Anda di halaman 1dari 9

Intisari Temuan Audit

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Audit Internal

Disusun Oleh :

Hakiki Rahmi 16102090

Maylani Putri Utami 16102015

Vicky 16102027

Muhammad Naufal Hilmi 16102195

Putri Amelia Zaleha 16102102

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TRILOGI

JAKARTA

2019
TEMUAN AUDIT

A. Sifat-sifat Temuan Audit


Temuan audit merupakan identifikasi kondisi – kondisi yang membutuhkan
tindakan perbaikan, dimana ada sebuah penyimpangan dari norma – norma atau kriteria
tertentu yang dapat diterima. Temuan ini dapat menggambarkan tindakan yang
seharusnya diambil tetapi tidak dilakukan ( pengiriman yang dilakukan tetapi tidak
ditagih), tindakan – tindakan yang dilarang ( karyawan yang mengalihkan sewa
perlengkapan keperlengkapan kontrak pribadi untuk kepentingan dirinya sendiri,
karyawan yang tidak mematuhi aturan yang sudah ditetapkan perusahaan ), tindakan –
tindakan tercela ( menurunkan atau melebih – lebihkan anggaran, menagih pembayaran
yang nominalnya tidak sesuai dengan bon atau keitansi dengan maksud agar dapat
menguntungkan ), sistem yang tidak memuaskan ( kesalahan atau keterlambatan dalam
peng-update an sistem, adanya klaim konsumen kepada perusahaan ).
Walaupun temuan audit seringkai disebut sebagai kekurangan, namun banyak
juga organsas audit internal menganggap istilah tersebut terlalu negative, kata – kata
‘kondisi’ dianggap lebih nyaman dan tidak memberi ancaman, serta tidak menimbulkan
tanggapan defensive di pihak klien. Temuan audit dapat dikembangkan berdasarkan
pada perbandingan kondisi atau fakta keadaan sebenarnya dengan riteria atau praktik
yang diharapkan, mengungkap akibat yang ditimbulkan dari perbedaan kondisi dan
kriteria tersebut serta mencari penyebabnya, nah adapun langkah yang dapat diambil
auditor dalam kondisi tersebut adalah menyusun rekomen yang akan diberikan kepada
managemen berdasarkan temuan audit tersebut.
B. Standar
Audit internal harus mengidentifikasi informasi yang cukup (sufficient), andal
(realible), relavan (relevance), dan berguna (usefullnes) untuk mencapai tujuan
penugasan. Practice Advisory 2410-1 dari standar :”ktiteria komunikasi” ke observasi
dan rekomendasi harus berdasarkan pada atribut: kriteria, kondisi, penyebab dan
dampak atau akibat.
Practice advisory 2420-1 dari standar : kualitas kriteria komunikasi, menyatakan bahwa
komuniasi harus objektif, konstruktif dan tepat waktu
C. Saran – saran Perbaikan
seorang auditor juga menghadapi beberapa kondisi dimana secara instrinsik
tidak salah , tetapi bisa di tingkatkan. Misalnya, membayar produk yang tidak pernah
diterima juga merupakan sebuah kesalahan yang berhubungan dengan tindakan –
tindkaan yang seharusnya diambil tetapi tidak dilakukan. Maka dari itu untuk
membedakan temuan – temuan audit dari saran perbaikan, auditor harus menanyakan
apakah kondisi tersebut bertentangan dengan beberapa kriteria yang dapat diterima.
Karena sebuah temuan audit diperlukan tindakan perbaikan baik itu dari saran mauoun
hal yang lainnya

1
D. Ciri-ciri Temuan Audit yang Baik

Terdapat tiga ciri temuan audit yang dikatakan baik, yaitu temuan audit harus
didukung oleh bukti yang memadai, temuan audit harus penting (material), serta temuan
audit harus mengandung unsur temuan (kondisi, kriteria, dan sebab akibat).

E. Pendekatan untuk Mengontruksi Temuan

Menemukan penyimpangan-penyimpangan kecil pada proses yang sedang


berjalan relatif mudah. Kesempurnaan jarang diupayakan dan harga yang yang harus
dibayar untuk itu juga terlalu mahal. Auditor internal harus realistis dan adil dalam
pertimbangan dan kesimpulan mereka. Mereka harus memiliki naluri bisnis yang baik
untuk mengembangkan temuan-temuan mereka. Karena mereka membuat dan
melaporkan temuan-temuan audit, auditor internal harus mempertimbangkan faktor-
faktor ini:

1. Meninjau keputusan manajemen bisa jadi tidak adil dan realistis.


2. Auditor, bukan klien, harus bertanggung jawab untuk memberikan bukti.
3. Auditor internal harus tertarik pada perbaikan kinerja tetapi kinerja tersebut tidak
mutlak harus dikritik hanya karena kurang dari 100 persen.
4. Auditor internal harus meninjau temuan-temuan audit.
F. Menambah Nilai
Dalam setiap aspek usaha, konsep menambah nilai (adding value) memiliki
makna baru dan lebih jelas. Definisi terbaru mengenai audit internal secara khusus
menyebutkan penambahan nilai. Fungsi-fungsi yang dianggap tidak menambah nilai
berisiko untuk dirampingkan, atau bahkan dihilangkan. Salah satu cara auditor internal
menambah nilai adalah dengan meyakinkan bahwa temuan dan rekomendasi yang
mereka berikan jelas berdampak positif bagi organisasi. Auditor internal tidak hanya
harus yakin bahwa pekerjaan mereka memberikan kontribusi yang berarti bagi tujuan
dan kesuksesan organisasi, mereka juga harus yakin bahwa kontribusi tersebut
dipahami dan dinilai oleh yang lain.
Temuan audit yang wajar dapat menghasilkan perbaikan dalam jumlah dolar
atau rupiah yang besar, atau meningkatkan jasa, atau memperbaiki struktur dan proses
organisasi. Auditor internal akan meningkatkan citra mereka sebagai penambah nilai,
bukan sebagai pemakan sumber daya. Di sepanjang tahapan temuan-temuan audit,
penting bagi auditor internal untuk tetap fokus menyediakan aktivitas-aktivitas dan
jasa-jasa bernilai tinggi.
G. Signifikansi Temuan Audit
Seorang auditor internal harus mampu mempertimbangkan tingkat kerusakan
yang telah disebabkan oleh suatu kondisi akibat kelemahan sebelum dibicarakan
kepada manajemen
1. Temuan-temuan Tidak Signifikan
Temuan yang tidak signifikan (insignificant findings) adalah semacam kesalahan
klerikal yang dialami semua organisasi yang tidak memerlukan tindakan formal.
Dalam kenyataannya, memasukkan temuan seperti ini kedalam laporan audit formal

2
akan menjadi tidak produktif karena akan mengaburkan temuan signifikan yang
sebenarnya pada laporan, yang mengimplikasikan bahwa auditor internal tidak
dapat melihat perbedaan antara setitik noda dengan noda yang menyebar.
2. Temuan-temuan Kecil
Temuan-temuan kecil (minor findings) perlu dilaporkan karena bukan semata-mata
kesalah manusiawi yang bersifat acak. Jika tidak diperbaiki, maka akan berlanjut
sehingga merugikan dan walaupun tidak menggangu tujuan operasi organisasi,
namun cukup signifikan untuk diperhatikan oleh manajemen. Beberapa temuan
kecil lebihh baik dilaporkan dalam surat kepada manajemen (Management Letter).
3. Temuan-temuan Besar
Temuan-temuan besar (major findings) adalah temuan yang akan mengahalangi
tujuan utama suatu organisasi atau suatu unit dalam organisasi. Sistem kontrol yang
lemah yang bisa atau akan mengakibatkan kesalahan pembayaran yang akan
mencerminkan kelemahan yang bisa menghalangi departemen mencapai tujuan
utamanya. Oleh karen aitu, hal ini merupakan temuan audit yang besar dan harus
dilaporkan.
H. Elemen-elemen Temuan Audit
Kelayakan tindakan yang mereka lakukan paling baik diukur dengan
membandingkannya dengan beberapa kriteria. Sama halnya dengan pengembangan
temuan audit. Jika temuan yang dikembangkan memenuhi semua standar audit dapat
diterima, maka temuan tersebut akan menjadi logis, wajar, dan meyakinkan. Temuan
tersebut akan memberi stimulus untuk memotivasi tindakan perbaikan. Jika ada yang
hilang dari temuan yang dilaporkan, maka temuan tersebut bisa dipertentangkan dan
berakibat pada tindakan yang tidak menyenangkan atau bahkan tidak ada tindakan sama
sekali.
Kebanyakan temuan audit harus mencakup elemen-elemen tertentu, termasuk
di dalamnya latar belakang, kriteria, kondisi, penyebab, dampak, kesimpulan, dan
rekomendasi. Setiap temuan audit yang mencakup elemen-elemen ini, baik eksplisit
maupun implisit, akan menjadi argumen yang kuat untuk dilakukannya tindakan
perbaikan.

Elemen-elemen temuan adalah sebagai berikut.

1. Kriteria
Pengembangan temuan audit harus mencakup dua elemen penting dalam konsep
kriteria:
a. Tujuan dan sasaran, dapat mencakup standar-standar operasi yang
mencerminkan apa yang diinginkan manajemen untuk dicapai oleh operasi yang
diaudit.
b. Kualitas pencapaian.
Tidak memahami saran atau tujuan operasi bagaikan menilai patung dengan matu
tertutup. Mungkin saja dilakukan penilaian atas bagian yang dipegang, namun
konteksnya tidak tepat. Dalam mengembangkan temuan audit, auditor internal

3
harus dengan jelas melihat dan memahami gambaran keseluruhan, serta bagian
lainnya.

Standar-standar operasi mungkin sudah ada di beberapa bidang organisasi.


Misalnya manajemen bisa menyatakan bahwa tingkat penolakan produk-produk
tertentu tidak boleh melebihi 2%. Tetapi sebelum menerima standar ini, auditor
internal harus menilai validitasnya. Dasar penentuan standar mungkin harus diteliti
ulang dan auditor mungkin ingin membandingkan standar dengan organisasi-
organisasi srupa dan memeriksa kewajarannya dalam memenuhi sasaran-sasaran
perusahaan.

2. Kondisi
Istilah kondisi mengacu pada fakta-fakta yang dikumpulakn melalui observasi,
pengajuan pertanyaan, analisis, verifikasi, dan investigasi yang dilakukan auditor
internal. Kondisi merupakan ktaKondisi harus mampu menghadapi serangan
apapun. Kondisi juga harus mencerminkan total populasi atau sistem yang ditelaah,
atau dalam kasus terpisah, harus merupakan kelemahan yang signifikan. Klien harus
menyepakati fakta-fakta yang disajikan meskipun mereka bisa saja
memperselisihkan signifikansi yang dilekatkan auditor pada temuan-temuan
tersebut.
3. Penyebab
Penyebab menjelaskan mengapa terjadi deviasi dari kriteria yang ada, mengapa
sasaran tercapai, dan mengapa tujuan tidak terpenuhi. Identifikasi penyebab
merupakan hal penting untuk memperbaikinya. Setiap temuan audit dapat ditelusuri
penyimpangannya dari apa yang diharapkan. Masalah dapat diatasi hanya jika
penyimpangan ini diidentifikasi dan penyebabnya diketahui.
4. Dampak
Untuk temuan-temuan keekonomisan dan efisiensi, dampak biasanya diukur
dalam dolar atau rupiah. Dalam temuan-temuan efektivitas, dampak biasanya
meupakan ketidakmampuan untuk menyelesaikan hasil akhir yang diinginkan atau
diwajibkan. Dampak adalah hal yang membuat yakin dan sangat diperlukan untuk
suatu temuan audit. Jika tidak disajikan ke manajemen dengan memadai maka kecil
kemungkinannya akan diambil indak perbaikan.
5. Kesimpulan
Kesimpulan (conclusion) harus ditunjang oleh fakta-fakta; namun harus
merupakan pertimbangan professional, bukan berisi rincian yang tidak perlu. Dalam
membuat kesimpulan, auditor internal jelas memiliki peluang untuk memberikan
kontribusi kepada organisasi. Jika auditor internal secara konsisten menyajikan
kesimpulan yang bisa menghasilkan kinerja yang baru dan tingkatan kinerja yang
lebih tinggi, menguranggi biaya dan meningkatkan kualitas ptroduksi,
menghilangkam [ekerjaan yang tidak dibutuhkan, mendayagunakan kekuatan
teknologi, meningkatkan kepuasan pelanggan, merningkatkan jasa, dan
meningkatkan posisi kompetitif organisasi, maka audit internal jelas bernilai.

4
Kesimpulan dapat menekankan pemahaman auditor atas usaha organisasi dan
hibungan fungsi yang diaudit terhadap perusahaan secara keseluruhan.
6. Rekomendasi
Rekomendasi (recommendation) menggambarkan tindakan yang
mungkin dipertimbangkan manajemen untuk memperbaiki kondisi-kondisi yang
salah dan untuk memperkuat kelemahan dalam sistem kontrol. Rekomendasi harus
positif dan bersifat spesifik. Rekomendasi juga harus mengidentifikasi siapa yang
akan terbaik.
Akan tetapi rekomendasi audit membawa bibit-bibit bahaya. Jika
manajemen diberi tahu mengenai tindakan yang direkomendasikan auditor, maka
tindakan tersebut bisa berbalik merugikan auditor. Mengidentifikasi kondisi yang
tidak memuaskan adalah tanggung jawab audit. Memperbaikinya merupakan
tanggung jawab manajemen.
I. Pembahasan Temuan
Sebelum melakukan pembahasan, seorang auditor harus mengoreksi terlebih
dahulu apakah terdapat kekeliruan dalam menginterprestasi, dengan cara bertaya
langsung kepada klien yang mengetahui hal tersebut. Karna apabila terdapat kesalahan
dalam interpretasi akan memalukan auditor itu sendiri.
J. Pencatatan dan Pelaporan Temuan Audit
Tidak setiap kelemahan yang ditemukan auditor internal harus dilaporkan.
Beberapa kelemahan bersifat kecil dan tidak membutuhkan perhatian manajemen.
Semua temuan audit yang bisa dilaporkan haruslah:
1. Cukup signifikan agar dapat dilaporkan ke manajemen.
2. Didokumentasikan dengan fakta, bukan opini, dan dengan bukti yang memadai,
kompeten, dan relevan.
3. Secara objektif dibuat tanpa bias atau prasangka.
4. Relevan dengan masalah-masalah yang ada.
5. Cukup meyakinkan untuk memaksa dilakukannya tindakan untuk memperbaiki
kondisi-kondisi yang mengandung kelemahan.

Karakteristik ini akan diinterpretasikan secara subjektif. Apa yang dianggapa


sebagai kelemahan signifikan bagi satu individu bisa jadi tidak dianggap signifikan bagi
yang lain. Kata-kata seperti objektif, meyakinkan, wajar, dan logis memiliki konotasi
yang berbeda bagi orang yang berbeda.

Pengujiannya adalah untuk memproyeksikan bagaimana kelemahan-kelemahan


tersebut akan diperhatikan oleh orang yang memiliki sifat wajar dan berhahti-hati pada
kondisi-kondisi yang serupa.

5
K. Pencatatan Temuan Audit
Auditor internal yang ingin memastikan bahwa mereka telah sepenuhnya
mempertimbangkan elemen-elemen temuan audit bisa mengandalkan pada suatu
bentuk laporan atau sarana lainnya agar mereka tetap bisa menelusurinya. Laporan
tersebut juga bisa menjadi sarana bagi penyelia audit guna menentukan apakah semua
langkah yang diperlukan untuk menghasilkan temuan audit yang dikembangkan dengan
baik telah diambil.

Laporan Pencatatan Temuan Audit (Record of Audit Findings--RAF)


memberikan fleksibilitas karena RAF bisa diurutkan atau diurut ulang untuk
memfasilitasi pelaporan formal. Laporan tersebut juga memberikan acuan untuk
pembahasan, karena mencakup kebanyakan informasi yang dibutuhkan dalam satu
lembar untuk menjelaskan masalah. Laporan tersebut juga berfungsi sebagai pedoman
untuk mengingatkan auditor semua yang diperlukan untuk memperoleh informasi
untuk temuan yang dibuat secara mendalam. RAF juga harus diselesaikan di lapangan
sehingga setiap elemen yang hilang atau tidak lengkap bisa diperbaiki tanpa
membutuhkan kunjungan ulang ke tempat yang diaudit.
L. Keahlian Komunikasi
Laporan ringkas sekali pun, seperti yang tampak pada RAF harus ditulis dengan
baik, dan masalah-masalah harus didefinisikan dengan jelas mnenggunakan istilah-
istilah yang singkat, padat, dan tepat. Jika dimungkinkan, bahasa RAF harus
diekspresikan dalam nada yang positif, dan istilah-istilah yang mendorong reaksi
emosional atau defensif harus dihindari. Tentu saja, sikap yang sama juga harus
ditampilkan dalam komunikasi verbal sehari-hari dsan presentasi interim hasil-hasil
audit.
Pada saat yang sama, auditor terkadang harus terlibat dalam masalah yang
sensititf dan negatif. Masalah-masalah kontrol serius, kecurangan, atau tindakan-
tindakan ilegal harus selalu dipandang sebagai berita buruk, terlepas dari kemampuan
komunikasi auditor atau objektivitas RAF.
M. Penelaahan Pengawasan
Supervisi audit tetap merupakan kontrol kunci atas pengembangan profeisonal
temuan-temuan audit. Setiap temuan yang dapat dilaporkan harus melewati penelaahan
pengawasan yang ketat, baik secara manual maupun elektronik, dan penelaahan
tersebut haruys dibuktikan dengan tanda tangan peneyelia atau indikasi persetujuan
elektronik.
Tidak ada yang begitu mengurangi kredibilitas aktivitas audit internal selain
temuan yang tidak dibuat dengan mendalam sehingga mudah diserang. Sebuah temuan
audit secara definisi merupakan sebuah kritik. Mekanisme bertahan alami atas kritik-
kritik tersebut sering kali dengan segera menghasilkan serangan terhadap kritik
tersebut. Oleh karena itu, temuan audit harus mengatasi kritik.
N. Melaporkan Temuan Audit
Format pelaporan ini menekankan pada kelemahan-kelemahan. Pelaporan ini
menawarkan manfaat dari pelaporan segera setelah pekerjaan lapangan diselesaikan,
tetapi apa yang diperoleh dari pelaporan yang cepat bisa jadi sia-sia bila hubungan

6
auditor-klien tidak menguntungkan. Auditor bisa berada pada posisi memberikan kritik
atau celaan, bukan sebagai pengamat objektif yang memerhatikan sisi baik maupun sisi
buruk. Dampak yang tidak menguntungkan ini dapat diseimbangkan oleh keseluruhan
tanggapan yang objektif pada ringkasan eksekutif. Hal tersebut juga dapat dinetralkan
dengan pembahasan interim mengenai RAF dengan klien.
O. Tindak Lanjut
Belum ada kesepakatan mengenai tanggung jawab auditor sehubungan dengan
tindak lanjut. Beberapa penulis dan praktisi berpendapat bahwa auditor internal
mengidentifikasi kelemahan-kelemahan dan terserah pada manajemen untuk
mengambil tindakan perbaikan, menentukan kecukupannya, dan mengawasi
efektivitasnya. Namun, pandangan ini tidak konsisten dengan deskripsi yang lebih luas
mengenai tanggung jawab audit internal sebagaimana dinyatakan dalam pembukaan
Standar.
Audit internal merupakan aktivitas pemberian keyakinan yang independen, objektif dan
aktivitas konsultasi yang dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi
organisasi.

P. Kecukupan Tindakan Perbaikan


Temuan-temuan audit dan tindakan yang diperlukan untuk
mengimplementasikannya memiliki banyak variasi bentuk dan ukuran sehingga tidak
ada aturan kaku bagi kelayakan tindakan perbaikan yang bisa diterapkan di segala
situasi. Secara umum, tindakan perbaikan seharusnya:
1. Responsif terhadap kelemahan yang dilaporkan
2. Lengkap dalam memperbaiki semua aspek material dari kelemahan yang ada
3. Berkelanjtan efektivitasnya
4. Diawasi untuk mencegah terulang lagi
Q. Kewenangan dan Status Audit
Tanggung jawab tidak bisa dilaksanakan tanpa kewenangan. Tanggung jawab
audit untuk menilai kecukupan dan efektivitas tindakan perbaikan karena tidak aka nada
artinya jika auditor tidak diberi kewenangan untuk melakukan hal tersebut. Namun,
sebenarnya yang lebih diinginkan adalah bagaimana seorang auditor dapat memberikan
keyakinan, mulai dari melakukan survey pendahuluan sampai pada tahap langkah –
langkah audit. Pada laporan audit fnal, pemberitahuan yang jelas harus diberitahukan
untuk setiap tindak perbaikan yang sudah mulai atau diselesaikan.

7
DAFTAR PUSTAKA

Sawyer, Lawrence B., Dittenhofer, Mortimer A. and Scheiner, James H. Sawyer's Internal
Auditing. s.l. : Edisi 5, 2003. 1.

Anda mungkin juga menyukai