Anda di halaman 1dari 16

TEMUAN AUDIT

OLEH:

KELOMPOK 07

1. NI PUTU OKTA VIANA (02)

2. NI KADEK OLIVIA MIMIGASARI (03)

3. NI MADE NOVIA ANTARI (07)

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

2017
BAB I

PEMBAHASAN

1.1. Sifat Temuan Audit

Selama pelaksanaan pekerjaan mereka, auditor internal mengidentifikasi

kondisi - kondisi yang membutuhkan tindakan perbaikan. Penyimpangan

penyimpangan dari norma norma atau kriteria yang dapat diterima disebut temuan

audit (audit findings).

Temuan audit bisa memiliki bermacam macam bentuk dan ukuran.

Misalnya, temuan temuan tersebut dapat menggambarkan :

1) Tindakan tindakan yang seharusnya diambil, tetapi tidak dilakukan,

seperti pengiriman yang dilakukan tetapi tidak ditagih.

2) Tindakan tindakan yang dilarang, seperti pegawai yang mengalihkan

sewa dari perlengkapan perusahaan ke perusahaan kontrak pribadi untuk

kepentingan sendiri.

3) Tindakan tindakan tercela, seperti membayar barang dan perlengkapan

pada tarif yang telah diganti dengan tarif yang lebih rendah pada kontrak

yang lebih menguntungkan.


4) Sistem yang tidak memuaskan, seperti diterimanya tindak lanjut yang

seragam untuk klaim asuransi yang belum diterima padahal klaim

tersebut bervariasi dalam jumlah dan signifikasinya.

5) Eksposur eksposur risiko yang harus dipertimbangkan.

Meskipun temuan temuan audit sering kali disebut sebagai kekurangan

(deficiency), banyak organisasi audit internal merasa bahwa istilah tersebut terlalu

negatif dan Standar awal keliahatanya setuju dengan hal ini. Dalam kenyataanya,

bahwa istilah temuan dianggap terlalu negatif dibeberapa tempat. Kata kata

seperti kondisi dianggap lebih nyaman dan tidak memberi ancaman, serta tidak

menimbulkan tanggapan defensif dipihak klien.

Walaupun sebutanya bisa bervariasi dari satu organisasi ke organisasi lain,

konsep dasarnya bersifat universal. Apapun nama yang diberikan, suatu temuan

audit menjelaskan sesuatu yang saat ini atau pada masa lalu mengandung kesalahan,

atau sesuatu yang kemungkinan akan terjadi kesalaham.

2.1.Temuan temuan Audit yang Dapat Dilaporkan

Tidak setiap kelemahan yang ditemukan auditor internal harus dilaporkan.

Beberapa kelemahan bersifat kecil dan tidak membutuhkan perhaatian manajemen.

Semua temuan audit yang bisa dilaporkan haruslah :


1) Cukup signifikan agar layak dilaporkan ke manajemen.

2) Didokumentasikan dengan fakta, bukan opini, dan dengan bukti yang

memadai, kompeten, dan relevan.

3) Secara objektif dibuat tanpa bias atau prasangka.

4) Relevan dengan masalah masalah yang ada.

5) Cukup meyakinkan untuk memaksa dilakukanya tindakan untuk

memperbaiki kondisi kondisi yang mengandung kelemahan.

Jelaslah karakteristik karakteristik ini akan diinterpretasikan secara

subjektif. Apa yang dianggap sebagai kelemahan signifikan bagi satu individu bisa

jadi dianggap tidak signifikan bagi yang lain. Kata kata seperti objektif,

meyakinkan, wajar, dan logis memiliki konotasi yang berbeda bagi orang yang

berbeda.

Pengajuanya adalah untuk memproyeksikan bagaimana kelemahan

kelemahan tersebut akan diperhatikan oleh orang yang memiliki sifat wajar dan

berhati hati pada kondisi kondisi yang serupa karena auditor internal menilai

kondisi kelemahan, maka mereka harus bertanya kepada diri mereka sendiri :

Seandainya ini adalah organisasi atau lembaga saya dan seandainya saja saya
adalah direktur atau komisaris yang menilai kondisi ini, apa yang akan saya

lakukan?

3.1. Elemen elemen Temuan Audit

Auditor internal bukanlah orang yang maha tahu, dan mereka tidak bisa

diharapkan untuk mengetahui semua hal tentang operasi yang sedang diaudit.

Pengetahuan tentang temuan audit yang dapat dilaporkan merupakan masalah lain,

karena auditor internal mempertentangkan kelayakan status quo. Mereka mencari

sistem atau transaksi yang tidak memnuhi standar operasi yang berlaku. Tetapi

auditor internal bisa mengharapkan adanya tantangan dan mereka harus mengetahui

lebih banyak tentang temuan temuan audit mereka. Fakta fakta yang ditemukan

auditor internal haruslah meyakinkan, kriterianya harus dapat diterima dan logika

yang digunakan juga harus meyakinkan.

Kelayakan tindakan yang mereka lakukan paling baik diukur dengan

membandingkan dengan beberapa kriteria. Sama halnya dengan pengembangan

temuan audit. Jika temuan yang dikembangkan memenuhi semua standar audit yang

diterima, maka temuan tersebut akan menjadi logis, wajar, dan meyakinkan. Temuan

tersebut akan memberikan stimulus untuk memotivasi tindakan perbaikan. Jika ada
yang hilang dari temuan yang dilaporkan, maka temuan tersebut bisa

dipertentangkan dan berakibat pada tindakan yang tidak menyenangkan atau bahkan

tid ak ada tindakan sama sekali.

Kebanyakan tindakan audit harus mencakup elemen elemen tertentu,

termasuk latar belakang, kriteria, kondisi, penyebab, dampak, kesimpulan, dan

rekomendasi. Setiap temuan audit yang mencakup elemen elemen ini, baik

eksplisit maupun implicit, akan menjadi argument yang kuat untuk dilakukanya

tindakan perbaikan. Temuan tersebut akan menunjukan bahwa tidak ada rintangan

yang diberikan dalam menyajikan masalah dan solusinya. Pada beberapa kasus yang

unik, elemen penyebab mungkin tidak tepat. Suatu masalah mungkin diakibatkan

oleh kondisi tertentu.

Beberapa elemen elemen Temuan Audit antara lain :

1) Latar Belakang

Pembaca laporan harus diberikan informasi umum yang memadai agar bisa

memahami sepenuhnya alasan alasan mengapa auditor yakin temuan

tersebut harus dilaporkan. Latar Belakang(background) juga bisa

mengidentifikasi orang orang yang berperan, hubungan organisasi, bahkan

tujuan dan sasaran yang menjadi perhatian. Hal tersebut harus bisa
menjelaskan secara umum lingkungan yang melingkupi operasi dan gravitasi

situasi yang menyebabkan auditor melaporkan temuan tersebut.

2) Kriteria

Pengembangan temuan audit harus mencangkup dua elemen penting dalam

konsep kriteria (criteria) :

1) Tujuan dan sasaran, bisa mencangkup standar-standar operasi, yang

menecerminkan apa yang diinginkan manajemen untuk dicapai oleh

operasi yang diaudit.

2) Kualitas pencapaian.

Tidak memahami saran atau tujuan operasi adalah bagaikan menilai patung

dengan mata tertutup. Mngkin saja dilakukan penilaian atas bagian yang

dipegang, tetapi konteksnya tidak tepat. Dalan mengembangkan temuan audit,

audit internal harus dengan jelas melihat dan memahami gambaran

keseluruhan, dan bagian-bagiannya.

Dalam setiap audit aktivitas, sasaran-sasaran kelayakan, efisiensi, ekonomis,

dan efektivitas harus tercangkup. Semua sumber daya harus digunkan tanpa

terbuang percuma. Untuk menentukan seberapa layak, efisien, ekonomis, dan

efektifnya suatu operasi, auditor internal harus memiliki tolok ukur standar
pengukuran. Mereka harus mengidentifikasi standar atau kriteria kinerja yang

valid. Sebelum mereka mengkritik apa yang terjadi, mereka harus tau apa

yang seharusnya.

Standar-standar operasi mungkin sudah adadi ebebrapa bidang organisasi.

Misalnya, manajemen bisa menyatakan bahwa tingkat penolakan produk-

produk tertentu tidak boleh melebihi dua persen. Tetapi sebelum menerima

standar ini, auditor internal harus menilai validitasnya. Dasar penentuan

standar mungkin perlu diteliti ulang, dan auditor mungkin ingin

membandingkan standar dengan organsasi-organisasi serupa dan memeriksa

kewajarannya dalam memenuhi standar sebelumnya yang menyarankan.

Di sisi lain, manajemen mungkin belum memilii stdaar yang telah ditetapkan.

Dalam kasus ini, auditor internal dapat berpegang paa stndar sebelumnya

yang menyarankan:

Kecermatan profesionl mancangkup pengevaluasian standar operasi

yang ditetapkan dan menentukan apakah standar-standar tersebut

dapat diterim dan telah tercapai. Jika standar-standar tersebut tidak

jelas. Interprestasi atau memiih standar-standar operasi, mereka


harus mencari kesepakatan dnegan klien mengenai stndar yang

diperlukan untuk mengkur kinerja operasi.

Sumber-sumber standar bisa mencagkup standar-standar yang direkayasa

(engineered), industry, historis, atau wajib. Sebagai tambahan, pendapat ahli

dan studi akuntansi biaya bisa menjadi standar. Conoh berikut ini

menggambarkan standar operasi yang ditetapkan.

3) Kondisi

Istilah kondisi (condition) mengacu pada fakta-fakta yang dikumpukan

melalui observasi, pengajuan pertanyaan, analisis, verifikasi, dan investigasi

yangdilakukan auditor internal. Kondisi merupakan jantungnya temuan, dan

informasi tersebut heruslah memadai, kopeten dan relevan. Kondisi system

yang ditelaah, atau dalam kasus terpisah, herus merupakan kelemahan

significant. Klien harus meneyepakati fakta-fakta yang disajikan, meskipun

mereka bisa saja memperselisihkan significant yang dilekatkan auditor pada

temuan-temuan tersebut.

Klien bisa saja tidak menyetujui kesimpulan dana interprestasi audit, tetapi

jangan pernah ada perbedaan dengan fakta-fakta yang mendasari kesimpulan.

Suatu teman bisa dianggap tidak layak bila klien dengan valid menyatakan
bahwa auditor internal tidak mendapatkan fakta dengan benar. Hal lain

menjadi tidak relevan. Jadi, kondisi-kondisi harus dibahs di awal dengan

orang-orang yang mengetahui fakta-fakta tersebut. Setiap perselisihan tentang

fakta-fakta harus dipecahkan sebelum temuan-temuan dilaporkan. Auditor

internal harus mempertahankan reputasinya dalam hal akursi dan berbuan

sesuai sehingga jika auditor inernal berpendapat seperti itu, maka hal itu pasti

benar.

Contoh berikut ini menggambarkan kondisi yang dilaporkan:

Auditor interal menggunakan pengambilan sampel secara acak dalam

memilih meteran untuk pengujian. Metera yang dipilih dilepas dan

kemudian dipriksa di laboratorium. Pengujian menunjukan bahwa

17% dari meteran yang diuji tidak berfungsi sama sekali dan

tambhana 23% berjalan lebih lambat dibandingkan standar yang

ditentukan dalam ketentuan hokum.

4) Penyebab

Penyebab atau (cause) menjelaskan mengaoa terjadi deviasi dari kriteria yang

ada, mengapa sasaran tidak tercapai, dan mengapa tujuan tidak terpenuhi.

Identifikasi penyebab merupakan hal penting untuk memperbaikinya. Setiap

temuan audit bisa telusuri penyimpangan dari apa yang diharapkan. Masalah
bisa diatasi hanya jika penyimpangan ini diidentifikasi dan penyebabnya

diketahui.

Menentukanpenyebab merupakan latihan pemecahan masalah, dan prosesnya

mengikuti langkah-langkah klasik berikut:

Kumpulkan fakta-fakta.

Indetifikasikan masalah, cari penyimpangan yang terjadi.

Jelaskan hal-hal utama dari masalah. Apa yang dimaksud dengan

penyimpangan? Apakah disebabkan oleh beberapa tindakan atau

karena tidak dilakukan tindakan sama sekali?

Uji penyebab-penyebab yang mungkin yaitu hal-hal yang sepenuhnya

menjelaskan penyimpangan, setiap kali selalu menyebabkan

penyipangan, dan menjawab sebagian besar penyimpangan. Cari

penyebab mendasar, tidak hanya yang kelihatan dipermukaan.

Terapkan tjuan-tujuan potensi tindakan perbaikan.

Bandingakna tindakan-tindakan alternatif dengan tujuan-tujuan dan

secara tentative pilih yang terbaik.

Pikirkan keadaan-keadaan buruk yang dipicu oleh tindakan perbaikan

yang telah dipilih.


Pertimbangan bagaimana seandainya. Misalnya, dampak apa yang

akan timbul jika penyedia diminta keluar untuk melihat apakah

pengawan tetap bekerja hingga waktu kerja berakhir.

Apakah terdapat kondisi-kondisi mitigasi?

Rekomendasikan control untuk memastikan bahwa tindakan terbaik

benar-benar telah dilakukan.

Contoh berikut ini menggambarka penyebab kondisi yang tidak layak:

Dengan menggunakan analisis regresi berganda, auditor menetapkan

korelasi tertentu anatra kondisi-kondisi operasi dari meteran dan

usianya. bila meteran tersebut telah beroperasi selama bebrapa tahun,

maka ada kecendurungan untuk melambat dan perlahan-lahan tidak

berfungsi. Setelah berbicara dengan manajer dari organisasi utilitas

lainnya, auditor menyatakan bahwa praktik-praktik yang diterapkan di

organisasi mereka tidak berfokus pada meteran yang telah tua, tidak

memberdayakan sepenuhnya pengawas meteran, tidak membuat

pengawas menyadari adanya meteran yang tidak berfungsi, atau tidak

memberikan pengawasan yang dibutuhkan.


5) Dampak

Dampak (effect) menjawab pertanyaan lalu kenapa. Anggaplah semua fakta

telah disajikan, lalu kenapa? Siapa atau apa yang dirugikan, dan seberapa

buruk? Apa konsekuensi-konsekuensinya? Akibat-akibat yang merugikan

haruslah significant. Bukan hanya penyimpangan dari prosedur. Dampak

merupakan elemen yang dibutuhkan untuk meyakinkan klien dan manajemen

pada tingkat yang lebih tinggi bahwa kondisi yang tidak diinginkan, jika

dbiarkan terus terjadi,akan berakibat buruk dan memakan biaya yang lebih

besar daripada tindakan yang dibutuhkan untuk memperbaiki maslaah

tersebut.

Untuk temuan-temuan keekonomisan dan efisiensi, dampak biasanya diukur

dalam dolar atau rupiah. Dalam temuan-temuan efektifitas, dampak biasanya

merupakan ketidakmampuan untuk menyelesaikan hasil akhir yang iinginkan

atau diwajibkan. dampak adalah hal yang membuat yakin dan sangat

diperlukan untuk suatu temuan audit. Jika tidak disajikan ke manajemen

dengan memadai maka kecil kemungkinana diambil tidakan perbaikan.

Contoh berikut menunjukan dampak yang significant:

Auditor internal dapat menunjukan melalui sampel mereka bahwa telah

teradi kehilangan pendapatan sebesar $2 juta setiap tahun. Mereka juga


dapat menunjukan bahwa tariff air sangat tinggi secraa tidak berasalan,

sehingga terjadi kelebihan pendapatan setidaknya $1,5 juta setiap tahun.

6) Kesimpulan

Kesimpulan (conclusion) harus ditunjang oleh fakta-fakta, namun harus

merupkan pertimbanga professional, bukan berisi rincian yang tidak perlu.

Dalam membuat kesimpulan, auditor internal jelas memiliki peluang untuk

memebrikan kontribusi kepada organisasi. Jika auditor internal secara

konsisten menyajikan kesimpulan yang bisa menghasilakn kinerja yang baru

dan tingkatan inerja yang lebih tinggi, mengurangi biaya dan meningkatkan

kualitas produksi, menghilangkan pekerjaan yang tidak dibutuhkan,

mendayagunkan kekuatan teknologi, meningkatkan jasa, dan mneingkatkan

posisi kompetitif organisasi, maka audit internal jelas bernilai. Kesimpulan

dapat menekankan pemahaman auditor atas usaha organisasi dan hubungan

fungsi yang diaudit terhadap perusahaan secara keseluruhan.

Kesimpulan dapat dan seharusnya menyajika tindakan potensial dan

menunjukan bahwa manfaat memperbaiki kesalahan akan melebihi biayanya.

Besarnya kerugian yang ditunjukan pada bagian dampak merupakan

dibutuhkan tindakan perbaikan. Misalnya:


Temuan menuntun auditor untuk menyimpulkan bahwa prosedur-

prosedur harus diperbaiki. Meteran di atas usia tertentu harus diawasi,

dan yang tidak memenuhi standar harus diganti. Intruksi dan pengawasan

harus diberikan kepada pengawas, sehingga kinerja mereka bisa

ditingkatkan.

7) Rekomendasi

Rekomendasi (recommendation) menggambarkan tindakan yang mungkin

dipertimbangkan manajemen untuk memperbaiki kondisi-kondisi yang salah,

dan untuk mmeperkuat kelemahan dalam system control. Rekomendasi

haruslah postif dan bersifat spesifik. Rekomendasi juga harus menidentifikasi

siapa yang bertindak.

Akan tetapi rekomendasi audit membawa bibit-bibit bahaya. Jika manajemen

diberi tahu mengenai tindakan dierekomendasikan auditor, mkaa tindakan

tersebut bisa berbalik merugikan auditor, maka tindakan tersebut bisa berbalik

merugikam auditor. Mengidentifikasi kondisi yang tidak memuaskan adalah

tanggung jawab audit. Mmeperbaikinya merupakan tanggung jawab

manajemen.

Lebih disukai bila auditor mengusulkan metedo tindakan perbaiki untuk

pertimbangan manajemen. Rekomendasi audit seharusnya dilakukan secara


membabi buta, tetapi dipertimbangkan bersama-sama dengan tindakan-

tindakan lain yang mungkin dilakukan. Auditor internal mendikte manajemen

dan pada akhirnya, manajemenlah, bukan auditor internal yang harus

melakuakn tindakan perbaikan.

Anda mungkin juga menyukai