berfokus
dan lebih luas daripada yang dilakukan sebagai bagian darii perencanaan. Selama
perencanaan, auditor dapat menghitung persentase margin penjualan total,
sementara selama pengujian substantif akun piutang dagang, auditor dapat
menghitung presentase margin kotor berdasarkan bulan atau berdasarkan lini
usaha, atau mungkin keduanya. Perhitungan prosedur analitis berdasarkan jumlah
bulanan biasanya lebih efektif dalam mendeteksi salah saji dibandingkan dengan
perhitungan berdasarkan jumlah tahunan, dan perbandingan berdasarkan lini
usaha biasanya lebih efektif daripada perbandingan berdasarkan perusahaan
secara keseluruhan.
Ketika auditor merencanakan untuk mengggunakan prosedur analitis untuk
memberikan keyakinan substantif mengenai suatu saldo akun, data yang
digunakan dalam perhitungan tersebut harus dapat diandalkan. Hal itu juga
berlaku untuk semua data, khususnya untuk data nonkeuangan.

Pengujian terperinci saldo


            Untuk merancang prosedur audit pengujian terperinci saldo, auditor
menggunakan suatu metodologi yang berorientasi pada tujuan audit terkait saldo.
Dalam merencanakan program audit pengujian terperinci saldo untuk memenuhi
tujuan tersebut, banyak auditor yang mengikuti sebuah metodologi untuk piutang
dagang. Rancangan prosedur ini biasanya merupakan bagian yang paling sulit dari
keseluruhan proses perencanaan karena sifatnya yang sangat subjektif dan
memerlukan pertimbangan profesional yang besar. Berikut keputusan-keputusan
kunci dalam merancang prosedur audit pengujian terperinci.

Mengidentifikasi Risiko-Risiko Bisnis Klien Yang Berpengaruh Pada Akun


Piutang Dagang
sebagi bagian dari mendapatkan pemahaman atas bisnis dan industri klien, auditor
Franciscus Silalahi (C1C018224)
Dinie Aprilia (C1C019003)

mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko-risiko bisnis klien yang signifikan


untuk menentukan apakah risiko-risiko tersebut mengakibatkan meningkatnya
risiko salah saji dalam laporan keuangan.

Menetapkan Salah Saji Yang Tepat Dapat Diterima Dan Mengukur Risiko
Bawaan Piutang Dagang  
auditor harus memutuskan penilaian awal materialitas untuk audit secara
keseluruhan dan kemudian mengalokasikan totalnya ke saldo akun, untuk
mendapatkan salah saji yang dapat diterima untuk setiap saldo yang signifikan.
Risiko bawaan diukur dengan mengidentifikasi setiap aspek dari sejarah,
lingkungan atau operasi klien yang mengindikasikan kemungkinan salah saji yang
tinggi  pada laporan keuangan tahun berjalan. Pertimbangan yang memengaruhi
risiko bawaan yang dapat diterapkan pada akun piutang dagang yang membentuk
jumalh total saldo piutang dagang, sifat bisnis klien, perikatan awal, dan faktor
risiko bawaan lainnya.
Risiko bawaan juga dapat diperluas untuk masing-masing tujuan audit terkait
saldo. Risiko bawaan dapat tetap rendah untuk semua tujuan lainnya.

Menilai Risiko Pengendalian Siklus Penjualan Dan Penagihan


metodologi untuk mengevaluasi risiko pengendalian akan diterapkan baik pada
penjualan maupun penerimaan kas dalam audit piutang dagang. Pengendalian
yang efektif akan mengurangu risiko pengendalian dan, demikian pula bukti yang
diperlukan untuk pengujian substantif transaksi dan oengujian terperinci saldo
akan berkurang. Sebaliknya, pengendalian yang tidak memadai akan menaikkan
jumlah substantif yang diperlukan.

Merancang Dan Melakukan Pengujian Pegendalian Dan Pengujian


Substantif Transaksi Siklus Penjualan Dan Penagihan
pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi dirancang dengan
harapan bahwa beberapa hasil tertentu akan didapatkan. Hasil yang diharapkan ini
akan berpengaruh pada rancangan pengujian nterperinci transaksi. Sebagai
Franciscus Silalahi (C1C018224)
Dinie Aprilia (C1C019003)

contoh, biasanya, auditor merencanakan untuk melakukan pengujian meluas atas


pengendalian ketika risiko pengendalian dinilai rendah.

Merancang Dan Melakukan Prosedur Analitis Saldo Akun Piutang Dagang


auditor melakukan prosedur analitis untuk akun-akun seperti piutang dagang
untuk dua tujuan. Yaitu, untuk mengidentifikasi kemungkinan salah saji dalam
saldo akun tersebut dan untuk mengurangi pengujian audit yang terperinci.

Merancang Pengujian Terperinci Akun Piutang Dagang Untuk Memenuhi


Tujuan Audit Terkait Saldo
pengujian terperinci saldo yang direncanakan termasuk prosedur audit., ukuran
sampel, unsur yang dipilih dan penentuan waktu. Prosedur harus dipilih dan
dirancang untuk setiap akun dan setiap tujuan audit terkait saldo dalam setiap
akun.
Kesulitan yang dihadapi auditor dalam merancang pengujian terperinci saldo
adalah kebutuhan untuk memprediksi hasil dari pengujian pengendalian,
pengujian substantif transaksi, dan prosedur analitis substantif sebelum pengujian-
pengujian tersebut dilakukan. Hal ini penting karena auditor harus merancang
pengujian terperinci saldo selama fase perencanaan, namun ketetapan rancangan
tersebut bergantung pada hasil pengujian-pengujian lainnya.

Tingkat disagregasi kegiatan perencanan


       Tingkat disagregasi ini terbentang mulai dari keseluruhan audit hingga
ketujuan audit terkait saldo untuk setiap akun. Sebagai contoh, prosedur
pengukuran risiko yang terkait untuk mendapatkan informasi latar belakang
mengenai bisnis dan industri klien yang relevan dengan pengauditan. Auditor
pertama kali akan menggunakan informasi tersebut dalam mengukur risiko audit
yang dapat diterima untuk kontrak kerja secara keseluruhan. Auditor
kemungkinan akan menggunakan informasi mengenai bisnis dan industri klien
yang ia dapatkan melalui prosedur pengukuran risiko untuk menilai risiko bawaan
untuk tujuan audit tertentu. Ketika audit berlangsung, auditor akan menggunakan
Franciscus Silalahi (C1C018224)
Dinie Aprilia (C1C019003)

informasi tersebut ketika membuat keputusan mengenai pengujian terperinci


saldo.

Ilustrasi program audit


       Standar auidt mengharuskan auditor untuk menggunakan program tertulis.
Format yang digunakan mengaitkan prosedur audit dengan tujuan audit terkait
saldo. Perhatikan bahwa sebagian besar prosedur memenuhi lebih dari satu tujuan,
dan bahwa lebih dari satu prosedur audit digunakan untuk setiap tujuan. Prosedur
audit dapat ditambahkan atau dihapuskan jika dipandang perlu oleh auditor.
Untuk sebagian besar prosedur audit, ukuran sampel, unsur yang dipilih serta
pemilihan waktu juga dapat diubah.
       Program audit seringkali terkomputerisasi. Bentuk yang paling sederhana
adalah dengan magnetik program audit dalam program pengolahan kata dan
penyimpanannya dalam arsip dari tahun yang satu ketahun yang berikutnya untuk
memfasilitasi perubahan dan pemutakhiran. Pendekatan yang lebih canggih adalah
dengan menggunakan perangkat lunak audit yang membantu auditor berfikir
melalui pertimbangan rencana dan memilih prosedur yang tepat dari suatu basis
data prosedur audit. prosedur-prosedur tersebut kemudian diorganisasikan ke
dalam suatu program audit.

F.     Hubungan Antara Tujuan Audit Transaksi Dengan Tujuan


Audit Saldo dan Tujuan Audit Penyajian dan Pengungkapan
Sebelumnya telah kita bahas pengujian terperinci saldo harus dirancang
untuk memenuhi tujuan audit terkait saldo untuk setiap akun dan keluasan
pengujian tersebut dapat dikurangi ketika tujuan audit terkait transaksi telah
terpenuhi dengan melalui pengujian pengendalian atau pengujian substantif.
Ketika semua tujuan audit terkait transaksi sudah terpenuhi, auditor akan tetap
lebih mengandalkan pengujian substantif saldo untuk memenuhi tujuan audit
terkait saldo berikut ini.
 Nilai realisasi
Franciscus Silalahi (C1C018224)
Dinie Aprilia (C1C019003)

 Hak dan kewajiban


Pengujian substantif saldo tambahan juga hampir sama untuk tujuan audit terjkait
saldo lainnya, bergantung pada hasil-hasil pengujian pengendalian dan pengujian
substantif transaksi.

G. Ringkasan Terminologi Bukti


Beberapa istilah terkait bukti telah digunakan dalam beberapa bab
sebelumnya. Untuk membedakan dan memahami masing-masing istilah tersebut
berikut penjelasan singkat.
Fase Proses Audit (Phase Of The Audit Process) empat fase proses audit dalam
kolom pertama merupakan cara yang mendasar dimana suatu audit disusun,
sebagaimana digambarkan menunjukkan komponen-komponen kunci terhadap
keempat fase dalam proses pengauditan ini.
Tujuan Audit (Audit Objectives) merupakan tujuan-tujuan dalam suatu
pengauditan yang harus terpenuhi sebelum auditor dapat menyimpulkan bahwa
suatu kelompok transaksi atau saldo akun sudah disajikan secara wajar. Terdapat
enam tujuan terkait transaksi, delapan tujuan terkait saldo, dan empat tujuan audit
terkait penyajian dan pengungkapan.
Jenis-Jenis Pengujian (Types Of Test)lima jenis pengujian audit yang dibahas
sebelumnya yang digunakan auditor untuk menentukan apakah laporan keuangan
telah disajikan secara wajar dimasukkan dalam kolom ketiga pada tebel tersebut.
Prosedur analitis digunakan di fase III dan fase IV. Prosedur analitis perencanaan
juga dilakukan sebagai bagian dari prosedur penilaian risiko di fase I. prosedur
analitis juga diperlukan saat penyelesaian audit, yang menjadi penyebab mengapa
prosedur analitis. Ini dimasukkan ke fase IV.
Keputusan Bukti (Evidence Decisions)empat sub kategori keputusan yang
dibuat oleh auditor dalam pengumpulan bukti audit dimasukkan dalam kolom
keempat tabel tersebut. Kecuali prosedur analitis, keempat keputusan bukti terseut
diterapkan disetiap jenis pengujian.
Jenis-Jenis Bukti (Types Of Evidence) delapan kategori luas dalam bukti yang
dikumpulkan auditor dimasukkan dalam kolom terakhir pada tabel
Franciscus Silalahi (C1C018224)
Dinie Aprilia (C1C019003)

Tabel Hubungan Antara Kelima Istilah Kunci yang Terkait dengan Bukti

Fase Proses Audit Sasara Hasil Audit Jenis Pengujian Keputusan Bukti Jenis Bukti

Merencanakan dan Sasaran hasil audit yang Prosedur analitis -   Prosedur audit -   Dokumentasi
merancang suatu -   Penetapan waktu -   Pemeriksaan klien
Pendekatan Audit -   Prosedur analitis

Melaksanakan -   Keberadaan Prosedur untuk mem- -   Prosedur audit -   Dokumentasi
Pengujian Pengen -   Kelengkapan peroleh sebuah pema- -   Ukuran contoh -   Pengamatan
dalian dan Penguji- -   Akurasi haman dan pengujian -   Materi untuk di -   Pemeriksaan klien
an Substantif atas -   Klasifikasi pengendalian Pengujian pilih -   Pencapaian
transaksi -   Penetapan Waktu substantif atas transaksi -   Penetapan waktu. kembali
-   Memposkan dan pem- -   Prosedur audit
buatan ringkasan -   Ukuran contoh
-   Materi untuk
dipilih
-   Penetapan waktu

Melaksanakan Sasaran hasil Audit yang Prosedur analitis -   Prosedur audit -   pengujian fisik
Prosedur Analitis -   Keberadaan Pengujiam rincian saldo -   Penetapan waktu. -   Konfirmasi
dan pengujian -   Kelengkapan -   Ukuran contoh -   Dokumentasi
rincian saldo -   Akurasi -   Materi untuk -   Pemeriksaan klien
-   Klasifikasi dipilih -   Pencapaian
-   Cut off -   Penetapan waktu kembali
-   Rincian keterkaitan -   Prosedur analitis
(tie-in)
-   Hak dan Kewajiban
-   Presentasi dan

Menyelesaikan Prosedur analitis -   Prosedur audit -   Prosedur analitis


Audit dan Menge- Pengujian rincian saldo -   Penetapan waktu -   Dokumentasi
luarkan Laporan -   Prosedur audit -   Pemeriksaan klien
Audit -   Ukuran contoh
-   Materi untuk
dipilih
-   Penetapan waktu

H. Ikhtisar Proses Audit


Fase I : Merencanakan Dan Merancang Sebuah Pendekatan Audit
Auditor menggunakan informasi yang didapatkan dari prosedur penilaian risiko
terkait dengan penerimaan klien dan perencanaan awal, memahami bisnis dan
industry klien, menilai risiko bisnis klien dan melakukan prosedur analitis
pendahuluan yang bertujuan untuk menilai risiko bawaan dan risiko audit yang
dapat diterima. Auditor menggunakan penilaian materialitas, risiko audit yang
dapat diterima, risiko bawaan, risiko pengendalian dan setiap risiko kecurangan
yang teridentifikasi untuk mengembangkan keseluruhan perencanaan audit dan
Franciscus Silalahi (C1C018224)
Dinie Aprilia (C1C019003)

program audit. Diakhir fase I, auditor harus memilki suatu rencana audit dan
program audit spesifik yang sangat jelas untuk audit secara keseluruhan.

Fase II: Melakukan Pengujian Pengendalian Dan Pengujian Substantive


Transaksi
Auditor melakukan pengujian pengendalian dan pengujian substantive transaksi
selama fase ini. Tujuan dari fase II ini adalah untuk:
1.      Mendapatkan bukti yang mendukung pengendalian tertentu yang
berkontribusi terhadap penilaian risiko pengendalian yang dilakukan oleh auditor
(yaitu, ketika risiko pengendalian ini dikurangi di bawah maksimum) untuk audit
atas laporan keuangan dan untuk audit pengendalian internal atas laporan
keuangan dalam suatu perusahaan public.
2.      Mendapatkan bukti yang mendukung ketepatan moneter dalam transaksi-
transaksi
Tujuan pertama terpenuhi dengan melakukan pengujian pengendalian dan yang
kedua dengan melakukan pengujian terperinci transaksi. Seringkali kedua jenis
pengujian dilakukan secara simultan untuk satu transaksi yang sama. Ketika
pengendalian tidak dianggap efektif atau ketika auditor menemukan adanya
penyimpangan-penyimpangan, pengujian substantive dapat diperluas dalam fase
ini atau fase III juga dengan mempertimbangkan dampaknya pada laporan auditor
atas pengendalian internal terhadap laporan keuangan.
Dikarenakan hasil pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi
merupakan penentu utama dari keluasan pengujian terperinci saldo, kedua
pengujian tersebut diselesaikan dua atau tiga bulan sebelum tanggal neraca. Hal
itu membantu auditor merevisi program audit pengujian terperinci  saldo untuk
hasil-hasil yang tak terduga dalam pengujian sebelumnya dan untuk
menyelesaikan audit sesegera mungkin setelah tanggal neraca. Pendekatan ini
juga digunakan untuk audit perusahaan public untuk memungkinkan diberikannya
kesempatan pada manajemen untuk memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam
pengendalian dengan tepat waktu agar memungkinkan bagi auditor untuk menguji
pengendalian yang baru diterapkan sebelum akhir tahun.
Franciscus Silalahi (C1C018224)
Dinie Aprilia (C1C019003)

Untuk sistem akuntansi yang terkomputerisasi, auditor seringkali melakukan


pengujian pengendalian dan pengujian substantive transaksi disepanjang tahun
untuk mengidentifikasi transaksi yang signifikan atau tidak biasa dan menentukan
apakah ada perubahan yang dilakukan terhadap program komputer klien.
Pendekatan ini sering kali dinamakan audit kontinu dan sering kali digunakan
dalam audit atas laporan keuangan dan audit atas pengendalian internal yang
terintegrasi untuk perusahaan public.

Fase III: Melakukan Prosedur Analitis Dan Pengujian Terperinci Saldo


Tujuan dari fase III adalah untuk mendapatkan bukti tambahan yang memadai
untuk menentukan apakah saldo akhir catatan-catatan kaki dalam laporan
keuangan telah disajikan dengan wajar. Sifat dan keluasan pekerjaan akan sangat
bergantung pada temuan-temuan dari dua fase sebelumnya.
Dua ketegori umum dalam prosedur di fase III adalah:
1.      Prosedur analitis substantive yang menilai keseluruhan kewajaran transaksi-
transaksi dan saldo-saldo akun.
2.      Pengujian terperinci saldo, yang mana prosedur audit digunakan untuk
menguji salah saji moneter dalam saldo-saldo akun di laporan keuangan.
Prosedur analitis sering kali dilakukan di awal dengan menggunakan data awal
sebelum akhir tahun, sebagai alat perencanaan dan pengarahan bagi pengujian
audit lainnya untuk bagian-bagian khusus. Namun manfaat terbesar dari
perhitungan rasio-rasio dan melakukan perbandingan-perbandingan terjadi setelah
klien telah selesai menyusun laporan keuangannya. Idealnya. Prosedur analitis ini
dilakukan untuk menentukan seberapa luas pengujian saldo yang akan dilakukan.
Prosedur analitis ini juga digunakan sebagai bagian dari pelaksanaan pengujian
saldo dan selama fase penyelesaian audit.
Dalam beberapa pengauditan, semuanya dilakukan setelah tanggal neraca, ketika
klien ingin menerbitkan laporan segera setelah tanggal neraca, makin banyak
pengujian-pengujian terperinci yang memakan waktu yang dilakukan pada
tanggal-tanggal interim sebelum akhir tahun dengan pekerjaan tambahan yang
dilakukan untuk memajukan audit saldo di tanggal interim ke akhir tahun.
Franciscus Silalahi (C1C018224)
Dinie Aprilia (C1C019003)

Pengujian substantive saldo yang dilakukan sebelum akhir tahun kurang dapat
diandalkan dan biasanya hanya dilakukan ketika pengendalian internalnya efektif.

Fase IV:  Menyelesaikan Audit Dan Menerbitka Suatu Laporan Audit


Setelah tiga fase pertama diselesaikan, auditor harus mengumpulkan bukti
tambahan terkait dengan tujuan penyajian dan pengungkapan, ikhtisar hasil,
penerbitan laporan audit dan melakukan bentuk-bentuk komunikasi lainnya.

Melakukan Pengujian Tambahan Untuk Tujuan Penyajian  Dan


Pengungkapan
Prosedur yang dilakuan auditor untuk mendukung tujuan audit terkait penyajian
dan pengungkapan sama dengan prosedur audit yang dilakukan untuk mendukung
tujuan audit terkait transaksi maupun terkait saldo. Auditor menguji pengendalian
tersebut untuk mendapatkan bukti pendukung tujuan audit terkait penyajian dan
pengungkapan kelengkapan dan akurasi. Auditor juga melakukan pengujian
substantive untuk mendapatkan bukti yang tepat dan memadai bahwa informasi
yang diungkapkan dalam catatan-catatan kaki merefleksikan transaksi dan saldo
yang sebenarnya yang telah terjadi dan bahwa penyajian kewajiban klien adalah
untuk mendukung tujuan keterjadian serta hak dan kewajiban.
Selama fase terakhir ini auditor melakukan prosedur audit terkait dengan
kewajiban kontinjensi dan kejadian-kejadian setelah tanggal neraca. Kewajiban
kontinjensi harus diungkapkan dalam catatan kaki klien. Auditor harus yakin
bahwa pengungkapan telah lengkap dan akurat.
Pengumpulan Bukti Akhir
Selain bukti yang didapatkan dari setiap siklus selama fase I dan fase II dan untuk
setiap akun selama fase III, auditor harus mendapatkan bukti berikut untuk
laporan keuangan  secara keseluruhan selama fase penyelasaian.
 Melakukan prosedur analitis akhir
 Mengevaluasi asumsi keberlangsungan usaha (going concern)
 Mendapatkan surat representasi klien.
 Membaca informasi dalam laporan tahunan untuk meyakinkan bahwa
Franciscus Silalahi (C1C018224)
Dinie Aprilia (C1C019003)

informasi yang disajikan konsiten dengan laporan keuangan.

Menerbitkan Laporan Audit


Jenis laporan audit yang akan diterbitkan bergantung pada bukti yang
dikumpulkan dan temuan-temuan auditnya.

Komunikasi Dengan Komite Audit Dan Manajemen


Auditor diharuskan untuk mengomunikasikan setiap kekurangan dalam
pengendalian internal yang signifikan pada komite audit atau manajemen senior.
Standar audit juga mengharuskan auditor untuk mengomunikasikan beberapa hal
pada mereka yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan tata kelola perusahaan
seperti pada komite audit atau badan yang sejenis menjelang penyelesaian audit
dan sesegera mungkin.

Anda mungkin juga menyukai