AUDIT I
“PENGUJIAN SUBSTANTIF”
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 10
MATIAS PASAU C 301 17 125
NATALIA GRATIA LEMBANGI C 301 17 139
ELSHADAI FRISTY LIMBA ILAHI C 301 17 234
MEGA MARSELLA C 301 17 277
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS TADULAKO
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil
menyelesaikan Makalah ini yang berjudul “PENGUJIAN SUBSTANTIF”
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan
demi kesempurnaan_makalah. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan
Yang Maha Esa senantiasa memberikan anugrah-Nya kepada kita. Amin.
penyusun
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
Pengujian ini untuk mendapatkan bukti audit seperti itu biasanya meliputi
prosedur permintaan keterangan dari pegawai entitas yang semestinya, inspeksi atas
dokumen, dan laporan, serta pengamatan terhadap penerapan pengendalian tertentu.
Untuk entitas yang pengendalian internnya kompleks, auditor harus
4
mempertimbangkan penggunaan bagan arus untuk memudahkan penerapan penggujian
atas desain.
Adapun, salah satu jenis pengujian dasar yang digunakan untuk menentukan
apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar adalah pengujian substantif.
Pengujian substantive meliputi prosedur- prosedur audit yang diracang untuk
mendeteksi monetary errors atau salah saji yang secara langsung berprngaruh terhadap
kewajaran saldo – saldo laporan keuangan.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
oleh peraturan yang ketat. Bukti audit sangat bervariasi pengaruhnya terhadap
kesimpulan yang ditarik oleh auditor independen dalam rangka memberikan pendapat
atas laporan keuangan auditan. Relevansi, obejktivitas, ketepatan waktu, dan
keberadaan bukti lain yang menguatkan kesimpulan, seluruhnya berpengaruh terhadap
kompetensi bukti (Standar Profesional Akuntan Publik, SA Seksi 326:2011).
7
3. Menentukan kemungkinan dapat tidaknya dilakukan pengurangan lebih
terhadap tingkat risiko pengendalian yang telah ditentukan.
(Mempertimbangankan 2 hal : kemungkinan tambahan bukti yang
diperoleh dan efisiensi biaya untuk menghimpun tambahan bukti).
4. Melaksanakan pengujian pengendalian tambahan untuk memperoleh
bukti tambahan menegnai efektivitas operasi
(Dengan mengembangkan program audit untuk menspesifikasikan
pengendalian yang akan diuji).
5. Melakukan revisi atau menetapkan kembali risiko pengendalian
berdasar bukti tambahan
(Dapat menetapkan risiko pengendalian pada tingkat moderat/rendah
apabila harapan auditor terpenuhi).
6. Melakukan dokumentasi atas penetapan risiko pengendalian
(Didokumentasikan pada kertas kerja).
7. Melakukan penilaian terhadap kemampuan tingkat risiko pengendalian
tingkat risiko pengendalian yang telah ditetapkan tersebut, untuk
mendukung tingkat pengujian substantif yang direncanakan auditor.
8. Merancang pengujian substantif.
(Dengan mempertimbangkan : sifat/jenis pengujian, waktu, dan luas/
lingkup).
8
Metodologi yang digunakan :
9
Pengujian pengendalian memfokuskan diri pada tiga hal yaitu:
10
2.6 Prosedur Untuk Melaksanakan Pengujian Substantive
Ada delapan prosedur untuk melaksanakan pengujian substantif yaitu:
11
· Pengujian Detail atas Saldo Saldo Dilakukan untuk mendapatkan bukti bukti
secara langsung tentang sebuah saldo rekening dan bukan pada masing masing
pendebetan atau pengkreditan yang telah menghasilkan saldo tersebut.
a. Prosedur Analitis
12
menemukan pelaporan terlalu tinggi (overstatement). Hasil pengujian digunakan untuk
menarik kesimpulan tentang saldo rekening yang bersangkutan.
Pengujian biasanya dilakukan dengan menggunakan dokumen-dokumen yang
terdapat dalam arsip klien. Efektivitas pengujian tergantung pada prosedur dan
dokumen yang digunakan. Efisiensi biaya akan tercapai bila auditor melaksanakan
pengujian berbarengan dengan pengujian pengendalian yang disebut pengujian
bertujuan ganda. Kekurangan dari pengujian ini adalah banyaknya waktu yang tersita,
lebih mahal bila dibandingkan dengan review analistsis, akan tetapi metode ini masih
lebih murah jika dibandingkan dengan pengujian detil atas saldo – saldo.
c. Pengujian Rincian atas Saldo-Saldo
Pengujian detil atas saldo-saldo dilakukan untuk mendapatkan bukti secara
langsung tentang sebuah saldo rekening, dan bukan pada masing-masing pendebetan
atau pengkreditan yang telah menghasilkan saldo tersebut. Efektivitas pengujian
tergantung pada prosedur yang digunakan dan bukti yang diperoleh.
Penerapan ketiga jenis pengujian substantif dapat digambarkan dalam konteks
rekening-rekening berikut : Untuk menentukan saldo akhir telah disajikan secara wajar,
auditor harus mempertimbangkan untuk mendapatkan bukti dari berbagai pengujian
substantif sebagai berikut :
13
4. Pengujian detil transaksi, meliputi:
· Suatu sampel pendebetan dan pengkreditan atas rekening-rekening piutang.
· Penelusuran data transaksi dari bukti transaksi dan jurnal ke pendebetan dan
pengkreditan dalam rekening-rekening piutang.
Ø Prosedur analisis
Prosedur-prosedur yang dilakukan meliputi:
· Perbandingan antara jumlah absolute saldo akhir dengan saldo akhir tahun lalu,
jumlah menurut anggaran, atau nilai ekspetasi lain.
· Perbandingan antara saldo akhir dengan saldo akhir menurut estimasi independen.
14
Ø Pengujian detil saldo-saldo
Mengingat bahwa penjualan memiliki hubungan langsung dengan piutang
dagang, maka berbagai bukti yang diperoleh untuk pengujian detil atas saldo piutang
dagang dapat juga digunakan sebagai bukti untuk saldo rekening penjualan.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
16
DAFTAR PUSTAKA
http://buatbercerita.blogspot.com/2013/12/pengujianpengendalian-dan-
pengujian.html
https://datakata.wordpress.com/2014/12/26/pengujian-pengendalian-dan-pengujian-
substantif/
17