Anda di halaman 1dari 34

MATERIALITAS,

RESIKO
&
STRATEGI
AWAL AUDIT
NAWIRAH,SE., MSA., Ak

Materialitas ?

Materialitas

Materialitas adalah besarnya nilai yang


dihilangkan atau salah saji informasi
akuntansi yang dilihat dari keadaan yang
melingkupinya, dapat mengakibatkan
perubahan atau pengaruh terhadap
pertimbangan orang yang meletakan
kepercayaan terhadap informasi
tersebut.
Besarnya salah saji yang
dapat mempengaruhi
keputusan pemakai
informasi

Contoh Materialitas

Laba sebelum diaudit Rp100.000.000.


Setelah audit ditemukan kesalahan pencatatan
sebesar Rp10.000.000,
Calon investor memutuskan tidak jadi
berinvestasi, apabila laba perusahaan hanya
Rp90.000.000, dan memilih berinvestasi di
tempat lain.
Maka kesalahan sebesar Rp10.000.000
dianggap material.

Auditor untuk mempertimbangkan


materialitas dalam :

Perencanaan Audit
Pengevaluasian akhir apakah laporan
keuangan secara keseluruhan disajikan
secara wajar sesuai prinsip akuntansi
yang berlaku umum

Pertimbangan mengenai
materialitas
Berkaitan dengan pertimbangan
mengenai materialitas, Auditor harus
mempertimbangkan
1. Ukuran dan karakteristik satuan usaha
2. Kondisi yang berkaitan dengan
perusahaan
Jumlah
yang
material untuk
3. Informasi
yang
diperlukan
pihak yang
Laporan
Keuangan
mengandalkan
laporan
keuangan
perusahaan kecil bisa jadi
sangat tidak meterial bagi
perusahaan besar

Contoh Materialitas
Pada perusahaan kecil kesalahan
pencatatan kas sebesar Rp. 1.000.000,dengan asset bersih Rp. 10.000.000,Pada perusahaan besar kesalahan
pencatatan kas sebesar Rp. 1.000.000,dengan asset bersih Rp.
200.000.000.000,- (200 M)

Fungsi Materiliatas

Sebagai batas (materiality border) untuk


menentukan apakah salah saji
material/perlu dikoreksi apa tidak
Seringjuga di sebut sebagai Tolerable
Misstatement (kesalahan yang masih bisa
di toleransi)
Contoh apabila materialitas tingkat
transaksi adalah Rp250,000, dan
ditemukan kesalahan sebesar Rp200,000,
apakah kesalahan tersebut material???

Hubungan Materialitas dan


Bukti

Semakin kecil materialitas maka audit


semakin teliti, contoh ekstrimnya adalah
jika materialitas di tentukan Rp-0 , artinya
semua transaksi yang terjadi di
perusahaan tersebut dianggap material.
Jadi hubungan materialitas dan bukti
adalah berbanding terbalik, semakin kecil
materialitas semakin banyak bukti yang
harus di kumpulkan, dan sebaliknya.

Tingkat Materialitas

Dalam perencanaan audit, auditor harus


menilai materialitas pada dua level:

Level Laporan Keuangan: karena opini


auditor untuk kewajaran laporan keuangan
secara keseluruhan
Level saldo akun: karena auditor
meverifikasi saldo akun dulu mencapai
kesimpulan tentang kewajaran laporan
keuangan

Materialitas tingkat laporan


Keuangan
Jumlah minimum salah saji dalam laporan
keuangan yang cukup penting mencegah
kewajaran penyajian laporan keuangan
sesuai dengan PABU
Salah saji dapat disebabkan:
1. Salah penerapan prinsip akuntansi yang
berterima umum
2. Penyimpangan dari kenyataan sesungguhnya
3. Penyembunyian informasi yang mestinya
perlu diungkapkan

Materialitas tingkat laporan


Keuangan

Point tingkat materialitas dalam unsur


laporan keuangan :
1. Laba Rugi:
Total pendapatan laba operasional
Laba sebelum pajak
Laba bersih
2. Neraca
Total asset
Asset lancar
Modal kerja
Ekuitas pemegang saham

Materialitas tingkat saldo


akun

Jumlah salah saji maksimum yang boleh


ada dalam saldo akun sehingga belum/
tidak dipertimbangkan sebagai salah
saji material tolerable misstatement
Materialitas dlm level laporan keuangan
dialokasikan pada akun-akun yang ada
Auditor harus memperimbangkan
salah saji dalam Akun
Auditor harus mempertimbangkan
biaya untuk memeriksa Akun

Example

Salah saji lebih mudah terjadi pada akun


persediaan dibandingkan aktiva tetap
Biaya untuk melakukan pemeriksaan
atas rekening piutang dagang pada
umumnya lebih besar dari pada biaya
pemeriksaan atas rekening Aktiva tetap

Materialitas tingkat saldo


akun
Akun yang secara
individu tidak material,
bila diakumulasikan
dapat menjadi material
secara kumulatif pada
tingkat laporan
keuangan.

Pertimbangan Materialitas
oleh Auditor
Berdasarkan penelitian empiris terhadap
beberapa hal yang mempengaruhi auditor
dalam menentukan besarnya materialitas:
1. Faktor Individu auditor (Pengalaman
Auditor yang bersangkutan)
2. Faktor Eksternal perusahaan
3. Tingkat pengaruh suatu akun
4. Faktor kondisi KAP (Struktur dari KAP yang
melaksanakan penugasan Audit)

Risiko Audit ?

Resiko Audit

Resiko audit adalah resiko yang terjadi


dalam hal auditor tidak menyadari atau
tidak memodifikasi pendapatnya
sebagaimana seharusnya, atas suatu
laporan keuangan yang mengandung
salah saji material

Resiko Audit
Auditor mempertimbangkan resiko audit
dalam :
Perencanaan audit
Pengevaluasian akhir

Tipe Resiko Audit


Tipe Resiko Audit :
Tipe I
Resiko

Bawaan
Resiko Pengendalian

Tipe II
Resiko

Deteksi

Tidak Dapat
Dikendalikan Oleh
Auditor
Dapat
Dikendalikan
Auditor

Model Resiko Audit

AR = IR X CR X DR

AR = Audit Risiko
IR = Inherent Risk
CR = Control Risk
DR = Detection Risk

Inherent Risk
IR = Inherent Risk = Resiko Bawaan = kerentanan
suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap
suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa
tidak terdapat kebijakan dan prosedur pengendalian
internal yang terkait

Inherent Risk
Faktor Penentu Resiko Bawaan secara
umum

Profitabilitas
Jenis usaha & sensitifitas operasi
Masalah kelangsungan usaha
Sifat, penyebab dan jumlah salah saji
tahun sebelumnya
Integritas, reputasi & pengetahuan
tentang akuntansi dari manajemen

Inherent Risk
Faktor Penentu Resiko Bawaan pada suatu akun:
Akuntabilitas akun atau transaksi
Kerumitan masalah akuntansi yang terkait
Sifat, penyebab dan jumlah salah saji yang dideteksi
pada tahun sblmnya

Control Risk
CR = Control Risk = Resiko Pengendalian adalah
resiko terjadinya salah saji material adalah suatu
asersi yang tidak dapat di cegah atau di deteksi
secara tepat waktu oleh pengendalian internal
entitas.

Control Risk

Terkait dengan efektifitas Struktur Pengendalian


Intern
Ada 2 macam resiko pengendalian :
Actual level of control risk (Bukti mengenai Pemahaman
SPI)
Assessed level of control risk (Pemahaman SPI terkait
dengan asersi)

Auditor dapat mengkontrol resiko pengendalian


dengan cara memodifikasi :
Prosedur yang akan membantu memahami SPI
Prosedur-prosedur yang digunakan untuk pengujian
pengendalian

Detection Risk
DR = Detection Risk = Resiko Deteksi =
resiko sebagai akibat auditor tidak dapat
mendeteksi salah saji material yang
terdapat dalam suatu asersi.

Detection Risk
Tergantung atas penetapan
auditor terhadap resiko audit,
resiko bawaan, resiko
pengendalian

RA

RB/RP

Resiko Deteksi

RD

RD
Controlable by
Auditor

Detection Risk
Resiko audit mempunyai hubungan terbalik dengan
tingkat keinginan kepastian / keyakinan. Semakin besar /
tinggi tingkat keinginan kepastian ( contidence level )
maka semakin kecil / rendah resiko audit.
Dari tiga komponen tersebut antara resiko bawaan
dan resiko pengendalian dengan resiko deteksi
berhubungan terbalik. Semakin tinggi resiko bawaan dan
atau resiko pengendalian semakin rendah resiko deteksi.
Dengan demikian hubungan searah terjadi antara
tingkat keinginan kepastian dengan tingkat resiko bawaan
dan resiko pengendalian. Hal yang sama antara tingkat
resiko deteksi dengan tingkat resiko audit keseluruhan.

Apa Hubungan antara Resiko


dengan Bukti Audit???

Semakin rendah resiko audit yang kita


inginkan, bukti audit yang harus kita
kumpulkan semakin banyak (berbanding
terbalik).

Hub. Materialitas, Resiko


Audit & Bukti Audit

Srategi Awal
Audit ???

Strategi Audit Pendahuluan


Substantif penuh (Primarily substantive
approach)
Lower assessed level of Control Risk
approach

Strategi Audit Pendahuluan

Pemilihan strategi didasarkan atas


pertimbangan :
Planned

assessed level of control risk


Pemahaman auditor atas SPI
Test of control dalam menentukan resiko
pengendalian
Planned assessed level of substantive test

Anda mungkin juga menyukai