Anda di halaman 1dari 15

PENGAUDITAN INTERNAL

“TEMUAN AUDIT”

Oleh

Kelompok 8

Ni Kadek Galuh Meita Sari (13)

Anak Agung Intan Paramiswari (28)

PRODI AKUNTANSI

UNIVERSITAS MAHASARASWATI

DENPASAR

2020
PEMBAHASAN

1.1 Sifat Temuan Audit

Temuan audit adalah himpunan data dan informasi yang dikumpulkan, diolah
dan diuji selama melaksanakan tugas audit atas kegiatan instansi tertentu yang disajikan
secara analitis menurut unsur- unsurnya yang dianggap bermanfaat bagi pihak-pihak
yang berkepentingan Temuan audit bisa memiliki berbagai macam bentuk dan ukuran.
Misalnya, temuan-temuan tersebut dapat menggambarkan:

1) Tindakan-tindakan yang seharusnya diambil, tetapi tidak dilakukan, seperti


pengiriman yang dilakukan tetapi tidak ditagih.
2) Tindakan-tindakan yang dilarang, seperti pegawai yang mengalihkan sewa dari
perlengkapan perusahaan ke perusahaan kontrak pribadi untuk kepentingannya
sendiri.
3) Tindakan-tindakan tercela, seperti membayar barang dan perlengkapan pada tarif
yang telah diganti dengan tariff yang lebih rendah pada kontrak yang lebih
menguntungkan.
4) Sistem yang tidak memuaskan, seperti diterimanya tindak lanjut yang seragam untuk
klaim asuransi yang belum diterima padahal kalim tersebut bervariasi dalam jumlah
dan signifikansinya.
5) Eksposur-eksposur risiko yang harus dipertimbangkan. Meskipun temuan-temuan
audit seringkali disebut sebagai ―kekurangan‖ (deficiency), banyak organisasi audit
internal merasa bahwa istilah tersebut terlalu negatif; dan standar awal kelihatannya
setuju dengan hal ini.

Dalam kenyataannya, bahkan istilah temuan dianggap terlalu negatif di beberapa


tempat. Kata-kata seperti kondisi dianggap lebih nyaman dan tidak memberikan ancaman,
serta tidak menimbulkan tanggapan defensif di pihak klien. Walaupun sebutannya bisa
bervariasi dari satu organisasi ke organisasi lain, konsep dasarnya bersifat universal. Apapun
nama yang diberikan, suatu temuan audit menjelaskan sesuatu yang saat ini atau pada masa
lalu mengandung kesalahan, atau sesuatu yang kemungkinan akan terjadi kesalahan.
1.2 Standar For The Profesional Practice Of Internal Auditing (SPPIA)

Definisi audit internal menurut International Standards for the Professional Practice
of Internal Auditing (SPPIA) adalah suatu kegiatan assurance dan konsultasi (consulting)
yang independen dan objektif yang dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan
operasi suatu organisasi. Kegiatan-kegiatan tersebut membantu organisasi yang
bersangkutan mencapai tujuan-tujuannya dengan mengevaluasi dan memperbaiki
efektivitas proses manajemen risiko, pengendalian, dan tata kelola (governance) melalui
pendekatan yang teratur dan sistematik. Kegiatan assurance meliputi kegiatan penilaian
bukti-bukti oleh seorang auditor internal secara objektif sebagai dasar pemberian opini atau
kesimpulan yang independen mengenai suatu proses, sistem, dan sebagainya. Sifat dan
lingkup kegiatan assurance ditentukan oleh auditor internal. Namun di samping auditor
internal sebagai penilai, terdapat pihak lain yang terlibat dalam kegiatan assurance, yaitu
pemilik proses yang dinilai (process owner) dan pengguna hasil penilaian (the user).

Dengan demikian terdapat tiga pihak yang terlibat dalam penugasan. Kegiatan
konsultasi pada dasarnya adalah kegiatan pemberian saran/advise, dan biasanya dilakukan
berdasarkan permintaan khusus dari klien. Sifat dan lingkup kegiatan konsultasi tergantung
pada kesepakatan antara auditor internal dengan klien. Dalam kegiatan konsultasi terdapat
dua pihak yang terlibat, yaitu auditor internal sebagai pihak yang memberikan advise dan
klien yang meminta/menerima advise. Dalam melakukan kegiatan konsultasi ini, auditor
internal tetap dituntut untuk memelihara objektivitas dan tidak menerima limpahan
tanggungjawab fungsimanajerial dari klien.

Tujuan SPPIA adalah :


1) Memberikan gambaran prinsip-prinsip dasar yang menyajikan praktik internal audit yang
seharusnya
2) Menyediakan suatu kerangka kerja untuk membentuk dan meningkatkan suatu jangka
acuan (broad range) dari nilai tambah kegiatan internal audit.
3) Sebagai basis bagi evaluasi kinerja internal audit
4) Mempercepat perbaikan proses organisasi dan operasi.
Standar for Proffessional Practice on Internal Auditing terdiri dari :
i. Attribute Standard
ii. Performance Standard, dan
iii. Implementation Standard

Attribute standard memberikan arah tentang karakteristik dari organisasi serta pihak-
pihak yang menyelenggarakan kegiatan internal audit. Performance standard menjelaskan
tentang sifat dari kegiatan internal audit dan menyediakan kriteria tentang mutu (quality)
terhadap mana kinerja (performance) dari jasa jasa audit ini dapat dinilai. Sementara attribute
standard dan performance standard dapat diterapkan pada semua jasa internal audit,
implementation standard diterapkan pada pekerjaan-pekerjaan yang spesifik. Hanya ada satu
set Attribute dan Performance Standard, dilain pihak terdapat multiple set untuk standar
implementasi,masing-masing satu set untuk setiap kegiatan audit yang utama (major type of
internal audit activity). Standard implementasi ditetapkan untuk kegiatan-kegiatan dalam
pemeriksaan (assurance) (A) dan konsultasi (consulting) (B). Standard yang ditetapkan
merupakan bagian dari Kerangka Kerja Praktik Profesional (The Professionnal Practice
Framework).

1.3 Pendekatan untuk Mengontruksi Temuan dan Tongkat Signifikansi Temuan Audit

Dalam mengembangkan fakta-fakta dan rincian menjadi temuan audit yang signifikan
dan dapat dilaporkan memerlukan keahlian khusus berdasarkan pengalaman auditor, karena
bisa jadi suatu kesalahan fatal bagi orang awam adalah hal sepele bagi auditor. Oleh karena
itu auditor internal harus mempertimbangkan faktor-faktor berikut ini :
➢ Meninjau kembali kebijakan/keputusan dari manajemen yang bisa jadi tidak realistis.
Auditor internal harus mempertimbangkan kondisi, fakta, dan situasi ketika kelemahan
tersebut terjadi. Serta tidak mengkritik kebijakan manajemen maupun mengganti
pertimbangan manajemen.
➢ Auditor harus bertanggungjawab untuk memberikan bukti atas setiap temuan audit.
➢ Auditor internal harus tertarik pada perbaikan kinerja tetapi kinerja tersebut tidak mutlak
harus dikritik hanya karena kurang dari 100 %.
➢ Auditor internal harus meninjau temuan-temuan audit.
1.4 Elemen-elemen Temuan Audit

Auditor internal bukanlah orang yang maha tahu dan mereka tidak bisa
diharapkan untuk mengetahui semua hal tentang operasi yang sedang diaudit.
Pengetahuan tentang temuan audit yang dapat dilaporkan merupakan masalah lain,
karena auditor internal mempertentangkan kelayakan status quo. Mereka mencari sistem
atau transaksi yang tidak memenuhi standar operasi yang berlaku. Tetapi auditor
internal bisa mengharapkan adanya tantangan dan mereka harus mengetahui lebih
banyak tentang temuan-temuan audit mereka. Fakta-fakta yang ditemukan auditor
internal haruslah meyakinkan, kriterianya harus dapat diterima, dan logika yang
digunakan juga harus meyakinkan.

Kelayakan tindakan yang mereka lakukan paling baik diukur dengan


membandingkannya dengan beberapa kriteria. Sama halnya dengan pengembangan
temuan audit. Jika temuan yang dikembangkan memenuhi semua standar audit dapat
diterima, maka temuan tersebut akan menjadi logis, wajar, dan meyakinkan. Temuan
tersebut akan memberi stimulus untuk memotivasi tindakan perbaikan. Jika ada yang
hilang dari temuan yang dilaporkan, maka temuan tersebut bisa dipertentangkan
dan berakibat pada tindakan yang tidak menyenangkan atau bahkan tidak ada tindakan
sama sekali.

Kebanyakan temuan audit harus mencakup elemen-elemen tertentu, termasuk di


dalamnya latar belakang, kriteria, kondisi, penyebab, dampak, kesimpulan, dan
rekomendasi. Setiap temuan audit yang mencakup elemen-elemen ini, baik eksplisit
maupun implisit, akan menjadi argumen yang kuat untuk dilakukannya
tindakan perbaikan. Temuan tersebut akan menunjukkan bahwa tidak ada rintangan yang
dibiarkan dalam menyajikan masalah dan solusinya. Pada beberapa kasus yang unik,
elemen penyebab mungkin tidak tepat. Suatu masalah mungkin diakibatkan oleh kondisi
tertentu.

Pembaca laporan harus diberikan informasi umum yang memadai agar dapat
memahami sepenuhnya alasan-alasan mengapa auditor yakin bahwa temuan-temuan
tersebut harus dilaporkan. Latar belakang juga dapat mengidentifikasi orang-orang
yang berperan, hubungan organisasi, bahkan tujuan dan sasaran yang menjadi perhatian.
Hal tersebut harus bisa menjelaskan secara umum lingkungan yang melingkupi operasi
dan situasi yang menyebabkan auditor melaporkan temuan tersebut.

Elemen-elemen temuan adalah sebagai berikut:

1. Kriteria Pengembangan temuan audit harus mencakup dua elemen penting dalam
konsep kriteria:
a. Tujuan dan sasaran, dapat mencakup standar-standar operasi yang
mencerminkan apa yang diinginkan manajemen untuk dicapai oleh operasi
yang diaudit.
b. Kualitas pencapaian.

Tidak memahami saran atau tujuan operasi bagaikan menilai patung


dengan matu tertutup. Mungkin saja dilakukan penilaian atas bagian yang
dipegang, namun konteksnya tidak tepat. Dalam mengembangkan temuan audit,
auditor internal harus dengan jelas melihat dan memahami gambaran keseluruhan,
serta bagian lainnya.

Dalam setiap audit atas aktivitas, sasaran-sasaran kelayakan, efisiensi,


ekonomis, dan efektivitas harus tercakup. Semua sumber daya harus digunakan
tanpa terbuang percuma. Untuk menentukan seberapa layak efisien, ekonomis,
dan efektifnya suatu operasi, auditor internal harus memiliki tolok ukur. Mereka
harus mengidentifikasi standar atau kriteria kinerja yang valid. Sebelum mereka
mengkritik apa yang terjadi, mereka harus tahu apa yang seharusnya.

Standar-standar operasi mungkin sudah ada di beberapa bidang organisasi.


Misalnya manajemen bisa menyatakan bahwa tingkat penolakan produk-
produk tertentu tidak boleh melebihi 2%. Tetapi sebelum menerima standar ini,
auditor internal harus menilai validitasnya. Dasar penentuan standar mungkin
harus diteliti ulang dan auditor mungkin ingin membandingkan standar dengan
organisasiorganisasi srupa dan memeriksa kewajarannya dalam memenuhi
sasaran-sasaran perusahaan.
Di sisi lain, manajemen mungkin belum memiliki standar yang teah
ditetapkan. Dalam kasus ini, auditor internal dapat berpegang pada standara
sebelumnya yang menyarankan:

“Kecermatan profesional mencakup pengevaluasian standar operasi yang


ditetapkan dan menentukan apakah standar-standar tersebut dapat diterima dan
telah tercapai. Jika standar-standar tersebut tidak jelas, interpretasi yang
berwenang harus didapatkan. Jika auditor internal diminta mengintrepretasikan
atau memilih standar- standar operasi, mereka harus mencari kesepakatan
dengan klien mengenai standar yang diperlukan untuk mengukur kinerja
operasi."

Standar terkait erat dengan prosedur dan praktik. Prosedur merupakan


intruksi manajemen yang umumnya tertulis, sementara praktik merupakan cara
segala sesuatunya dilakukan, baik benar maupun salah. Prosedur yang lemah
dapat mengakibatkan kondisi yang tidak memuaskan atau praktik-praktik yang
lemah dapat melanggar prosedur yang memadai. Dalam membuat temuan-temuan
audit, auditor. internal harus berupaya ntuk menentukan praktik dan prosedur apa
saja yang diterapkan atau yang seharusnya.

Adanya prosedur yang salah atau tidak adanya prosedur yang layak bisa
menjadi alasan mengapa dibutuhkan tindak perbaikan. Dibutuhkan keahlian yang
memadai untuk menulis hal ini tanpa menimbulkan kesalahpahaman bagi
pembaca. Hanya hal-hal penting yang seharusnya dilaporkan, hindari rincian-
rincian yang tidak perlu. Misalnya saja auditor tidak menemukan adanya
prosedur operasi tertulis sebagai perbandingan kondisi yang terjadi, tetapi praktik
operasi melanggar praktik bisnis yang baik. Karyawan hanya menghabiskan
setengah hari untuk pekerjaan mereka. Pengawasan lemah dan penggunaan
meteran tidak diperiksa. Auditor membuat standar mereka sendiri berdasarkan
prosedur administratif yang dapat diterima dan informasi yang dikumpulkan dari
organisasi lain pada bidang yang sama. Audit yang mereka lakukan kemudian
didedikasikan untuk menunjukkan akibatakibat prosedur yang tidak memadai dan
merekomendasikan cara-cara untuk memperbaikinya.
2. Kondisi

Istilah kondisi mengacu pada fakta-fakta yang dikumpulakn melalui


observasi, pengajuan pertanyaan, analisis, verifikasi, dan investigasi yang
dilakukan auditor internal. Kondisi merupakan ktaKondisi harus mampu
menghadapi serangan apapun. Kondisi juga harus mencerminkan total populasi
atau sistem yang ditelaah, atau dalam kasus terpisah, harus merupakan kelemahan
yang signifikan. Klien harus menyepakati fakta-fakta yang disajikan meskipun
mereka bisa saja memperselisihkan signifikansi yang dilekatkan auditor pada
temuan-temuan tersebut.

Klien bisa saja tidak menyetujui kesimpulan dan interpretasi audit,


namun jangan pernah ada perbedaan dengan fakta-fakta yang mendasari
kesimpulan. Suatu temuan bisa dianggap tidak layak apabila klien dengan valid
menyatakan bahwa auditor internal tidak mendapatkan fakta dengan benar. Hal
ini menjadi tidak relevan. Jadi, kondisi-kondisi tersebut harus dibahasa di awal
dengan orang-orang yang mengetahui fakta-fakta tersebut. Setiap pertentangan
tentang fakta-fakta harus dipecahkan sebelum temuan-temuan dilaporkan. Auditor
internal harus mempertahankan reputasinya dalam hal akurasi dan berbuat sesuai
pengamatannya sehingga jika auditor berpendapat seperti ini atau itu, maka hal
tersebut pasti benar.

Sebagai contoh penggambaran kondisi yang dilaporkan, auditor internal


menggunakan pengambilan sampel secara acak dalam memilih meteran
untuk pengujian. Meteran yang dipilih dilepas kemudian diperiksa di
laboratorium. Pengujian menunjukkan bahwa 17% dari meteran yang diuji tidak
berfungsi sama sekali dan tambahan 23% berjalan lebih lambat dibandingkan
standar yang ditentukan dalam ketentuan hukum.

3. Penyebab
Penyebab menjelaskan mengapa terjadi deviasi dari kriteria yang ada,
mengapa sasaran tercapai, dan mengapa tujuan tidak terpenuhi. Identifikasi
penyebab merupakan hal penting untuk memperbaikinya. Setiap temuan audit
dapat ditelusuri penyimpangannya dari apa yang diharapkan. Masalah dapat
diatasi hanya jika penyimpangan ini diidentifikasi dan penyebabnya diketahui.
Menentukan penyebab merupakan latihan pemecahan masalah dan
prosesnya mengikuti langkah-langkah klasik berikut:
a. Kumpulkan fakta-fakta.
b. Identifikasi masalah.
c. Jelaskan hal-hal utama dari masalah.
d. Uji penyebab-penyebab yang mungkin.
e. Tetapkan tujuan-tujuan potensi tindakan perbaikan.
f. Bandingkan tindakan-tindakan alternatif dengan tujuan dan secara tentatif
pilih yang terbaik.
g. Pikirkan keadaan-keadaan buruk yang dipicu oleh tindakan perbaikan
yang telah dipilih.
h. Pertimbangan “bagaimana seandainya”.
i. Apakah terdapat kondisi-kondisimitigasi.
j. Rekomendasikan kontrol untuk memastikan bahwa tindakan terbaik
benar-benar telah dilakukan.

Contoh berikut menggambarkan penyebab kondisi yang tidak layak:

Dengan menggunakan analisisi regresi berganda, auditor menetapkan


korelasi tertentu antara kondisi-kondisi operasi meteran dan usianya. Bila
meteran tersebut telah beroperasi selama beberapa tahun, maka ada
kecenderungan untuk melambat dan perlahan-lahan tidak berfungsi. Setelah
berbicara dengan manajer dari organisasi utilitas lainnya, auditor menyatakan
bahwa praktik-praktik yang diterapkan di organisasi mereka tidak berfokus
pada meteran yang telah tua, tidak memberdayakan sepenuhnya pengawas
meteran, tidak membuat pengawas menyadari adanya meteran yang tidak
berfungsi, atau tidak memberikan pengawasan yang dibutuhkan.

4. Dampak
Dampak menjawab pertanyaan “lalu kenapa”. Anggaplah semua fakta
telah disajikan, lalu kenapa/ siapa atau apa yang dirugikan, seberapa buruk? Apa
konsekuensinya? Akibat-akibat yang merugikan haruslah signifikan, bukan
hanya penyimpangan dari prosedur. Dampak merupakan elemen yang dibutuhkan
untuk meyakinkan klien dan manajemen pada tingkat lebih tinggi bahwa kondisi
yang tidak diinginkan jika dibiarkan terus terjadi akan berakibat buruk dan
memamakan biaya yang lebih besar daripada tindakan yang dibutuhkan untuk
memeprbaiki masalah tersebut.
Untuk temuan-temuan keekonomisan dan efisiensi, dampak biasanya
diukur dalam dolar atau rupiah. Dalam temuan-temuan efektivitas, dampak
biasanya meupakan ketidakmampuan untuk menyelesaikan hasil akhir yang
diinginkan atau diwajibkan. Dampak adalah hal yang membuat yakin dan sangat
diperlukan untuk suatu temuan audit. Jika tidak disajikan ke manajemen dengan
memadai maka kecil kemungkinannya akan diambil indak perbaikan.
Sebagai contoh dampak yang signifikan, auditor internal dapat
menunjukkan melalui sampel mereka bahwa telah terjadi kehilangan pendapatan
sebesar $2 juta per tahun. Mereka juga menunjukkan bahwa tarif air sangat tinggi
secara tidak beralasan sehingga terjadi kelebihan pendapatan setidaknya $1.5 juta
setiap tahun.

5. Kesimpulan
Kesimpulan (conclusion) harus ditunjang oleh fakta-fakta; namun harus
merupakan pertimbangan professional, bukan berisi rincian yang tidak perlu.
Dalam membuat kesimpulan, auditor internal jelas memiliki peluang untuk
memberikan kontribusi kepada organisasi. Jika auditor internal secara konsisten
menyajikan kesimpulan yang bisa menghasilkan kinerja yang baru dan tingkatan
kinerja yang lebih tinggi, menguranggi biaya dan meningkatkan kualitas
ptroduksi, menghilangkam [ekerjaan yang tidak dibutuhkan, mendayagunakan
kekuatan teknologi, meningkatkan kepuasan pelanggan, merningkatkan jasa, dan
meningkatkan posisi kompetitif organisasi, maka audit internal jelas bernilai.
Kesimpulan dapat menekankan pemahaman auditor atas usaha organisasi dan
hibungan fungsi yang diaudit terhadap perusahaan secara keseluruhan.
Kesimpulan dapat dan seharusnya menyajikan tindakan potensial dan
menunjukan bahwa manfaat memperbaiki kesalahaaan akan melebihi biayanya.
Besarnya kerugian yang ditunjukan pada bagian dampak merupakan
dasar dibutuhkannya tindakan perbaikan. Misalnya temuan menuntun auditor
untuk menyimpulkan bahwa prosedur-prosedur harus diperbaiki. Meteran di atas
usia tertentu harus diawasi, dan yang tidak memenuhi standar harus diganti
Instruksi dan pengawasan harus diberikan kepada pengawas sehingga kinerja
mereka bisa ditingkatkan.

6. Rekomendasi
Rekomendasi (recommendation) menggambarkan tindakan yang mungkin
dipertimbangkan manajemen untuk memperbaiki kondisi-kondisi yang salah dan
untuk memperkuat kelemahan dalam sistem kontrol. Rekomendasi harus positif
dan bersifat spesifik. Rekomendasi juga harus mengidentifikasi siapa yang akan
terbaik.
Akan tetapi rekomendasi audit membawa bibit-bibit bahaya. Jika
manajemen diberi tahu mengenai tindakan yang direkomendasikan auditor, maka
tindakan tersebut bisa berbalik merugikan auditor. Mengidentifikasi kondisi yang
tidak memuaskan adalah tanggung jawab audit. Memperbaikinya merupakan
tanggung jawab manajemen.
Lebih disukai bila auditor internal mengusulkan metode tindakan
perbaikan untuk pertimbangan manajemen. Rekomendasi audit seharusnya tidak
dilakukan secara membabi buta, tetapi dipertimbangkan bersama-sama dengan
tindakantindakan lain yang mungkin dilakukan. Auditor internal tidak mendikte
manajemen: dan pada akhirnya, manajemenlah, bukan auditor internal yang harus
melakukan tindakan perbaikan.
Saran yang paling memuaskan untuk menyelesaikan temuan audit adalah
membahsnya dengan manajemen operasional sebelum laporan audit tertulis
diterbitkan. Pada saat itu harus dicapai kesepakatan mengenai fakta-fakta
dan beberapa tindakan perbaikan untuk memperbaiki kekurangan. Kemudian,
laporan formal bisa berisi pernyataan ini: ―kami membahas temuan-temuan kami
dengan manajemen; dan sebgai hasilnya, tindakan telah diambil yang kami yakin
telah diperhitungkan untuk memperbaiki kondisi yang telah dijelaskan).‖
Pendekatan ini mengambil apa pun dari auditor, dan membangun hubungan dalam
pemecahan masalah antara auditor dan lien.
Kami yakin bahwa bentuk laporan ini lebih disukai untuk seperangkat
rekomendasi audit yang kelihatanya menekankan klien dan meempatkan
auditor sebagai atasan, makhluk maha tahu yang mengeluarkan pernyataan yang
di[ahat di batu granit. Misalnya:
Kami telah mebahas temuan dan kesimpulan kami dengan manajemen.
Sebagai hasilnya. Manajemen mengambil tindakan untuk mengganti 25.000
meteran lama atau yang tidak beroprasi dengan biaya $1 juta. Manajemen puas
dengan tindakan ini karena akan menghasilkan tambahan pendapatan $2 juta
setahun dan pada saat yang sama, mengurangi pendapatan tarif air sebesar $1,5
juta setiap tahun.
Juga, manajemen mengambil langkah untuk mengutus sebuah tim ke
beberapa organisasi utilitas, untuk memepelajari metode yang diterapkan dalam
memeriksa meteran, mengawasi pemeriksaan meteran, dan mengawasi meteran
untuk medeteksi meteran yang mulai rusak.

1.5 Catatan Aktivitas Audit Internal tentang Temuan Audit


Tidak setiap kelemahan yang ditemukan auditor internal harus dilaporkan.
Beberapa kelemahan bersifat kecil dan tidak membutuhkan perhatian manajemen. Semua
temuan audit yang bisa dilaporkan haruslah:
1. Cukup signifikan agar dapat dilaporkan ke manajemen.
2. Didokumentasikan dengan fakta, bukan opini, dan dengan bukti yang memadai,
kompeten, dan relevan.
3. Secara objektif dibuat tanpa bias atau prasangka.
4. Relevan dengan masalah-masalah yang ada.
5. Cukup meyakinkan untuk memaksa dilakukannya tindakan untuk memperbaiki
kondisi-kondisi yang mengandung kelemahan.
Karakteristik ini akan diinterpretasikan secara subjektif. Apa yang
dianggapa sebagai kelemahan signifikan bagi satu individu bisa jadi tidak
dianggap signifikan bagi yang lain. Kata-kata seperti objektif, meyakinkan, wajar,
dan logis memiliki konotasi yang berbeda bagi orang yang berbeda.
Pengujiannya adalah untuk memproyeksikan bagaimana kelemahan-
kelemahan tersebut akan diperhatikan oleh orang yang memiliki sifat wajar dan
berhahti-hati pada kondisi-kondisi yang serupa.
Saat auditor menyusun temuan audit dan merenungkan rekomendasi,
mereka harus mewaspadai kekeliruan mereka sendiri. Mereka mungkin salah
menginterpretasi, atau mereka mungkin tidak membaca prosedur dengan layak.
Untuk mengecek pemahaman atas hal-hal yang mereka temukan, maka auditor
internal harus berbicara dengan orang yang paling mengetahui fakta tersebut.
Mereka harus mengetahui interpretasi klien dan mencatatnya dalam kertas kerja
mereka.
Pendapat manajer dan karyawan berpengalaman mengennai hasil-hasil
tindakan yang direkomendasikan sangat disambut baik. Auditor internal yang
berpengalaman akan mencari orang-orang yang memiliki pengetahuan dalam
organisasi — orang-orang yang memiliki pengetahuan luas mengenai operasi
yang sedang diperiksa — dan mengatakan: “Ini masalahnya. Kondisi tersebut
membutuhkan koreksi atau perbaikan. Apa yang akan terjadi jika kami
merekomendasikan tindakan ini?” Banyak mantan auditor yang bisa menceritakan
bagimana pertanyaan seperti ini mneyelamatkan mereka dari masa lalu.

1.5.1 Pencatatan Temuan Audit


Auditor internal yang ingin memastikan bahwa mereka telah sepenuhnya
mempertimbangkan elemen-elemen temuan audit bisa mengandalkan pada suatu
bentuk laporan atau sarana lainnya agar mereka tetap bisa menelusurinya. Laporan
tersebut juga bisa menjadi sarana bagi penyelia audit guna menentukan apakah
semua langkah yang diperlukan untuk menghasilkan temuan audit yang
dikembangkan dengan baik telah diambil.
Aktivitas Pencatatan Temuan Audit Internal ( Internal Audit Record of
Audit Findings) yang ditunjukkan pada Tampilan 8-1 merupakan satu contoh laporan
tersebut. Laporan tersebut sesuai dengan tujuan yang telah dijelaskan dan memberi ruang
untuk:
1. Mengidentifikasi organisasi yang bertanggungjawab
2. Memberi nomor identifikasi utnuk temuan tertentu dan suatu rujukan untuk kertas
kerja pendukung.
3. Memberi pernyataan singkat mengenai kondisi.
4. Mengidentifikasi kriteria standar yang diterapkan untuk menilai kondisi.
5. Menunjukkan apakah temuan tersebut merupakan pengulangan dari sesuatu
ditemukan pada audit sebelumnya
6. Menyatakan arah, prosedur, atau instruksi kerja yang berkaitan dengan temuan
tersebut
7. Meringkas pengujian audit dan jumlah kelemahan yang ditemukan
8. Menunjukkan penyebab--mengapa terjadi penyimpangan
9. Menjelaskan dampak, aktual maupun potensial, dari kondisi tersebut
10. Menyatakan tindakan perbaikan yang diusulkan dan/atau yang diambil
11. Mencatat pembahasan dengan karyawan klien dan mencatat tanggapan-tanggapan
mereka (setuju, tidak setuju), dan sifat tindakan, jika ada, yang mereka usulkan
untuk diambil

Laporan Pencatatan Temuan Audit ( Record of Audit Findings--RAF) memberikan


fleksibilitas karena RAF bisa diurutkan atau diurut ulang untuk memfasilitasi pelaporan
formal. Laporan tersebut juga memberikan acuan untuk pembahasan, karena mencakup
kebanyakan informasi yang dibutuhkan dalam satu lembar untuk menjelaskan masalah.
Laporan tersebut juga berfungsi sebagai pedoman untuk mengingatkan auditor semua
yang diperlukan untuk memperoleh informasi untuk temuan yang dibuat secara
mendalam. RAF juga harus diselesaikan di lapangan sehingga setiap elemen yang hilang
atau tidak lengkap bisa diperbaiki tanpa membutuhkan kunjungan ulang ke tempat yang
diaudit.
Beberapa organisasi telah memperluas penggunaan RAF melampaui dokumen
kertas kerja. Mereka menggunakannya untuk mengomunikasikan temuan dengan segera
ke klien dan mendapatkan tanggapan tertulis. Dengan cara ini, ketidaksepakatan dapat
dipecahkan dengan segera, dan janji tindakan perbaikan bisa dibuat dalam catatan.

Anda mungkin juga menyukai