Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas berkat izin dan
petunjuk-Nya kami bisa menyelesaikan tugas ISBD ini.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak dosen yang telah memberikan
tugas penyusunan makalah ini dan semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
makalah ini. Sesuai dengan materi yang diberikan, kami berharap bisa membantu teman-
teman semua dalam memahami materi tentang MASALAH REALITAS SOSIAL.

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan, untuk itu kami sangat berharap kepada Bapak dosen dan juga teman-teman semua
agar dapat memberikan kritik maupun saran dan juga masukan untuk kami demi kebaikan
makalah selanjutnya dan bisa bermanfaat bagi kita semua.

Atas kritikan dan masukannya, kami terlebih dahulu mengucapkan banyak terima
kasih.

Jambi, 26 Februari 2019

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................. 1


DAFTAR ISI ................................................................................. 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................ 3
1.2 Tujuan...................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Realitas Sosial
2.1 Keluarga .................................................................................. 5
2.2 Masyarakat .............................................................................. 6
2.3 Komunitas ............................................................................... 7
2.4 Perkumpulan / Asosiasi ........................................................... 7
BAB III KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan ........................................................................... 12
3.2 Saran...................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………..13

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Realitas sosial ialah kenyataan yang dapat kita lihat dalam kehidupan manusia yang terwujud
sebagai hasil hubungan yang terjalin di antara sesama manusia Untuk dapat melihat realitas
sosial manusia, berikut ini akan diuraikan satu per satu bentuk kesatuan manusia.

Pada hakekatnya, manusia diciptakan Tuhan saling berpasang-pasangan dalam hal ini
menunjukan bahwa Manusia tidak akan bisa hidup sendiri tanpa orang lain. Bangsa ini pun
sangat menjunjung tinggi makna kebersamaan / gotong royong dalam bermasayarakat. Akan
tetapi seiring berkembangnya peradaban kehidupan, Manusia sudah lagi tidak
memperduliakan lingkungan sekitarnya. Keegoisan telah merasuk dalam diri masyarkat
dewasa ini. Hal ini mungkin terjadi karena faktor ekonomi yang terjadi di Negara ini dan juga
struktur sosial yang kacau. Karena Struktur sosial yang gagal akan menyebabkan terjadinya
konflik dalam negara. Maka dari itu perlu adanya pembekalan ilmu agama dan sosial agar
dapat menanggulangi struktur yang gagal tadi.

Karena bila kita perhatikan dan ditelaah ketika seseorang telah banyak belajar dan
memperoleh ilmu serta wawasan yang luas, maka ilmu itu sendiri yang akan merubah suatu
pola tingkah laku seseorang itu. Sebagai contoh ketika saya dalam perjalanan dan ternyata
saya kehabisan bahan bakar, saya tidak menyangka kalau ada seseorang yang menawarkan
bantuannya pada saya agar menggunakan bahan bakar milik motornya, Kesadaran sosila
seperti inilah yang sekarang sangat jarang ditemukan di tengah masyarakat kita ini.

Seperti halnya dalam ajaran agama bahwa kita disuruh untuk saling menolong dalam
kebaikan, maka realitas sosial keberagamaan juga sangat mendominasi roda kehidupan
masyarakat berbangsa. Dalam ajaran agama kita diajarkan untuk saling bertoleransi antar
sesama. Ketika seseorang telah memahami benar ajaran agama , maka dia juga seharusnya
telah memahami akan kodratnya sebagai manusia sosial.

Pada Kali ini kami pemakalah akan menjelaskan apa itu yang dimaksud dengan realitas sosial
dan kontruksi sosial.

B. Rumusan Masalah

a. Apa saja yang mengenai realitas sosial?

b. Pembahasan apa saja yang terdapat dalam kontruksi sosial?

C. Tujuan Penulisan

3
Tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui apa saja mengenai realitas sosial
tersebut, seperti konsepsi realitas sosial dalam sosiologi. Dan untuk mengkaji lebih dalam
lagi tentang kontruksi sosial.

D. Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan makalah ini yaitu kita sebagai manusia bermasyarakat bisa
menerapakan dalam kehidupan sehari karena pembahasan makalah ini mengenai tentang
realitas sosial dan kontruksi sosial.

4
BAB II

PEMBAHASAN

REALITAS SOSIAL DAN KONTRUKSI SOSIAL

A. REALITAS SOSIAL

Realitas sosial adalah kenyataan yang dapat kita lihat dalam kehidupan manusia yang
terwujud sebagai hasil hubungan yang terjalin di antara sesama manusia Untuk dapat melihat
realitas sosial manusia, berikut ini akan diuraikan satu per satu bentuk kesatuan manusia.

Konsep-konsep realitas sosial yang dipelajari oleh sosiologi adalah:

1. Keluarga

Keluarga merupakan satuan sosial terkecil yang terdiri atas suami, istri, dan anak-
anak. Ketiga unsur itu dipersatukan oleh ikatan perkawinan, darah, atau adopsi yang
membentuk satu rumah tangga. Satu sama lain berinteraksi dengan perannya masing-masing
sebagai anggota keluarga. Selanjutnya, melalui keluarga mereka mempertahankan sekaligus
menciptakan kebudayaan.

Keluarga termasuk gejala sosial yang bersifat universal. Artinya, dalam masyarakat
apa pun akan dijumpai adanya kesatuan social yang disebut keluarga. Karenanya, Robert
M.Z. Lawang (1985) membuat empat karakteristik keluarga, yaitu:

1. Keluarga terdiri atas orang-orang yang bersatu karena ikatan-ikatan perkawinan, darah,
atau adopsi.
2. Para anggota keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah tangga.
3. Merupakan satu kesatuan orang-orang yang berinteraksi dan berkomunikasi.
4. Keluarga itu mempertahankan suatu kebudayaan bersama dan sekaligus menciptakan
kebudayaan.

Fungsi keluarga menurut Paul B. Horton dan Chester L Hunt (1996) adalah sebagai
berikut.
1. Fungsi pengaturan seksual
Keluarga mengatur upaya menyalurkan dorongan seksual antara suami dan istri.
2. Fungsi reproduksi
Keluarga memungkinkan terpenuhinya keinginan suami istri untuk mendapatkan anak.
3. Fungsi sosialisasi
Keluarga melakukan sosialisasi nilai dan norma sosial pada anak.
4. Fungsi afeksi
Keluarga memenuhi kebutuhan kasih sayang di antara anggotanya.
5. Fungsi penentuan status
Keluarga menentukan status anak-anak yang lahir di dalamnya.

5
6. Fungsi perlindungan
Keluarga memberi perlindungan fisik, ekonomis, dan psikologis bagi anggotanya.
7. Fungsi ekonomis
Keluarga menghasilkan sesuatu untuk kepentingan anggota.

Adapun bentuk keluarga, sebagai berikut :

a. Keluarga inti (Keluarga batih), adalah bentuk keluarga berdasarkan perkawinan


tunggal, yang terdiri dari seorang Bapak, seorang ibu beserta anak-anaknya.

b. Keluarga besar, adalah bentuk keluarga , baik tunggal maupun berdasarkan bentuk
perkawinan jamak (poligami) yang terdiri dari seorang Bapak, beberapa orang ibu atau
kebalikannya, atau ditarik dari satu keturunan dengan seluruh keturunannya. Tugas Keluarga
adalah:

1. Tugas sosial biologis (untuk memenuhi kebutuhan biologis guna melanjutkan keturunan
dan menyalurkan kasih sayang).
2. Tugas sosial kultural (sebagai media pewarisan budaya).
3. Tugas sosial ekonomi (untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan hidup).
4. Tugas sosial religius (sebagai bagian daripada kehidupan sosial beragama).

2. Masyarakat

Masyarakat berarti kumpulan manusia yang relatif permanen, berinteraksi secara tetap, dan
menjunjung suatu kebudayaan tertentu. Ralph Linton seperti dikutip oleh Soerjono Soekanto
(1989), mengartikan masyarakat sebagai semua kelompok manusia yang telah cukup lama
hidup dan bekerja sama, sehingga mereka dapat mengorganisasikan dirinya sebagai suatu
kesatuan dengan batas-batas tertentu.

Menurut Koentjaraningrat (1985), masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang


berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan yang terikat
oleh rasa identitas bersama.

Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul atau saling berinteraksi secara
tetap dan memiliki kepentingan yang sama. Literatur lain memberikan pengertian tentang
masyarakat sebagai sistem sosial, yaitu sebagai organisme yang terdiri atas bagian-bagian
yang saling bergantung karena memiliki fungsinya masing-masing dalam keseluruhan.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa masyarakat memiliki unsur-unsur sebagai
berikut:

a) Harus ada kelompok (kesatuan atau kolektivitas manusia) yang relatif tetap.
b) Telah berjalan dalam waktu yang cukup lama dan bertempat tinggal dalam daerah
tertentu.

6
c) Adanya aturan (undang-undang yang mengatur mereka bersama).
d) Perekrutan seluruh atau sebagian anggotanya melalui reproduksi atau kelahiran.
e) Adanya sistem tindakan utama yang bersifat swasembada.
f) Kesetiaan pada suatu sistem tindakan utama secara bersamasama.
g) Akibat dari hidup bersama dalam jangka waktu yang lama itu menghasilkan
kebudayaan berupa sistem nilai, sistem ilmu pengetahuan dan kebudayaan kebendaan.
Suatu masyarakat dapat dikatakan sebagai community (masyarakat setempat) apabila
memiliki syarat-syarat sebagai berikut.
1. Adanya beberapa rumah atau rumah tangga yang terkon sentrasi di suatu wilayah
geografis tertentu.
2. Warganya memiliki taraf interaksi sosial yang terinter grasikan.
3. Adanya rasa kebersamaan, yang tidak perlu didasarkan pada hubungan kekerabatan.

3. Komunitas

Komunitas adalah suatu wilayah kehidupan sosial yang ditandai oleh suatu derajat
hubungan sosial tertentu.

Unsur-unsur komunitas meliputi :

1. Unsur Seperasaan

Unsur seperasaan mengakibatkan seseorang berusaha mengidentifikasi dirinya denganorang


orang dalam kelompok tersebut, sehingga semua anggota kelompok menyebut dirinya
sebagai bagian dari komunitas. Perasaan sekelompok mendorong terwujudnya solidaritas di
antara anggota kelompok. Perasaan itu muncul manakala ada kepentingan yang sama dari
anggota kelompok dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

.2. Unsur Sepenanggungan

Setiap individu sadar akan peranannya dalam kelompok. Dan, keadaan masyarakat itu sendiri
memungkinkan setiap anggota kelompok untuk menjalankan peranannya. Kondisi ini
memung kinkan anggota kelompok memiliki kedudukan yang pasti dalam komunitasnya.

3. Unsur Saling Memerlukan

Setiap anggota suatu komunitas merasakan adanya ketergantungan terhadap komunitasnya,


baik secara material maupun spiritual. Sehingga antaranggota kelompok terjadi hubungan
saling memerlukan.

4. Perkumpulan /Asosiasi

Asosiasi atau perkumpulan adalah suatu kehidupan bersama antarindividu dalam


suatu ikatan. Kumpulan orang atau sekelompok individu dapat dikatakan kelompok sosial
apabila memenuhi faktor-faktor sebagai berikut :

7
(1). Kesadaran akan kondisi yang sama
(2). Adanya relasi sosial.
(3). Orientasi pada tujuan yang telah ditentukan.

Apabila kelompok sosial dianggap sebagai sebuah kenyataan di masyarakat, maka


individu merupakan kenyataan yang memiliki sikap terhadap kelompok tersebut sebagai
suatu kenyataan subjektif. Di dalam masyarakat yang sudah kompleks, biasanya individu
menjadi kelompok sosial tertentu yang secara otomotis pula menjadi anggota beberapa
kelompok sekaligus, misal atas dasar keturunan, jenis kelamin atau kekerarabatan tertentu.
Keanggotaan mereka dalam kelompok dilakukan secara individual dengan persyaratan
keang-gotaannya secara sukarela. Asosiasi dapat dikatakan juga sebagai perkumpulan.

Sebagai contoh perkumpulan wasit/pelatih/instruktur olah raga nasional. Kelompok


sosial dilihat dari bentuknya dapat kita kelompokan sebagai berikut:

a. Menurut besar kecilnya kelompok dan jumlah anggotanya:

1. Small Group, yaitu kelompok yang terdiri sekurang-kurangnya dua orang, masing-
masing menjalin hubungan untuk mencapai tujuan tertentu. Contoh, Keluarga inti.

2. Klik (Clique), yaitu kelompok kecil yang terbentuk dari suatu kelompok yang lebih
besar, karena frekuensi hubungan yang relative tinggi atau sering bertemu. Contoh,
Sekelompok siswa di kelas.

3. Cressive Group, yaitu kelompok yang timbul karena reaksi spontan, terbentuk karena
ketidaksengajaan, memiliki kepentingan yang sama dan tujuan yang sama, serta tempat
tinggal yang berdekatan. Contoh Rukun tetangga.

4. Partai, yaitu kumpulan orang yang mempunyai asas, haluan dan tujuan yang sama.
Tujuan yang dicapai oleh partai adalah untuk kepentingan para anggotanya (public goals) dan
bukan tujuan perorangan (private goals). Contoh, Partai Keadilan Sejahtera, Partai Nasional
Indonesia dan partai-partai politik peserta pemilu lainnya.

5. Massa, yaitu kelompok yang jumlahnya tidak diperhatikan. Contoh Sekelompok orang
yang menolak kedatangan miyabi ke Indonesia.

6. Publik, secara umum artinya khalayak ramai. Jumlah dan bentuknya serupa dengan
massa.

b. Kelompok Menurut Terbentuknya


Seringkali kita melihat sekelompok orang yang banyak yang
berkelompok,terbentuknya kelompok ini biasanya tidak disengaja dan tidak disadari

8
tetapi memiliki kesamaan ciri atau tujuan. Kelompok demikian dapat dilihat dari
dasar terbentuknya yaitu:

1. Kelompok semu, kelompok yang tidak teratur dan kelompok sementara.

a) Kerumunan
b) Massa
c) Public
2. Kelompok Nyata

a) Kelompok Statistik
b) Kategori sosial
c) Kelompok sosial
d) Kelompok formal

c. Kelompok menurut erat longgarnya ikatan hubungan para anggotanya

Kelompok masyarakat ini biasanya didasarkan pada intensitas dan kualitas


pertemuan yang dilakukan oleh anggota kelompok. Lama kelamaam kelompok ini
berkembang luas dan kelompok didasarkan pada erat atau tidaknya hubungan antar para
anggota.

1. Kelompok paguyuban (Gemeinschaft)

Kelompok paguyuban adalah suatu bentuk kehidupan bersama yang tiap-tiap anggota diikat
oleh hubungan batin yang murni, bersifat alamiah dan kekal. Dasar hubungannya adalah rasa
cinta dan rasa kesatuan bathin, yang memang telah dikodratkan dan bersifat nyata dan
organis. Contoh Partai Politik, Rukun Warga.

2. Kelompok patembayan (Gesellschaft)

Patembayan merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok untuk jangka waktu yang pendek,
terdapat pada hubungan yang bersifat timbal balik, contoh ikatan antar para pedagang.

3. Kelompok utama (Primary group)

Hubungan antar individu dalam kelompok yang sangat erat, mereka saling mengenal dan
saling berhubungan langsung (face to face) sehingga sering disebut kelompok tatap muka
(face to face group). Contoh keluarga luas.

4. Kelompok Sekunder (Secondary Group)

Hubungan antar individu dalam kelompok ini hampir tidak ada, Kalaupun ada longgar sekali.
Setiap anggota masih mengingat kepentingan sendiri. Hubungan ini terjadi karena adanya
pamrih dan perhitungan laba rugi. Contoh kehidupan masyarakat di pasar.

9
d. Kelompok Menurut Sifat dan Skup Aktivitasnya

Kelompok ini berdasarkan sifat yang dimiliki oleh setiap anggota kelompok dan
lingkup aktivitas dari pada kelompok ini. Biasanya kelompok ini didasarkan pada sifat dan
aktivitas kekeluargaan.

1. Kelompok kerukunan

Kelompok ini terdapat sifat rukun dan guyub seperti paguyuban. Dalam berbagai bidang
anggota-anggota kelompok tidak mempunyai pamrih tertentu. Dalam adat Jawa ada istilah
“pirukunan” misalnya “nyumbang” dan tidak mengutamakan untung dan rugi. Contoh,
kerabat, marga dan keluarga.

2. Kelompok Perikatan

Kelompok perikatan, semua individu yang menjadi anggota mempunyai sifat kerukunan ke
dalam yang erat sekali, rasa setia kawan dan kesatuan yang kuat. Bedanya dengan kelompok
kerukunan ialah hubungan kewibawaan yang ada pada yang memerin-tah dan yang
diperintah. Contoh, Perikatan adat “Rumah Gadang”.

3. Kelompok Persekutuan

Kelompok kerukunan dan kelompok perikatan merupakan lawan dari kelompok persekutuan.
Kelompok kerukunan dan kelompok perikatan guyubnya hanya ke dalam. Sedangkan
kelompok persekutuan sifat rukunnya ke luar. Individu-individu dalam kelompok ini
koordinasinya sejajar dan titik beratnya serta fungsi terletak pada sudut kepentingan dan
tujuannya.

4. Kelompok Kami atau Kelompok Dalam (In group)

Pada kelompok ini individu mengidentifikasikan dirinya berdasarkan kepentingan. Misalnya


seorang individu di dalam suatu desa secara tidak langsung menjadi anggota kelompok kami
yang dilawankan dengan warga desa lain sebagai kelompok lainnya.

5. Kelompok Mereka atau Kelompok Luar (Out group)

Sifat dalam anggota out group selalu ditandai dengan suatu perbedaan atau lebih sering
dengan pertentangan (antagonisme) dan rasa antipati (tidak suka). Contoh dalam
pertandingan sepak bola, terdapat kelompok luar yaitu kelompok dari lawan.

6. Formal Group

Sifat dari kelompok ini adalah resmi, maksudnya memiliki peraturan yang tegas dan sengaja
diciptakan oleh para anggotanya untuk mengatur hubungan di antara mereka. Setiap anggota

10
memiliki kedudukan, tugas dan kewajiban seperi yang diatur dalam peraturan yang
diciptakan. Contoh, OSIS.

7. Informal Group

Informal Group adalah kelompok orang yang secara fisikmenjadi anggota kelompok tersebut.
Contoh setiap siswa di sekolah adalah anggota Osis atau siswa berada dikelas X.1 menjadi
anggota kelas X.1.

8. Reference group

Kelompok referensi merupakan kelompok yang menjadi ukuran bagi seseorang yang bukan
anggota kelompok untuk membentuk pribadi dan kepribadianya. Kelompok cendikiawan,
ulama dan pelajar.

9. Suku bangsa

Suku Bangsa adalah gabungan sosial yang didasarkan pada kesadaran akan kesamaan
identitas, asal-usul, sejarah, tempat dan perbedaan kebudayaan. Contoh suku Aceh, Suku
Sunda.

11
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Realitas sosial ialah kenyataan yang dapat kita lihat dalam kehidupan manusia yang terwujud
sebagai hasil hubungan yang terjalin di antara sesama manusia Untuk dapat melihat realitas
sosial manusia, berikut ini akan diuraikan satu per satu bentuk kesatuan manusia.

Konsep-konsep realitas sosial yang dipelajari oleh sosiologi adalah:

1. Keluarga

2. Masyarakat

3. Komunitas

4. Perkumpulan /Asosiasi

B. KRITIK DAN SARAN

Penulis menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan, mungkin banyak kesalahan disana-
sini, seperti pembahasan yang kurang lengkap, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang mendukung agar penulisan makalah untuk kedepan lebih baik dan lengkap. Selain
hendaknya kita mempelajari lebih dalam lai tentang materirealitas sosial dan kontruksi
sosial ini.

12
DAFTAR PUSTAKA

Soekanto, Soerjono. 1990. ”Sosiologi Suatu Pengantar”. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Suparno. 1997. “Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan”. Yogyakarta: Kanisius.

Anwar, Yesmil. 2013. Sosiologi untuk Universitas. Bandung: PT Refika Aditama.

13

Anda mungkin juga menyukai