Anda di halaman 1dari 8

RANGKUMAN

MATA KULIAH AUDIT INTERNAL I


TENTANG
“FIELD WORK ”
NAMA KELOMPOK

1. ULFA GUSHARITA
2. JESSY RAHAYU
3. SITI PATIMAH

Field work merupakan proses untuk mendapatkan keyakinan secara sistematis dengan
mengumpulkan bukti secara objektif mengenai operasi entitas, mengevaluasinya dan melihat
apakah operasi tersebut telah memenuhi standar yang dapat diterima dan mencapai tujuan-
tujuan yang telah ditetapkan; dan menyediakan informasi untuk pengambilan
keputusan oleh manajemen. Istilah “proses yang sistematis” mengimplikasikan langkah-
langkah audit terencana yang dirancang untuk memenuhi tujuan-tujuan audit. Istilah tersebut
juga memiliki makna bahwa auditor internal akan menerapkan persyaratan profesional
dalam melakukan audit, serta menerapkan penelaahan yang tepat saat
mengumpulkan, menyusun, mencatat, dan mengevaluasi bahan bukti audit. “Persyaratan
profesional” berarti kebebasan penuh dari segala bias yang akan mempengaruhi
pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti. Bebas dari bias dicapai melalui
independensi dan objektivitas, baik dalam kenyataan maupun persepsi. Objektifitas nyata
muncul dari perilaku mental yang tidak memihak, perilaku yang mendasarkan pada
pengetahuan dan menilai bukti benar-benar murni dalam kenyataannya tanpa memandang
orang yang menyediakannya. Penilaian seperti ini harus dicapai tanpa memedulikan perasaan,
prasangka, opini, dan kepentingan, serta tekanan dari pihak eksternal.
Field Work bertujuan untuk membantu pemberian keyakinan dengan melaksanakan prosedur-
prosedur audit yang ada di program audit, sehingga menjadi sesuai dengan tujuan audit yanag
ingin dicapai.
Tahap persiapan untuk melakukan pekerjaan lapangan dilakukan pada saat survei
pendahuluan telah diselesaikan dan program audit telah disiapkan. Bagian-bagian
dari rencana strategis mencakup:
1. Kebutuhan pegawai - merencanakan jumlah dan kualifikasi staf yang akan
melakukan audit.
2. Kebutuhan sumber daya dari luar (sumber dari luar, sumber dari mitra, penggunaan
ahli, peminjaman staf, dan sebagainya). – menidentifikasi kebutuhan sumber daya
dari luar jika audit dilakukan pada hal yang bersifat khusus dimana tidak adanya staf
yang memiliki pengetahuan khusus tersebut.
3. Pengorganisasian staf audit – mengidentifikasi apakah rencana berbentuk ramping
(dengan lapisan supervisi yang terbatas) atau gemuk (banyak lapisan
supervisi) tergantung pada kompleksitas kerja dan rentang kontrol yang dibutuhkan.
4. Wewenang dan tanggung jawab - mencakup alur wewenang yang berkaitan
dansecara khusus menggambarkan otorisasi yang didelegasikan ke setiap lini dan staf
dalam tim audit.
5. Struktur pekerjaan lapangan - urutan-urutan progam audit direncanakan. Aktivitas
yang berurutan saling berhubungan untuk meyakinkan bahwa terdapat susunan alur
kerja.
6. Waktu pelaksanaan pekerjaan lapangan - Estimasi waktu harus mencakup kebutuhan
waktu untuk aspek aiministratif seperti penghubung antar kelompok dan
dalam kelompok, kebutuhan waktu untuk kegiatan non operasi dan pendokumentasian
serta penulisan draf laporan audit berisi hasil-hasil pekerjaan lapangan.
7. Metode pekerjaan lapangan - Ada enam metode, yaitu: observasi,
konfirmasi, verifikasi, investigasi, analisis, dan evaluasi.
8. Metode pendokumentasian - melibatkan akumulasi bahan bukti dan penyiapan
kertaskerja. Bagian ini membutuhkan antisipasi hasil-hasil metode pekerjaan lapangan
dan juga penggunaan akhir dari audit.
9. Penyiapan laporan - Laporan harus dirancang dengan mempertimbangkan pembaca
dan pengguna. Pertimbangan kemampuan dan tanggapan pembaca haruslah menjadi
perhatian utama dalam rancangan dan isinya.
10. Rencana kontingensi - Rencana harus memuat kondisi terbaik yang bisa dicapai,yang
biasa, dan yang terburuk.
Tim Audit dengan Pengarahan Mandiri Tim merupakan sebuah unit operasional, yang
sering kali terdiri dari ahli-ahli dalam berbagai bidang audit, dan memiliki
kepemimpinan dalam rotasi atau dasar-dasar lainnya. Tim tersebut membuat
keputusan sendiri, sering kali dengan bantuan ahli yang bersama pimpinan tim memberikan
keahlian dan bantuan dalam proses pengambilan keputusan. Tim tersebut menerima
tanggung jawab atas pekerjaannya dan berbagi tanggung jawab bila terjadi
kegagalan - termasuk pula penghargaan dan bonus, jika ada, untuk pekerjaan yang
bagus. Harus terdapat resolusi mengenai tujuan-tujuan dasar organisasi, independensi,
pekerjaan audit yang tidak bagus, dan pengambilan keputusan yang tidak memadai.
Untuk beroperasi secara efektif, tim harus beranggotakan orang-orang yang tidak
egois dan sepakat untuk berbagi kepemimpinan. Pembimbing (yang mungkin
membimbing lebih dari satu tim) diberi banyak tanggung jawab administratif. Karena lebih
besarnya produktivitas dan efektivitas yang dimiliki tim maka tim audit seperti ini dianggap
sebagai aset operasional baru yang potensial.
o Audit Berhenti – Kemudian - Lanjut. Teknik "audit berhenti-kemudian-lanjut"
membantu menghilangkan audit dengan pengembalian yang rendah yang melewati
proses penyaringan awal. Konsep dasar di balik pendekatan berhenti –
kemudian - lanjut adalah untuk memberdayakan auditor lapangan untuk
menghentikan audit, jika tidak ada indikasi adanya risiko-risiko yang substansial atau
tidak ada temuan-temuan penyimpangan potensial. Saat audit tersebut dihentikan,
auditor pindah ke audit selanjutnya yang termasuk dalam rencana audit tahunan
departemen. Komite Audit dari Dewan Komisaris di Edison diperkenalkan dengan
teknik audit berhenti – kemudian - lanjut dan kemudian menerapkannya karena
audit ini: Memaksa tujuan aktivitas audit untuk memusatkan sumber dayanya pada
hal-hal berisiko tinggi dan aktivitas-aktivitas dari perusahaan (yaitu bekerja
pada titik tinggi dalam kurva prioritas) dan memberikan Komite Audit keyakinan
bahwa rebih banyak upaya audit yang dihabiskan pada hal-hal tersebut dari pada
bidang-bidang berisiko rendah.
o Memungkinkan fleksibilitas auditor untuk berhenti – kemudian - lanjut, guna
mengurangi atau meningkatkan lingkup audit, dan memotivasi auditor untuk fokus
pada aktivitas-aktivitas perusahaan yang akan menghasilkan temuan-temuan yang
paling bermanfaat dan bernilai tinggi bagi organisasi.
o Meningkatkan jumlah audit di atas cakupan audit minimum, karena auditor
melakukan lebih banyak audit dengan jangka waktu yang lebih pendek setiap tahun.
Control Self-AssessmentControl self-assessment (CSA) merupakan salah satu jenis audit
partisipatif. Audit tersebut diterapkan untuk mendapatkan informasi yang terbukti sulit untuk
dikumpulkan oleh staf audit tradisional. Bisa jadi kejadian yang mendorong inovasi
ini menjadi menonjol adalah pengembangan konsep COSO tentang kontrol internal.
Konsep ini mengidentifikasi aspek-aspek kontrol internal yang kurang substantif
dibandingkan metode tradisional yang sedang dipertimbangkan. Control self-assessment
memperbaiki kekurangan ini dengan menggunakan staf untuk mengevaluasi aspek-aspek
kontrol internal ini berdasarkan apa yang mereka lihat, alami, dan praktikkan. Metode yang
digunakan adalah mengembangkan semacam pertemuan yang dilakukan staf audit, tetapi
terdiri dari karyawan klien yang akan mengevaluasi dan mengukur aspek-aspek dari kontrol
internal. Peserta audit internal membuat pertanyaan dan masalah yang akan didiskusikan.
Peserta dari klien membahas bahan-bahan tersebut dan mencapai kesimpulan
mengenai diterapkannya aspek-aspek kontrol internal dan efektivitas yang sedang
didiskusikan. Mereka juga berusaha mengidentifikasi penyebab masalah dan
aktivitas perbaikan yang mungkin.
Bagian-bagian Field Work Tujuan-tujuan audit terkait dengan tujuan-tujuan operasi,
namun memiliki maksud yang berbeda. Tujuan-tujuan audit dirancang untuk menentukan
apakah tujuan-tujuan operasi tertentu telah dicapai. Tujuan audit dicapai dengan
menerapkan prosedur-prosedur audit untuk menentukan apakah prosedur-prosedur operasi
berfungsi sebagaimana mestinya dan mencapai tujuan-tujuan operasi. Tujuan operasi
ditetapkan oleh manajemen. Tujuan audit ditetapkan oleh auditor. Prosedur-prosedur
audit adalah sarana-sarana yang digunakan auditor untuk memenuhi tujuan-tujuan
auditnya. Prosedur-prosedur audit merupakan langkah-langkah dalam proses audit
yang menjadi pedoman bagi auditor dalam melaksanakan penelaaan yang direncanakan,
berdasarkan tujuan-tujuan audit yang ditetapkan.
Audit SMART Metode audit SMART (Selective Monitoring and Assessment of Risks and
Trends) merupakan gabungan penentuan risiko dan audit analitis. Hal ini
dimaksudkan untuk “mencerminkan efektivitas sistem kontrol internal dan memungkinkan
auditor untuk dengan segera mengidentifikasi masalah-masalah potensial, tren yang
tidak menguntungkan dan fluktuasi-fluktuasi yang tidak normal”. Metode ini
menggunakan “indikator-indikator kunci” sebagai elemen dasar dari proses audit. Terdapat
empat tahap dalam audit SMART yaitu:
a) Pemilihan bidang-bidang kunci untuk pengawasan dan penentuan;
b) Pengembangan indikator-indikator kunci untuk pengawasan dan penentuan;
c) Implementasi;
d) Pemeliharaan teknik-teknik audit SMART.
Indikator-indikator kunci yang dimaksud di atas adalah:
o Penuh makna
o Tepat waktu
o Sensitivitas
o Keandalan
o Dapat diukur
o Praktis
Pengukuran Kinerja Untuk melakukan pemeriksaan yang berarti, auditor mencari unit
pengukuran dan kemudian standar. Standar bisa ditemukan pada instruksi pekerjaan,
arahan organisasi, anggaran, spesifikasi produk, praktik industri, standar minimum
kontrol internal, GAAP, kontrak-kontrak, praktik-praktik bisnis yang wajar, atau bahkan
dalam tabel perkalian. Jadi, dengan membandingkan temuan mereka dengan standar, mereka
bisa membuat kesimpulan yang objektif.
Pengembangan Standar Standar harus sesuai dengan tujuan-tujuan operasi yang diperiksa.
Untuk hal-hal yang bersifat teknis, standar harus divalidasi oleh seorang ahli yang
secara teknis memiliki kualifikasi sebelum diterima oleh manajemen klien. Satu contoh
pendekatan ini melibatkan audit atas sistem kontrol keselamatan suatu organisasi. Bila tidak
ada standar, maka auditor yang akan membuatnya. Kemudian, untuk memperoleh
keyakinan yang memadai bahwa standar tersebut wajar dan relevan, mereka meminta
wakil lokal dari Dewan Keamanan Nasional (National Safety Council) untuk
menelaah standar tersebut. Standar yang sudah divalidasi dibahas dengan manajemen klien
dan diterima. Auditor kemudian bisa dengan yakin menggunakan standar tersebut
untuk dibandingkan dengan hasil pengukuran mereka. Evaluasi-Evaluasi dimaksudkan untuk
mencapai pertimbangan yang benar secara matematis, dan untuk menyatakan
pertimbangan tersebut dalam hal apa yang diketahui. Evaluasi membutuhkan
pertimbangan baik pada standar maupun pada hasil-hasil perbandingan. Auditor internal
menerapkan standar operasional di sepanjang pekerjaan lapangannya, oleh karena itu
mereka seharusnya tidak gagal dalam mengevaluasi standar itu sendiri. Standar
juga harus dievaluasi kelayakan dan kecukupannya dalam mengukur kemajuan
terhadap tujuan dan sasaran organisasi, dan ketetapan standar untuk kondisi saat ini. Evaluasi
yang dilakukan auditor internal biasanya diarahkan ke tiga aspek yaitu kualitas, biaya, dan
jadwal.
Pengujian Tujuan umum pengujian adalah untuk memberi dasar bagi auditor untuk
pembentukan opini audit. Sedangkan tujuan khususnya adalah untuk menentukan:
Validitas; yaitu kelayakan, keaslian dan kewajaran.
Akurasi; yaitu kuantitas, kualitas, dan klasifikasi.
Ketaatan dengan prosedur, regulasi, hukum yang berlaku, dan lain-lain.
Kompetensi kontrol yaitu kenetralan risiko.
Pengujian menentukan apakah sesuatu telah sesuai dengan apa yang seharusnya. Pengujian
harus diawali dengan perencanaan, dan harus mencakup:
Pendefinisian tujuan pengujian.
Pengidentifikasian jenis pengujian untuk mencapai tujuan.
Pengidentifikasian kebutuhan pegawai yang mencakup keahlian dan disiplin ilmu
yang dimiliki, kualifikasi pengalaman, dan jumlah pegawai.
Penentuan urutan proses pengujian.
Pendefinisian standar atau kriteria.
Pendefinisian populasi pengujian.
Keputusan metodologi pengambilan sampel yang akan dilakukan.
Pemeriksaan transaksi atau proses terpilih.
Empat bagian terakhir membutuhkan pembahasan lebih lanjut:
Pendefinisian standar kinerja atau kriteria
Standar kinerja atau kriteria dapat secara eksplisit atau implisit. Eksplisit bila
dinyatakansecara jelas dalam arahan, instruksi pekerjaan, spesifikasi, atau
hukum. Implisit bilamanajemen mungkin telah menetapkan tujuan dan sasaran,
atau sedang mengupayakanpenetapannya, tetapi tidak menyatakan secara eksplisit
asi pengujianPopulasi yang akan
diuji harus dipertimbangkan sesuai tujuan audit. Jika tujuannyamemberi
opini atas transaksi, maka total transaksi mencerminkan populasi.
Jikatujuannya memberi opini atas kecukupan, efektifitas, dan efisiensi

pengambilan sampel yang akan dilakukanPengambilan sampel yang paling andal


harus dapat mencerminkan populasinya.Pengambilan sampel dapat melalui
pertimbangan atau dengan metode statistik.Penggunaan teknik audit berbantuan
komputer saat ini telah banyak membantu pekerjaanauditor. Perangkat lunak dapat
secara otomatis menggunakan keseluruhan populasiseba -
teknik pemeriksaan transaksi-transaksi atau proses-proses terpilih Auditor memiliki
banyak teknik untuk membantu mereka mencapai tujuannya. Yangbelum jelas
hanyalah penamaan teknik-teknik tersebut di antara para auditor. Teknik-teknik
tersebut dikelompokkan ke dalam enam judul:a) Mengamati; b) Mengajukan
pertanyaan;c) Menganalisis;d) Memverifikasi; e) Menginvestigasi; f) Mengevaluasi;
K. Bukti AuditBukti audit (audit evidence) adalah informasi yang diperoleh auditor
internal melaluipengamatan, wawancara, dan pemeriksaan catatan. Bukti audit harus
memberikan dasar nyatauntuk opini, kesimpulan, dan rekomendasi audit. Bukti audit
terdisi atas:1) Bukti Fisik Bukti fisik (physical evidence) diperoleh dengan
mengamati orang, properti, dankejadian. Bukti ini dapat berupa pernyataan
observasi oleh pengamat, atau foto, bagan,peta, grafik, atau gambar lainnya. Jika
pengamatan merupakan satu-satunya bukti makalebih disukai bila ada dua atau lebih
auditor yang melakukan pengamatan fisik yangpenting, dan jika dimungkinkan
wakil dari klien harus menemani.2) Bukti PengakuanBukti pengakuan (testimonial
evidence) berbentuk surat atau pernyataan sebagai jawabanatas pertanyaan, dan
tidak bersifat menyimpulkan. Jika dimungkinkan masih harusdidukung oleh
dokumentasi. Pernyataan klien dapat menjadi bukti penting yang tidakselalu bisa
diperoleh.3) Bukti DokumenBukti dokumen (documentary evidence) adalah
yang bukti paling biasa, terdiri daridokumen eksternal dan internal. Dokumen
eksternal mencakup surat atau memorandumyang diterima oleh klien, faktur-
faktur dari pemasok, dan lembar pengemasan.Sedangkan dokumen internal
dibuat dalam organisasi klien, mencakup catatan akuntansi,salinan korespondensi ke
pihak luar, laporan penerimaan melalui e-mail, dan lain-lain.Sumber dokumen akan
mempengaruhi keandalan bukti ini.4) Bukti AnalitisBukti analitis (analytical
evidence) berasal dari analisis dan verifikasi. Sumber-sumberbukti ini adalah
perhitungan, pertimbangan kewajaran, dan informasi yang telah dipecahke dalam
bagian-bagian kecil.Semua bukti audit harus memenuhi uji kecukupan, kompetensi,

sehingga bisa menuntun untukpengambilan keputusan. Jika digunakan sampel, harus


memberikan keyakinan dan dapatmewakili populasi tempat sampel tersebut

Dokumen asli lebih kompetendibandingkan salinannya. Pernyataan lisan


yang menguatkan lebih kompeten daripernyataan biasa. Bukti langsung lebih

dengan penggunanya. Fakta dan opini yangdigunakan harus memiliki hubungan logis
dengan permasalahannya.L. Menguji, Menilai, dan Mengevaluasi Bukti AuditInternal
auditor yang berpengalaman harus harus bisa mengevaluasi bukti audit danmembuat
keputusan yang tepat.
1. Mengumpulkan bukti audit yang tepat dan sesuaiInternal auditor umumnya tidak melihat
setiap item dalam area audit untukmengembangkan bukti yang mendukung audit.
Sebaliknya, auditor internalmembahas beberapa file atau laporan dan ulasan yang dipilih
item sampel untukmengembangkan kesimpulan audit atas seluruh set atau populasi data.Ada
tantangan audit internal utama di sini. Internal auditor memerlukanpendekatan yang
konsisten untuk mengambil item sampel dari populasi, kemudianmenarik kesimpulan audit
didasarkan pada sampel yang terbatas. Item sampel yangdiambil tersebut harus dapat
mencerminkan keadaan populasi, demikian pulakesimpulan yang dibuat. Sampling
audit memiliki dua jenis utama: statisticalsampling dan non-statistical sampling.
Statistical sampling adalah metode memilihitem berbasis perhitungan statistika yang
mencerminkan karakteristik dari seluruhpenduduk. Non-statistical sampling juga disebut
judgemental sampling, merupakanteknik yang tidak didukung oleh metode statistika namun
menggunakan professionaljudgement dari seorang auditor berpengalaman.2. Audit
assessment dan teknik evaluasiUntuk mengembangkan kesimpulan audit, auditor internal

mengembangkan rencan

sampelaudit.Langkah-langkah ini merupakan proses audit sampling, proses


pemeriksaan<100% dari item dalam suatu populasi (saldo akun atau kelompok
transaksi),dengan tujuan menggambarkan beberapa bentuk kesimpulan untuk
seluruhpopulasi berdasarkan hasil audit sampel tersebut. Sampling audit dapat menjadipilihan
yang sangat menarik dan efektif untuk auditor internal, dan keterampilandasar pengambilan
sampel audit harus menjadi persyaratan dalam proses kerjaaudit internal.

Anda mungkin juga menyukai