Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“PELAKSANAAN, PROSES, DAN PENDEKATAN PEMERIKSAAN”


Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Audit Internal
Dosen Pengampu :
Muhrom Ali Rozai, SE., M.E.Sy., M.Si., CRMO, QRMP

Disusun oleh :
Kelompok 3

1. Harmanto (205221120)
2. Putri Amalia Rizqiani (205221206)
3. Umi Aisyah (205221321)
4. Anna Zukhrufah. S (205221344)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA
2022/2023
A. Free Audit
Free audit adalah jenis audit yang dilakukan secara sukarela oleh pihak
internal atau eksternal tanpa ada tekanan atau kewajiban. Tujuan dari free
audit adalah untuk mengevaluasi efektivitas dan efisiensi operasi bisnis,
mengidentifikasi risiko, dan menemukan kesalahan atau ketidaksesuaian
dalam proses bisnis yang dapat mempengaruhi kinerja bisnis secara
keseluruhan.
Free audit biasanya dilakukan oleh tim audit internal atau oleh
perusahaan audit eksternal yang ditunjuk untuk melakukan audit independen.
Tim audit internal biasanya terdiri dari staf internal yang memiliki
pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk melakukan audit secara
efektif. Sedangkan perusahaan audit eksternal merupakan perusahaan audit
independen yang ditunjuk untuk melakukan audit atas permintaan manajemen
perusahaan yang bersangkutan.
Dalam melakukan free audit, auditor harus memahami tujuan audit,
lingkup audit, dan metode audit yang akan digunakan. Auditor harus
menentukan area yang akan diaudit dan melakukan evaluasi risiko untuk
menemukan kesalahan atau ketidaksesuaian dalam proses bisnis yang dapat
mempengaruhi kinerja bisnis secara keseluruhan.
Setelah proses audit selesai, auditor akan mengeluarkan laporan audit
yang mencakup hasil audit dan rekomendasi untuk perbaikan. Laporan audit
dapat membantu manajemen perusahaan dalam mengambil keputusan yang
lebih baik dan meningkatkan kinerja bisnis secara keseluruhan.
Keuntungan dari free audit adalah sebagai berikut:
 Mengetahui efektivitas dan efisiensi operasi bisnis
 Mengidentifikasi risiko yang dapat mempengaruhi kinerja bisnis
 Menemukan kesalahan atau ketidaksesuaian dalam proses bisnis
 Memberikan rekomendasi perbaikan untuk meningkatkan kinerja bisnis
secara keseluruhan
Namun, free audit juga memiliki beberapa kelemahan, seperti biaya
yang tinggi, waktu yang dibutuhkan yang lama, dan kemungkinan konflik
kepentingan. Oleh karena itu, manajemen perusahaan harus
mempertimbangkan keuntungan dan kerugian dari free audit sebelum
memutuskan untuk melakukan audit secara sukarela.

B. Audit Lapangan
Audit Lapangan adalah audit yang dilakukan untuk memeriksa apakah
standar yang telah ditetapkan dalam dokumen standar dalam SPMI (Sistem
Penjaminan Mutu Internal) atau yang telah dijanjikan, dipenuhi atau tidak dan
atau telah dilaksanakan secara tertib dan benar. Sistem Penjaminan Mutu
Internal (SPMI) merupakan sistem penjaminan mutu yang berjalan di dalam
satuan pendidikan dan dijalankan oleh seluruh komponen dalam satuan
pendidikan yang mencakup seluruh aspek penyelenggaraan pendidikan dengan
memanfaatkan berbagai sumber daya untuk mencapai SNP. Yang mana, SNP
atau Standar Nasional Pendidikan merupakan kriteria minimal tentang
berbagai aspek yang relevan dalam pelaksanaan sistem pendidikan nasional
dan harus dipenuhi oleh penyelenggara dan/atau satuan pendidikan di seluruh
wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Audit Lapangan ini dilakukan secara sistematis dalam mengumpulkan
bukti audit yang objektif mengenai operasi/kegiatan yang diaudit, kemudian
mengevaluasinya untuk
(1) Memastikan bahwa operasi/kegiatan tersebut sesuai dengan
standar/kriteria yang dapat diterima dan dapat mencapai tujuan
yang telah ditetapkan
(2) Memeriksa apakah setiap standar yang telah ditetapkan telah
dilaksanakan secara benar sesuai prosedur.
(3) Memeriksa apakah setiap standar yang telah ditetapkan dapat
dibuktikan dokumen bukti kerja.
(4) Menyediakan informasi yang berguna bagi pengambilan keputusan
oleh manajemen
Tujuan audit lapangan adalah untuk membantu pemberian keyakinan
prosedur-prosedur audit yang ada di program audit, sesuai tujuan audit.
Tujuan audit tidak sama dengan tujuan operasi, tetapi tujuan audit terkait
dengan tujuan operasional.
 Pembuatan Strategi untuk Melakukan Audit Lapangan
Persiapan audit lapangan membutuhkan perhatian dan perencanaan
yang sama seperti saat persiapan audit keseluruhan. Audit lapangan dilakukan
setelah survei pendahuluan diselesaikan dan program audit disiapkan. Seluruh
bukti audit yang diperoleh selama pekerjaan lapangan didokumentasikan
dalam kertas kerja audit. Bagian-bagian dari rencana strategis akan mencakup:
1. Kebutuhan dan persyaratan pegawai
Untuk menentukan jumlah dan kualifikasi pegawai yang akan
melaksanakan audit.
2. Kebutuhan sumber daya luar
Jika pegawai intern tidak ada yang memiliki keahlian yang spesial, maka
harus menggunakan sumber daya luar.
3. Pengelolaan staf audit
Pengelolaan staf audit tergantung dari kompleksitas pekerjaan dan
kebutuhan rentang atas kontrol.
4. Wewenang dan tanggung jawab
Terkait dengan struktur perintah dalam tim audit.
5. Struktur pekerjaan lapangan
Disini program audit direncanakan sebagai berurutan. Rangkaian aktivitas
terkait satu sama lain dalam menjamin alur pekerjaan.
6. Waktu pelaksanaan pekerjaan lapangan
Penentuan waktu audit lapangan dan estimasinya harus
mempertimbangkan aspek administratif. Estimasi tersebut didasarkan pada
pengalaman dan standar operasional dari tipe audit.
7. Metode audit lapangan
Metode yang umum digunakan (sebagai prosedur audit)/teknik pengujian
dalam melaksanakan audit lapangan yaitu:
 Observasi
 konfirmasi (pada teknik pengujian digunakan kuesioner/interview)
 verifikasi
 investigasi
 analisis
 evaluasi
8. Metode pendokumentasian
Akumulasi bukti dan persiapan kertas kerja.
9. Penyiapan laporan
Rancangan laporan audit biasanya ditentukan pada awal proses audit.
10. Rencana kontijensi
Ada kemungkinan sangat sedikit kegiatan yang dilanjutkan seperti yang
direncanakan, maka dari itu perlu ada rencana kontijensi, bahkan untuk
kemungkinan yang terburuk.
Strategi audit merupakan bagian integral dari proses perencanaan,
berlaku untuk semua organisasi audit apapun ukurannya. Pada organisasi
berskala kecil, aspek yang berhubungan dengan staf seperti pengorganisasian
staf, wewenang dan tanggung jawab, serta kebutuhan pegawai penerapan yang
minimum.
 Tahapan Pelaksanaan Audit Lapangan
Pelaksanaan audit lapangan terdiri dari beberapa tahapan yang harus
dilakukan oleh auditor dalam menjalankan tugasnya. Berikut adalah tahapan-
tahapan pelaksanaan audit lapangan:
Persiapan
Sebelum memulai pelaksanaan audit lapangan, auditor harus melakukan
persiapan terlebih dahulu. Hal ini meliputi pemahaman terhadap objek audit,
risiko, serta pengembangan rencana audit.
Pengumpulan Data
Setelah melakukan persiapan, auditor harus mengumpulkan data dan
informasi terkait dengan objek audit. Data yang dikumpulkan bisa berupa
dokumen, bukti transaksi, atau wawancara dengan pihak terkait.
Evaluasi Bukti Audit
Setelah pengumpulan data, auditor harus melakukan evaluasi bukti audit yang
telah dikumpulkan. Evaluasi ini bertujuan untuk memastikan bahwa data yang
diperoleh akurat, relevan, dan memadai untuk menunjang kesimpulan audit.
Pengujian Substantif
Pengujian substantif dilakukan oleh auditor untuk memastikan kebenaran dan
keabsahan informasi yang diperoleh dari pengumpulan data. Hal ini meliputi
pengujian terhadap prosedur pengendalian intern, pengujian terhadap
transaksi, dan pengujian terhadap saldo akun.
Kesimpulan Audit
Setelah selesai melakukan pengujian substantif, auditor harus menyusun
kesimpulan audit. Kesimpulan ini mencakup penilaian auditor terhadap
efektivitas pengendalian intern dan kebenaran informasi yang diberikan oleh
objek audit.
Laporan Audit
Setelah menyusun kesimpulan audit, auditor harus menyampaikan hasil audit
dalam bentuk laporan audit. Laporan ini berisi informasi tentang temuan-
temuan audit dan rekomendasi yang diajukan oleh auditor untuk mengatasi
masalah yang ditemukan dalam audit.
Laporan audit memiliki beberapa komponen penting, antara lain:
a) Pendahuluan: Bagian ini berisi deskripsi tentang audit yang dilakukan,
termasuk lingkup dan tujuan audit.
b) Tinjauan Umum: Bagian ini berisi penjelasan tentang kondisi
organisasi yang diaudit, termasuk deskripsi umum tentang sistem
pengendalian internal dan kebijakan yang digunakan oleh organisasi
tersebut.
c) Temuan dan Rekomendasi: Bagian ini merupakan inti dari laporan
audit, di mana auditor menjelaskan temuan-temuan audit dan
memberikan rekomendasi untuk mengatasi masalah yang ditemukan.
d) Kesimpulan: Bagian ini berisi ringkasan temuan audit dan
rekomendasi yang diajukan, serta kesimpulan auditor tentang kondisi
organisasi yang diaudit.
e) Lampiran: Bagian ini berisi data dan informasi tambahan yang
mendukung laporan audit, seperti dokumen audit dan catatan lapangan.
Laporan audit harus disusun dengan jelas dan objektif, serta dapat
dipahami oleh pihak yang tidak memiliki latar belakang audit. Laporan harus
juga disajikan dengan bahasa yang mudah dipahami, serta harus mencakup
informasi yang relevan dan penting bagi pihak yang berkepentingan.

C. Evaluasi Hasil Audit


Setelah melaksanakan seluruh prosedur audit dalam setiap area audit,
termasuk mereview kontingensi dan peristiwa kemudian dan mengumpulkan
bukti akhir, auditor harus mengintergrasikan hasil tersebut kedalam satu
kesimpulan keseluruhan mengenai laporan keuangan. Pada akhirnya, auditor
harus memutuskan apakah bukti audit sudah memadai dan tepat untuk
diakumulasikan serta menjamin kesimpulan bahwa laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
Evaluasii Hasil Audit ini adalah kegiatan yang dilakukan untuk
menilai Hasil Audit dengan sasaran penilaian yang meliputi pemenuhan
prosedur pelaksanaan audit, pemenuhan standar audit, pemenuhan program
audit, penerapan pengujian pemenuhan program audit, penerapan ketentuan
atas temuan hasil audit, dan temuan hasil audit.
Ada beberapa aspek yang perlu dievaluasi dalam hasil audit, di antaranya:
Kepatuhan: Aspek ini menyangkut sejauh mana organisasi atau entitas telah
mematuhi aturan dan peraturan yang berlaku, baik itu peraturan internal
maupun eksternal.
Efektivitas: Aspek ini menyangkut sejauh mana organisasi atau entitas telah
tujuan yang telah ditetapkan. Hasil audit akan menunjukkan apakah proses dan
kebijakan yang telah dilakukan efektif dalam mencapai tujuan organisasi.
Efisiensi: Aspek ini menyangkut sejauh mana organisasi atau entitas telah
menggunakan sumber daya yang tersedia secara efisien. Dalam hal ini, hasil
audit akan menunjukkan apakah organisasi telah menggunakan sumber daya
dengan tepat atau ada kesalahan dala mencapai m penggunaannya.
Keandalan: Aspek ini menyangkut sejauh mana informasi yang digunakan
dalam organisasi dapat diandalkan. Hasil audit akan menunjukkan apakah
informasi yang digunakan akurat dan dapat dipercaya.
Keamanan: Aspek ini menyangkut sejauh mana organisasi atau entitas telah
melindungi aset-asetnya dari risiko keamanan. Hasil audit akan menunjukkan
apakah organisasi telah mengambil langkah-langkah yang tepat untuk
melindungi aset-asetnya.
Kualitas: Aspek ini menyangkut sejauh mana produk atau layanan yang
dihasilkan oleh organisasi memenuhi standar kualitas yang diinginkan. Hasil
audit akan menunjukkan apakah produk atau layanan yang dihasilkan
memenuhi standar yang telah ditetapkan.
 Langkah-langkah Evaluasi Hasil Audit
Berikut adalah langkah-langkah evaluasi hasil audit yang dapat dilakukan:
1. Periksa laporan audit: Pertama-tama, Anda harus memeriksa laporan
audit secara seksama untuk memahami temuan dan rekomendasi yang
dibuat oleh auditor. Pastikan Anda memahami setiap hal yang
tercantum dalam laporan.
2. Tentukan kepatuhan: Tentukan tingkat kepatuhan terhadap standar atau
prosedur yang telah ditetapkan. Identifikasi setiap ketidaksesuaian atau
kelemahan dalam proses atau sistem yang telah diaudit.
3. Tinjau tindakan korektif: Tinjau tindakan korektif yang telah dilakukan
untuk mengatasi ketidaksesuaian atau kelemahan yang telah
diidentifikasi. Evaluasi efektivitas tindakan yang telah dilakukan dan
tentukan apakah tindakan tersebut sudah cukup atau masih perlu
peningkatan.
4. Tinjau tindakan pencegahan: Tinjau tindakan pencegahan yang telah
diambil untuk mencegah terulangnya ketidaksesuaian atau kelemahan
yang sama di masa depan. Evaluasi keefektifan tindakan pencegahan
dan tentukan apakah tindakan tersebut sudah cukup atau masih perlu
peningkatan.
5. Buat rekomendasi: Berdasarkan hasil evaluasi, buat rekomendasi untuk
meningkatkan proses atau sistem yang diaudit. Rekomendasikan
tindakan-tindakan yang perlu diambil untuk memperbaiki
ketidaksesuaian atau kelemahan dan mencegah terulangnya hal
tersebut di masa depan.
6. Implementasikan tindakan: Setelah membuat rekomendasi,
implementasikan tindakan yang perlu dilakukan untuk meningkatkan
proses atau sistem yang diaudit. Pastikan bahwa tindakan yang diambil
sesuai dengan rekomendasi dan dapat meningkatkan kepatuhan
terhadap standar atau prosedur yang ditetapkan.
7. Tinjau ulang: Tinjau kembali proses atau sistem yang telah diaudit
untuk memastikan bahwa tindakan yang telah diambil efektif dan
dapat mencegah terulangnya ketidaksesuaian atau kelemahan di masa
depan. Lakukan evaluasi secara berkala untuk memastikan bahwa
proses atau sistem terus mampu berjalan dengan baik dan memenuhi
standar yang diinginkan. Pada tahap ini, auditor harus memastikan
bahwa tindakan perbaikan dan pencegahan yang diambil setelah
penemuan ketidaksesuaian atau kelemahan telah dilaksanakan dengan
benar dan efektif.
Dalam tahap tinjau ulang, auditor akan mengevaluasi hasil audit
sebelumnya dan memastikan bahwa semua masalah telah diatasi dan tindakan
perbaikan telah dilaksanakan dengan benar. Auditor juga akan memastikan
bahwa tindakan perbaikan yang diambil telah efektif dalam menghilangkan
ketidaksesuaian atau kelemahan yang telah ditemukan sebelumnya.
Jika ditemukan masalah atau ketidaksesuaian baru pada tahap tinjau
ulang, auditor harus mengevaluasi kembali proses atau sistem yang terkait dan
mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan. Auditor juga harus
memastikan bahwa tindakan perbaikan yang diambil dapat mencegah
terulangnya masalah di masa depan.
Setelah melakukan tinjau ulang, auditor harus membuat laporan akhir
yang mencakup hasil audit terbaru dan tindakan perbaikan yang diambil.
Laporan ini harus disampaikan kepada manajemen dan pihak terkait lainnya
untuk memberikan informasi dan rekomendasi terkait dengan sistem atau
proses yang telah diaudit.

D. Monitoring
Dalam proses penugasan assurance tidak berakhir pada saat penugasan
selesai. Setiap institusi auditor internal harus mengembangkan system
monitoring tindak lanjut hasil penugasan. Hal tersebut sangat penting bagi
auditor internal untuk memastikan bahwa rekomendasi telah ditindak lanjuti
oleh manajemen. Pemantuan tindak lanjut ini harus dilaksanakan agar pihak
auditee memahami dan memperbaiki kelemahan dan kesalahan yang ada
sehingga diharapkan mampu meningkatkan kinerjaa organisasinya. Selain itu
auditor internal harus memantau pelaksanaan tindak lanjut yang dilakukan
auditee untuk memastikan bahwa semua rekomendasi sudah dilaksanakan
dengan tepat. Sehinggga efektivitas pelaksanaan audit bisa tercapai.
Kewajiban untuk melaksanakan tidak lanjut berada pada pimpinan
auditee, hal ini sesuai dengan pasar 43 dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60
Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, yang
menyatakan bahwa “Pimpinan instansi pemerintah wajib melakukan tindak
lanjut atas rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya”. Pelaksanaan tindak
lanjut tersebut merupakan bagian dari kegiatan pemantauan system
pengendalian intern yang ada. Sehingga mewajibkan auditor untuk
memasukan kegiatan pemantauan tindak lanjut dalam rencana setrategis
maupun tahunan. Selain itu audit internal wajib memberitahukan Langkah –
langkah yang harus dilakukan auditee agar tindak lanjut hasil audit bisa
dilaksanakan dengan efektif dan tepat waktu.
Pelaksanaan tindak lanjut ini merupakan kewajiban manajemen,
sedangkan pemantauan atas pelaksanaan tersebut menjadi tanggung jawab
auditor internal. Agar pemantuan tersebut bisa berjalan dengan efektif, maka
auditor internal harus membuat prosedur pemantauan pelaksanaan tindak
lanjut yang didasarkan pada tingkat kesulitan, ketetapatan waktu,
pertimbangan resiko, dan kerugian, Adapun cara agar pelaksanaan tindak
lanjut dapat berjalan efektif, perlu dilakukan hal – hal berikut ini :
1. Laporan hasil audit di tujukan kepada tingkatan manajemen yang dapat
melakukan tindak lanjut
2. Tanggapan auditee diterima dan dievaluasi selama audit berlangsung
atau dalam waktu yang wajar setelah audit berakhir
3. Laporan perkembangan kemajuan tindak lanjut diterima dari audiee
secara periodic
4. Status tindak lanjut dari pelaksanaan tindak lanjut dilaporkan kepada
pimpinan auditee.
Selain itu hal yang perlu diperhatikan dalam pemantauan tindak lanjut adalah
sebagai berikut :
1. Semua formulir dan bukti pendukung yang terkait dengan tindak lanjut
temuan audit harus didokumentasikan dengan baik dan dipisahkan
antara temuan yang rekomendasinya sudah tuntas diselesaikan dengan
temuan yang masih terbuka.
2. Tim pemantau tindak lanjut melakukan pemutakhiran tindak lanjut atas
temuan yang belum ditindaklanjuti dan tindak lanjut yang masih
kurang. Pemuktakhiran tersebut dilakukan sekali dalam setahun dan
dituangkan dalam sebuah berita acara yang ditandatangani pimipinan
auditee dan tim pemantau tindak lanjut.

E. Pelaporan
Pelaporan audit internal yang baik adalah lebih dari sekedar pembuatan
laporan dan penampilan. Laporan audit harus mencerminkan filosofi dasar
total pendekatan audit internal suatu perusahaan, termasuk tujuan tinjauan
yang mendasarinya, mendukung strategi-strategi dan kebijakan utama,
prosedur yang mencakup pekerjaan audit, dan kinerja profesional dari staf
audit. Sementara laporan audit adalah sarana utama komu-nikasi, auditor
internal akan kurang efektif jika komunikasi mereka dengan seluruh
perusahaan hanya dibatasi laporan yang diterbitkan. Komunikasi juga harus
dilakukan melalui wawancara selama penelitian lapangan, menutup rapat
ketika temuan audit pertama kali disajikan, pertemuan dengan manajemen
senior dan komite audit untuk memberitahukan mereka tentang hasil audit,
dan banyak kontak lain melalui-out perusahaan. Semua anggota perusahaan
audit internal harus menjadi komunikator yang efektif baik dalam kata-kata
tertulis dan lisan mereka.
Tujuan dan Jenis Laporan Audit Intern
Laporan audit internal memiliki tujuan dasar untuk menggambarkan
audit yang direncanakan dan dijadwalkan dan untuk mengkomunikasikan hasil
audit tersebut. Secara alami mereka, laporan audit internal umumnya kritis dan
cenderung menekankan hal-hal seperti yang diidentifikasi pengontrol internal
kelemahan. Sementara itu benar-benar tepat untuk melaporkan bahwa audit
internal terakhir beberapa daerah dan tidak menemukan masalah, jika
departemen audit atau beberapa individu secara konsisten tidak menemukan
masalah di sebagian besar audit yang dijadwalkan, mungkin ada kebutuhan
untuk meninjau pendekatan penilaian risiko audit internal atau untuk menguji
kembali kegiatannya.
Apakah dokumen tertulis resmi diedarkan kepada manajemen senior
dan tingkat papan atau presentasi lisan informal yang pada akhir kegiatan
lapangan audit, semua laporan audit internal harus selalu memiliki empat
tujuan dasar dan komponen:
1. Tujuan, waktu, dan ruang lingkup review.
Laporan audit harus summa-Rize tujuan tingkat tinggi dari
tinjauan, di mana review terjadi, dan ruang lingkup tingkat tinggi audit
internal. Pernyataan ruang lingkup, misalnya, mungkin mengungkapkan
bahwa audit dilakukan atas permintaan komite audit atau dimulai sebagai
hasil dari penipuan ditemukan.
2. Deskripsi temuan
Berdasarkan kondisi diamati dan ditemukan selama review,
laporan audit harus menjelaskan hasil audit. Seringkali bagian ini adalah di
mana laporan menjelaskan apa, jika ada, yang salah dengan kondisi yang
ditemukan, serta mengapa itu salah. Istilah yang salah di sini meliputi
kelemahan pengendalian internal, pelanggaran prosedur perusahaan, atau
salah satu dari berbagai masalah audit internal lainnya.
3. Saran untuk koreksi.
Laporan audit harus mencakup rekomendasi, berdasarkan temuan,
untuk memperbaiki kondisi dan penyebabnya. The obtujuan dari saran ini
laporan meliputi laporan tentang perbaikan kondisi diamati serta
rekomendasi untuk meningkatkan operasi.
4. Dokumentasi rencana dan clarificatio pandangan dari auditee.
Auditee mungkin ingin menyatakan keadaan yang meringankan
atau memberikan klarifikasi masalah untuk setiap hal yang dilaporkan
dalam perselisihan. Tergantung pada format laporan, bagian ini sering kali
menjadi tempat di mana auditee secara resmi dapat mengajukan tanggapan
atas temuan audit internal dan rencana negara untuk tindakan korektif
dalam menanggapi hasil temuan audit dan rekomendasi.
F. Metode Pendekatan Sistem Base
System-based approach adalah pendekatan di mana terdapat
langkah-langkah sistematis untuk melakukan assessment terhadap sistem
dan internal kontrol perusahaan. Auditor akan memetakan dan
mengidentifikasi bagian-bagian perusahaan yang merupakan penyebab
dari permasalahan yang muncul. Kemudian, setelah tahapan ini selesai
dilakukan, barulah auditor akan melakukan proses pemeriksaan audit
terhadap perusahaan kliennya.
Metode ini dilaksanakan oleh fungsi internal audit yang lebih
modern. Metode ini dilaksanakan dengan pendekatan evaluasi dan analisa
terhadap sistem dan proses bisnis perusahaan yang diaudit, sehingga
mendapatkan risiko terbesar pada sistem tersebut sering kali tidak berhasil.
Penyebab dari kegagalan mendapatkan risiko terbesar karena pendekatan
evaluasi dan analisanya bersifat horizontal. Yaitu, mengarah kepada
aktivitas ke aktivitas berikutnya pada sistem atau pada proses yang sedang
di evaluasi.
G. Metode Pendekatan Substansi Base
Pendekatan pertama, Substantive atau Vouching approach, adalah
pendekatan audit di mana proses audit dilakukan tanpa adanya tingkat
kepercayaan pada informasi yang disediakan oleh pihak manajemen,
sehingga pemeriksaan dan verifikasi yang dilakukan mendetail terhadap
setiap transaksi dan informasi finansial perusahaan. Artinya, auditor tidak
menggunakan asersi yang diberikan oleh manajemen dan tidak ada
ketergantungan terhadap internal kontrol perusahaan. Akibatnya,
kebutuhan sumber daya, biaya, dan usaha menjadi besar, baik untuk
auditor sendiri maupun untuk kantor akuntan publik.
Ada 3 alasan auditor memilih untuk menggunakan pendekatan ini :
1. Hanya terdapat sedikit kebijakan dan prosedur struktur pengendalian
intern yang relevan dengan penugasan audit atas laporan keuangan
2. Kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern yang berkaitan
dengan asersi untuk akun dan golongan transaksi signifikan tidak efektif
3. Pengujian subtantif lebih efisien untuk asersi tertentu
Terdapat dua kategori dalam pendekatan subtantif yaitu :
pendekatan substantif utama dengan penekanan terhadap pengujian terinci
dan pendekatan subtantif utama yang menekankan pada prosedur analitis
yang merupakan strategi audit tambahan.
Pendekatan subtantif utama dengan penekanan terhadap pengujian
terinci dilakukan auditor ketika dia mengetahui dari awal bahwa
pengendalian intern yang berkaitan dengan asersi tidak ada atau tidak
efektif dengan melihat pengalaman masa lalu dengan klien atau dari
langkah perencanaan awal.
Tahap-tahap dalam melakukan metode ini adalah :
1. Menghimpun dan mendokumentasikan pemahaman struktur pengendalian
intern
2. Menetapkan risiko pengendalian berdasarkan pengujian pengendalian
yang dilakukan dalam menghimpun pemahaman struktur pengendalian
intern.
3. Menentukan kemungkinan dapat tidaknya dilakukan pengurangan lebih
terhadap tingkat resiko pengendalian yang telah dilakukan
4. Melaksanakan pengujian pengendalian tambahan untuk meperoleh bukti
tambahan
5. Melakukan revisi atau menetapkan kembali risiko pengendalian
berdasarkan bukti tambahan

H. Jenis Pemeriksaan Audit


1. Audit Keuangan

Audit keuangan merupakan audit atas laporan keuangan untuk


memberikan opini secara indepeden. Dalam penugasannya Auditor wajib
menggunakan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) dan/atau
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) sebagaimana diatur dalam
ketentuan peraturan perundangundangan.
Audit terhadap aspek keuangan tertentu (audit atas laporan keuangan
bukan untuk memberikan opini), contohnya antara lain:

(1) Audit atas Bagian dari Laporan Keuangan/Informasi Keuangan;


(2) Audit atas Laporan Pendapatan dan Biaya;
(3) Audit atas Laporan Penerimaan dan Pengeluaran Kas;
(4) Audit atas Laporan Aktiva Tetap, Permintaan Anggaran;
(5) Audit Pengelolaan Keuangan Dana Dekonsentrasi; dan
(6) Audit Keuangan Lainnya.
2. Audit Operasional

Pemeriksaan atas semua atau sebagian prosedur dan metode


operasional suatu organisasi untuk menilai tingkat efisiensi, efektifitas, dan
keekonomisan dari organisasi tersebut. Hasil dari audit operasional berupa
rekomendasi perbaikan bagi manajemen sehingga audit jenis ini lebih
merupakan pemberian konsultasi kepada manajemen. Contoh dari audit jenis
ini adalah audit pengadaan barang/jasa (procurement audit).

3. Audit Forensik

Audit forensik merupakan pemeriksaan dan evaluasi catatan keuangan


perusahaan atau personal guna mendapatkan bukti pada saat di pengadilan
atau saat proses hukum berlangsung. Dalam rangka melakukan audit forensik,
dibutuhkan prosedur akuntansi untuk mengaudit dan pengetahuan ahli tentang
hukum audit itu sendiri. Dalam hal ini, audit forensik mencakup berbagai
kegiatan investigasi yang kerap dilakukan untuk menuntut suatu pihak atas
penipuan, penggelapan, atau kejahatan yang berkaitan dengan keuangan
lainnya.

Selama proses audit, auditor dipanggil untuk menjadi saksi ahli dalam
proses persidangan. Selain tindakan yang disebutkan sebelumnya, audit
forensik ini pun dapat dilibatkan dalam situasi seperti perselisihan terkait
kebangkrutan, penipuan bisnis, hingga perceraian. Melalui audit forensik,
dapat terungkap atau terkonfirmasi berbagai aktivitas ilegal. Itu sebabnya
audit forensik lebih sering dipilih daripada audit reguler.

4. Audit Investigatif

Audit investigatif adalah proses mencari, menemukan, mengumpulkan,


dan menganalisis serta mengevaluasi bukti-bukti secara sistematis oleh pihak
yang kompeten dan independen untuk mengungkapkan fakta atau kejadian
yang sebenarnya tentang indikasi tindak pidana korupsi dan/atau tujuan
spesifik lainnya sesuai peraturan yang berlaku.Sasaran audit investigatif
adalah kegiatan-kegiatan yang di dalamnya diduga terjadi penyimpangan dari
peraturan yang berlaku. Ruang lingkup audit investigatif adalah batasan
tentang lokus, tempus, dan hal-hal lain yang relevan dengan kegiatan yang
menjadi sasaran audit investigatif.

Anda mungkin juga menyukai