Anda di halaman 1dari 19

AUDITING I

KESELURUHAN PERENCANAAN DAN PROGRAM AUDIT

Disusun Oleh:

KELOMPOK 4

WAHYU SENTOSA 1617051150


PUTU ERWIN SATYA ARYA PRAMANA 1617051088
GEDE SURANTIKA 1617051082
PUTU RAHADI ERAWAN 1617051136
I GEDE PANDE SUDIARTANA 1617051222

KELAS 4G
AKUNTANSI PROGRAM S1
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
TAHUN 2018
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Auditor sangat dituntut akan kemampuannya memberikan jasa yang
terbaik dalam setiap pengauditan, dan sesuai dengan yang dibutuhkan serta
diperintahkan oleh pimpinan tertinggi instansi atau badan. Agar audit dapat
bermanfaat bagi para pemakainya, auditor independen memiliki tanggung jawab
untuk menghasilkan pendapat yang benar-benar dapat dipertanggungjawabkan
dan memiliki obyektivitas yang tinggi. Oleh karena itu sebelum menjalankan
proses audit, tentu saja proses audit harus direncakan terlebih dahulu.
Salah satu tahap audit ialah perencanaan (audit planning). Perencanaan
audit adalah suatu tahapan yang terperinci, yang menyangkut prosedur dan
rencana auditor yang akan digunakan dalam pelaksanaan suatu audit. Tujuan
audit, jadwal kerja audit, dan staf yang akan diikutsertakan dalam proses audit,
harus diterangkan secara jelas dalam perencanaan audit. Tujuan audit
planning ialah untuk menentukan pada area mana, bagaimana, kapan serta oleh
siapa (anggota tim yang mana) audit akan dilakukan. Langkah penting
dalam audit planningmengidentifikasikan faktor risiko. Untuk itu auditor
menyiapkan rencana kerja audit (audit program) mengenai batas, jadwal, dan
prosedur untuk mencapai sasaran audit. Setelah audit program disusun dan team
auditor telah dibentuk, selanjutnya para anggota team harus melakukan
pengenalan terhadap sistem yang akan diaudit.
Oleh karena itu, penulis akan membahas mengenai langkah kedelapan
yang merupakan langkah terakhir dalam fase perencanaan audit. Langkah yang
paling penting ini karena akan menentukan keseluruhan program audit yang akan
diikuti oleh auditor, termasuk semua prosedur audit, ukuran sampel, unsure-unsur
yang dipilih serta waktunya. Pentingnya membuat keputusan yang tepat dalam
membentuk perencanaan audit secara keseluruhan dan mengembangkan suatu
program audit yang terperinci dengan mempertimbangkan efektivitas bukti
maupun efisiensi audit. Dimana keseluruhan perencanaan audit didiskusikan yang
berarti memilih gabungan dari kelima jenis pengujian yang akan menghasilkan
audit yang efektif dan efisien. ini mencakup pembahasan mengenai kelebihan dan
kekurangan dari setiap jenis pengujian, termasuk pertimbangan biaya dari setiap
jenis pengujian tersebut. Setelah memutuskan gabungan jenis pengujian yang
paling menghemat biaya, auditor akan merancang program audit secara terperinci.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas dapat diambil rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Apa saja jenis-jenis pengujian?
2. Bagaimana memilih jenis pengujian yang tepat untuk dilakukan?
3. Bagaimana dampak teknologi informasi terhadap pengujian audit?
4. Apa itu bukti gabungan?
5. Bagaimana merancang program audit?
6. Bagaimana hubungan tujuan audit terkait transaksi dengan tujuan audit terkait
saldo serta tujuan audit terkait penyajian dan pengungkapan?

1.3 Tujuan
Tujuan penulis membuat paper ini adalah untuk :
1. Mengetahui jenis-jenis pengujian.
2. Mengetahui bagaimana memilih jenis pengujian yang tepat untuk dilakukan.
3. Mengetahui bagaimana dampak teknologi informasi terhadap pengujian audit.
4. Mengetahui apa itu bukti gabungan.
5. Mengetahui bagaimana merancang program audit.
6. Mengetahui bagaimana hubungan tujuan audit terkait transaksi dengan tujuan
audit terkait saldo serta tujuan audit terkait penyajian dan pengungkapan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Jenis-Jenis Pengujian
Dalam mengembangkan rencana audit keseluruhan, auditor menggunakan
lima jenis pengujian untuk menentukan apakah laporan keuangan telah disajikan
secara wajar. Pengujian pengendalian dilakukan untuk mendukung pengurangan
pengukuran risiko pengendalian, sementara auditor menggunakan prosedur
analitis dan pengujian terperinci saldo untuk memenuhi risiko deteksi. Pengujian
substantif transaksi memengaruhi risiko pengendalian maupun risiko deteksi yang
direncanakan, karena mereka menguji efektivitas pengendalian internal serta
jumlah nominal transaksi.
a. Prosedur Pengukuran Risiko
Prosedur pengukuran risiko dilakukan untuk menilai risiko salah saji
material dalam laporan keuangan. Auditor melakukan pengujian pengendalian,
pengujian substantif transaksi, prosedur analitis, serta pengujian atas perincian
saldo dalam melakuan penilaian terhadap salah saji material sebagaimana
diharuskan dalam PSA 26 (SA 350). Gabungan dari keempat jenis prosedur
audit lanjutan ini akan memberikan dasar bagi opini auditor.
Bagian terbesar dari prosedur pengukuran risiko dilakukan untuk
mendapatkan suatu pemahaman atas pengendalian internal, serta digunakan
untuk mengukur risiko pengendalian untuk setiap tujuan audit terkait
transaksi.
b. Pengujian Pengendalian
Pemahaman auditor terhadap pengendalian internal digunakan untuk
mengukur risiko pengendalian untuk setiap tujuan audit transaksi. Untuk
mendapatkan bukti yang tepat dan mencukupi untuk mendukung pengukuran
tersebut, auditor melakukan pengujian pengendalian. Pengujian pengendalian,
baik secara manual dan otomatis, dapat mencakup jenis bukti berikut ini :
 Melakukan tanya jawab yang memadai dengan personel klien.
 Memeriksa dokumen, catatan dan laporan.
 Mengamati aktivitas terkait pengendalian.
 Mengerjakan ulang prosedur-prosedur klien.
Auditor melakukan penelusuran system sebagai bagian dari prosedur
untuk mendapatkan pemahaman sebagai upaya membantunya dal menentukan
apakah pengendalian sudah diterapkan. Penelusuran biasanya diterapkan pada
satu atau beberapa transaksi dan mengikuti transaksi tersebut disepanjang
pemrosesannya. Pengujian pengendalian juga digunakan untuk menentukan
apakah penggunaaan pengendalian tersebut telah efektif dan biasanya
digunakan untuk menguji sebuah sampel transaksi. Prosedur yang dilakukan
untuk mendapakan pemahaman ats pengendalian internal biasanya tidak
memberikan bukti tepat yang memadai untuk mendukung bahwa pengendalian
telah berjalann efektif. Jumlah bukti tambahan yang diharuskan untuk menguji
pengendalian bergantung pada dua hal berikut :
1. Keluasan bukti yang didapatkan dalam memperoleh pemahaman atas
pengendalian internal.
2. Pengurangan risiko pengendalian yang direncanakan.
Salah satu cara dimana auditor dapat membuktikan pencatatan
transaksi adalah dengan melakukan pengujian pengendalian. Jika pengendalian
telah diterapkan dalam transaksi penjualan dan penerimaaan kas, auditor dapat
melakuakn pengujian pengandalaian untuk menentukan apakah keenam tujuan
audit terkait transaksi untuk sikls tersebut telah terpenuhi.
c. Pengujian Substantif Transaksi
Pengujian substantive merupakan prosedur yang dirancang untuk
menguji salah saji rupiah yang secara langsung berpengaruh pada ketepatan
saldo laporan keuangan. Auditor mengandalkan tiga jenis pengujian substantif.
Ketiga jenis itu adalah pengujian substantif transaksi, prosedur analitis
substantif, serta pengujian terperinci saldo.
Pengujian substantif transaksi digunakan untuk menentukan apakah
keenam tujuan audit terkait transaksi telah terpenuhi untuk setiap kelompok
transaksi. Pengujian pengendalian maupun pengujian substantif transaksi
dilakukan untuk transaksi-transaksi dalam siklus tersebut, bukan di saldo akhir
akun-akunnya. Auditor memverifikasi pencatatan dan pengikhtisaran transaksi
penjualan dan penerimaan kas dengan melakukan pengujian substantif
transaksi. Auditor dapat melakukan pengujian pengendalian secaar terpisah
dari semua pengujian lainnya, namun sering kali lebi efisien untuk melakukan
bersamaan dengan pengujian substantif transaksi.
d. Prosedur Analitis
Prosedur analitis melibatkan perbandingan-perbandingan jumlah yang
tercatat dengan ekspektasi yang dikembangkan oleh auditor. Standar audit
mengharuskan prosedur analitis dilakukan selama perencanaan dan penyesaaln
audit. Prosedur analitis juga dapat dilakukan untuk mengaudit saldo akun. Dua
tujuan utama dari prosedur analitis dalam mengaudit saldo akun adalah untuk :
 Menandai adanya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan.
 Memberikan bukti substantif.
Prosedur analitis yang dilakukan selama tahap perencanaan audit
biasanya berbeda dari yang dilakukan dalam tahap pengujian. Standar audit
menyatakan bahwa prosedur analitis merupakan salah satu jenis pengujian
substantif ketika dilakukan untuk memberikan bukti mengenai suatu saldo
akhir akun.
e. Pengujian Terperinci Saldo
Pengujian terperinci saldo memfokuskan pada saldo akhir buku besar
baik untuk akun-akun neraca maupun laba rugi. Penekanan utama dalam
sebagian besar pengujian atas perincian saldo adalah pada neraca. Pengujian
saldo akhir sangat penting karena bukti yang biasanya didapatkan dari suatu
sumber yang independen dipandang sangat dipercaya. Seperti halnya untuk
transaksi, pengujian auditor atas perincian saldo juga harus memenuhi semua
tujuan audit terkait saldo untuk setiap akun-akun neraca yang signifikan.
Pengujian terperinci saldo membantu menciptakan ketepatan moneter akun-
akun yang tekait, sehingga merupakan pengujian substantif.
f. Ikhtiar Jenis-Jenis Pengujian
Pengujian pengendalian membantu auditor dalam mengevaluasi
apakah pengendalian terhadap transaksi dalam siklus tersebut telah cukup
efektif untuk mendukung pengurangan penilaian risiko pengendalian, sehingga
memungkinkan pengurangan pengujian substantif. Pengendalian pengujian
juga membentuk dasar laporan auditor atas pengendalian internal terhadap
laporan keuangan untuk klien-klien yang merupakan perusahaan publik.
Pengujian substantif transaksi digunakan untuk memverifikasi transakasi yang
dicatat dalam jurnal dan dipindahbukukan ke dalam buku besar. Prosedur
analitis menekankan pada keyakinan keseluruhan atas transaksi-transaksi dan
saldo-saldo buku besar. Pengujian atas perincian saldo menekankan pada saldo
akhir dalam buku besar.
Dengan menggabungkan jenis pengujian audit, auditor mendapatkan
keyakinan keseluruhan yang lebih tinggi untuk transaksi dan akun dalam siklus
enjualan dan penagihan dibandingkan dengan keyakinan yang didapatkan dari
setiap pengujian lainnya. Untuk meningkatkan keyakinan keseluruhan pada
suatu siklus, auditor dapat meningkatkan keyakinan yang didapatkan dari
setiap pengujian lainnya.

2.2 Memilih Jenis Pengujian Yang Tepat Untuk Dilakukan


Biasanya auditor menggunakan kelima jenis pengujian ketika melakukan
audit atas laporan keuangan, namun beberapa jenis pegujian mendapatkan
penekanan yang lebih di bandingkan dengan yang lain, bergatung pada kondisi.
Beberapa faktor yang mempengaruhi pilihan auditor terhadap jenis pengujian
yang dipilih, termasuk ketersedian kedelapan bukti audit, biaya relatif untuk setiap
pengujian, efektivitas pengendalian internal serta risiko bawaan.
Ketersediaan Jenis Bukti Prosedur Audit Lanjutan
Masing-masing dari empat jenis prosedur audit lanjutan hanya melibatkan
beberapa jenis bukti audit (konfirmasi, dokumentasi, dan seterusnya).Kita dapat
melakukan beberapa pengamatan berikut mengenaitabel tersebut.
 Makin banyak jenis bukti, yang jumlah totalnya adalah enam, digunakan
untuk memuji peperincian saldo di bandingkan untuk setiap jenis
pengujian lamanya.
 Hanya pengujian terperinci saldo yang melibatkan pemeriksaan fisik dan
konfirmasi.
 Tanya jawab dengan klien dilkukan untuk setipa jenis pengujian.
 Dokumentasi digunakan untuk setiap jenis pengjian kecuali prosedur
analitis.
 Pengerjaan ulang digunakan untuk setiap jenis pengujian kecuali prosedur
analitis, dengan satu pengecualian. Ketika auditor memeriksa dokumentasi
sebagai bagian darin penelusuran atas transaksi untuk mendapatkan
pemahaman atas pengendalian internal, auditor sering kali “mengerjakan
ulang” pengendalian untuk menyakinkan bahwa pengendalian telah
diterapkan.
 Penghitungan ulang digunakan untuk memverfikasi akurasi metematis atas
transaksi ketika dilakukan pengujian substansif transaksi dan saldo akun
ketika melakukan akun pengujian atas perincian saldo.
Biaya-Biaya Relatif
Ketika auditor harus memutuskan jenis pengujian apakah yang harus
dipilih untuk mendapkan bukti yang tepat, biaya bukti tersebut penting untuk di
pertimbangkan.Jenis-jenis pengujian yang disusun dalam daftar berikut
berdasarkan urutan biaya yang rendah ke yang tinggi.
 Prosedur analitis.
Memakan biaya yang paling rendah karena relatif lebih mudah
untuk membuat perhitungan dan perbandingan-perbandingan. Sering
kali, informasi yang penting mengenai kemungkinan salah saji dapat
diperoleh hanya dengan membandingkan dua atau tiga angka.
 Prosedur penilaian resiko, termasuk prosedur untuk mendapatkan
pemahaman atas pengendalian internal.
Prosedur penilaian risiko, termasuk prosedur untuk mendapatkan
pemahaman atas pengendalian internal, tidak semahal pengujian audit
lainnya karena auditor dapat dengan mudah melakukan tanya jawab dan
pengamatan serta melakukan perencanaan prosedur analitis.
 Pengujian pengendalian.
Pengujian pengendalian juga melibatkan tanya jawab, pengamatan
dan pemeriksaan, biaya relatif juga rendah dibandingkan dengan
pengujian sunstansif. Namun demikian, pengujian pengendalian juga
lebih mahal di bandingkan dengan prosedur penilaian resiko karena lebih
luas dari pada pengujian diharuskan untuk mendapatkan bukti bahwa
pengendalian telah berjalan dengan efektif, khususnya ketika pengujian
pengendalian internal tersebut melibatkan pengerjaan ulang.sering kali,
auditor dapat melakukan sejumlah besar pengujian pengendalian dengan
cepat menggunakan perangkat lunak audit.
 Pengujian substansif transaksi.
Pengujian substantif transaksi lebih mahal dibandingkan dengan
pengujian pengendalian yang tidak melibatkan pengerjaan ulang, karena
yang sebelumnya sering kali melibatkan perhitungan ulang dan
penelusuran.
 Pengujian terperinci saldo.
Pengujian terperinci saldo hampir selalu lebih mahal di bandingkan
dengan jenis prosedur lainnya karena biaya prosedur seperti pengiriman
konfirmasi dan perhitungan persedian. Karena biaya yang tinggi untuk
menguji perincian saldo, auditor biasanya mencoba untuk menguji
perincian saldo, auditor biasanya mencoba untuk membuat perencanaan
audit dengan meminimalkan penggunaan kedua prosedur tersabut.
Biasanya biaya untuk setiap jenis bukti berbeda dalam situasi yang
berbeda, sebagai contoh, biaya yang dikeluarkan auditor untuk menguji
perhitungan persedian (pengujian substansif perincian saldo persedian)sering kali
bergantung pada persedian tesebut, lokasinya, serta banyaknya jenis-jenis
persediaan.
Hubungan pengujian Pengendalian dengan Pengujian Substansif
Untuk memahami pengujian pengendalian dan pengujian substansif
dengan lebih baik, mari kita pelajari perbedaan keduanya. Suatu pengecualian
dalam pengujian pengendalian hanya mengindikasikan kemungkinan salah saji
yang memengaruhi nilai rupiah dari laporan keuangan, sedangkan suatu
pengecualian dalam pengujian substansif transaksi atau pengujisn terperinci saldo
merupakan suatu salah saji dalam laporan keuangan.
Anggaplah pengendalian klien mengharuskan seorang petugas independen
untuk memverifikasi kuantitas, harga, dan penjumlahan dari setiap faktur
penjualan, yang mana setelanya petugas tesebut harus menuliskan inisial dalam
salinan faktur penjualan untuk memadai verifikasi telah dilakukan.Salah satu
prosedur pengujian pengendalian yang dilakukan adalah untuk memeriksa sebuah
sampel salinan faktur penjualan untuk inisial orang yang memverifikasi informasi
tesebut.
Hubungan Prosedur Analitis dan Pengujian Substansif
Seperti halnya pengujian pengendalian, prosedur analitis hanya
mengindikasikan kemungkinan salah saji.yang berpengaru pada nilai rupiah
laporan keuangan.Fluktuasi yang tidak biasa dalam hubungan-hubungan sebuah
akun dengan akun lainya, atau informasi nonkeuangan, dapat mengindikasikan
adanya peningkatan kemungkinan terjadinya salah saji tampa perlu memeberika
bukti.
Dilema Antara Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substansif
Terdapat dilema antara pengujian pengendalian dengan pengujian
substansif.selama perencanaan, auditor harus memutuskan apakah akan menilai
risiko pengendalian dibawah maksimum.Jika mereka melakukannya,mereka
kemydian harus melakukan pengujian pengendalian untuk menentukan apakah
tiongkat risiko pengendalian yang dinilai tersebut dapat dibenarkan. Pemahaman
auditor terhadap pengendalian internal dilakukan sebagai suatu bagian dari
prosedur pengukuran risiko yang memberkan dasar prosedur pengukuran risiko
yang memberikan dasar bagi penilaian awal auditor terhadap pengendalian
internal klien.Mengasumsikan bahwa auditor memutuskan bahwa rancangan
pengendalian internal telah efektif dan pengendalian telah diterapkan, auditor
memilih suatu titik pada bagian yan berwarna yang konsisten dengan penilaian
risiko pengendalian yang diputuskan auditor untuk mendukung pengujian
pengendalian.

2.3 Dampak Teknologi Informasi Terhadap Pengujian Audit


PSA 07 (SA 326) dan PSA 68 (SA 319) memberikan panduan bagi para
auditor dari entitas-entitas yang menyebarkan, memproses dan menyimpan atau
mengakses informasi penting secara elektronik.Contoh bukti elektronik mencakup
catatan transfer dana elektronik dan permintaan pembelian yang disebarkan
melalui pertukaran otomatis, seperti perbandingan komputer atas permintaan
penjualan dengan batas kredit pelanggan juga dapat berupa format elektonik.
Standar audit mengakui bahwa ketika sejumlah besar bukti audit muncul
dalam bentuk elektronik, akan tidak praktis atau tidak mungkin untuk mengurangi
risiko deteksi sehingga ketingkat yang dapat diterima dengan hanya melakukan
pengujian substansif. sebagai contoh, kemungkinan pemasukan atau perubahan
informasi yang tidak tepat dapat menjadi lebih besar jika informasi hanya
disimpan dalam bentuk elektronik. Dalam kondisi semacam itu, auditor harus
pengujian pengendalian untuk mendapatkan bukti yang mendukung tingkat risiko
pengendalian yang dinilai berada dibawah tingkat maksimum untuk asersi-asersi
laporan keuangan yang terpengaruhi. Meskipun beberapa pengujian substantif
masih dibutuhkan, auditor dapat secara signifikan mengurangi pengendalian
pengujian substantif jika hasil pengujian pengendalian mendukung efektivitas
pengendalian. Dalam audit atas suatu perusahaan publik, pengendalian yang
dilakukan oleh komputer (yang disebut dengan pengendalian otomatis) harus di
uji ketika auditor meganggapnya sebagai pengendalian kunci untuk mengurangi
kemungkinan salah saji material dalam laporan keuangan.
Karena konsistensi bawaan dalam pemrosesan yang berdasarkan teknologi
informasi, auditor mengkin dapat mengurangi pengujian pengendalian otomatis.
Sebagai contoh, pengendalian yang berbasis perangkat lunak hampir di pastikan
hampir berfungsi secara konsisten kecuali jika programnya diubah. jika auditor
memutuskan bahwa pengendalian otomatis berjalan dengan tepat, auditor dapat
memfokuskan pada pengujian selanjutnya untuk menilai apakah setiap perubahan
yang terjadi akan membatasi efektifitas pengendalian. Untuk menguji
pengendalian otomatis atau data, auditor mungkin memerlukan teknik audit yang
dibantu oleh komputer atau menggunakan laporan yang dihasilkan oleh teknologi
informasi untuk menguji efektifitas pengendalian umum teknologi informasi
seperti pengendalian untuk perubahan program-program dan pengendalian atas
akses.

2.4 Bukti Gabungan


Untuk mendapatkan bukti yang tepat dengan memadai untuk menghadapi
risiko risiko-risiko yang teridentifikasi melalui prosedur penilaian risiko, auditor
menggunakan kombinasi antara keempat jenis pengujian lainnya. Kombinasi ini
sering kali dinamai dengan bukti gabungan (envidence mix).
Analisis audit 1 klien ini merupakan sebuah perusahaan besar dengan
pengendalian internal yang rumit dan risiko bawaan yang rendah. Sehingga,
auditor melakukan pengujian pengendalian yang luas dan sangat mengandalkan
pada pengendalian internal klien untuk mengurangi pengujian substantif lainnya.
Hai ini menyebabkan pengujian substantif transaksi dan pengujian terperinci saldo
diminimalkan. Karena penekanan pada pengujian pengendaliaan dan prosedur
analitis substantif, audit ini dapat dilakukan dengan biaya yang relatif tidak mahal.
Audit ini kemungkinan menghadirkan gabungan bukti yang digunakan dalam
audit teritegrasi laporan keuangan dan pengendalian internal laporan keuangan
perusahaan publik.
Analisis audit 2 perusahaan ini berukuran sedang, dengan beberapa
pengendalian dan beberap risiko bawaan. Auditor telah memutuskan untuk
melakukan pengujian atas semua jenis pengujian sedang, kecuali untuk prosedur
analitis substantif, yang kemungkinan akan dilakukan secara meluas. Lebih
banyak pengujian yang luas akan dibutuhkan jika risiko bawaan yang khusus
ditemukan.
Analisis audit 3 perusahaan ini berukuran sedang, namun memiliki
beberapa pengendalian yang efektif dan beberapa risiko bawaan yang signifikan.
Mungkin manajemen memutuskan bahwa pengendalian internal yang lebih baik
memakan biaya yang cukup besar. Karena kurangnya pengendalian internal yang
efektif, kita dapat menganggap perusahaan ini kemungkinan bukan perusahaan
publik. Auditor menekankan pada pengujian terperinci saldo pengujian substantif
transaksi, namun beberapa prosedur analitis substantif dilakukan. Prosedur analitis
substantif biasanya dilakukan untuk mengurangi pengujian substantif karena
mereka akan memberikan bukti mengenai kemungkinan salah saji material. Jika
auditor sudah memperkirakan akan menemukan salah saji material dalam saldo
akun-akun, prosedur analitis tambahan menjadi tidak mudah lagi. Biaya audit
kemungkinan akan menjadi relatif tinggi karena jumlah pengujian substantif yang
lebih terperinci.
Analisis audit 4 rencana wal untuk audit ini adalah mengikuti pendekatan
yang digunakan dalam audit 2. Namun, auditor kemungkinan menemukan deviasi
uji pengendalian yang luas, dan salah saji yang signifikan ketika melakukan
pengujian substantif transaksi dan prosedur analitis substantif. Sehingga, auditor
menyimpulkan bahwa pengendalian internalnya tidak efektif. Pengujian terperinci
saldo yang meluas dilakukan untuk menutupi hasil pengujian lainnya yang tidak
dapat diterima. Biaya audit ini lebih besar kerana pengujian pengendalian dan
pengujian substantif transaksi dilakukan namun tidak dapat digunakan untuk
mengurangi pengujian terperinci saldo.

2.5 Merancang Program Audit


Setelah auditor menggunakan prosedur penilaian risiko untuk menentukan
penekanan yang tepat pada setiap empat jenis pengujian lainnya, prosedur audit
spesifik untuk setiap jenis pengujian harus dirancang. Prosedur Audit ini
kemudian digabungkan untuk membentuk suatu program audit. Setelah bukti
gabungan disetujui, auditor yang bertugas menyiapkan program audit atau
memodifikasi program yang sudah ada untuk memenuhi semua tujuan audit.
Auditor tersebut harus mempertimbangkan hal-hal seperti materialitas, bukti
gabungan, risiko bawaaan, risiko pengendalian, dan risiko-risiko kecurangan
lainnya.
Masing-masing siklus transaksi akan dievaluasi dengan menggunakan
seperangkat subprogram audit yang terpisah. Dalam siklus penjualan dan
penagihan, misalnya. Auditor dapat menggunakan subprogram-subprogram
dibawah ini.
 Program audit pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi
untuk penjualan dan penerimaan kas
 Program audit prosedur analitis substantif untuk keseluruhan fisik
 Program audit pengujian terperinci saldo untuk kas, piutang dagang, beban
piutang tak tertagih, penyisihan piutang tak tertagih dan piutang lain-lain.
Pengujian Pengendalian Dan Pengujian Substantif Transaksi
Program audit pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi
biasanya termasuk bagian deskripsi yang mendokumentasikan pemahaman
terhadap pengendalian internal yang didapatkan selama melakukan prosedur
penilaian risiko.
Prosedur audit, ketika merancang pengujian pengendalian dan pengujian
substantif transaksi, auditor menekankan pada pemenuhan tujuan audit terkait
transaksi. Auditor mengikuti pendekatan empat langkah untuk mengurangi
penilaian risiko pengendalian.
1. Menerapkan tujuan audit terkait transaksi untuk kelompok-kelompok transaksi
yang sedang diuji, seperti penjualan.
2. Mengidentifikasi pengendalian kunci yang dapat mengurangi risiko
pengendalian untuk setiap tujuan audit terkait.
3. Pengembangan pengujian pengendalian yang tepat untuk semua pengendalian
internal yang digunakan untuk mengurangi penilaian awal risiko pengendalian
di bawah tingkat maksimum (pengendalian-pengendalian kunci)
4. Untuk kemungkinan jenis-jenis salah saji yang terkait dengan masing-masing
tujuan audit terkait transaksi, merancang pengujian substantif transaksi yang
tepat, dengan mempertimbangkan kekurangan-kekurangan dalam
pengendalian internal dan ekspektasi hasil pengujian pengendalian.
Prosedur analitis
Selama perencanaan, auditor dapat menghitung persentase margin
penjualan total, sementara selama pengujian substantif akun piutang dagang,
auditor dapat menghitung presentase margin kotor berdasarkan bulan atau
berdasarkan lini usaha, atau mungkin keduanya. Perhitungan prosedur analitis
berdasarkan jumlah bulanan biasanya lebih efektif dalam mendeteksi salah saji
dibandingkan dengan perhitungan berdasarkan jumlah tahunan, dan perbandingan
berdasarkan lini usaha biasanya lebih efektif daripada perbandingan berdasarkan
perusahaan secara keseluruhan.
Ketika auditor merencanakan untuk mengggunakan prosedur analitis untuk
memberikan keyakinan substantif mengenai suatu saldo akun, data yang
digunakan dalam perhitungan tersebut harus dapat diandalkan. Hal itu juga
berlaku untuk semua data, khususnya untuk data nonkeuangan.
Pengujian terperinci saldo
Untuk merancang prosedur audit pengujian terperinci saldo, auditor
menggunakan suatu metodologi yang berorientasi pada tujuan audit terkait saldo.
Dalam merencanakan program audit pengujian terperinci saldo untuk memenuhi
tujuan tersebut, banyak auditor yang mengikuti sebuah metodologi untuk piutang
dagang. Rancangan prosedur ini biasanya merupakan bagian yang paling sulit dari
keseluruhan proses perencanaan karena sifatnya yang sangat subjektif dan
memerlukan pertimbangan profesional yang besar. Berikut keputusan-keputusan
kunci dalam merancang prosedur audit pengujian terperinci.
a. Mengidentifikasi Risiko-Risiko Bisnis Klien Yang Berpengaruh Pada
Akun Piutang Dagang. Sebagi bagian dari mendapatkan pemahaman atas
bisnis dan industri klien, auditor mengidentifikasi dan mengevaluasi
risiko-risiko bisnis klien yang signifikan untuk menentukan apakah risiko-
risiko tersebut mengakibatkan meningkatnya risiko salah saji dalam
laporan keuangan.
b. Menetapkan Salah Saji Yang Tepat Dapat Diterima Dan Mengukur
Risiko Bawaan Piutang Dagang. Auditor harus memutuskan penilaian
awal materialitas untuk audit secara keseluruhan dan kemudian
mengalokasikan totalnya ke saldo akun, untuk mendapatkan salah saji
yang dapat diterima untuk setiap saldo yang signifikan. Risiko bawaan
diukur dengan mengidentifikasi setiap aspek dari sejarah, lingkungan atau
operasi klien yang mengindikasikan kemungkinan salah saji yang
tinggi pada laporan keuangan tahun berjalan.
c. Menilai Risiko Pengendalian Siklus Penjualan Dan
Penagihan. Metodologi untuk mengevaluasi risiko pengendalian akan
diterapkan baik pada penjualan maupun penerimaan kas dalam audit
piutang dagang. Pengendalian yang efektif akan mengurangu risiko
pengendalian dan, demikian pula bukti yang diperlukan untuk pengujian
substantif transaksi dan oengujian terperinci saldo akan berkurang.
Sebaliknya, pengendalian yang tidak memadai akan menaikkan jumlah
substantif yang diperlukan.
d. Merancang Dan Melakukan Pengujian Pegendalian Dan Pengujian
Substantif Transaksi Siklus Penjualan Dan Penagihan. Pengujian
pengendalian dan pengujian substantif transaksi dirancang dengan harapan
bahwa beberapa hasil tertentu akan didapatkan. Hasil yang diharapkan ini
akan berpengaruh pada rancangan pengujian nterperinci transaksi. Sebagai
contoh, biasanya, auditor merencanakan untuk melakukan pengujian
meluas atas pengendalian ketika risiko pengendalian dinilai rendah.
e. Merancang Dan Melakukan Prosedur Analitis Saldo Akun Piutang
Dagang. Auditor melakukan prosedur analitis untuk akun-akun seperti
piutang dagang untuk dua tujuan. Yaitu, untuk mengidentifikasi
kemungkinan salah saji dalam saldo akun tersebut dan untuk mengurangi
pengujian audit yang terperinci.
f. Merancang Pengujian Terperinci Akun Piutang Dagang Untuk
Memenuhi Tujuan Audit Terkait Saldo. Pengujian terperinci saldo yang
direncanakan termasuk prosedur audit., ukuran sampel, unsur yang dipilih
dan penentuan waktu. Prosedur harus dipilih dan dirancang untuk setiap
akun dan setiap tujuan audit terkait saldo dalam setiap akun.
Kesulitan yang dihadapi auditor dalam merancang pengujian terperinci
saldo adalah kebutuhan untuk memprediksi hasil dari pengujian pengendalian,
pengujian substantif transaksi, dan prosedur analitis substantif sebelum pengujian-
pengujian tersebut dilakukan. Hal ini penting karena auditor harus merancang
pengujian terperinci saldo selama fase perencanaan, namun ketetapan rancangan
tersebut bergantung pada hasil pengujian-pengujian lainnya.
Tingkat disagregasi kegiatan perencanan
Tingkat disagregasi ini terbentang mulai dari keseluruhan audit hingga
ketujuan audit terkait saldo untuk setiap akun. Sebagai contoh, prosedur
pengukuran risiko yang terkait untuk mendapatkan informasi latar belakang
mengenai bisnis dan industri klien yang relevan dengan pengauditan. Auditor
pertama kali akan menggunakan informasi tersebut dalam mengukur risiko audit
yang dapat diterima untuk kontrak kerja secara keseluruhan. Auditor
kemungkinan akan menggunakan informasi mengenai bisnis dan industri klien
yang ia dapatkan melalui prosedur pengukuran risiko untuk menilai risiko bawaan
untuk tujuan audit tertentu. Ketika audit berlangsung, auditor akan menggunakan
informasi tersebut ketika membuat keputusan mengenai pengujian terperinci
saldo.

2.6 Hubungan Tujuan Audit Terkait Transaksi Dengan Tujuan Audit


Terkait Saldo Serta Tujuan Audit Terkait Penyajian Dan Pengungkapan
Pengujian terperinci saldo harus dirancang untuk memenuhi tujuan audit
terkait saldo untuk setiap akun dan keluasan pengujian tersebut dapat dikurangi
ketika tujuan audit terkait transaksi telah terpenuhi dengan melalui pengujian
pengendalian atau pengujian substantif transaksi. Berikut adalah beberapa hal
yang diandalkan auditor untuk memenuhi tujuan audit terkait saldo :
 Nilai realisasi
 Hak dan kewajiban
Pengujian substantif saldo tambahan juga hampir sama untuk tujuan audit
terkait saldo lainnya bergantung pada hasil-hasil pengujian pengendalian dan
pengujian substantif transaksi. Auditor juga melakukan prosedur audit untuk
mendapatkan keyakinan mengenai empat tujuan audit terkait penyajian dan
pengungkapan. Pendekatan auditor untuk mendapatkan bukti terkait dengan
tujuan audit terkait penyajian dan pengungkapan juga konsisten. Auditor
melakukan pengujian pengendalian untuk mendukung pengurangan penilaian
risiko pengendalian untuk keempat tujuan audit terkait penyajian dan
pengungkapan. Auditor juga melakukan prosedur substantif untuk mendapatkan
keyakinan bahwa sernua tujuan audit telah tercapai untuk informasi dan jumlah
yang dimasukkan dalam pengungkapan tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Prosedur pengukuran dilakukan untuk menialai risiko salah saji material
dalam laporan keuangan. auditor melakukan pengujian pengendalian , pengujian
subtantif transaksi, prosedur analitis, serta pengujian atas perincian saldo dalam
melakukan penilaian terhadap salah saji material sebagaimana diharuskan dalam
PSA 26 (SA350). Pengujian pengendalian, baik secara manual maupun otomatis
dapat mencakup jenis bukti berikut ini perlu dicatat bahwa ketiga prosedur yang
pertama sama seperti yang digunakan untuk mendapatkan pemahaman atas
pengendalian internal. Pengujian subtantif merupakan prosedur yang dirancang
untuk menguji salah saji rupiah yang secarah langsung berpengaruh pada
ketetapan saldo laporan keuangan. Auditor mengendalikan tiga jenis pengujian
subtantif, ketiga jenis itu adalah pengujian subtantif transaksi, prosedur analitis
subtantif, serta pengujian terperinci saldo.
Untuk mendapatkan bukti yang tepat dengan memadai untuk menghadapi
risiko risiko-risiko yang teridentifikasi melalui prosedur penilaian risiko, auditor
menggunakan kombinasi antara keempat jenis pengujian lainnya. Kombinasi ini
sering kali dinamai dengan bukti gabungan (envidence mix), dengan menerapkan
empat analisis audit. Masing-masing siklus transaksi akan dievaluasi dengan
menggunakan seperangkat sub program audit yang terpisah.

3.2 Saran
Dengan membaca paper ini, pembaca diharapkan agar dapat menambah
pengetahuan dan wawasan berkaitan dengan keseluruhan perencanaan dan
program audit. Selain itu, dalam hal ini ditekankan kepada pembaca agar lebih
bisa memahami bagaimana pentingnya keseluruhan perencanaan auditing dan
program-program audit yang ada.
DAFTAR PUSTAKA

J, Elder, dkk. 2011. Jasa Audit dan Assurance. Jakarta:


Salemba Empat.
Jusup, Al. Haryono. 2002. Auditing (Pengauditan Berbasis ISA) .
Yogyakarta : BP STIE YKPN.
Mulyadi. 2002. Auditing. Edisi Keenam. Buku 1. Jakarta:
Salemba Empat
Arens, Alvin dan James K. Loebbecke. 1996.
Auditing Pendekatan Terpadu. Jakarta:Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai